Pelembagaan Wayang Topeng Kedungmonggo

163

BAB IV STRUKTUR TARI TOPENG PATIH DALAM KESATUAN

WAYANG TOPENG KEDUNGMONGGO

4.1 Pelembagaan Wayang Topeng Kedungmonggo

Eksistensi Wayang Topeng Dusun Kedungmonggo merupakan satu kesatuan sistem Dusun Kedungmonggo. Kesenian ini hidup didukung oleh masyarakatnya, karena kedudukan Wayang Topeng ini memiliki fungsi yang amat kuat. Disamping sebagai sarana rekreatif, kesenangan, juga berfungsi ritual. Struktur pelembagaannya memiliki keunikan yang berbeda dengan lembaga sosial lainnya. Keunikan struktur pelembagaannya terletak pada keyakinan terhadap anggota imajiner lembaga yang bersifat transendental. Yang dimaksud adalah hubungan dengan penguasa atau pelindung desa yang bersifat imaginatif, yaitu mahluk “maya” yang lazim disebut punden atau mbahureksa. Hubungan yang dibina dalam pelembagaan bersifat hirarki emosional. Dalam hubungan ini, aturan, konvensi maupun kode-kode yang terdapat di dalam Wayang Topeng dianggap sebagai lembaga sosial yang mapan, sah yang pola perilaku kemapanannya telah diterima, dipelihara dan dipertahankan sehingga selalu tampak hidup dalam masyarakat, bahkan tanpa mempedulikan bentuk dan isinya yang hanya bergantung pada kesepakatan. Mengingat konvensi seperti itu dianggap sebagai suatu lembaga sosial yang sah sebagaimana lembaga sosial lainnya, maka pelanggaran terhadapnya dipandang sebagai ancaman terhadap keseluruhan struktur sosial masyarakat dengan seluruh lembaga yang ada. Sebaliknya, dengan pengertian tersebut dapat berarti pula bahwa usaha mengubah masyarakat sekaligus pengubahan terhadap lembaga Wayang Topeng. Perhatikan struktur pelembagaan Wayang Topeng di bawah ini: Skema 6: Struktur pelembagaan Wayang Topeng Kedungmonggo Keterangan: = garis komando = garis koordinasi = garis hubungan timbal balik transendental = garis transendental Struktur pelembagaan tersebut menunjukkan bahwa semua komponen struktur berhubungan imajiner dengan Punden. Pada umumnya masyarakat menerima bahwa orang yang paling dekat dengan punden adalah tokoh spiritualdalang Wayang Topeng. Hal ini diterima karena tokoh spiritualdalang Wayang Topeng selalu memiliki kelebihan kekuatan batin. Tokoh spiritualdalang adalah orang yang dipercaya dan memiliki kekuatan supra natural, sehingga ia dapat berkomunikasi langsung dengan alam transendental, oleh karena itu Punden Desa Pelindungpenguasa Anggota dan Warga Desa Penguruspengra wit Narasumber tokohPewaris Dalang Kamituwaorang berusia lanut yang berilmu kebatinan Ketua Pelindung formal Kepala Desa Penguruswayang penari kedudukan tokoh spiritualdalang dalam hal ini memiliki fungsi ganda, pertama sebagai penyelaras keseimbangan dan kemapanan, yang kedua sebagai sarana komunikasi antara warga masyarakat dengan alam bawah sadar yang fungsinya untuk “meminta”. Permintaan warga bermacam-macam sesuai dengan kebutuhan, misalnya minta keselamatan desa, minta jodoh, minta sembuh, bahkan minta kaya. Hubungan tokoh spiritualdalang dengan Kepala Desa maupun sesepuh desa sifatnya konsultatif, sehingga tokoh spiritualdalang memiliki otoritas ritual. Dengan kata lain, tokoh spiritualdalang bukan bawahan kepala desa atau bukan pula andahanbawahan sesepuh desaKamituwo. Secara administratif, kehidupan pelembagaan Wayang Topeng dijalankan oleh pengurus yang strukturnya sangat sederhana dan bersifat fleksibel terbuka, cukup ada ketua, sekretaris terkadang dirangkap ketua dan bendahara. Sedangkan seksi-seksi penunjang dilaksanakan secara gotong royong oleh siapa saja yang siap. Hal ini terjadi karena pelembagaan Wayang Topeng tidak bersifat profit oriented, akan tetapi lebih bersifat kenikmatan, pemuasan diri dan tanggung jawab terhadap kelangsungan tradisi desa. Dalam kenyataannya perilaku berkesenian masyarakat pedesaan secara umum bukan bertujuan sebagai mata pencaharian, tetapi lebih berfungsi kebutuhan rohaniah dan pencerahan. Namun kini, senyampang dengan perkembangan sosial ekonomi, disertai dengan semakin sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan 37 ditambah lagi dengan wawasan 37 Semula masyarakat desa dapat hidup dari bertani, baik pemilik, penggarap maupun sebagai buruh tani. Namun kini semakin sulit karena lahan pertanian sudah banyak yang menjadi perumahan, ruko maupun pabrik. Disamping itu harga benih, pupuk dan lain-lain semakin melambung tinggi. masyarakat desa semakin luas, dan kebutuhan ekonomipun semakin meningkat, maka tanggapan merupakan salah satu harapan untuk mendapatkan upah. Bahkan yang dahulu membuat topeng secara prinsip digunakan sebagai pemenuhan kelengkapan pergelaran, sedang perajinnya orang tertentu yang benar-benar paham, seperi Reni, Karimoen dan lain sebagainya. Namun kini selaras dengan perkembangan enterpreuner maka topeng mengalami perkembangan fungsi, bukan hanya sekedar sebagai alat untuk bermain seni pertunjukan, tetapi berkembang sebagai souvenir, sebagai hiasan dengan berbagai macam ukuran yang kesemuanya bernilai ekonomi. Oleh karena itu perajin topeng di Kedungmonggo kini tidak hanya karimoen saja namun dapat dijumpai para pemuda yang saling berebut pengaruh untuk mamasarkan topengnya. Setidaknya tercatat nama-nama perajin topeng di Kedungmonggo, dintaranya; Handoyo cucu Karimun, Raimun, Jumadi, dan masih ada beberapa angkatan di bawah mereka.

4.2 Struktur Tari Topeng Patih