Sarana dan prasarana Kurikulum dan tenaga pengajar

32 1. Kapal penangkap ikan yang berukuran panjang kurang dari 12 m; 2. Kapal penangkap ikan yang berukuran panjang dari 12 m sampai dengan kurang dari 24 m; dan 3. Kapal penangkap ikan yang berukuran panjang dari 24 m atau lebih Untuk pelatihan awak kapal dari masing-masing kelompok tersebut di atur dengan standar minimum pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh awak kapal untuk nakhoda skipper, perwira officer, KKM chief enginer, masinis II second enginer, ABK senior skilled fisher, awak kapal penangkap ikan fishing vessel personnel. Sedangkan untuk sertifikasi di atur persyaratan umur, kesehatan dan penerbit sertifikat. Demikian juga untuk jaga laut, hal ini diatur kewajiban-kewajiban perwira jaga maupun awak kapal dalam melaksanakan jaga laut. Disamping belajar dari pengalaman di Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang telah mengadopsi STCW 1995 yang mengatur tentang pelaut kapal niaga maka Departemen Kelautan dan Perikanan mengeluarkan ketetapan bahwa pengembangan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan kepelautan perikanan mengacu pada STCW-F 1995. Kebijakan ini selanjutnya juga diikuti oleh pendidikan menengah perikanan yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan. Hal kongkret implementasi ini adalah acuan mata uji untuk ahli nautika dan ahli teknika kapal penangkap ikan telah disesuaikan dengan mata uji pada konvensi tersebut serta didukung oleh Peraturan Menteri Perhubungan nomor KM 092005 tentang Pendidikan dan Pelatihan, Ujian serta Sertifikasi Pelaut Kapal Penangkap Ikan. Hal ini merupakan salah satu kekuatan sertifikasi karena mengacu pada ketentuan internasional yang telah berlaku. Dampak dari sertifikasi tersebut dan sekaligus sebagai ancaman adalah pelanggaran terhadap pengawakan dan persaingan tenaga kerja. Sehingga perlu pemahaman pemangku kepentingan dalam regulasi dan implementasi pengawakan kapal penangkap ikan.

4.3.1 Sarana dan prasarana

Salah satu komponen pendidikan yang memegang peranan penting adalah penyediaan sarana dan prasarana pendidikan bagi penyelengaraan pendidikan sesuai standar yang diacu. Standar perikanan dalam yaitu STCW-F tahun 1995, menyebutkan bahwa untuk menghasil tenaga pelaut perikanan yang 33 profesional yang memiliki kemampuan dalam hal keselamatan, pengendalian sumberdaya perikanan yang bertanggung jawab, dan lingkungan perairan maka standar sarana prasarana yang dimiliki meliputi dan terkait dengan Basic Safety Training BST, Restricted Radio Operator for Global Maritime Distress Safety System ROC for GMDSS, Fishing and Navigation Simulator FNS, Kapal Latih, Code of Conduct for Responsible Fisheries CCRF. Berkaitan sarana dan prasarana pada pendidikan menengah kejuruan maka untuk dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas sesuai standar nasional maupun internasional, diperlukan sarana dan prasarana yang mengacu kepada ketentuan-ketentuan berdasarkan standar kompetensi serta standar sarana dan prasarana yang dipersyaratkan agar lulusan yang dihasilkan memenuhi standar kompetensi diakui secara nasional dan internasional. Sarana dan prasarana pada lembaga pendidikan kejuruan menengah perikanan yang ada pada saat ini, berdasarkan survei yang telah dilakukan pada beberapa SMK dan SUPM menunjukkan rata-rata masih jauh dari memadai yang berarti merupakan salah satu kelemahan diklat.

4.3.2 Kurikulum dan tenaga pengajar

Pendidikan profesional yang akan diberikan kepada siswa agar nantinya siap bekerja sesuai dengan tuntutan pasar menuntut adanya suatu institusi pendidikan yang memiliki kurikulum yang mengacu pada standar STCW-F 1995. Permintaan pasar dan perkembangan teknologi serta prospek kedepan menuntut kurikulum yang berorientasi minimum 5 lima tahun ke depan. Untuk mendapatkan kurikulum yang berdasarkan kompetensi yang ingin dicapai dan kecenderungan perkembangan pasar global perlu disiapkan beberapa mata pelajaran yang fleksibel dalam suatu kurikulum sehingga dapat diisi dengan paket ilmu dan teknologi yang menjadi program departemen dan permintaan pasar global. Selain kurikulum yang sesuai kebutuhan, komponen penting lain yang berperan dalam penyelenggaraan pendidikan adalah tenaga pendidik. Walaupun kurikulum telah tersedia namun tanpa kemampuan profesionalisme dari pendidik dalam menyampaikan materi maka hasil yang diharapkan tidak akan tercapai secara memadai. Kondisi kurikulum pendidikan menengah kejuruan perikanan saat ini melalui penentu kebijakan pendidikan yaitu Departemen Pendidikan Nasional 34 bersama dengan Departemen Kelautan dan Perikanan sebagai lembaga pemerintah penentu kebijakan sektor telah menyusun kurikulum yang telah menyesuaikan dengan standar yang diacu. Kurikulum berbasis kompetensi telah dijadikan sebagai pedoman penyelenggaraan pendidikan menengah perikanan di seluruh Indonesia. Walaupun dalam implementasinya kurikulum tersebut belum dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan, karena kurikulum berbasis kompetensi lebih banyak mengutamakan kelas pemahiran siswa terhadap kemampuan yang harus dimiliki yang mana hal tersebut sangatlah tergantung pada sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki. Disamping itu hambatan utama lain adalah belum banyak memadai dan tersedianya tenaga kependidikan yang memiliki kemampuan ataupun kompetensi sebagaimana yang telah dijabarkan dalam STCW-F 1995. Sebagai contoh, pengajar dan penguji pada ujian keahlian pelaut dituntut untuk menempuh dan memiliki sertifikat IMO Model Course baik sebagai pengajar maupun penguji. Sehingga kebutuhan tenaga kependidikan berdasarkan kompetensi yang dibutuhkan untuk setiap program studi serta pengembangan wawasan dan keterampilan metodik didaktik dan teknologi bagi tenaga kependidikan tersebut baik melalui pelatihan berjenjang dan terstruktur serta peningkatan jenjang pendidikan formal dapat berjalan sesuai dengan bidang ilmu di pengajar.

4.4 Proses Sertifikasi