PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA KOMPETENSI DASAR MENYELIDIKI SIFAT–SIFAT ZAT BERDASARKAN WUJUDNYA DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

(1)

Meita Widian Pangestika

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA KOMPETENSI

DASAR MENYELIDIKI SIFAT–SIFAT ZAT BERDASARKAN WUJUDNYA DAN PENERAPANNYA DALAM

KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Oleh

MEITA WIDIAN PANGESTIKA

Berdasarkan observasi di sekolah melalui wawancara penulis terhadap siswa dan guru IPA fisika di SMPN Bina Bhakti Way Pengubuan, diketahui bahwa guru belum memanfaatkan secara maksimal sarana dan prasarana yang ada seperti laboratorium untuk pembelajaran. Diketahui pula bahwa pada materi wujud zat kompetensi dasar menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari murid merasa kesulitan dalam menerima materi tersebut secara jelas dan nyata. Mempertimbangkan masalah-masalah tersebut, maka penulis mengembangkan LKS sebagai salah satu media pembelajaran. LKS yang dikembangkan berbasis KPS yaitu penemuan secara langsung oleh siswa yang berisi pertanyaan (melakukan dan menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, berkomunikasi dan berhipotesis mengenai suatu peristiwa), Kegiatan keterampilan proses sains (pra laboratorium dan kegiatan laboratorium), rangkuman, latihan soal dan evaluasi. LKS hasil


(2)

Meita Widian Pangestika pengembangan dilengkapi dengan kunci jawaban. Desain tersebut meliputi tujuh tahapan prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: analisis kebutuhan, identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, pengembangan produk, uji internal uji

kelayakan produk, uji eksternal uji kemanfaatan produk oleh pengguna dan tahap terakhir produksi. Hasil uji internal menunjukkan media yang dikembangkan telah sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai salah satu media pembelajaran. Hasil uji eksternal menunjukkan bahwa kualitas media sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat serta efektif digunakan sebagai media pembelajaran ditunjukkan oleh siswa yang antusias dan mampu mengerjakan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS. Jadi, dapat disimpulkan bahwa dihasilkan media pembelajaran LKS berbasis KPS yang telah teruji dan layak digunakan dengan kualitas sangat menarik, sangat mudah digunakan, dan sangat bermanfaat, dan dinyatakan efektif digunakan sebagai media pembelajaran.


(3)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS (KPS) PADA KOMPETENSI DASAR MENYELIDIKI SIFAT-SIFAT ZAT BERDASARKAN

WUJUDNYA DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI

Oleh

MEITA WIDIAN PANGESTIKA

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2013


(4)

Judul Skripsi : PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BERBASIS KETERAMPILAN PROSES SAINS PADA KOMPETENSI DASAR

MENYELIDIKI SIFAT – SIFAT ZAT BERDASARKAN WUJUDNYA DAN PENERAPANNYA DALAM KEHIDUPAN SEHARI - HARI Nama Mahasiswa : Meita Widian Pangestika

Nomor Pokok Mahasiswa : 0853022035 Program Studi : Pendidikan Fisika

Jurusan : Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Drs. Eko Suyanto, M.Pd. Viyanti, S.Pd, M.Pd.

NIP 19640310 199112 1 001 NIP 19800330 200501 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Eko Suyanto, M.Pd.

Sekretaris : Viyanti, S.Pd, M.Pd.

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Undang Rosidin, M.Pd

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si NIP 19600315 198503 1 003


(6)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah:

Nama : Meita Widian Pangestika

NPM : 0853022035

Fakultas/ Jurusan : KIP/ P. MIPA Program Studi : Pendidikan Fisika

Alamat : Mujirahayu RT/ RW 11/3 Kecamatan Seputih

Agung Kabupaten Lampung Tengah

Menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar sarjana disuatu perguruan tinggi dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang penuh ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang tertulis diacuan dalam naskah ini disebut dalam daftar pustaka.

Bandar Lampung, Januari 2012 Yang Menyatakan

Meita Widian Pangestika NPM. 0853022035


(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mujirahayu pada tanggal 03 Mei1990, anak kedua dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ngadiman dan Ibu Sarmini.

Penulis mengawali pendidikan pada tahun 1996 di SD Negeri III Mujirahayu, kemudian melanjutkan di SMP Negeri I Way Pengubuan yang diselesaikan pada Tahun 2005 dan masuk SMA Negeri I Seputih Agung yang diselesaikan pada Tahun 2008. Pada tahun 2008 penulis diterima di Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Pada tahun 2010, penulis melaksanakan Kuliah Kerja Lapang (KKL) di Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta. Pada tahun 2011, penulis melakukan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di desa Terbanggi Subing Kecamatan Gunung Sugih

Kabupaten Lampung Tengah dan sekaligus melaksanakan Praktek Pengalaman Lapang (PPL) di SMP Negeri 4 Gunung Sugih.

Selama sekolah di SD, SMP, dan SMA, penulis mengikuti organisasi yaitu: SD (Pramuka), SMP (Pencak silat, Paskibra dan Olah raga) dan SMA (Pramuka, PMR, Seni Tari danTeater). Selama menempuh pendidikan di Pendidikan Fisika, penulis memiliki beberapa pengalaman organisasi yaitu: Menwa Satuan 201 Universitas Lampung, dan Search And Rescue (SAR). Sejak awal kuliah pada tahun 2008 penulis mengikuti organisasi Komando Resimen Mahasiswa


(8)

(MENWA) Raden Intan Satuan 201 Universitas Lampung. Di organisasi MENWA penulis melewati beberapa jenjang pendidikan: Pra pendidikan dasar tahun 2008, Pendidikan dasar tahun 2009, dan Pendidikan Provos tahun 2009. Selanjutnya penulis menjabat sebagai staf pada tahun 2009–2012 (Ksu Tri, Kasi Min, dan Kaset) dan menjadi Komandan Satuan 201 Universitas Lampung pada periode 2012/2013. Pada Tahun 2009 penulis mengikuti pelatihan Bela Negara tingkat Propinsi dan pada tahun 2012 mengikuti Kursus Dinas Staf (KDS) Menwa se-Indonesia di Bandung. Pada tahun 2010 penulis mulai mengikuti pelatihan SAR Menwa Se-Lampung dan Pelatihan SAR tingkat daerah yang dilaksanakan oleh BASARDA pada tahun 2011.


(9)

MOTTO

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari sesuatu urusan, kerjakanlah dengan sungguh-sungguh urusan yang

lain dan kepada Tuhan Mu’lah Kamu Berharap” (Q.S. Al-Insyirah: 6-8)

“Tidak ada kata mundur sebelum melangkah, mencoba dan melaksansanakan dengan keseriusan dan penuh tanggung jawab”

(Meita Widian Pangestika)

“Setiap langkah kaki harus ada perencanaan dan tujuan yang jelas” (Meita Widian Pangestika)


(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat-Nya. Teriring do’a dan rasa syukur penulis persembahkan karya kecil ini sebagai

ungkapan rasa sayang dan cinta penulis kepada:

Kedua orang tua penulis, Bapak Ngadiman dan Ibu Sarmini yang telah sepenuh hati membesarkan, menyayangi, mendidik, dan mendo’akan penulis yang tiada henti untuk kesuksesannya. Semua yang Bapak dan Ibu berikan tidak akan pernah

penulis lupakan. Penulis akan membuat kalian bangga dengan hasil yang akan didapatkan kelak.

Mbak Sivi Ani Neri Anggraeni dan Adik Anggit Mulya Permana yang selalu menyayangi, mendo’akan dan memberikan semangat kepada penulis untuk

melakukan aktivitas sehari-harinya demi keberhasilan penulis. Saudara penulis di Bandar Lampung Bulek Sundari, Paklek Daud, Dek Agung, Dek Berti dan Mbak Nur yang telah mendukung dan memberikan

semangat untuk kesuksesan penulis.

Saudara-saudara penulis di rumah yang selalu mendo’akan dan mendukung untuk kesuksesan penulis.

Keluarga Besar Menwa Satuan 201 Universitas Lampung terimakasih yang telah memberikan ilmu organisasi.


(11)

SANWACANA

Alhamdulillah segala puji hanya bagi Allah SWT, atas rahmat dan ridho-Nya

penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja

Siswa (LKS) Berbasis Keterapilan Proses Sains (KPS) pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat–sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Peranannya dalam

kehidupan Sehari-hari”. Sholawat serta salam penulis haturkan kepada Rosululloh SAW dan mudah-mudahan kelak kita mendapat syafa’atnya di yaumil akhir.

Amiin ya Robbal’alamiin.

Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA. 3. Bapak. Dr. Agus Suyatna, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Fisika.

4. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik (PA) dan sekaligus Pembimbing I, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.

5. Ibu Viyanti, S.Pd, M.Pd., selaku Pembimbing II, atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada penulis selama menyelesaikan skripsi.


(12)

6. Bapak Dr. Undang Rosidin, M.Pd, selaku Pembahas yang banyak memberikan masukan dan kritik yang bersifat positif dan membangun.

7. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si, selaku evaluator uji ahli desain LKS, terimakasih atas waktu dan masukkannya untuk perbaiakan LKS hasil pengembangan penulis.

8. Ibu Catur Damar Tanjung S.Pd, selaku evaluator uji spesifikasi LKS Sekaligus sebagai guru mitra, terimakasih atas waktu, kerjasama dan masukkannya untuk perbaiakan LKS hasil pengembangan penulis.

9. Ibu Partiyani S.Pd, selaku evaluator uji isi LKS, terimakasih atas waktu dan masukkannya untuk perbaiakan LKS hasil pengembangan penulis.

10.Bapak dan ibu dosen Pendidikan Fisika Universitas Lampung yang telah membimbing penulis dalam pembelajaran di Universitas Lampung.

11.Bapak Drs. Mujahidin selaku Kepala SMP Bina Bhakti Way Pengubuan yang telah memberi izin dan arahan selama penelitian.

12.Bapak dan ibu dewan guru SMP Bina Bhakti Way Pengubuan beserta staf tata usaha yang membantu penulis dalam melakukan penelitian.

13.Anak-anak siswa kelas VIIB SMP Bina Bhakti Way Pengubuan atas bantuan dan kerjasamanya.

14.Paling istimewa untuk orang tua penulis bapak Ngadiman dan ibu Sarmini, untuk saudara penulis mbak Silvi dan adik anggit.

15.Saudara satu angkatan penulis di Menwa Sat 201 Universitas lampung (Angkatan XXX) Ngah Wina (Kancil), Lek Rahmad (Sate Masate), Bang Riky (Cempe bugile), Kak Wira (Mulut Besar), Kak Haris (Doyok), Mas Ari


(13)

Widayat (Ki patkai), Udo Fahrudin (Sunggokong), Mas Yoan (Tessi) dan Ayuk Ferni Eliza.

