Karakter Tari Topeng Patih Tata Busana Tari Topeng Patih.

Beskalan ini, bukan semata-mata kehendak penonton pada waktu itu, melainkan juga permintaan tuan rumah yang punya hajad atau penanggap. Lama kelamaan tari Rema dan Beskalan ini menjadi sangat populer sebagai pembukaan wayang topeng. Salah satu keistimewaan kedua tarian ini adalah pada tembang Wetanan nyanyian tradisional Jawa Timur, yang lazim disebut kidungan. Nyanyiankidungan ini dilakukan oleh penarinya sendiri pada frase tertentu, yang bentuk syairnya berupa parikan , isinya antara lain doa selamat, pendidikan sosial maupun sindiran-sindiran bagi kehidupan sehari-hari masyarakat setempat. Karena begitu populernya tari Rema dan Beskalan ini sebagai tari pembuka pada wayang topeng, maka lama kelamaan tari Patih dilupakan. Sampai sekarang perkumpulan wayang topeng diwilayah Malang Timur dan utara, tidak lagi menggunakan tari Patih sebagai tarian pembuka.

3.3 Karakter Tari Topeng Patih

Bentuk Topeng yang digunakan pada tari Topeng patih adalah topeng yang berkarakter gagah, serupa tapi berbeda warna. Dengan demikian jika dicermati sebenarnya bentuk kedua topeng tersebut satu yang di ”duakan”. Dengan kata lain, “satu di dalam dua” atau dua sebenarnya satu, dua raga satu jiwa. Perhatikan gambar bentuk topeng Patih di bawah ini; Gambar 5: Topeng Bang abang fato: Robby Warna : merah Bentuk muka : bulat telur Bentuk urna : permata emas Bentuk alis : Blarak sineret Bentuk mata : Telongan Sudut mata : trate sinigar Bentuk hidung : mangot Bentuk kumis : ketunggeng ngentup Bentuk mulut : mingkem Gambar 6: Topeng Tih putih fato: Robby Warna : putih Bentuk muka : bulat telur Bentuk urna : permata emas Bentuk alis : Blarak sineret Bentuk mata : Telongan Sudut mata : trate sinigar Bentuk hidung : mangot Bentuk kumis : ketunggeng ngentup Bentuk mulut : mingkem Jika diperhatikan dari bentuk topeng patih tersebut, maka dapat diketahui bahwa topeng tersebut berkarakter gagah. Namun jika dilihat dari warna topengnya, yaitu yang berwarna merah berkesan gagah kasar cenderung kepada tokoh sabrang dan yang berwarna putih berkarakter gagah halusbijak cenderung kepada tokoh Jawa . Di dalam hal ini memiliki makna, bahwa di dalam diri manusia selalu terdapat dua sifat yang saling bertentangan, seperti sabar kejam, ramah sombong, jujur curang, taat ingkar, dan sebagainya. Karakter gagah ini terutama dapat diperhatikan dan dilihat dari bentuk mata, hidung, alis mata, dan mulut. Mata telongan yang berbentuk bulat dan berkesan melotot serta ditegaskan dengan alis blarak sineret yang berbulu tebal dan sedikit naik, memberikan kesan maskulin atau kejantanan.

