39
5.1.2. Jumlah lulusan bersertifikat kepelautan
Pengembangan sumber daya manusia SDM pada usaha penangkapan didasarkan pada sertifikasi kepelautan dan kewenangan jabatan pada kapal
penangkap ikan yang telah ditetapkan mengharuskan lulusan pendidikan menengah perikanan harus memiliki sertifikasi kepelautan yang dimaksud.
Pertimbangan hukum, sertifikasi kepelautan dan kewenangan jabatan pada kapal penangkap ikan adalah berdasarkan pasal 41 ayat 1 Peraturan
Pemerintah Nomor 7 Tahun 2000 tentang Kepelautan, yaitu setiap kapal penangkap ikan yang berlayar, harus berdinas seorang nakhoda dan beberapa
perwira kapal yang memenuhi sertifikat keahlian pelaut kapal penangkap ikan Dephub, 2000
Sertifikasi ANKAPIN dan ATKAPIN merupakan sertifikat yang diberikan kepada pelaut kapal penangkap ikan yang memiliki kompetensi sesuai bidang
keahliannya dek atau mesin yang dikeluarkan oleh Dirjen Perhubungan Laut, Departemen Perhubungan sebagai lembaga yang memiliki mandat kemaritiman
di Indonesia yang diakui oleh International Maritime Organization IMO. Selain mendapatkan ijasah kelulusan, pada siswa yang telah
menyelesaikan pendidikan pada menengah kejuruan perikanan mendapatkan sertifikasi pengukuhan sebagai ahli nautika perikanan laut dan teknika perikanan
laut tingkat II atas kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran selama 3 tahun yang ditandai dengan kelulusan mereka dalam ujian ANKAPIN-II dan
ATKAPIN-II. Pengukuhan tersebut diberikan kepada lulusan pendidikan tingkat menengah untuk menyatakan bahwa siswa pemegang sertifikat memiliki
kemampuan untuk dapat bekerja pada industri penangkapan ikan. Pemegang sertifikat ANKAPIN-II memiliki kemampuan dibidang nautika dan ATKAPIN-II
memiliki kemampuan dibidang teknika. Sertifikat keahlian tersebut diperoleh oleh siswa apabila mereka dinyatakan lulusan dalam mengikuti ujian sertifikat
tersebut. Namun demikian, kondisi yang ada pada saat ini menunjukkan masih
banyak lulusan yang belum bersertifikat keahlian kepelautan tersebut, yang diantaranya disebabkan oleh hal sebagai berikut :
1. Sarana praktek yang dimiliki oleh banyak penyelenggara pendidikan menengah kejuruan perikanan kurang memadai sehingga penyelenggaraan
40 ujian keahlian kepelautan ANKAPIN dan ATKAPIN yang lebih banyak
berorientasi pada praktek kerja sangatlah sulit untuk dilaksanakan 2. Banyaknya peserta ujian yang tidak lulus langsung dalam mengikuti ujian
sertifikasi disebabkan penggunaan materi ajar, sarana praktek dan kemampuan tenaga pengajar yang belum memiliki standar yang sama untuk
semua lembaga pendidikan. 3. Masih banyak industri kapal penangkap ikan yang mempekerjakan lulusan
pendidikan menengah perikanan yang tidak memiliki ijasah keahlian ANKAPIN dan ATKAPIN, sehingga banyak penyelenggara pendidikan
menengah perikanan berpendapat sertifikat kepelautan tidak menjadi prioritas
4. Belum disosialisasikannya secara optimum Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 2000 tentang kepelautan dan ditindaklanjuti dengan Peraturan
Menteri Perhubungan nomor KM 9 2005, sebagai standar persyaratan kompetensi bagi tenaga kerja berpendidikan kepelautan yang siap bekerja
menyebabkan banyak pelaku usaha penangkapan ikan yang masih mempekerjaan tenaga lulusan pendidikan menengah yang tidak memiliki
sertifikat kepelautan. Keadaan ini menyebabkan tenaga kerja kepelautan tersebut tidak dapat menuntut pendapatan yang lebih baik bagi mereka.
Berdasarkan data survei yang diperoleh pada 91 sekolah dan dari Panitia Penyelenggara Ujian Kepelautan Kapal Penangkap Ikan PPUKKAPIN
ANKAPIN dan ATKAPIN-II tercatat baru terdapat 21 sekolah pendidikan menengah perikanan SMK dan SUPM yang telah menyelenggarakan ujian
sertifikasi tersebut dengan jumlah peserta yang lulus sebagaimana terlihat pada Tabel 10. Terlihat disini bahwa kepemilikan ATKAPIN-II antara 5 hingga 25
dibandingakn dengan ANKAPIN-II dan secara total porsi ATKAPIN-II hanya sebesar 12 ANKAPIIN-II.
Tabel 10 Jumlah lulusan pendidikan menengah perikanan yang berijasah ANKAPIN-II dan ATKAPIN-II pada Tahun 2000-2005
Tahun 2000 2001
2002 2003
2004 2005
Jumlah
ANKAPIN-II 157 181
336 498
579 692
2443 ATKAPIN-II 44
42 21
13 81
115 316
Sumber : PPUKKPAPIN 2005
41 Berdasarkan data yang diperoleh menunjukkan jumlah lulusan pendidikan
menengah perikanan yang memiliki sertifikat ANKAPIN-II dan ATKAPIN-II lebih sedikit dibandingkan jumlah lulusan yang ada. Porsi lulusan bersertifikat
ANKAPIN-II sebanyak 68 dan yang bersertifikat ATKAPIN-II hanyalah sebanyak 33 dari keseluruhan jumlah lulusan pendidikan menengah perikanan
dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2005. Berkaitan dengan upaya pemerintah untuk menetapkan standar
pendidikan dan pelatihan kepelautan perikanan yang mengacu pada ketentuan internasional tentang personil kapal penangkapan ikan yang tetapkan oleh IMO
yaitu STCW-F 1995, saat ini telah dikeluarkan ketentuan nasional sebagai bentuk penuangan dari ketentuan internasional tersebut yaitu Peraturan Menteri No. KM
9 tahun 2005 yang berisi tentang pendidikan dan pelatihan, ujian serta sertifikasi pelaut kapal penangkap ikan. Ketentuan tersebut diharapkan dapat menjadi
acuan bagi penyelenggaraan ujian sertifikasi kepelautan dalam rangka mempersiapkan tenaga kerja kapal penangkap ikan yang profesional di
bidangnya. Sehingga dimasa selanjutnya ada terdapat keseragaman di dalam penyelenggaraan ujian untuk mendapatkan kualitas lulusan yang berstandar
sama.
5.1.3 Kebijakan pengembangan pendidikan menengah perikanan