16.Kakanda penulis ajo Desfan, bang Hafiz, bang Tiar, mas Eko, kanjeng doel, bang Joni, mbak eli, uncu Fitri, mas Radit, uda Chandra, mbak Santi, mbak Ana, mbak Nela, mas Robertus, mas kukuh, mas Agus, dan udo Miftah. Adinda penulis Indri, Bina, Irma, Ita, Yusrina, Meyrisda, Gusti, Roganda, Gunawan, Arif, Purba, Afdal, Ipin, Arif, Amin, dan Benny. Adinda penulis angkatan 34 yang tidak bisa disebutkan namanya satu persatu terimakasih atas kebersamaan dan kerjasamanya selama di Menwa, lanjutkan perjuangan kita di Menwa dengan penuh tanggung jawab dan keikhlasan.

17. Kakanda dan Ayunda penulis dari angkatan 1-24 yang telah memberikan ilmunya kepada penulis semenjak masuk di organisasi Menwa Sat 201 Universitas Lampung hingga saat ini.

18.Kakanda dan Ayunda penulis di jajaran Skomen periode 2013-2015, Danmen Iwan Gunawan, Wadanmen 1 Solehan, Wadanmen 2 Darlian Pone dan jajaran staf skomen, dewan pakar beserta staf ahli terimakasih atas dukungan,

pengalaman dan ilmu yang diberikan selama ini.

19.Teman-teman penulis di organisasi Menwa Se-Indonesia yang telah bekerjasama dan berbagi ilmu selama di Menwa.

20.Sahabat–sahabat penulis di pendidikan fisika Selly Monalisa (han), Eva Ronica (beb), teh Rika, Eka Prasetiya, Liyan (tew), Yuniar Alam, Bang Ajeng dan mbak Indah, terimakasih atas semua yang telah kalian berikan selama kita berjuang di pendidikan fisika 2008.


(14)

22.Teman satu angkatan penulis di Team Search And Rescue tahun 2011. 23.Almamater tercinta Universitas Lampung.

24.Teman-teman seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi teh Nurul, Nces Nova, Eneng Mayang dan Nduk Eva terimaksih atas dukungannya. 25. Teman-teman seperjuangan penulis, keluarga besar pendidikan fisika 2008 26.Kakak tingkat angkatan 2007, 2006, 2005, terimakasih atas bimbingannya. 27.Adik-adik tingkat dan keluarga besar fisika, 2009, 2010, 2011 dan 2012. 28.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

Penulis berdo’a semoga semua amal dan bantuan saudara/i mendapat pahala serta

balasan dari Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat. Amiin.

Bandarlampung, Januari 2013 Penulis,


(15)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR GAMBAR ... xx

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

E. Ruang Lingkup Penelitian... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 7

1. Pengertian LKS ... 7

2. Manfaat LKS ... 9

3. Tujuan LKS ... 11

4. Langkah-langkah penulisan LKS ... 13

5. Struktur LKS ... 18

6. Prosedur Pengembangan LKS ... 20

B. Keterampilan Proses Sains (KPS) ... 22

C. Instrumen Penilaian ... 30

1. Penilaian KPS ... 30

2. Komponen penilaian KPS ... 32

3. Pelaksanaan penilaian KPS ... 32


(16)

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan ... 36

B. Prosedur Penelitian Pengembangan ... 36

1. Analisis Kebutuhan ... 38

2. Identifikasi Sumber Daya ... 38

3. Identifikasi Spesifikasi Produk ... 39

4. Pengembangan Produk ... 39

5. Uji Internal ... 40

6. Uji Eksternal ... 42

7. Pencetakan Produk ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Pengembangan ... 43

B. Pembahasan ... 56

1. Kesesuaian Media yang Dihasilkan dengan Tujuan Pengembangan ... 56

2. Kelebihan dan Kekurangan Media ... 59

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61

B. Saran ... 61


(17)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

2.1Indikator Keterampilan Proses Sains ... 25

2.2Klasifikasi Keterampilan Proses Sains ... 26

2.3 Konversi skor penilaian ke pernyataan kualitas ... 31

4.1 Rekapitulasi Hasil Wawancara ... 44

4.2 Indikator Keterampilan Proses Sain ... 48

4.3 Konversi skor penilaian ke pernyataan penilaian ... 49

4.4 Rangkuman Hasil Uji Spesifikasi Produk ... 49

4.5 Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain... 50

4.6 Rangkuman Hasil Uji Ahli Isi ... 51

4.7 Rangkuman Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 52

4.8 Rangkuman Hasil Uji afektif pengguna dalam uji satu lawan satu ... 53

4.9 Rangkuman Hasil Uji Kelompok Kecil ... 54

4.10Rangkuman Hasil Uji afektif pengguna dalam uji kelompok kecil ... 55


(18)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman 3.1 Model Pengembangan Media intruksional diadaptasi dari prosedur

pengembangan produk dan uji produk menurut


(19)

1

I.PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan sains menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Oleh karena itu, dalam upaya membelajarkan fisika yang mengacu pada pemahaman dan penalaran maka diperlukan metode pengajaran yang sesuai dengan lingkungan belajar siswa dan karakter materi fisika yang akan dibelajarkan. Pendekatan dan metode yang dipakai dalam pembelajaran harus dapat membelajarkan siswa untuk memahami dan menalar materi yang dipelajari, selain itu pendekatan dan metode ini juga harus dapat menampilkan hakekat fisika sebagai proses ilmiah, sikap ilmiah serta produk ilmiah.

Peserta didik harus mempelajari materi fisika melalui pemahaman dan aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. Dalam mempelajari suatu pelajaran peserta didik tidak hanya bergantung pada “apa” yang diajarkan, tetapi juga bergantung pada “bagaimana” pelajaran fisika itu diajarkan, atau bagaimana peserta didik belajar memahami suatu materi pelajaran. Peserta didik harus diberikan pengalaman langsung agar dapat mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sebelumnya. Upaya


(20)

2 yang dilakukan untuk memberikan pengalaman langsung kepada peserta didik dibutuhkan suatu metode pembelajaran yang tepat.

Pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses sains (KPS) dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk

mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Pembelajaran dengan pendekatan KPS akan berjalan dengan baik jika ada dukungan fasilitas yang cukup. Fasilitas tersebut meliputi: laboratorium fisika (alat dan bahan lengkap), buku pegangan siswa (buku paket dan buku penunjang lainnya), dan buku/lembaran tuntunan belajar dan mengajar bagi siswa dan guru untuk melakukan diskusi, praktikum, latihan penemuan hingga latihan inkuiri.

Keberadaan Lembar Kerja Siswa (LKS) memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan misalnya syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik LKS merupakan salah satu sumber belajar yang dapat dikembangkan oleh guru sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran. LKS yang disusun dapat dirancang dan dikembangkan sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan pembelajaran yang akan dihadapi. LKS juga merupakan media pembelajaran, karena dapat digunakan secara bersama dengan sumber belajar atau media pembelajaran yang lain. LKS menjadi sumber belajar dan media pembelajaran tergantung pada kegiatan pembelajaran yang dirancang.

Pemanfaatan media pembelajaran Fisika terutama alat peraga dan lembar kerja siswa sangat diperlukan untuk mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Media


(21)

3 yang efektif digunakan hendaknya mampu meningkatkan aktifitas dan minat belajar siswa. Untuk mendapatkan media yang efektif dapat digunakan LKS yang disusun menggunakan model dan metode tertentu.

Berdasarkan analisis dalam Standar Isi tahun 2006, suatu sajian pembelajaran dapat berjalan secara optimal jika terdapat kesesuaian Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar, kelengkapan pemilihan materi, adanya contoh penerapan konsep, adanya soal latihan untuk pendalaman konsep, adanya alat evaluasi serta adanya umpan balik terhadap keberhasilan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Untuk mencapai keberhasilan dalam pembelajaran diperlukan adanya kesesuaian antar komponen dalam suatu sajian pembelajaran yang dipadukan dengan suatu model pembelajaran yang sesuai. Dari hasil analisis kelengkapan sajian

pembelajaran dalam LKS yang digunakan oleh beberapa sekolah, ternyata isi pembelajarannya kurang mematuhi KTSP.

Banyak sekolah menggunakan LKS yang diterbitkan oleh beberapa penerbit nasional. Hasil analisis terhadap LKS yang digunakan di sekolah belum menuntun peserta didik untuk mendapatkan pengalaman secara langsung agar dapat

mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik sebelumnya. Hal ini disebabkan kebanyakan LKS yang ada hanya menyajikan ringkasan materi dan soal latihan.Seharusnya LKS yang digunakan peserta didik dapat memandu peserta didik melakukan sebuah pengalaman secara langsung dengan

memanfaatkan fasilitas yang dimiliki sekolah misalnya laboratorium dan

perpustakaan. Laboratorim dan perpustakaan merupakan fasilitas penunjang yang dimiliki sekolah untuk meningkatkan retensi peserta didik mendapat pengalaman


(22)

4 secara langsung dengan suatu proses penemuan. Namun pada kenyataannya perpustakaan belum mempunyai produk yang dapat mendukung siswa untuk mengembangkan potensi yang dimilikinya melalui pengalaman secara langsung di laboratorium.

Berdasarkan kondisi tersebut di atas salah satu alternatif yang diharapkan dapat membantu penyelenggaraan pembelajaran yang aktif bagi peserta didik adalah dengan adanya LKS yang disusun dengan model pembelajaran berbasis KPS. Konteks isi dari LKS ini disesuaikan dengan kondisi yang ada. Sehingga siswa dapat menggunakan LKS ini untuk mengembangkan pengalaman seperi dapat melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan,

meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan dan

menerapkan subkonsep. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi peserta didik.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis mempunyai gagasan untuk mengembangkan LKS fisika berbasis keterampilan proses sains sebagai inovasi dalam dunia pendidikan. Gagasan ini diwujudkan dalam bentuk skripsi dengan

judul ”PengembanganLembar Kerja Siswa (LKS) Berbasis Keterampilan

Proses Sains untuk Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat–sifat Zat

Berdasarkan wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari”.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut maka rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah diperlukan pengembangan Lembar Kerja Siswa fisika


(23)

5 berbasis ketrampilan proses sains untuk pembelajaran fisika kelas VII semester ganjil pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari.

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian adalah dihasilkan LKS fisika berbasis keterampilan proses sains untuk pembelajaran fisika kelas VII semester ganjil pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini adalah:

1. Bagi guru, LKS hasil pengembangan merupakan sumbangan ide yang dapat memberikan pengalaman belajar secara langsung kepada siswa melalui ketrampilan proses sains.

2. Bagi siswa, untuk menambah pengalaman belajar melalui eksperimen dan menambah pemahaman konsep pada kompetensi dasar Menyelidiki Sifat-Sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-Hari

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Penelitian pengembangan ini berorientasi pada pengembangan produk.

2. Pengembangan yang dimaksud adalah pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk pembelajaran fisika kelas VII semester ganjil


(24)

6 3. Materi pokok yang disajikan dalam penelitian ini adalah materi fisika SMP

pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari

4. Keterampilan Proses Sains (KPS) merupakan kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan secara langsung


(25)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Lembar Kerja Siswa (LKS)

1. Pengertian Lembar Kerja Siswa

Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan lembar kerja bagi siswa baik dalam kegiatan intrakurikuler maupun kokurikuler untuk mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang didapat (Azhar, 2000). LKS (lembar kerja siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara integrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri.

Lembar kerja siswa (LKS) merupakan salah satu perangkat pembelajaran fisika yang cukup penting dan diharapkan mampu membantu peserta didik menemukan serta mengembangkan konsep pembelajaran fisika.

LKS merupakan salah satu sarana untuk membantu dan mempermudah dalam kegiatan belajar mengajar sehingga akan terbentuk interaksi yang efektif antara siswa dengan guru, sehingga dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam

peningkatan prestasi belajar. Dalam lembar kerja siswa (LKS) siswa akan

mendapatkan uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan.

Lembar Kerja Siswa (LKS) Merupakan salah satu jenis alat bantu pembelajaran, bahkan ada yang menggolongkan dalam jenis alat peraga pembelajaran fisika.


(26)

8 Secara umum LKS merupakan perangkat pembelajaran sebagai pelengkap atau sarana pendukung pelaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Lembar kerja siswa berupa lembaran kertas yang berupa informasi maupun soal-soal (pertanyaan-pertanyaan) yang harus dijawab oleh peserta didik. LKS ini sangat baik digunakan untuk menggalakkan keterlibatan peserta didik dalam belajar baik dipergunakan dalam penerapan metode terbimbing maupun untuk memberikan latihan pengembangan. Dalam proses pembelajaran fisika, LKS bertujuan untuk menemukan konsep atau prinsip dan aplikasi konsep atau prinsip.

LKS merupakan stimulus atau bimbingan guru dalam pembelajaran yang akan disajikan secara tertulis sehingga dalam penulisannya perlu memperhatikan kriteria media grafis sebagai media visual untuk menarik perhatian peserta didik. Paling tidak LKS sebagai media kartu. Sedangkan isi pesan LKS harus

memperhatikan unsur-unsur penulisan media grafis, hirarki dan pemilihan pertanyaan-pertanyaan sebagai stimulus yang efisien dan efektif.

(Hidayah, 2007: 8).

Peran LKS dalam proses pembelajaran menurut (Dhari dan Haryono, 1988) adalah sebagai alat untuk memberikan pengetahuan, sikap dan ketrampilan pada siswa. Penggunaan LKS memungkinkan guru mengajar lebih optimal,

memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan, memberi penguatan, serta melatih siswa memecahkan masalah.


(27)

9 2. Manfaat Lembar Kerja Siswa

Melalui LKS guru akan memperoleh kesempatan untuk memancing siswa agar secara aktif terlibat dengan materi yang dibahas. Siswa dirangsang untuk

memperhatikan pengorganisasian materi, membubuhkan tanda-tanda khusus pada materi yang diberikan. Misalnya siswa diminta membubuhkan tanda kurung pada ide utama, menggaris bawahi rincian yang menunjang ide utama, dan menjawab pertanyaan yang sudah disiapkan pada LKS. Sedangkan manfaat yang diperoleh dengan penggunaan LKS dalam proses pembelajaran menurut (Suyitno, 1997: 40) adalah:

“(a) Mengaktifkan peserta didik dalam proses pembelajaran, (b) Membantu peserta didik dalam mengembangkan konsep, (c) Melatih peserta didik dalam menemukan dan mengembangkan keterampilan proses, (d) Sebagai pedoman guru dan peserta didik dalam melaksanakan proses pembelajaran, (e) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan belajar, (f) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis.”

Peran LKS sangat besar dalam proses pembelajaran karena dapat meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar dan penggunaannya dalam pembelajaran geografi dapat membantu guru untuk mengarahkan siswanya menemukan konsep-konsep melalui aktifitasnya sendiri. Selain itu LKS juga dapat mengembangkan

ketrampilan proses, meningkatkan aktifitas siswa dan dapat mengoptimalkan hasil belajar. Manfaat secara umum menurut (Sungkono, 2009: 8) adalah:

“(1) Membantu guru dalam menyusun rencana pembelajaran, (2)

Mengaktifkan peserta didik dalam proses belajar mengaja,. (3) Sebagai pedoman guru dan peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistimatis, (4) Membantu peserta didik memperoleh catatan tentang materi yang akan


(28)

10 dipelajari melalui kegiatan belajar, (5) Membantu peserta didik untuk menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar secara sistematis, (6) Melatih peserta didik untuk menemukan dan mengembangka keterampilan proses, (7) Mengaktifkan peserta didik dalam mengembangkan konsep.”

Secara umum LKS bermanfaat untuk guru dan peserta didik, baik sebagai pedoman dalam pembelajaran dan sebagai salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan di sekolah dalam proses belajar mengajar. LKS berbasis KPS mengajarkan peserta didik untuk menemukan hal-hal baru secara langsung melalui suatu eksperimen dan penguasaan konsep.

Adapun manfaat secara khusus menurut (Sungkono, 2009: 9) adalah:

“(a) Untuk tujuan latihan, siswa diberikan serangkaian tugas/aktivitas latihan. Lembar kerja seperti ini sering digunakan untuk memotivasi siswa ketika sedang melakukan tugas latihan.Untuk menerangkan penerapan (aplikasi), (b) Siswa dibimbing untuk menuju suatu metode penyelesaian soal dengan kerangka penyelesaian dari serangkaian soal-soal tertentu. Hal ini bermanfaat ketika kita menerangkan penyelesaian soal aplikasi yang memerlukan banyak langkah. Lembaran kerja ini dapat digunakan sebagai pilihan lain dari metode tanya jawab, dimana siswa dapat memeriksa sendiri jawaban pertanyaan itu, (c) Untuk kegiatan penelitian, siswa ditugaskan untuk mengumpulkan data tertentu, kemudian menganalisis data tersebut. Misalnya dalam penelitian statistika, (d) Untuk penemuan, dalam lembaran kerja ini siswa dibimbing untuk menyelidiki suatu keadaan tertentu, agar menemukan pola dari situasi itu dan kemudian menggunakan bentuk umum untuk membuat suatu perkiraan. Hasilnya dapat diperiksa dengan observasi dari contoh yang sederhana, (e) Untuk penelitian hal yang bersifat terbuka penggunaan lembaran kerja siswa ini

mengikutsertakan sejumlah siswa dalam penelitian dalam suatu bidang tertentu.”

Secara khusus LKS digunakan untuk mengerjakan pertanyaan-pertanyaan konsep dan melakukan penelitian berdasarkan materi/ teori pembelajaran yang didapat dari buku paket maupun guru disekolah.


(29)

11 Adapun bagi siswa menurut Dhari dan Haryono, 1988: 19 penggunaan LKS bermanfaat untuk:

“(1) Meningkatkan aktifitas siswa dalam mengikuti proses belajar

mengajar, (2) Melatih dan mengembangkan ketrampilan proses pada siswa sebagai dasar penerapan ilmu pengetahuan, (3) Membantu memperoleh catatan tentang materi yang dipelajari melalui kegiatan tersebut, (4) Membantu menambah informasi tentang konsep yang dipelajari melalui kegiatan belajar siswa secara sistematis.”

Lembar kerja siswa (LKS) memiliki manfaat bagi guru maupun bagi siswa yang menggunakannya untuk mempermudah dalam proses pembelajaran. LKS akan lebih bermanfaat jika didalamnya memuat tentang proses keterampilan sains yang digunakan sebagai media pembelajaran untuk memeperkenalkan kepada siswa tentang alat-alat laboratorium dan meberikan pengalaman langsung kepada siswa disekolah.

3. Tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS)

Dalam suatu pembelajaran di sekolah membutuhkan beberapa media pembeljaran dalam menyampaikan materi pelajaran. Media yang sering digunakan dalam pembelajaran disekolah misalnya buku paket dan LKS. Azhar (2000: 78) mengatakan bahwa:

“LKS dibuat bertujuan untuk menuntun siswa akan berbagai kegiatan yang perlu diberikan serta mempertimbangkan proses berpikir yang akan

ditumbuhkan pada diri siswa. LKS mempunyai fungsi sebagai urutan kerja yang diberikan dalam kegiatan baik intrakurikuler maupun ekstrakurikuler terhadap pemahaman materi yang telah diberikan.”

Dalam suatu pembelajaran LKS digunakan untuk membantu siswa dalam membangun proses berpikir dan membuat siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sehingga dalam kelas terjadi sutu interaksi.


(30)

12 Menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11), tujuan Lembar Kerja Siswa (LKS), antara lain:

“Melatih siswa berfikir lebih mantap dalam kegiatan belajar mengajar. Memperbaiki minat siswa untuk belajar, misalnya guru membuat LKS lebih sistematis, berwarna serta bergambar untuk menarik perhatian dalam mempelajari LKS tersebut.”

Tujuan penggunaan LKS dalam proses belajar mengajar menurut tim instruktur PKG dalam Sudiati (2003 : 11) adalah:

“(1)Memberi pengetahuan, sikap dan keterampilan yang perlu dimiliki oleh peserta didik. (2) Mengecek tingkat pemahaman peserta didik terhadap materi yang telah disajikan. (3) Mengembangkan dan menerapkan materi pelajaran yang sulit disampaikan secara lisan.”

Dengan adanya media Lembar Kerja Siswa (LKS) diharapkan dapat menjadikan peserta didik aktif dan cepat tanggap, serta kreatif. LKS dapat digunakan pada peserta didik untuk mengamati kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Dapat pula digunakan dalam pendekatan ketrampilan proses, dimana Siswa berlatih mengumpulkan kosep sebanyak–banyaknya tentang materi yang akan dipelajari melalui LKS dan kemudian didiskusikan untuk memperoleh kesimpulan

mengenai definisi dan karakteristik materi yang dipelajari.

Pemanfaatan LKS sebagai media pembelajaran dilakukan secara optimal, yaitu digunakan sebagai sumber perolehan informasi serta media dalam latihan soal. Implementasi pendekatan ketrampilan proses, dilakukan sesuai bagan desain pembelajaran dengan pendekatan ketrampilan proses melalui media LKS. Proses pembelajaran dilakukan dengan terlebih dahulu membagi siswa dalam kelompok kelompok. Pembelajaran dilakukan menggunakan berbagai macam metode, yaitu


(31)

13 metode penemuan konsep, metode diskusi, dan metode latihan soal. Penerapan setiap metode pembelajaran tersebut disesuaikan dengan karakteristik materi pelajaran pada setiap pertemuan. (Darliana: 1991)

4. Langkah-Langkah Penulisan LKS

Dalam menulis Lembar Kerja Siswa harusmelewati beberapa tahap/ langkah. Melakukan analisis kurikulum; standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, dan materi pembelajaran. Menyusun peta kebutuhan LKS, menentukan judul LKS, menulis LKS, menentukan alat penilaian.

Langkah-langkah menyusun LKS adalah:

a. Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar LKS. Analisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetesi yang harus dimiliki oleh siswa.

b. Menyusun peta kebutuhan LKS.sangat diperlukan guna mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan sekuensi atau urutan LKS-nya juga dapat dilihat. Sekuens LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

c. Menentukan judul-judul LKS ditentukan atas dasar KD-KD, materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul modul apabila kompetensi itu tidak terlalu besar,


(32)

14 sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara apabila diuraikan ke dalam materi pokok (MP) mendapatkan maksimal 4 MP, maka kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS. Namun apabila diuraikan menjadi lebih dari 4 MP, maka perlu dipikirkan kembali apakah perlu dipecah misalnya menjadi 2 judul LKS. (Abadi, Hartono, Junaedi dalam Rahmawati, 2006: 25)

d. Penulisan LKS

1. Rumusan kompetensi dasar

LKS diturunkan dari buku pedoman khusus pengembangan silabus. Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen SI

2. Menentukan alat penilaian

Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik. Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, dimana

penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompeten-si, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Panilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya.

3. Menyusun materi.

Materi LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, maka dapat saja dalam LKS ditunjukkan referensi yang digunakan agar


(33)

15 siswa membaca lebih jauh tentang materi itu. Tugas-tugas harus ditulis secara jelas guna mengurangi pertanyaan dari siswa tentang hal-hal yang seharusnya siswa dapat melakukannya, misalnya tentang tugas diskusi. Judul diskusi diberikan secara jelas dan didiskusikan dengan siapa, berapa orang dalam

kelompok diskusi dan berapa lama. (Abadi, Hartono, Junaedi dalam Rahmawati, 2006: 25)

Dalam pembuatan lembar kerja siswa perlu diperhatikan beberapa syarat dan hal-hal yang penting yaitu:

1.Mempunyai tujuan yang ingin dicapai berdasarkan GBPP, AMP, dan buku pegangan/paket, mengandung proses dan kemampuan yang dilatih, serta mengutamakan bahan-bahan yang penting.

a. Tata letak harus dapat menunjukkan urutan kegiatan secara logis dan sistematis, menunjukan bagian-bagian yang sudah diikuti dari awal sampai akhir, serta desainnya menarik dan indah.

b. Susunan kalimat dan kata-kata memenuhi kriteria berikut : sederhana dan mudah dimengerti, singkat dan jelas, istilah baru hendaknya diperkenalkan, serta informasi/ penjelasan yang panjang hendaknya dibuat dalam lembar catatan peserta didik.

c. Gambar ilustrasi dan skema sebaiknya membantu peserta didik,

menunjukkan cara, menyusun, dan merangkai sehingga membantu anak didik berpikir kritis. (Siddiq: 2009)


(34)

16 Agar lebih spesifik lagi pembahasan tentang cara pembuatan LKS maka

diklasifikasikan sebagai berikut:

1. Syarat didaktik, LKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses belajar- mengajar haruslah memenuhi persyaratan didaktik, artinya suatu LKS harus mengikuti asas belajar-mengajar yang efektif, yaitu : memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik itu adalah yang dapat digunakan baik oleh siswa yang lamban, yang sedang maupun yang pandai, menekankan pada proses untuk menemukan konsep-konsep sehingga LKS dapat berfungsi sebagai petunjuk jalan bagi siswa untuk mencari tahu, memiliki variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa, pengalaman belajarnya ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa (intelektual, emosional dan sebagainya), bukan ditentukan oleh materi bahan pelajaran.

2. Syarat konstruksi, yang dimaksud dengan syarat konstruksi adalah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan yang pada hakikatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh peserta didik. Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan peserta didik, menggunakan struktur kalimat yang jelas, memiliki taat urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat

kemampuan peserta didik menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka, tidak mengacu pada buku sumber yang diluar kemampuan keterbacaan, peserta didik menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaaan pada peserta


(35)

17 didik untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS, menggunakan

kalimat yang sederhana dan pendek, lebih banyak menggunakan ilustrasi daripada kata-kata, sehingga akan mempermudah peserta didik dalam menangkap apa yang diisyaratkan LKS, memiliki tujuan belajar yang jelas serta manfaat dari pelajaran itu sebagai sumber motivasi, mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya.

3. Syarat teknis, dari segi teknis memiliki beberapa pembahasan yaitu:

1) Tulisan

Menggunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi, menggunakan huruf tebal yang agak besar, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah, menggunakan tidak lebih dari 10 kata dalam satu baris, menggunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban peserta didik, mengusahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi.

2) Gambar

Gambar yang baik untuk LKS adalah yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada penguna LKS. Yang lebih penting adalah kejelasan isi atau pesan dari gambar itu secara keseluruhan.

3) Penampilan

Penampilan adalah hal yang sangat penting dalam sebuah LKS. Apabila suatu LKS ditampilkan dengan penuh kata-kata, kemudian ada sederetan pertanyaan yang harus dijawab oleh peserta didik, hal ini akan menimbulkan kesan jenuh


(36)

18 sehingga membosankan atau tidak menarik. Apabila ditampilkan dengan gambarnya saja, itu tidak mungkin karena pesannya atau isinya tidak akan sampai. Jadi yang baik adalah LKS yang memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan.

Uraian di atas merupakan syarat khusus pembuatan lembar kerja siswa, jika sudah terpenuhi maka melangkah pada syarat umum yang harus dipenuhi untuk

membuat LKS.

“(a) Melakukan analisis kurikulum baik SK,KD, indikator, maupun materi pokok, (b) Menyusun peta kebutuhan lembar kerja siswa yaitu pembuatan LKS harus membuat suatu konsep/rancangan terlebih dahulu guna

mengetahui materi/komponen perihal yang akan dibahas di dalam LKS tersebut,sehingga akan lebih mudah dalam pelaksanaannya, (c)

Menentukan judul LKS dan menulis LKS dengan buku paduan yang jelas, (d) Mencetak lembar kerja siswa dan menentukan lembar penilaian.” (Siddiq (2009: 13))

LKS yang dibuat harus sesuai langkah-langkah pembuatan LKS. Pembuatan LKS berbasis keterampilan proses sains meliputi langkah analisis kebutuhan dari media atau LKS yang digunakan di sekolah sekarang untuk dikembangkan yang lebih sesui dengan karakter pembelajaran sains yaitu bereksperimen, analisis kebutuhan juga dilakukan pada pengguna maupun pendidik.

5. Struktur LKS

Adapun struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut: Judul, mata pelajaran, semester, dan tempat Petunjuk belajar Kompetensi yang akan dicapai Indikator, Informasi pendukung Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja Penilaian.


(37)

19 Lembar kerja siswa berstruktur memuat informasi, contoh dan tugas-tugas. LKS ini dirancang untuk membimbing peserta didik dalam satu program kerja atau mata pelajaran, dengan sedikit atau sama sekali tanpa bantuan pembimbing untuk mencapai sasaran pembelajaran. Pada LKS telah disusun petunjuk dan

pengarahannya, LKS ini tidak dapat menggantikan peran guru dalam kelas. Guru tetap mengawasi kelas, memberi semangat dan dorongan belajar dan memberi bimbingan pada setiap siswa.

Rumaharto dalam Hartati, 2002: 22 menyebutkan bahwa

“LKS yang baik harus memenuhi persyaratan konstruksi dan didaktik. Persyaratan konstruksi tersebut meliputi syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran dan kejelasan yang pada hakekatnya haruslah tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna LKS yaitu peserta didik sedangkan syarat didaktif artinya bahwa LKS tersebut haruslah memenuhi asas-asas yang efektif.”

Lembar kerja dapat digunakan sebagai pengajaran sendiri, mendidik siswa untuk mandiri, percaya diri, disiplin, bertanggung jawab dan dapat mengambil

keputusan. LKS dalam kegiatan belajar mengajar dapat dimanfaatkan pada tahap penanaman konsep (menyampaikan konsep baru) atau pada tahap penanaman konsep (tahap lanjutan dari penanaman konsep). Pemanfaatan lembar kerja pada tahap pemahaman konsep berarti LKS dimanfaatkan untuk mempelajari suatu topik dengan maksud memperdalam pengetahuan tentang topik yang telah dipelajari pada tahap sebelumnya yaitu penanaman konsep (TIM PPPG Matematika dalam Rahmawati, 2006: 27).


(38)

20 Karakteristik Lembar Kerja Siswa menurut Sungkono, (2009: 11):

“(1) LKS memiliki soal-soal yang harus dikerjakan siswa, dan kegiatan-kegitan seperti percobaan atau terjun ke lapangan yang harus siswa lakukan, (2) Merupakan bahan ajar cetak, (3) Materi yang disajikan

merupakan rangkuman yang tidak terlalu luas pembahasannya tetapi sudah mencakup apa yang akan dikerjakan atau dilakukan oleh peserta didik, (4) Memiliki komponen-komponen seperti kata pengantar, pendahuluan, daftar isi, dan lain-lain.”

Spesifikasi LKS dibuat sebagai media pembelajaran berbasis keterampilan proses sains memuat indikator KPS, sebagai metode pembelajaran yang mengajarkan siswa untuk mendapatkan pengalaman secara langsung.

6. Prosedur Pengembangan LKS

Ada tiga langkah dalam mengembangkan LKS, yaitu:

1. Penentuan tujuan instruksional

Penentuan tujuan mestinya dimulai dengan melakukan analisis siswa, yaitu mengenali siapa siswa kita, perilaku awal dan karekteristik awal yang dimiliki siswa. Berdasarkan analisis ini akan diperoleh peta tentang kompetensi yang telah dan akan dicapai siswa, baik kompetensi umum maupun kompetensi khusus. Kedua kompetensi ini jika dirumuskan kembali dengan kaidah-kaidah yang berlaku, akan menjadi tujuan pembelajaran umum dan tujuan pembelajaran khusus. Kaidah yang berlaku antara lain dengan melengkapi pola ABDC (Audience, Behavior, Condition, Degree). Tujuan pembelajaran ditulis untuk menunjukkan apa yang harus mampu dilakukan oleh seorang siswa yang berhasil belajar dengan baik, atau kompetensi yang akan dicapai siswa setelah melalui


(39)

21 proses belajar. Dengan demikian kita harus menuliskan tujuan pembelajaran menggunakan kata kerja operasional, dan menghindari kata kerja yang tidak jelas seperti; memahami, mengenal, menguasai, menyadari, dan lain-lain. Tujuan pembelajaran yang baik akan memandu kita dalam memilih topik pembelajaran, menyusun strategi pembelajaran, memilih media dan metode pembelajaran, serta mengembangkan alat evaluasi hasil belajar.

2. Pengumpulan materi

Tentukan materi dan tugas yang akan dimuat dalam LKS dan pastikan pilihan ini sejalan dengan tujuan instruksional. Kumpulkan bahan/materi dan buat rincian tugas yang harus dilaksanakan siswa. Bahan yang akan dimuat dalam LKS dapat dikembangkan sendiri atau memanfaatkan meteri yang sudah tersedia

(menyusun).

3. Cek dan penyempurnaan.

Ada empat variabel yang harus dilihat sebelum LKS dapat dibagikan kepada siswa, yaitu:

“(1) Kesesuaian desain dengan tujuan instruksional. (2) Kesesuaian materi dengan tujuan instruksional. (3) Kesesuaian elemen dengan tujuan

instruksional. Pastikan bahwa tugas dan latihan yang diberikan menunjang pencapaian tujuan intruksional. (4) Kejelasan penyampaian, meliputi keterbacaan, keterpahaman dan kecukupan ruang untuk mengejakan tugas. (5) Untuk langkah penyempurnaan, mintalah komentar siswa, kemudian lakukan evaluasi dan perbaikan seperlunya.”


(40)

22 Penyempurnaan merupakan suatu uji perbaikan Lembar Kerja Siswa (LKS) agar lebih sesuai dengan desain, spesifikasi LKS dan materi yang akan disampaikan dalam pembelajaran.

B. Keterampilan Proses Sains (KPS)

Keterampilan proses sains merupakan sejumlah keterampilan yang dibentuk oleh komponen-komponen model sains/scientific methods. Keterampilan proses (prosess-skill) sebagai proses kognitif termasuk di dalamnya juga interaksi dengan isinya (content). Keterampilan menurut Devi, 2011: 9 mengemukakan:

“Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas. Proses didefinisikan sebagai perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam melakukan penelitian ilmiah. Proses merupakan konsep besar yang dapat diuraikan menjadi komponen-komponen yang harus dikuasai seseorang bila akan melakukan penelitian.” Sains (science) diambil dari kata latin scientia yang arti harfiahnya adalah

pengetahuan. Sund dan Trowbribge merumuskan bahwa Sains merupakan

kumpulan pengetahuan dan proses. Sedangkan Kuslan Stone menyebutkan bahwa Sains adalah kumpulan pengetahuan dan cara-cara untuk mendapatkan dan

mempergunakan pengetahuan itu. Sains merupakan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan. Sains sebagai proses merupakan langkah-langkah yang

ditempuh para ilmuwan untuk melakukan penyelidikan dalam rangka mencari penjelasan tentang gejala-gejala alam. Langkah tersebut adalah merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis dan akhimya menyimpulkan. Dari sini tampak bahwa karakteristik yang mendasar dari Sains ialah kuantifikasi artinya gejala alam dapat berbentuk


(41)

23 kuantitas (Wikipedia, 2011).

http://kamriantiramli.wordpress.com/2011/03/21/keterampilan-proses-sains/

Perkembangan ilmu pengetahuan sains berupaya membangkitkan minat manusia agar mau meningkatkan kecerdasan dan pemahamannya tentang alam seisinya yang penuh dengan rahasia yang tak habis-habisnya. Dengan tersingkapnya tabir rahasia alam itu satu persatu, serta mengalirnya informasi yang dihasilkannya, jangkauan sains semakin luas dan lahirlah sifat terapannya, yaitu teknologi. Namun dari waktu jarak tersebut semakin lama semakin sempit, sehingga

semboyan ” Sains hari ini adalah teknologi hari esok” merupakan semboyan yang berkali-kali dibuktikan oleh sejarah. Bahkan kini Sains dan teknologi manunggal menjadi budaya ilmu pengetahuan dan teknologi yang saling mengisi

(komplementer), ibarat mata uang, yaitu satu sisinya mengandung hakikat Sains (the nature of Science) dan sisi yang lainnya mengandung makna teknologi (the meaning of technology). Oleh karena itu, proses pelaksanaan pendidikan harus mencakup perkembangan teknologi dan sains demi kebutuhan manusia di masa yang akan datang. Blosser (1990) mengatakan bahwa

“Proses pembelajaran sains cenderung menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi dan

menumbuhkan kemampuan berfikir. Pembentukan sikap ilmiah seperti ditunjukan oleh para ilmuawan sains dapat dikembangkan melalui keterampilan - keterampilan proses sains. Sehingga keterampilan proses sains, dapat digunakan sebagai pendekatan dalam pembelajaran.”

http://www.educ.sfu.ca/narstsite/publications/research

Berdasarkan pendapat tersebut, keterampilan proses sains adalah kemampuan siswa untuk menerapkan model ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. Keterampilan proses sains sangat penting bagi


(42)

24 setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan model ilmiah dalam

mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru/

mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki. Keterampilan proses mencakup keterampilan berpikir/ keterampilan intelektual yang dapat dipelajari dan

dikembangkan oleh siswa melalui proses belajar mengajar dikelas, yang dapat digunakan untuk memperoleh pengetahuan tentang produk IPA. Keterampilan proses perlu dikembangkan untuk menanamkan sikap ilmiah pada siswa.

Pendekatan Keterampilan Proses menurut Devi, 2011: 12 adalah:

“Pendekatan keterampilan proses adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep dan teori-teori dengan keterampilan

intelektual dan sikap ilmiah siswa sendiri. Siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan ilmiah seperti yang dikerjakan para ilmuwan, tetapi pendekatan keterampilan proses tidak bermaksud menjadikan setiap siswa menjadi ilmuwan.”

Menurut Dahar (1985: 11):

“KPS adalah kemampuan siswa untuk menerapkan metode ilmiah dalam memahami, mengembangkan dan menemukan ilmu pengetahuan. KPS sangat penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh

pengetahuan baru/ mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki.” Keterampilan proses sains sebagai pendekatan dalam pembelajaran sangat penting karena menumbuhkan pengalaman selain proses belajar. Mengingat semakin banyaknya sekolah yang telah memiliki laboratorium fisika, sehingga perlu upaya meningkatkan efektivitas pembelajaran, khususnya prestasi hasil belajar kognitif yang didukung oleh keterampilan serta sikap dan prilaku yang baik. Oleh karena


(43)

25 itu para guru hendaknya secara bertahap mulai bergerak melakukan penilaian hasil belajar dalam aspek keterampilan dan sikap (Rustaman, 2003).

Menurut Mulyasa (2006: 99):

“Keterampilan proses merupakan pendekatan pembelajaran yang menekankan pada proses belajar,aktivitas dan kreativitas peserta didik dalam memeperoleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap serta menerapkan dalam kehidupan sehari–hari. Indikator–indikator keterampilan proses antara lain kemampuan mengidentifikasi,

mengklasifikasi, menghitung, mengukur, mengamati, mencari hubungan, menafsirkan, menyimpulkan, mengekspresikan diri dalam suatu kegiatan untuk menghasilkan suatu karya”

Hal-hal yang berpengaruh terhadap keterampilan proses sain, diantaranya yaitu perbedaan kemampuan siswa secara genetik, kualitas guru serta perbedaan strategi guru dalam mengajar. Adapun mengenai keterampilan proses sains dan

indikatornya menurut Indrawati (1999: 3) adalah sebagai berikut:

Tabel 2.1 Indikator Keterampilan Proses Sains

KPS Indikator

Melakukan pengamatan (observasi)

1. Mengidentifikasi ciri-ciri suatu benda

2. Mengidentifikasi persamaan dan perbedaan yang nyata pada objek atau peristiwa

3. Membaca alat ukur

4. Mencocokan gambar dengan uraian tulisan/benda Menafsirkan

pengamatan (interpretasi)

Mengidentifikasi fakta-fakta berdasarkan hasil pengamatan Menafsirkan fakta atau data menjadi suatu penjelasn yang logis Mengelompokkan

(klasifikasi)

Mencari perbedaan atau persamaan, mengontraskan ciri-ciri, membandingkan dan mencari dasar penggolongan.

Meramalkan (prediksi)

Mengajukan perkiraan tentang sesuatu yang belum terjadi berdasarkan suatu kecendrungan/pola yang sudah ada. Berkomunikasi 1. Mengutarakan suatu gagasan

2. Menjelaskan penggunaan data hasil penginderaan secara akurat suatu objek atau kejadian

3. Mengubah data dalam bentuk tabel kedalam bentuk lainnya misalnya grafik, peta secara akurat.

Berhipotesis Hipotesis merupkan dugn sementara tentang pengaruh variabel amnipulasi terhadp vriabel respon. Hipotesis menyatakan


(44)

26

KPS Indikator

penggambaran yang logis dari suatu hubungan yang dapat diuji melalui eksperimen.

Merencanakan percobaan/ penyelidikan

Menentukan alat dan bahan, menentukan variabel atau peubah yang terlibat dalam suatu percobaan, menentukan variabel terikat dan variabel bebas, menentukan apa yang diamati, di ukur/ ditulis, serta menentukan cara dan langkah kerja termasuk keterampilan merencanakan penelitian.

Menerapkan sub konsep/ prinsip

Menggunakan subkonsep yang telah dipelajari dalam situasi baru, menggunakan subkonsep pada pengalaman baru untuk menjalaskan apa yang sedang terjadi.

Longfield (2003) dalam Nurohman (2010) membagi keterampilan proses sains menjadi tiga tingkatan, yaitu Basic, Intermediate, dan Edvanced yaitu:

Tabel 2.2 Klasifikasi Keterampilan Proses Sains (diadaptasi dari Longfield)

Basic

KPS Klasifikasi

Mengobservasi Menggunakan indera untuk mengumpulkan informasi. Membandingkan Menemukan persamaan dan perbedaan antara dua

objek/kejadian.

Mengklasifikasikan Mengelompokkan objek atau ide dalam kelompok atau ketegori berdasarkan bagian-bagiannya.

Mengukur Menentukan ukuran objek atau kejadian dengan menggunakan alat ukur yang sesuai

Mengkomunikasikan Menggunakan lisan, tulisan, atau grafik, untuk menggambarkan kejadian, aksi atau objek.

Membuat Model Membuat grafik, tulisan, atau untuk menjelaskan ide, kejadian, atau objek

Membuat Data Menulis hasil observasi dari objek atau kejadian menggunakan gambar, kata-kata, maupun angka.

Intermediate

KPS Klasifikasi

Inferring Membuat pernyataan mengenai hasil observasi yang

didukung dengan penjelasan yang msuk akal. Memprediksi Menerka hasil yang akan terjadi dari suatu kejadian

berdasarkan observasi dan biasanya pengetahuan dasar dari kejadian serupa

Edvanced

KPS Klasifikasi

Membuat hipotesis Membuat pernyataan mengenai suatu permasalahan dalam bentuk pertanyaan

Merancang Percobaan Membuat prosedur yang dapat menguji hipotesis Menginterpretasikan

Data

Membuat dan menggunakan tabel, grafik atau diagram untuk mengorganisasikan dan menjelaskan informasi.


(45)

27 Proses Pembelajaran Menurut Wardiman, 1998: 32

“Proses pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses adalah proses belajar mengajar yang dirancang sedemikian rupa sehingga siswa dapat menemukan fakta–fakta, membangun konsep–konsep, dan teori– teori. Dengan keterampilan proses dan sikap ilmiah siswa itu sendiri, siswa diberi kesempatan untuk terlibat langsung dalam kegiatan–kegiatan atau pengalaman–pengalaman ilmiah yang tak berbeda dengan apa yang dialami oleh ilmuwan. Siswa dilatih untuk berbuat seperti apa yang diperbuat oleh ilmuwan, berpikir dan bersikap seperti halnya ilmuwan bersikap.”

Pengklasifikasian keterampilan proses dasar yaitu:

1. Observasi (pengamatan)

Pengamatan merupakan salah satu keterampilan proses dasar. Keterampilan pengamatan menggunakan lima indera yaitu penglihatan, pembau, peraba, pengecap dan pendengar. Apabila siswa mendapatkan kemampuan melakukan pengamatan dengan menggunakan beberapa indera, maka kesadaran dan kepekaan mereka terhadap segala hal di sekitarnya akan berkembang, pengamatan yang dilakukan hanya menggunakan indera disebut pengamatan kualitatif, sedangkan pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan alat ukur disebut pengamatan kuantitatif. Melatih keterampilan pengamatan termasuk melatih siswa

mengidentifikasi indera mana yang tepat digunakan untuk melakukan pengamatan suatu objek.

2. Measuring (pengukuran)

Klaslifikasi adalah proses yang digunakan ilmuwan untuk mengadakan penyusunan atau pengelompokkan atas objek-objek atau kejadian-kejadian.


(46)

28 Keterampilan klasifikasi dapat dikuasai bila siswa telah dapat melakukan dua keterampilan berikut ini:

a. Mengidentifikasi dan memberi nama sifat-sifat yanng dapat diamati dari sekelompok objek yang dapat digunakan sebagai dasar untuk mengklasifikasi.

b. Menyusun klasifikasi dalam tingkat-tingkat tertentu sesuai dengan sifat-sifat objek. Klasifikasi berguna untuk melatih siswa menunjukkan persamaan, perbedaan dan hubungan timbal baliknya.

3. Inferensi (menyimpulkan)

Inferensi adalah sebuah pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil

pengamatan. Hasil inferensi dikemukakan sebagai pendapat seseorang terhadap sesuatu yang diamatinya. Pola pembelajaran untuk melatih keterampilan proses inferensi, sebaiknya menggunakan teori belajar konstruktivisme, sehingga siswa belajar merumuskan sendiri inferensinya.

4. Prediksi (meramalkan)

Prediksi adalah ramalan tentang kejadian yang dapat diamati diwaktu yang akan datang. Prediksi didasarkan pada observasi yang cermat dan inferensi tentang hubungan antara beberapa kejadian yang telah diobservasi. Perbedaan inferensi dan prediksi yaitu: Inferensi harus didukung oleh fakta hasil observasi, sedangkan prediksi dilakukan dengan meramalkan apa yang akan terjadi kemudian


(47)

29

5. Clasifying (menggolongkan)

6. Communication (komunikasi)

Komunikasi didalam keterampilan proses berarti menyampaikan pendapat hasil keterampilan proses lainnya baik secara lisan maupun tulisan. Dalam tulisan bisa berbentuk rangkuman, grafik, tabel, gambar, poster dan sebagainya. Keterampilan berkomunikasi ini sebaiknya selalu dicoba di kelas, agar siswa terbiasa

mengemukakan pendapat dan berani tampil di depan umum.

Menurut Rezba (2000), keenam keterampilan proses dasar di atas terintegrasi secara bersama-sama ketika ilmuan merancang dan melakukan penelitian, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Semua komponen keterampilan proses dasar penting baik secara parsial maupun ketika terintegrasi secara bersama-sama. Keterampilan proses dasar merupakan fondasi bagi terbentuknya landasan berpikir logis. Oleh karena itu, sangat penting dimiliki dan dilatihkan bagi siswa sebelum melanjutkan ke keterampilan proses yang lebih rumit dan kompleks.

Keterampilan proses sains dapat meletakkan dasar logika untuk meningkatkan kemampuan berpikir siswa bahkan pada siswa di kelas awal tingkat sekolah dasar. Di kelas awal, siswa lebih banyak menggunakan keterampilan proses sains yang mudah seperti pengamatan dan komunikasi, namun seiring perkembangannya mereka dapat menggunakan keterampilan proses sains yang kompleks seperti inferensi dan prediksi (Rezba, 2000).


(48)

30 C. Instrumen Penilaian

1. Penilaian LKS

LKS dan Buku teks pembelajaran yang dibuat baik yang berbasis cetakan maupun berbasis elektronik (e-Book) harus melalui tahapan pengujian untuk menilai kelayakan isi, agar sesuai dengan sasaran pengguna. Badan Standar Nasiolnal Pendidikan pada tahun 2006 telah mengeluarkan format instrumen penilaian buku pelajaran Fisika.

Instrumen penilaian tersebut meliputi komponen kelayakan isi, komponen kebahasaan, dan komponen penyajian. Pada komponen-komponen tersebut terdapat butir-butir penilaian yang lebih rinci. Dalam komponen kelayakan isi terdapat butir-butir seperti cakupan materi, akurasi materi, dan kemuktahiran. Dalam komponen kebahasaan terdapat butir-butir seperti kesesuaian bahasa yang digunakan dengan perkembangan peserta didik, komunikatif, interaktif, lugas, sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang benar, dan penggunaan istilah dan simbol/lambang. Komponen penyajian meliputi butir-butir teknik penyajian, pendukung penyajian materi, dan penyajian pembelajaran.

Penilaian instrumen untuk menilai buku teks pelajaran Fisika dilakukan oleh ahli materi dan ahli desain, untuk menilai sesuai atau tidaknya buku teks pelajaran dengan sasaran pengguna buku teks tersebut dilakukan uji kelompok kecil oleh siswa. Instrumen penilaian memiliki skor pada setiap butir pertanyaan. Skor 1 untuk tidak sesuai, 2 untuk kurang sesuai, 3 untuk sesuai, dan 4 untuk sangat sesuai. Penilaian instrumen total dilakukan dari jumlah skor yang diperoleh


(49)

31 kemudian dibagi dengan jumlah total skor kemudian hasilnya dikalikan dengan banyaknya pilihan jawaban. Instrumen yang digunakan memiliki 4 pilihan jawaban, sehingga skor penilaian total dapat dicari dengan menggunakan rumus:

Hasil dari skor penilaian tersebut kemudian di konversikan ke pernyataan penilaian. Suyanto (2009) menyatakan bahwa:

“Konversi skor penilaian ke pernyataan penilaian dapat di bagi dalam rentang 1,01–1,75 dengan kriteria Tidak Baik; 1,76–2,50 dengan kriteria Kurang Baik; 2,51–3,25 dengan kriteria Baik; dan 3,26–4,00 dengan kriteria Sangat Baik”.

Tabel 2.3 Konversi skor penilaian ke pernyataan kualitas.

Skor Penilaian Pernyataan Kualitas

3,26--4,00 Sangat Baik

2,51--3,25 Baik

1,76--2,50 Kurang Baik

1,01--1,75 Tidak Baik

Dari tabel 3 terlihat konversi penilaian ke pertanyaan kualitas, jika nilai yang didapat pada uji internal 1,00–1,75 maka LKS tidak baik sedangkan jika nilai 1,76–2,50 maka LKS kurang baik dan harus mendapat suatu perbaiakan. Jika nilai 2,51–3,25 maka LKS sudah baik bisa mengalami perbaikan dan bisa juga tidak. Jika nilai 3,26–4,00 maka LKS sudah sangat baik tidak perlu mendapat perbaikan.


(50)

32 2. Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains

Dalam pengembangan lembar kerja siswa yang berbasiskan Keterampilan Proses Sains mambutuhkan suatu komponen penilaian yang dapat mendukung hasil pengembangan LKS tersebut. Setiap metode memiliki memiliki komponen penilaian masing masing. Menurut Notohadiprawiro, (2006).

“Metode ilmiah merupakan prosedur dalam mendapatkan pengetahuan atau pendekatan rasional yang digabungkan dengan pendekatan

empirisme. Metode ilmiah menggabungkan rasionalisme dengan

empirisme. Dengan rasionalisme landasan pemikiran terpadu dan mantik, dan dengan empirisme diperoleh kerangka pengujian dalam memastikan kebenaran. Rasionalisme dapat menimbulkan kontroversi karena hakekat kebenaran tidak sama bagi semua orang. Empirisme bersifat subjektif karena memberikan arti kepada peristiwa menurut tafsiran atau pendapat pengamat. “

(http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1991/1992%20meto.pdf, diakses 17 Desember 2011)

Metode ialah suatu kerangka kerja untuk melakukan suatu tindakan, atau suatu kerangka berpikir menyusun gagasan, yang beraturan, berarah dan berkonteks, yang berketerpaduan (relevant) dengan maksud dan tujuan tertentu.

3. Pelaksanaan Penilaian Keterampilan Proses Sains

Penilaian merupakan proses pemberian atau penentuan nilai kepada objek berdasarkan kriteria tertentu. Penilaian merupakan tahapan penting dalam proses pembelajaran. Penilaian keterampilan proses sains merupakan pendekatan untuk mengukur dan menilai kemampuan kinerja siswa dalam menyelesaikan tugas atau dalam mempertunjukkan kegiatan. Kinerja merupakan tanggapan aktif siswa secara langsung atau tidak langsung yang berupa proses atau prosedur atau hasil.


(51)

33 4. Cara Mengukur Keterampilan Proses Sains

A. Karakteristik Pokok Uji Keterampilan Proses Sains

1. Karakteristik umum, yaitu:

a. Pokok uji keterampilan proses tidak boleh dibebani konsep. Hal ini diupayakan agar pokok uji tidak ranacu dengan pengukuran penguasaan konsepnya. Konsep yang terlibat harus diyakini oleh penyusun pokok uji sudah dipelajari siswa atau tidak asing bagi siswa.

b. Mengandung sejumlah informasi yang harus diolah responden atau siswa. Informasinya dapat berupa gambar, diagram, grafik, data dalam tabel atau uraian, atau objek aslinya.

c. Aspek yang akan diukur harus jelas dan hanya mengandung satu aspek saja, misalnya interpretasi.

2. Karakteristik khusus, yaitu:

a. Observasi harus dari objek atau peristiwa sesungguhnya

b. Interpretasi harus menyajikan sejumlah data untuk memperlihatkan pola c. Klasifikasi harus ada kesempatan mencari/menemukan persamaan dan

perbedaan, atau diberikan kriteria tertentu untuk melakukan

pengelompokan atau ditentukan jumlah kelompok yang harus terbentuk d. Prediksi harus jelas pola atau kecenderungan untuk dapat mengajukan


(52)

34 e. Berkomunikasi harus ada satu bentuk penyajian tertentu untuk diubah ke

bentuk penyajian lainnya, misalnya bentuk uraian ke bentuk bagan atau bentuk tabel ke bentuk grafik.

f. Berhipotesis dapat merumuskan dugaan atau jawaban sementara, atau menguji pernyataan yang ada dan mengandung hubungan dua variabel atau lebih, biasanya mengandung cara kerja untuk menguji atau membuktikan

g. Merencanakan percobaan atau penyelidikan harus memberi kesempatan untuk mengusulkan gagasan berkenaan dengan alat/bahan yang akan digunakan, urutan prosedur yang harus ditempuh, menentukan peubah, mengendalikan peubah

h. Menerapkan konsep atau prinsip harus membuat konsep/prinsip yang akan diterapkan tanpa menyebutkan nama konsepnya.

Mengajukan pertanyaan harus memunculkan sesuatu yang mengherankan, mustahil, tidak biasa atau kontraktif agar responden atau siswa

termotivasi untuk bertanya.

B. Penyusunan Pokok Uji Keterampilan Proses sains

Penyusunan pokok uji KPS sebaiknya memilih satu konsep tertentu lalu

menyajikan sejumlah informasi yang perlu diolah. Setelah itu menentukan bentuk jawaban yang diminta misalnya tanda silang, tanda cek, atau menuliskan jawaban singkat 3 buah lalu menyiapkan pertanyaan untuk memperoleh jawaban yang diharapkan. Misalnya uji keterampilan observasi tentang bagian-bagian bunga. Mengajukan pertanyaan mengenai jumlah kelopak, jumlah dan keadaan daun


(53)

35 mahkota bunga, bentuk kepala sari, keadaan kepala putik, dan ciri bunga tersebut. Respon diminta dalam bentuk jawaban singkat lima buah berurutan ke bawah dari a sampai e (Rustaman, 2003).

C. Pemberian Skor Pokok Uji Keterampilan Proses Sains

Pokok uji keterampilan proses memerlukan skor dengan cara tertentu. Setiap respon yang benar diberi skor dengan bobot tertentu, umpamanya masing-masing 1 untuk pokok uji observasi di atas yang berarti jumlah skornya 5. Untuk respon yang lebih kompleks, misalnya membuat pertanyaan, dapat diberi skor bervariasi berdasarkan tingkat kesulitannya. Misalnya pertanyaan berlatar belakang hipotesis diberi skor 3; pertanyaan apa, mengapa, bagaimana diberi skor 2; pertanyaan yang meminta penjelasan diberi skor 1 (Rustaman, 2003).

Pada pembelajaran IPA khususnya fisika seharusnya menggunakan metode pembelajaran bereksperimen bukan halnya ceramah seperti dahulu. Namun ada yang masih menggunakan metode ceramah karena belum adanya media yang mendukung pembelajaran. Pembelajaran dengan bereksperimen membutuhkan penilaian keterampilan proses sains untuk melihat keefektihan metode dan keaktifan serta ketertarikan siswa dalam pembelajaran.


(54)

36

III. METODE PENELITIAN

A. Setting Pengembangan

Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan LKS Fisika Berbasis KPS. Sasaran pengembangan program adalah Setandar Kompetensi Menyelidiki sifat-sifat zat berdasarkan wujudnya dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari untuk tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dengan adanya LKS ini, siswa diharapkan akan lebih mudah memahami konsep yang diajarkan karena mereka dapat mepelajari materi fisika dengan pengalaman secara langsung melalui suatu kegiatan keterampilan proses/penemuan.

B. Prosedur Pengembangan

Metode penelitian yang digunakan mengacu pada prosedur pengembangan media intruksional pembelajaran menurut Suyanto (2009), yang memuat langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan produk. Produk yang dihasilkan pada penelitian pengembangan ini berupa lembar kerja siswa atau LKS. LKS yang dihasilkan diharapkan dapat digunakan sebagai sumber belajar bagi siswa SMP untuk memahami materi pelajaran dengan menerapkan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. Model

pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yatiu: 1) Analisis kebutuhan, 2) Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan, 3) Identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, 4)


(55)

37 Pengembangan produk, 5) Uji internal: Uji spesifikasi, Uji ahli desain dan Uji ahli isi 6) Uji eksternal, Uji kemanfaatan produk oleh pengguna, 7) Produksi.

Untuk prosedur pengujian produk dalam hal ini uji operasionalisasi produk tidak dilaksanakan karena uji tersebut berlaku untuk produk yang memerlukan

pengoperasian dalam pengggunaannya, misalnya pada media-media berbasis non teks, seperti VCD tutorial. Sedangkan untuk media berbasis teks seperti LKS dan modul pembelajaran, uji tersebut tidak perlu dilakukan.

Dengan mengadaptasi model tersebut, maka prosedur pengembangan yang digunakan yaitu:

Gambar 3.1. Model Pengembangan Media Instruksional termodifikasi (diadaptasi dari prosedur pengembangan produk dan uji produk menurut Suyanto (2009))

Analisis Kebutuhan

Identifikasi Sumber Daya

Identifikasi Spesifikasi Produk

Pengembangan Produk

Uji Internal

Uji Eksternal


(56)

38 A.Tahap I: Analisis Kebutuhan program Pengembangan

Analisis kebutuhan dilakukan untuk mengumpulkan informasi bahwa diperlukan adanya media pembelajaran di sekolah. Analisis kebutuhan ini dilakukan dengan cara observasi langsung dan wawancara dengan guru dan siswa SMP kelas VII.

B. Tahap II: Identifikasi Sumberdaya

Identifikasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dilakukan dengan menginventarisir segala sumber daya yang dimiliki, baik sumber daya guru maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan dan laboratorium. Atas dasar potensi sumber daya yang dimiliki peneliti dibidang desain grafis, ditetapkan suatu produk dengan spesifikasi tertentu. Spesifikasi tersebut telah disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki sekolah, juga dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi berdasarkan analisis kebutuhan.

Sumber daya sekolah yang diidentifikasi meliputi kelengkapan buku penunjang materi (kelengkapan sarana perpustakaan) dan kelengkapan peralatan

laboratorium yang digunakan untuk melakukan percobaan atau eksperimen pengujian sesuai petunjuk dalam LKS. Identifikasi sumberdaya ini dilakukan dengan observasi langsung ke sekolah. Observasi yang dilaksanakan dengan memeriksa kelengkapan buku penunjang, keberadaan peralatan praktikum dan wawancara dengan guru mata pelajaran IPA. Hasil identifikasi ini selanjutnya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin untuk


(57)

39 C.Tahap III: Identifikasi Spesifikasi Produk

Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui ketersediaan sumber daya yang mendukung pengembangan produk, dengan memperhatikan hasil analisis kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Penentuan topik atau materi pokok pembelajaran yang akan dikembangkan. b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan identifikasi materi pelajaran

dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran.

c. Menentukan buku-buku fisika yang akan dijadikan rujukan materi penunjang. d. Menentukan model pengembangan LKS.

D.Tahap IV: Pengembangan Produk

Kegiatan pengembangan pada tahap ini dilakukan pembuatan LKS Fisika dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains pada kompetensi dasar menyelidiki sifat–sifat zat berdasarkan wujudnya dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Dengan memperhatikan bekal awal ajar siswa dan tugas studi pustaka, diharapkan siswa dapat mempersiapkan materi yang berkaitan, kemudian dipadukan dengan pendekatan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains yang dapat digunakan untuk menemukan suatu konsep atau prinsip atau teori, untuk mengembangkan konsep yang telah ada sebelumnya, ataupun untuk melakukan penyangkalan terhadap suatu penemuan. Penerapan pendekatan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains ini merupakan format pembelajaran dengan LKS fisika yang dapat digunakan sebagai sumber


(58)

40 belajar oleh siswa yang mengacu pada proses pemecahan masalah untuk

memperoleh pengetahuannya. Hasil pengembangan pada langkah ini berupa prototipe I.

E.Tahap V: Uji Internal

Tahap lima pada pengembangan ini yaitu tahap uji internal. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari meliputi uji spesifikasi dan uji kualitas produk, yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli isi/ materi pembelajaran. LKS fisika yang telah dibuat diberi nama prototipe 1, kemudian dikenakan uji spesifikasi produk yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian produk yang direncanakan dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah ditetapkan. Prosedur uji

spesifikasi produk menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe 1 yang telah dibuat.

2. Menyusun instrumen uji spesifikasi berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3. Melaksanakan uji spesifikasi produk ini dilakukan oleh ahli desain pembelajaran.

4. Melakukan analisis terhadap hasil uji untuk mendapatkan perbaikan materi pembelajaran yang sesuai dengan KTSP dan prosedur pengembangan yang sesuai dengan pendekatan pembelajaran berbasis keterampilan proses sains. 5. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan analisis hasil uji spesifikasi


(59)

41 6. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada

ahli desain pembelajaran.

Setelah melalui uji spesifikasi akan dihasilkan prototipe II. Prototipe II ini kemudian dikenakan uji kualitas produk dengan berpedoman instrumen uji yang telah ditetapkan. Uji kualitas produk ini yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe II hasil uji spesifikasi produk yang telah dibuat.

2. Menyusun instrumen uji kualitas produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3. Melaksanakan uji kualitas produk yang dilakukan oleh ahli isi/ materi, dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika, atau ahli desain media pembelajaran.

4. Melakukan analisis terhadap hasil uji kualitas produk untuk memperoleh perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.

5. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji kualitas produk. 6. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada

ahli isi/ materi dan ahli desain media pembelajaran.

Setelah mengalami uji kualitas produk, maka prototipe II akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli isi/ materi dan akan diperoleh prototipe III.


(60)

42 F. TahapVI: Uji Eksternal

Hasil prototipe III akan dikenakan uji eksternal yaitu uji kemanfaatan produk oleh pengguna. Pada uji ini produk diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar sekaligus media belajar. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan oleh pengguna, yaitu: (1) kemenarikan, (2) kemudahan

menggunakan produk, dan (3) ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran fisika. Selanjutnya berdasarkan hasil uji coba, maka akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan. Dari hasil uji coba tersebut akan diperoleh saran atau masukan terkait manfaat produk yang dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan tersebut oleh pengembang akan dilakukan penyempurnaan sehingga dihasilkan prototipe IV yang merupakan produk akhir pengembangan.

G.Tahap VII: Pencetakan Produk

Pada tahap 7 dilakukan pencetakan produk setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji eksternal. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan. Hasil akhir dari pengembangan Lembar Kerja Siswa ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan.


(61)

61

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa “penelitian

pengembangan ini adalah dihasilkan Lembar Kerja Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari. LKS hasil

pengembangan berisi pertanyaan pendahuluan yang mencakup menentukan dan menafsirkan pengamatan, mengelompokkan dan meramalkan suatu peristiwa, berkomunikasi dan berhipotesis, melakukan keterampilan proses sains (kegiatan pra laboratorium dan kegiatan laboratorium), rangkuman, soal latihan dan evaluasi (menerapkan sub konsep materi). Produk hasil pengembangan

dinyatakan layak digunakan sebagai salah satu media pembelajaran berdasarkan perolehan hasil belajar rata-rata 73,7 dengan persentase kelulusan sebesar 83,3% pada uji kelompok kecil di SMP Bina Bhakti Way Pengubuan kelas VIIB.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. LKS hasil pengembangan hendaknya dapat digunakan pada sekolah yang belum memiliki alat-alat laboratorium dengan memberikan percobaan


(62)

62 sederhana yang membuat siswa dapat menemukan secara langsung teori yang mereka peroleh pada materi wujud zat yang telah disampaikan di sekolah. 2. Guru hendaknya memahami LKS hasil pengembangan sebelum melakukan

pembelajaran di kelas dan mendampingi siswa dalam melakukan kegiatan keterampilan proses sains.

3. LKS hasil pengembangan hendaknya tidak hanya diujikan pada sekolah tempat penelitian saja, namun dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektifan media dalam lingkup yang lebih luas.


(1)

41 6. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada

ahli desain pembelajaran.

Setelah melalui uji spesifikasi akan dihasilkan prototipe II. Prototipe II ini kemudian dikenakan uji kualitas produk dengan berpedoman instrumen uji yang telah ditetapkan. Uji kualitas produk ini yang meliputi langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menentukan indikator penilaian yang digunakan untuk menilai prototipe II hasil uji spesifikasi produk yang telah dibuat.

2. Menyusun instrumen uji kualitas produk berdasarkan indikator penilaian yang telah ditentukan.

3. Melaksanakan uji kualitas produk yang dilakukan oleh ahli isi/ materi, dalam hal ini dilakukan oleh guru mata pelajaran fisika, atau ahli desain media pembelajaran.

4. Melakukan analisis terhadap hasil uji kualitas produk untuk memperoleh perbaikan kualitas produk yang dihasilkan.

5. Merumuskan rekomendasi perbaikan berdasarkan hasil uji kualitas produk. 6. Mengkonsultasikan hasil rekomendasi perbaikan yang telah diperbaiki kepada

ahli isi/ materi dan ahli desain media pembelajaran.

Setelah mengalami uji kualitas produk, maka prototipe II akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli isi/ materi dan akan diperoleh prototipe III.


(2)

42 F. TahapVI: Uji Eksternal

Hasil prototipe III akan dikenakan uji eksternal yaitu uji kemanfaatan produk oleh pengguna. Pada uji ini produk diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar sekaligus media belajar. Uji eksternal merupakan uji coba kemanfaatan oleh pengguna, yaitu: (1) kemenarikan, (2) kemudahan

menggunakan produk, dan (3) ketercapaian tujuan pembelajaran sesuai dengan kriteria ketuntasan minimal mata pelajaran fisika. Selanjutnya berdasarkan hasil uji coba, maka akan dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan. Dari hasil uji coba tersebut akan diperoleh saran atau masukan terkait manfaat produk yang dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan tersebut oleh pengembang akan dilakukan penyempurnaan sehingga dihasilkan prototipe IV yang merupakan produk akhir pengembangan.

G.Tahap VII: Pencetakan Produk

Pada tahap 7 dilakukan pencetakan produk setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji eksternal. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan. Hasil akhir dari pengembangan Lembar Kerja Siswa ini diharapkan sesuai dengan kebutuhan.


(3)

61

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa “penelitian

pengembangan ini adalah dihasilkan Lembar Kerja Siswa Berbasis Keterampilan Proses Sains pada Kompetensi Dasar Menyelidiki Sifat-sifat Zat Berdasarkan Wujudnya dan Penerapannya dalam Kehidupan Sehari-hari. LKS hasil

pengembangan berisi pertanyaan pendahuluan yang mencakup menentukan dan menafsirkan pengamatan, mengelompokkan dan meramalkan suatu peristiwa, berkomunikasi dan berhipotesis, melakukan keterampilan proses sains (kegiatan pra laboratorium dan kegiatan laboratorium), rangkuman, soal latihan dan evaluasi (menerapkan sub konsep materi). Produk hasil pengembangan

dinyatakan layak digunakan sebagai salah satu media pembelajaran berdasarkan perolehan hasil belajar rata-rata 73,7 dengan persentase kelulusan sebesar 83,3% pada uji kelompok kecil di SMP Bina Bhakti Way Pengubuan kelas VIIB.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian pengembangan yang telah dilakukan, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. LKS hasil pengembangan hendaknya dapat digunakan pada sekolah yang belum memiliki alat-alat laboratorium dengan memberikan percobaan


(4)

62 sederhana yang membuat siswa dapat menemukan secara langsung teori yang mereka peroleh pada materi wujud zat yang telah disampaikan di sekolah. 2. Guru hendaknya memahami LKS hasil pengembangan sebelum melakukan

pembelajaran di kelas dan mendampingi siswa dalam melakukan kegiatan keterampilan proses sains.

3. LKS hasil pengembangan hendaknya tidak hanya diujikan pada sekolah tempat penelitian saja, namun dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui tingkat keefektifan media dalam lingkup yang lebih luas.


(5)

63

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Blosser, P.E. 1990. Peran laboratorium dalam pengajaran sains.(Online), (http://www.educ.sfu.ca/narstsite/publications/research, dikses 24 Januari 2012)

Dahar, R. W. 1985. Kesiapan Guru Mengerjakan sains ditinjau dari segi pengembangan KPS. Bandung: UPI

Darliana. 1991. Metode Pembelajaran Ketrampilan Proses. Jakarta: Depdikbud. Devi.2011. Keterampilan Proses sains. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen

Pendidikan Nasional

Dhari, HM. dan Dharyono, AP. 1988. Perangkat Pembelajaran. Malang: Depdikbud.

Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Guru Profesional. 2010. Pengembangan LKS. (Online),

(http://faridmuh.wordpress.com/2010/12/19/pengembangan-lks, diakses 24 Januari 2012)

Hartati. 2002. Pengembangan Lembar Kerja Siswa Matematika Berbasis Web. Bandung: UPI

Hidayah.2007. Workshop Pendidikan Matematika 2. Semarang: Jurusan Matematika UNNES

Indrianto, Lis. 1998. Pemanfaatan Lembar Kerja Siswa dalam Pengajaran Matematika Sebagai Upaya Peningkatan Prestasi Belajar Matematika. Semarang: IKIP Semarang

Indrawati (1999). Keterampilan Proses Sains (KPS). Bandung: Pusat Pengembangan Penataran Guru Ilmu Pengetahuan Alam.

Mahmuddin. 2010. Belajar Jadi Manusia: Komponen Penilaian Keterampilan Proses Sains. (on line), (http://mahmuddin.wordpress.com. diakses 03 November 2011).


(6)

64

Mulyasa,E. 2006. Keterampilan Proses Sains. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Notohadiprawiro, T. 2006. Metode Penelitian dan Penulisan Ilmiah (Online). (http://soil.faperta.ugm.ac.id/tj/1991/1992%20meto.pdf, diakses 17 Desember 2011).

Nuh, Usep. 2010. Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. (on line), (http://fisikasma-online.blogspot.com, diakses 24 Januari 2012).

Nurohman, Sabar. 2010. Penerapan Seven Jump Method (SJM) Sebagai Upaya Peningkatan Keterampilan Proses Sains Mahasiswa. Yogyakarta: FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta.

Rahmawati, Laili. 2006. Meningkatkan Kemampuan Penalaran Matematika Siswa SMP Salafiyah Pekalongan Kelas VII Semester II Tahun 2005/2006 dalam Pembelajaran Garis dan Sudut Melalui Implementasi metode Inkuiri dengan Memanfaatkan Lembar Kerja Siswa (LKS) (Skripsi). Tidak diterbitkan.

Rezba. 1999. Learning and assessing science process skill. Four edition. Kendall/ Hunt Publishing Company lawa.

Rustman, N.Y., (2003). Kemampuan Dasar Bekerja Ilmiah dalam Sains, Makalah Disusun untuk Disajikan dalam Seminar Pendidikan Biologi. Bandung. Tidak diterbitkan.

Siddiq, M. Djauhar, dkk. 2009. Pengembangan Bahan Pembalajaran SD. Jakarta. Direktorat

Sudiati. 2003. Lembar Kerja Siswa (LKS) (Online)

( http://tihurialkodri.blogspot.com/2012/06/langkah-langkah-cara-memebuat-lks.html, diakses 24 Desember 2011)

Sungkono dkk. 2009. Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.

Suyanto, Eko. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa Dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka Dan Keterampilan Proses Untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan 2009. Unila tanggal 24 Januari 2009. Bandar Lampung: Unila Suyitno, Amin, dkk. 1997. Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika.

Semarang: FMIPA Unnes.

Wardiman Djojonegoro. 1998. Pengembangan Sumberdaya Manusia melalui SMK. Jakarta : PT. Jayakarta Agung Offset