3.4 Tata Busana Tari Topeng Patih.

Secara prinsip tata busana tari topeng Patih tidak terlalu berbeda dengan busana beberapa tokoh prajurit dalam dramatari Wayang Topeng. Tata busana yang dikenakan oleh dua penari Patih ini sama dan sebangun, kecuali warna topengnya saja yang berbeda, satu menggunakan topeng warna putih dan yang lain menggunakan warna merah, namun demikian karakter wajahnya sama. Adapun busana yang dikenakan oleh tarian ini adalah: 1 Bagian atas hiasan kepala pada tari Patih perkumpulan wayang topeng Kedungmonggo menggunakan jamang gelung yang dihiasi kancing gelung, menunjukkan karakter gagah, sedangkan jamang gelung yang digunakan oleh tokoh Panji dan Gunungsari yang berkarakter halus, tidak menggunakan kancing gelung. Dibagian sisi kiri dan kanan diikatkan roncen koncer, yaitu bunga tiruan yang terbuat dari benang siet yang berwarna-warni dan disusun sedemikian rupa. Sehingga membentuk untaian roncen bunga yang berwarna-warni sebagai aksesoris yang sekaligus digunakan properti tari. Sedangkan tari Patih yang dilakukan oleh perkumpulan wayang topeng Jambuwer, hiasan kepalanya tidak menggunakan jamang gelung, tetapi menggunakan jamang bledekan. 2 Bagian belakang kepala menggunakan rambut palsu, bisa menggunakan wig atau udalan. Rambut palsu ini memberikan kesan proporsi yang seimbang, sebab jika tidak menggunakan rambut palsu, maka kepala kesannya memanjang, karena jamang hanya sedikit menumpang di atas kepala, tidak seperti jika menggunakan songkok, udeng atau ikat kepala 3 Hiasan leher menggunakan kalung kace panjang. Terbuat dari bahan kain beludru hitam yang disulam dengan manik-manik berwarna emas. kace pada busana wayang topeng ada simbar bordirnya. 4 Sebagai properti tari pada lehernya dikalungkan sampurselendang. Disamping dikalungkan, sampur terkadang ditambahkan dengan diikatkan di bagian sabuk sebagai hiasan, tetapi ini tidak mutlak.. 5 Hiasan tangan, di bagian bahu menggunakan gelang bahu, lazim dinamakan klat bahu. Sedangkan di pergelangan tangan dihiasi pols decker gelang dari kain yang sewarna dengan rapek maupun celananya. 6 Bagian bawah mengenakan celana bordir hitam, dengan panjang sedikit di bawah lutut. Celana ini terbuat dari kain beldru yang disulam dengan manik-manik berwarna emas. Secara tradisional, manik-manik ini dinamakan monte dan burci. 7 Hiasan penutup bagian depan dan belakang, dinamakan rapek ada yang menamai sembong . Ada rapek ngarep depan dan rapek mburibelakang yang pertemuan di kanan dan kiri dilengkapi dengan pedangan sebagai hiasan sekaligus penutup bagian samping. Rapek ini juga terbuat dari kain beludru yang disulam dengan manik-manik berwarna emas. 8 Untuk mengikat rapek, celana dan pedangan agar rapi digunakan stagen atau centing, yaitu kain pengikat yang lebar kira-kira 20 cm dan panjang 2,5 – 3 meter. 9 Di bagian punggung penari dihiasi, badong semacam sayap, Surakarta menamakan praba, sebagai simbol kebesaranprestice. 10 Kelengkapan aksesoris manusia Jawa adalah pusaka yang berwujut keris dan dipasang di pinggang sebelah kanan. 11 Sedangkan pada pergelangan kaki kanan dipasang gongsengkrincing 34 , sebagai penguat daya hidup tarian. Gongseng merupakan salah satu ciri khas tari-tarian tradisional Jawa Timur, khususnya tari tradisional Malang. Untuk lebih jelasnya, perhatikan gambar di bawah ini yang memaparkan berbagai jenis dan nama busana yang dikenakan oleh tari topeng Bangtih atau Patih. 34 Untaian genta kecil atau gongseng terdapat di suku-suku primitive hampir diseluruh Asia dan Afrika, sisa-sisa paham Samanisme. Bunyi genta ini yang identik dengan bunyi gemericik tulang dan gigi yang diikatkan pada alat-alat perang suku primitive seperti mandau, tombak, panah, sumpit dan lain-lain, merupakan musik magis yang memberikan kekuatan daya hidup kepada pemakainya, bahkan berfungsi untuk mengundang dan mengusir “roh moyang”. Gambar 7: Tata busana tari Topeng Patih Foto: Wido

3.5 Bentuk Pemanggungan