Pembahasan Umum • Perubahan Tutupan Lahan Terhadap

4.4. Pembahasan Umum • Perubahan Tutupan Lahan Terhadap

Komponen Neraca Energi Perubahan tutupan lahan hutan dapat mempengaruhi nilai albedo. Nilai albedo pada lahan terbuka akan lebih besar daripada lahan hutan. Dari perbedaan albedo ini kemudian akan menyebabkan perbedaan energi yang diperoleh untuk proses di atmosfer pada setiap skenario. Semakin tinggi nilai albedo maka akan semakin besar jumlah energi yang dapat digunakan untuk proses di atmosfer. Perbedaan ini kemudian akan menyebabkan perbedaan nilai pada setiap komponen neraca energi pada setiap skenario. Perbedaan kondisi ini dapat dilihat di pada kondisi atmosfer di siang hari dimana Albedo R-50 Albedo R-25 Albedo Kontrol. Perbedaan nilai Albedo pada setiap skenario menyebabkan terjadinya perbedaan nilai sensible heat flux sesuai dengan persamaan 1, yaitu semakin besar energi yang dapat digunakan dari radiasi maka semakin besar juga nilai sensible heat flux . Perbedaan dari nilai sensible heat flux juga tercermin pada suhu udara seperti terlihat pada Gambar 14 Grafik rataan suhu udara per 6 jam pada tiga skenario. Pada grafik tersebut terlihat perbedaan yang signifikan pada suhu udara jam 14.00. suhu udara pada skenario R-50 R-25 kontrol. Selain berpengaruh pada nilai sensible heat flux , perbedaan jumlah energi yang dapat dimanfaatkan oleh atmosfer juga berdampak pada komponen neraca energi lainnya yaitu laten heat flux . Sesuai dengan persamaan 1, yaitu semakin besar energi yang dapat digunakan dari radiasi maka semakin besar juga nilai laten heat flux . Perbedaan dari nilai laten heat flux tercermin pada evaporasi seperti terlihat pada Gambar 15 Grafik evaporasi pulau Kalimantan pada tiga skenario. Pada grafik tersebut terlihat perbedaan yang signifikan pada nilai evaporasi. Dimana jumlah evaporasi pada lahan terbuka lebih besar dari pada jumlah evaporasi pada lahan hutan. • Perubahan Lahan Terhadap Komponen Neraca Air Sumber air untuk hujan konvektif adalah berasal dari uap air yang naik secara vertikal melalui proses evaporasi. Berdasarkan hasil simulasi, diperoleh nilai curah hujan konvektif berbanding lurus dengan nilai evaporasi. Hal ini terlihat pada gambar Gambar 15 Grafik evaporasi pulau Kalimantan pada tiga skenario dan gambar 17 Grafik curah hujan konvektif pulau Kalimantan pada tiga skenario. Pada grafik tersebut juga didapat informasi bahwa curah hujan konvektif pada lahan terbuka lebih banyak dibandingkan dengan curah hujan pada kontrol. Peningkatan nilai curah hujan juga berdampak terhadap nilai limpasan permukaan. Seperti terlihat pada gambar 18 Grafik limpasan permukaan pulau Kalimantan pada tiga skenario. Selain dipengaruhi oleh peningkatan curah hujan konvektif. Peningkatan limpasan permukaan juga disebabkan oleh perubahan tutupan lahan. Pada lahan yang memiliki rasio hutan lebih kecil air akan cepat hilang melalui limpasan permukaan dibandingkan dengan lahan yang memiliki rasio yang lebih besar tertutup hutan.

V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan