Memunjung sebagai upacara ritual tradisional. Nilai sosial dan teologis dari tradisi memunjung Jemaat GKPB Pniel Blimbingsari

lapangan umum desa Blimbingsari. Biasanya setelah H plus satu jemaat diaspora akan kembali ke tempat rantau.

6. Memunjung sebagai upacara ritual tradisional.

Memunjung adalah ritual tahunan, hal ini karena ritual ini hanya dilakukan satu kali dalam setahun yaitu pada hari raya Paskah. Dalam bukunya yang berjudul Fenomenalogi Agama, Mariasusai Dhavamony membagi ritual dalam empat macam. Pada pandangannya ini memunjung termasuk ritual sebagai tindakan riligius, kultus leluhur. 17 Tradisi memunjung adalah sebuah tindakan riligius sebagai bentuk ekspresi iman jemaat terhadap kemenangan iman. Yesus Kristus sebagai figur utama dari iman Kristen telah menang terhadap maut dan ekspresi ini ditunjukan dengan mengunjungi makam keluarga yang sudah meninggal. Kunjungan ini sebagai bentuk rasa hormat dengan leluhur. Dalam tradisiritual memunjung ada maksud dan tujuan yaitu untuk mewujudkan pengertian dan pemahaman atas nilai-nilai serta gagasan vital yang terkandung di dalamnya. 18 Hal ini tercermin dari bagaimana mereka ingin menunjukan rasa hormat terhadap leluhur dan solidaritas.

7. Alasan-alasan melakukan tradisi memunjung

a. Identitas sebagai orang Bali

Melihat dari latar belakang warga GKPB Jemaat Pniel Blimbingsari yang adalah orang Bali maka mereka mau memperlihatkan identitas mereka sebagai orang Bali. Mereka menganut agama minoritas. Kekristenan dianggap sebagai agama yang membenci budaya dan adat Bali. Tradisi memunjung yang dilakukan oleh GKPB Jemaat Pniel Blimbingsari adalah jawaban atas anggapan yang menyudutkan agama Kristen sebagai agama yang membenci adat dan budaya. 19 Tradisi memunjung yang dilakukan menunjukan walaupun mereka menganut agama yang bukan mayoritas, tetapi identitas mereka sebagai orang Bali masih tetap ada. Adat dan budaya Bali dipergunakan untuk mengekspresikan iman mereka.

b. Menghormati leluhur

Perjuangan leluhur dalam membuka desa Blimbingsari untuk menjadi desa yang baik perlu untuk dihargai. Para leluhur diusir dari tempat asal mereka karena memeluk agama Kristen. Mereka berjalan dari daerah asal menuju ke Blimbingsari yang dulunya adalah hutan. Keberanian mereka untuk pergi dari kehidupan yang lama telah membuat kehidupan anak-cucu mereka menjadi lebih baik. Jasa-jasa mereka patut dikenang. 20 Kunjungan ke makam dalam tradisi memunjung pada perayaan Paskah adalah bentuk hormat dan adanya hubungan persekutuan yang tidak terputus oleh kematian. 21 17 Mariasusai Dhavamony,Fenomenologi Agama Yogyakarta: Kanisius, 1995, 175 18 18 Hambali Hasan, Upacara Tradisional yang berkaitan dengan pariwisata Alam kepercayaan daerah Sumatra Selatan. 2 19 Pdt. EM, Suyaga Ayub, 13 Agustus 2015 09:30 20 I Ketut Suardana, 14 Agustus 2015, 14:25 21 Pdt. EM, Suyaga Ayub, 13 Agustus 2015 09:30

