Penuntutan oleh Kejaksaan Pemeriksaan di Pengadilan oleh Hakim

c. Menyuruh berhenti seseorang tersangka dan memeriksa tanda pengenal diri tersangka; d. Melakukan penangkapan, penahanan, penggeledahan, dan penyitaan; e. Melakukan pemeriksaan dan penyitaan surat; f. Mengambil sidik jari dan memotret seseorang; g. Mengambil seseorang untuk didengar dan diperiksa sebagai tersangka atau saksi; h. Mendatangkan seorang ahli yang diperlukan dalam hubungan pemeriksaan perkara; i. Mengadakan penghentian penyidikan; j. Mengadakan tindakan lain yang menurut hukum bertanggung jawab. 2 Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat 1 huruf b mempunyai wewenang sesuai dengan undang-undang yang menjadi dasar hukumnya masing-masing dan dalam pelaksanaan tugasnya di bawah koordinasi penyidik tersebut dalam Pasal 6 ayat 1 huruf a. 3 Dalam melakukan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan ayat 2, penyidik wajib menjunjung tinggi hukum yang berlaku.

2.4.2 Penuntutan oleh Kejaksaan

Jika pada tahap penyelidikan dan penyidikan melibatkan pihak Kepolisian, maka pada tahap penuntutan melibatkan Kejaksaan sebagai alat negara penegak hukum yang terutama bertugas sebagai penuntut umum. Tuntutan pidana bukanlah soal pribadi lagi, tetapi persoalan kepentingan umum dan oleh karena itu segala penuntutan pidana haruslah Pemerintah yang melakukan atas nama masyarakat. Sejak itu Penuntut Umum atas nama Pemerintah yang menuntut semua pelanggaran undang-undang di muka pengadilan, dan setelah Hakim menjatuhkan putusan, Penuntut Umum pula yang menjalankan eksekusi putusan tersebut. Sutarto, 1991:70-71 Pasal 13 KUHAP menyatakan bahwa Penuntut umum adalah Jaksa yang diberi wewenang untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan penetapan hakim. Berkas yang diserahkan oleh penyidik kepada penuntut umum akan diperiksa. Apabila penuntut umum berpendapat bahwa berkas hasil penyidikan belum lengkap, sesuai dalam Pasal 110 ayat 2 KUHAP penunut umum akan mengembalikan berkas perkara pidana tersebut kepada penyidik disertai petunjuk untuk dilengkapi. Setalah berkas dinyatakan lengkap, berdasarkan Pasal 110 ayat 1 KUHAP penuntut umum akan membuat surat dakwaan yang memuat rumusan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa yang disimpulkan dari hasil pemeriksaan penyidikan, dan merupakan dasar serta landasan bagi hakim dalam pemeriksaan di muka sidang pengadilan. Setelah penuntut umum membuat surat dakwaan, sesuai dengan Pasal 143 ayat 1 KUHAP penuntut umum melimpahkan perkara yang didakwakan kepada pengadilan negeri dengan permintaan agar segera mengadili perkara tersebut disertai dengan surat dakwaan, serta melakukan panggilan kepada pihak-pihak untuk hadir di pengadilan sesuai dengan Pasal 145-146 KUHAP.

