6 Lansia
Minggu ke 2 dan 3 Lansia
7 Pentakiononia
Minggu ke 5 Setiap 3 keluarga
8 Ibadah Kamis
Kamis, 19:30 Semua Jemaat
b. Ibadah khusus
Ibadah syukuran rumah, kenaikan pangkat, ulang tahun dll Ibadah pemberkatan pernikahan
Ibadah pemakaman dan penghiburan Ibadah perayaan gerejawi Natal, Paskah dan Pentakosta
Diaspora jemaat diaspora adalah jemaat yang berada di luar Blimbingsari karena tugas dan
kepentingan tertentu terpaksa meninggalkan desa Blimbingsari
Jemaat Blimbingsari tersebar di sebagian tempat di wilayah Bali dan beberapa daerah di Indonesia, mereka biasanya hidup di perantauan untuk bekerja atau belajar. Jemaat diaspora
berjumlah kira-kira 500 jiwa.
3
Keinginan untuk mencari pngalaman baru membuat mereka harus meninggalkan tanah kelahiran mereka dan merantau ke daerah lain. Faktor yang menjadi
penyebab mereka meninggalkan desa adalah karena kurangnya lapangan pekerjaan, karena sebagian besar warga jemaat hidup dari berkebun sehingga mereka memilih merantau untuk
mendapatkan pekerjaan lain. Keberadaan sekolah juga menyebabkan mereka harus meninggalkan daerah tempat tinggal mereka, dikarenakan tidak ada universitas terdekat. Ada
banyak orang yang merantau setelah menyelesaikan pendidikan dan sukses dalam pekerjaan memilih menetap di daerah perantauan dan memilih menjadi warga diaspora. Mereka tidak
sering bisa bertemu dengan keluarga yang ada di kampung halaman. Ada kemungkinan mereka bisa bertemu hanya pada saat hari raya gerejawi saja karena pada saat itu mereka mendapatkan
libur. Ada juga yang bisa pulang ke kampung halaman karena ada keluarga yang memiliki upacara pernikahan, kematian dan yang lainnya. Momen hari raya gerejawi adalah momen yang
paling tepat bagi mereka untuk berkumpul bersama dengan keluarga besar. Seperti biasanya pada hari raya Paskah dan Natal, desa Blimbingsari akan dipenuhi dengan warga diaspora sehingga
geraja akan sangat penuh ketika diadakan ibadah.
4. Memunjung
Memunjung merupakan tradisi upacara agama yang dilakukan oleh orang Hindu di Bali. Memunjung merupakan tradisi membawa sesajen kepada orang yang sudah meninggal, yang
3 3
Pdt. Welda Christina Putranti, 16 Agustus, pukul 19:00 WITA
belum dilakukan upacara
ngaben
.
4
Ngaben
adalah rangkaian upacara
Pitra Yadnya,
ini merupakan upacara untuk orang yang sudah meninggal dengan melakukan prosesi pembakaran
jenazah. Orang yang belum diupacari
ngaben
dianggap mereka masih memiliki ikatan dengan sifat duniawi sehingga kebutuhan mereka masih sama dengan orang yang masih hidup.
5
Tradisi
memunjung
bisa juga disebut sebagai
nyoda
berasal dari kata
soda dibaca sode soda
artinya jenis makanan yang dibawa ke makam.
Memunjung
memiliki pantangan yaitu dalam melakukan tradisi ini bagi kaum perempuan yang sedang haid atau datang bulan tidak diperpebolehkan
melakukannya. Kaitanya dengan sesajen, sesajen yang dibawa tidak boleh makanan yang sisa dan harus makanan yang masih bagus. Bagi semua orang baik laki-laki maupun perempuan,
memunjung tidak boleh dilakukan apabila selesai menghadiri upacara pemakaman, hal ini karena menghadiri pemakaman atau upacara kematian adalah hal yang kotor sehingga tidak berkenan
bagi leluhur. Jika pantangan di atas dilanggar, diyakini bahwa sode sesajen yang dibawa akan ditolak dan bisa menimbulkan penyakit bagi orang yang melanggar atau juga bagi anggota
keluarga.
6
Memunjung dalam tradisi masyarakat Hindu Bali biasanya dilakukan pada hari raya Galungan dan Kuningan. Pada daerah tertentu memunjung dilakukan sesuai keinginan orang
tersebut. Saat Galungan, keluarga melakukan hari raya dengan mempersiapkan makanan yang cukup enak, makan tersebut harus dibagikan juga kepada orang yang sudah meninggal dalam
bentuk sesajen yang dibawa ke makam. Hal ini dilakukan dulu ketika Ibu Dewa Ayu Padmi masih beragama Hindu.