8. Nilai sosial dan teologis dari tradisi memunjung Jemaat GKPB Pniel Blimbingsari

Menurut pandangan dari Linton dan beberapa ahli yang menyatakan bahwa kebudayaan adalah nilai-nilai yang diwariskan yang di mana di dalamnya terdapat unsur kepercayaan, kesenian, dan moral hukum adat istiadat, 22 maka memunjung juga termasuk ke dalam pengertian kebudayaan. Hal ini karena dalam tardisiritual memunjung mengandung beberapa hal yang diungkapkan oleh beberapa ahli tersebut. Ritualtradisi memunjung juga diwariskan. Ada banyak nilai-nilai yang diwariskan secara turun temurun dari leluhur kepada anak-cucu. Warga jemaat GKPB Pniel Blimbingsari juga memiliki kepercayaan-kepercayaan bahwa anggota keluarga yang sudah meninggal masih tetap memiliki hubungan yang sangat erat dengan anggota keluarga yang masih hidup. Kepercayaan ini sangat menentukan bagimana mereka harus memperlakukan anggota keluarga yang sudah meninggal. Mereka yang sudah meninggal diperlakukan selayaknya masih hidup walupun secara fisik mereka tidak ada, tetapi mereka masih tetap yakin jikalau kehidupan mereka masih dipengaruhi oleh keberadaan dari anggota keluarga yang sudah meninggal. Pada saat ritualtradisi memunjung juga ditampilkan kesenian daerah yaitu pakaian adat, tabuh gong dan juga marching band yang digunakan untuk mengiringi prosesi tradisi memunjung . Keberadaan kesenian dan alat kesenian ini bertujuan untuk menyemarakan suasana Paskah dan sebagai bentuk sukacita atas kemenangan pada Paskah. Bukan itu saja dalam tradisi memunjung juga ada nilai-nilai moral yang juga dapat dipelajari yaitu bagaimana sikap hormat dan saling menghargai antar warga jemaat. Rasa hormat terhadap leluhur ditunjukan dengan kepedulian terhadap mereka dengan selalu menyebut mereka dalam setiap doa. Berkunjung adalah bentuk rasa hormat dan kepedulian terhadap anggota keluarga yang sudah meninggal. Nilai sosial yang tidak kalah penting adalah kebersamaan, warga jemaat bersama-sama berjalan kaki ke makam dengan memegang kain dan menggunakan pakaian adat sesampainya di makam mereka tidak hanya menabur bunga di makam keluarga yang memiliki hubungan darah saja, tetapi juga di makam yang lain, mereka merasa bahwa pendahulu-pendahulu mereka sama-sama berjasa dalam membuka desa Blimbingsari sehingga mereka juga merasa bahwa yang sudah meninggal juga adalah anggota keluarga. Siapapun yang masuk ke desa Blimbingsari adalah anggota keluarga. Melihat dari tradisiritual memunjung, maka tentunya memunjung adalah sebuah budaya yang memiliki tiga wujud. Hal ini senada dengan apa yang diungkapkan oleh Koentjaraningrat yang mengungkapkan bahwa kebudayaan terdiri dari ide, sistim sosial dan kebudayaan fisik. 23 Ide yang ada dalam ritualtradisi memunjung adalah pemikiran bahwa orang yang sudah meninggal masih memiliki hubungan yang erat dengan orang yang masih hidup sehingga mereka perlu diperhatikan. Hubungan yang erat di sini dimaksud adalah kematian tidak memutuskan persekutuan. Sebagai sistem atau aktivas sosial dalam melakukan tradisi memunjung mereka berjalan kaki mengunjungi makam keluarga dan melakukan doa, menabur bunga, menyalakan lilin dan memberi sesuatu yang menjadi kesukaan dari orang yang sudah meninggal. 22 Harsojo, Pengantar Antropologi Bandung:Binacipta, 1967 109 23 Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan Jakarta: Gramedia,1982 . 5-7 Kebudayaan fisik yang ada dalam tradisi memunjung adalah penggunaan alat musik seperti gong, pakaian adat, marching band dan juga kuburan. Alat-alat tersebut adalah kebudayaan yang nyata yang dipakai dalam tradisi memunjung. Secara teologis tradisi memunjung memiliki makna yang sangat penting bagi jemaat GKPB Pniel Blimbingsari. Penggunaan alat musik gambelan dan marching band adalah sarana untuk memuji Tuhan dengan nada dan irama yang teratur. Pemain gambelan dan marching band terdiri dari dari anak-anak sampai yang sudah dewasa, hal ini dimaknai dalam memuliakan Tuhan setiap orang terpanggil untuk memuliakan Tuhan tanpa melihat latar belakang usia. Sebelum tradisi memunjung dilakukan warga jemaat akan membersihkan makam keluarga hal ini dilakukan supaya suasana kuburan menjadi nyaman. Kuburan tidak menjadi sesuatu yang menyeramkan seperti yang dipahami pada umumnya. Kuburan adalah rumah bagi anggota keluarga yang sudah meninggal sudah selayaknya suasana kuburan sama seprti rumah sendiri. Tradisi memunjung juga mengacu pada kunjungan perempuan ke makam Yesus di mana mereka tidak takut karena kuburan tidak menyeramkan. Penggunaan kain sepanjang 100 meter yang berwana putih yang dibentangkan di makam adalah simbol dari kemenagan Kristus. Paskah identik dengan warna putih yang adalah lambang dari kemenangan dan kehidupan yang baru. Bentangan kain adalah wujud persekutuan warga jemaat yang masih hidup dan yang sudah meninggal dengan Allah. 24

9. Memunjung dalam Tipologi Richard Niebuhr