2.4.3 Pemeriksaan di Pengadilan oleh Hakim

Penentuan pelaksanaan sidang dilakukan oleh hakim yang ditunjuk oleh ketua pengadilan untuk menyidangkan perkara Pasal 152 ayat 1 KUHAP. Hakim yang telah ditunjuk tersebut akan memerintahkan penuntut umum agar memanggil terdakwa dan saksi untuk menghadiri sidang di pengadila Pasal 152 ayat 2 KUHAP. Pemeriksaan oleh hakim dimulai ketika hakim ketua sidang membuka sidang dan menyatakan terbuka untuk umum, kecuali dalam persidangan perkara mengenai kesusilaan atau terdakwa adalah anak- anak Pasal 153 ayat 3 KUHAP. Pemeriksaan dilakukan secara lisan dalam Bahasa Indonesia yang dimengerti oleh terdakwa dan saksi Pasal 153 ayat 2a KUHAP. Jika kedua ketentuan tersebut tidak terpenuhi mengakibatkan batalnya putusan demi hukum Pasal 153 ayat 4 KUHAP. Kemudian dilanjutkan dengan menghadirkan terdakwa di muka persidangan dalam keadaan bebas. Penjelasan Pasal 154 ayat 1 KUHAP menjelaskan yang dimaksud dengan keadaan bebas adalah keadaan tidak dibelenggu tanpa mengurangi pengawalan. Sesudahnya hakim akan menanyakan identitas terdakwa yang akan dilanjutkan dengan memerintah penuntut umum untuk membacakan surat dakwaannya dengan jelas agar terdakwa mengerti mengenai dakwaan yang ditujukan terhadap terdakwa. Apabila terdakwa menyatakan keberatannya terhadap surat dakwaan, terdakwa akan diberikan kesempatan untuk menyatakan pendapatnya, kemudian hakim akan mempertimbangkan keberatan tersebut untuk selanjutnya mengambil keputusan Pasal 156 ayat 1 KUHAP. Dalam hal keberatan terdakwa tidak diterima oleh hakim, maka pemeriksaan dilanjutkan dengan acara pemeriksaan saksi di bawah sumpah. Pemeriksaan saksi ditentukan dalam Pasal 160 KUHAP bahwa yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang menjadi saksi. Kemungkinan urutan pemeriksaan saksi diserahkan kepada pertimbangan hakim ketua sidang setelah mendengar pendapat penuntut umum, terdakwa, atau penasihat hukum. Hamzah, 2009:242 Menurut sistem KUHAP, setelah saksi didengar keterangannya maka dilanjutkan dengan pemeriksaan terdakwa. Di dalam Pasal 175 KUHAP menyatakan bahwa jika terdakwa tidak mau menjawab atau menolak untuk menjawab pertanyaan yang diajukan kepadanya, hakim ketua sidang menganjurkan untuk menjawab dan setelah itu pemeriksaan lanjutan. Dalam hal ini jelaslah bahwa terdakwa tidak dapat dipaksa untuk menjawab pertanyaan, karena tidak ada sanksi bagi terdakwa jika tidak menjawab pertanyaan. Setelah pemeriksaan saksi hingga terdakwa selesai dilaksanakan, maka penuntut umum akan mengajukan tuntutan pidana requisitor. Sesudah itu terdakwa danatau penasihat hukum mengajukan pembelaanya pleidooi yang dapat dijawab oleh penuntut umum repliek, dengan ketentuan bahwa terdakwa atau penasihat hukum selalu mendapat giliran terakhir dupliek. Semua ini dilakukan secar tertulis dan diserahkan kepada hakim ketua sidang dan kepada pihak yang berkepentingan setelah dibacakan Pasal 182 ayat 1 KUHAP. Setelah dianggap selesai, maka pemeriksaan dinyatakan ditutup oleh hakim ketua dengan dilanjutkan musyawarah terakhir oleh majelis hakim untuk merumuskan putusan vonnis. Adapun musyawarah tersebut harus didasarkan atas surat dakwaan, dan segala sesuatu yang terbukti dalam pemeriksaan di persidangan Pasal 182 ayat 2, 3, dan 4 KUHAP. Selanjutnya putusan pengadilan negeri dapat dijatuhkan dan diumumkan pada hari itu juga atau pada hari lain yang sebelumnya harus diberitahukan kepada penuntut umum, terdakwa atau penasihat hukum Pasal 182 ayat 8 KUHAP.

2.4.4 Pelaksanaan Putusan Eksekusi

Dokumen yang terkait

Peranan Lembaga Bantuan Hukum Dalam Proses Peradilan Pidana (Studi Di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

7 58 102

Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Proses Peradilan Pidana Sesuai Dengan Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak (Studi Kasus Di Wilayah Pengadilan Negeri Tebing Tinggi Deli)

1 64 127

Pemberian Bantuan Hukum Secara Cuma-cuma Kepada Anak Golongan Masyarakat Kurang Mampu Yang Berkonflik Dengan Hukum Dalam Peradilan Pidana Anak (Studi di Lembaga Bantuan Hukum Medan)

2 53 120

PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP PERANAN LEMBAGA BANTUAN HUKUM DALAM MEMBERIKAN BANTUAN HUKUM SECARA CUMA-CUMA TERHADAP MASYARAKAT MISKIN PADA PERADILAN PIDANA.

0 2 11

PENEGAKAN HUKUM HAK-HAK KORBAN TINDAK PIDANA PERDAGANGAN ORANG DALAM PROSES PERADILAN PIDANA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Pengadilan Negeri Sragen).

0 2 19

KEDUDUKAN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP SAKSI MAHKOTA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Kota Surakarta).

0 1 16

PERLINDTINGAN HUKUM TERHADAP ANAK SEBAGAI KORBAN TINDAK PIDANA PENCABULAN DALAM PROSES PERADILAN DI WILAYAH HUKUM PENGADILAN NEGERI PADANG.

0 0 6

BANTUAN HUKUM BAGI TERSANGKA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA PADA TINGKAT PENYIDIKAN DI MAPOLRESTA PADANG.

1 2 20

KEADILAN RESTORATIF BAGI KORBAN DARI SUATU TINDAK PIDANA DALAM PROSES PERADILAN PIDANA.

0 3 53

ANALISIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN SALAH TANGKAP DALAM PERADILAN PIDANA (Studi Kasus di Wilayah Hukum Jakarta Selatan) (JURNAL)

1 3 16