7
Menurut ibu Kadek Suriani yang memiliki keluarga sudah meninggal, ia melakukan tradisi memunjung sesuai dengan keinginannya sendiri. Ketika merasa rindu
dengan keluarga yang sudah meninggal maka ia akan mengunjungi makam keluarga. Selain keinginan diri sendiri, didatangi dalam mimpi untuk datang ke makam untuk membawa
makanan.
8
Bagi anggota keluarga yang sudah diupacarai
ngaben
, abu jenasah akan diletakan di
mrajan
pura untuk tempat leluhur. Pada waktu tertentu juga memunjung akan tetap dilakukan namun yang membedakan adalah sesajen diletakan di tempat yang lebih tinggi sedangkan bagi
yang belum diupacarai
ngaben
sesajen akan diletakan di atas tanah tempat di mana mereka dikuburkan.
9
5. Tradisi
memunjung
pada perayaan Paskah di Jemaat GKPB Pniel Blimbingsari
Warga Jemaat Pniel Blimbingsari merayakan Paskah dalam budaya Bali. Hal ini tidak terlepas bahwa mereka menyadari sebagai orang Bali asli yang walaupun sudah menganut
agama yang bukan menjadi agama suku Bali, tetapi mereka akan tetap memegang erat adat dan budaya yang berlaku dalam masyarakat Bali selama adat dan budaya itu tidak bertentangan
4
Suriani, beragama Hindu, wawancara, Melaya, 13 Agustus 09:45 WITA
5
Kadek Suriani13 Agustus 09:45 WITA
6
Dewa Ayu Padmi, pernah memeluk agama Hindu, Blimbingsari, 13 Agustus 14:30 WITA
7
Dewa Ayu Padmi, 13 Agustus 14:30 WITA
8
Kadek Suriani,, 13 Agustus 09:45 WITA
9
Kadek Suriani,, 13 Agustus 09:45 WITA
dengan iman Kristen.
10
Merasa bahwa diri sebagai orang Bali tetapi adat dan budaya Bali tidak ada pada diri mereka, maka mereka perlahan-lahan mencari kembali identitas mereka sebagai
orang Bali. Mereka mau menjadi orang Bali yang bukan saja hanya karena nama, tetapi mereka mau juga memiliki identitas Bali sehingga mereka bisa diakui keberadaannya oleh masyarakat
luas bahwa mereka benar-benar sebagai orang Bali yang walaupun sudah beragama Kristen tetapi tetap memakai adat dan budaya Bali.
11
Warga GKPB Jemaat Pniel Blimbingsari merayakan Paskah dengan tradisi
memunjung
ke makam keluarga dengan membawa bunga, lilin, air, rokok dan sebagainya sesuai dengan kesukaan dari keluarga yang sudah meninggal. Menurut Ibu Ni Wayan Ester bahwa lilin yang
dibawa dan diletakan di makam suaminya adalah tanda hubungan yang erat. Ibu Ester mengatakan bahwa sehari-hari ia masak menggunakan api. Makanan yang sudah dimasak
tersebut memberi hidup baginya dan anak-anaknya.
12
Tradisi memunjung dilakukan saat Paskah karena saat Paskah adalah saat untuk memberitakan kabar kemenangan. Paskah juga memiliki
arti sukacita dan suka cita itu harus dibagikan dengan sanak keluarga yang sudah meninggal. Berkunjung ke makam juga menunjukan rasa bakti terhadap orang tua yang tentunya memiliki
jasa yang sangat besar dalam kehidupan mereka.
13
Hal ini bukan berarti bahwa sanak keluarga yang masih hidup menjadi penyembah dari keluarga yang sudah meninggal tetapi ini adalah
hanya sebagai simbol bahwa hubungan mereka tidak terputus hanya karena kematian. Mereka biasanya beribadah dan berdoa di makam keluarga masing-masing. Dengan berkunjung ke
makam keluarga maka ini adalah bentuk hubungan dari kerabat yang mungkin pada saat anggota keluarga meninggal, mereka tidak bisa ikut dalam pemakaman karena berada dalam rantauan dan
sibuk dengan kerja sehingga saat mengunjungi makam keluarga mereka bisa berdoa kepada Tuhan untuk mengampuni kesalahan ketika keluarga masih hidup.
14
Paskah adalah hari kemenagan Kristus atas maut dengan ini mereka mau mengenang bagaimana nenek moyang
mereka sudah menang dari kehidupan duniawi dan menemukan hidup bersama Kristus. Mereka ditolak di daerah asal dan menemukan hidup baru di Blimbingsari.
15
Adapun proses dari tradisi memunjung tersebut adalah sebagai berikut:
a. Tahap persiapan
Pada tahap awal yang dilakukan adalah persiapan di keluarga dan
enjungan
wilayah
.
Setiap keluarga biasanya akan membersihkan halaman rumah, memotoh rumput dan sebagainya supaya suasana rumah menjadi nyaman. Setiap rumah tangga mempersiapkan diri dengan
memasang
penjor
di depan rumah masing-masing. Biasanya beberapa hari sebelum Paskah
10
Pdt. EM, Suyaga Ayub, 13 Agustus 2015 09:30
11
Pdt. EM, Suyaga Ayub, 13 Agustus 2015 09:30
12
Ni Wayan Ester, warga jemaat, wawancara, Blimbingsari 13 Agustus 2015:17:00
13
I Ketut Suardana, Warga jemaat, wawancara, Blimbingsari,14 Agustus 2015, 14:25
14
Ni Wayan Ester, warga jemaat, wawancara, Blimbingsari 13 Agustus 2015:17:00
15
I Nyoman Dirgayusa, warga disapora, wawancara, Blimbingsari, 16 Agustus 2015: 16:00
warga diaspora akan datang untuk ikut merayakan Paskah yang dirangkai dengan tradisi memunjung. Bagi keluarga yang memiliki saudara diaspora mereka sibuk mempersiapkan
makanan dan tempat tinggal untuk saudaranya.
Setelah persiapan di rumah tangga, sekitar H minus dua dilakukan kerja bakti untuk membersihkan kuburan, seperti mencabut rumput dan membersihkan kuburan dari lumut kerak.
Hal ini dikarenakan kuburan dianggap sebagai rumah bagi orang yang sudah meninggal yang harus dijaga kebersihanya. Hal lainnya adalah untuk menjadikan kuburan sebagai tempat yang
indah seperti taman bukan sebagai tempat yang menyeramkan. Kubur Yesus terletak di taman sehingga ketika murid-murid perempuan yan datang ke kuburan tidak takut karena suasana kubur
seperti taman.
16
H minus satu pagi-pagi sesuai dengan kelompok wilayah yang sudah ada akan dilakukan pemotongan binatang babi untuk persiapan bagi anggota keluarga yang
diaspora akan datang. Pemotongan babi di pagi hari karena pada siang hari dilakukan kerja bakti di gereja yaitu merias gereja dengan nuansa budaya Bali, memasang tenda, menambah kursi dan
memasang
penjor
di halaman gereja. Pada sore hari biasanya ibu-ibu setelah kerja bakti di gereja akan sibuk untuk memotong bunga dan persiapan lainnya untuk tradisi memunjung ke makam
keluarga.
b. Tahap pelaksanaan
Prosesi diawali dengan ibadah Paskah pada pukul 05:00 WITA pagi. Jemaat diundang untuk berpakaian adat Bali untuk memancarkan nuansa budaya Bali. Liturgi ibadah dilakuan
dalam budaya Bali. Sekitar pukul 06:30 proses dilanjutkan dengan tradisi memunjung ke makam
Giri Astana Raga.
Sekitar tahun 2005-2007, prosesi memunjung dengan memakai kain putih sepanjang 100 m, prosesi diawali dengan membentangkan kain dari Balai Desa sampai depan
gedung gereja. Prosesi diatur sedemikian. Pada bagian depan ada Lilin dan Salib diikuti dengan kain putih sepanjang 100 m yang dipegang oleh seluruh warga jemaat dan diiringi oleh tabuh
gong serta
marching band
. Prosesi ini dilakukan dengan berjalan kaki sampai di makam.. Sesampainya di makam, maka kain tersebut akan dipasang pada salib dan untaian kain itu akan
dibentangkan ke makam. Menurut sumber, ini adalah lambang dari persekutuan Kerajaan Allah, persekutuan itu mencakup mereka yang sudah meninggal dan juga yang masih hidup. Sumber
mengatakan juga bahwa dalam kegitan ini diperkiran lebih dari 1000 orang ikut ambil bagaian. Mereka adalah warga jemat , diaspora, anak panti asuhan dan warga lain yang ikut dalam tradisi
tersebut. Kegiatan yang dilakukan di makam adalah, ibadah singkat dan dilanjutkan menabur bunga, menyalakan lilin tetapi tidak jarang ada warga jemaat yang memberi, rokok, makanan dan
sebagainya.
c. Tahap akhir
Seusai acara di makam, warga jemaat akan kembali ke tempat masing-masing. Pada kesempatan inilah mereka akan meluangkan waktu dalam kebersamaan. Mereka akan makan bersama-sama
dengan keluarga besar. Kemudian mereka akan saling mengunjungi antara keluarga yang satu dan yang lainnya. Pada sore hari dalam rangka perayaan Paskah diadakan olah raga bersama di
16
Pdt. EM, Suyaga Ayub, 13 Agustus 2015 09:30
lapangan umum desa Blimbingsari. Biasanya setelah H plus satu jemaat diaspora akan kembali ke tempat rantau.
6. Memunjung sebagai upacara ritual tradisional.