Metodologi Penelitian 3.1.Sampel Penelitian dan Sumber Data

JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April 2013. ISSN LIPI : 1979-9640 pangan bagi setiap orang setiap saat merupakan hak azasi manusia maka pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk harus menjadi sasaran utama kebijakan pemerintah Suryana, A 2005. Undang-undang No. 7 Tahun 1996, menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari; 1 tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; 2 aman; 3 merata; dan 4 terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat dipahami dengan; a terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup dalam arti ketersediaan pangan yang mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi kesehatan, b terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman dalam arti bebas dari pencemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia serta aman dari kaidah agama, c terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata dalam arti pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air, d terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau dimana pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau. Pada satu sisi ketersediaan pangan bagi masyarakat sangat dipengaruhi oleh peningkatan produktifitas komoditi pangan itu sendiri. Friyatno, S 2001 menyampaikan keberhasilan peningkatan produksi usaha tani komoditi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; a perbaikan teknologi usahatani, b tersedianya anggaran pemerintah untuk membiayai program pengembangan teknologi usahatani serta proses sosialisasi di tingkat petani, c pengembangan infrastruktur irigasi, optimalisasi lembaga penyuluhan dan sebagainya. 2.3.Hipotesa Penelitian Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah komoditi pangan unggulan di Humbang Hasundutan berperan penting dalam mendukung ketersediaan pangan secara berkelanjutan.

III. Metodologi Penelitian 3.1.Sampel Penelitian dan Sumber Data

Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja nonprobability sampling dengan teknik pengambilan sampling adalah convenience sampling dengan pertimbangan-pertimbangan khusus Kuncoro. M, 2009. Penelitian ini menggunakan sampel kabupaten Humbang Hasundutan dengan alasan bahwa daerah ini merupakan daerah pertanian. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan runtun waktu 5 lima tahun 2009-2005 yang bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik BPS Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik BPS Kabupaten dalam Angka dan publikasi resmi lainnya yang berkaitan. 3.2.Metode Analisis Data Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Location quetion LQ yaitu menggambarkan perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional Tarigan, R 2005. Dan dalam penelitian ini data yang digunakan atau dianalisis adalah data produktifitas komoditi tanaman pangan produksi per satuan luas lahan dengan formulasi sebagai berikut; PKyKab TPkKab LQ = --------------------- PKyProp TPkProp dimana : PKyKab:Produktifitas komoditi y di kabupaten yang dianalisis TPkKab: Total produktifitas komoditi di kabupaten yang dianalisis JURIDIKTI, Vol. 6 No. 1, April 2013. ISSN LIPI : 1979-9640 PKyProp:Produktifitas komoditi y diwilayah propinsi TPkrop: Total produktifitas komoditi diwilayah propinsi 3.3.Menentukan Komoditi Unggulan Untuk mengidentifikasi komoditi yang unggul pada suatu wilayah adalah berdasarkan hasil analisis LQ, analisis ini dapat memberikan gambaran komoditi unggulan dengan baik jika menggunakan data time series Tarigan, R 2005, hasil analisis LQ dengan menggunakan data time series akan memberikan gambaran tentang perkembangan komoditi unggulan dari tahun ke tahun dengan konsisten sebagai komoditi unggulan. Secara umum komoditi yang dianalisis dikategorikan ke dalam 3 tiga kategori berdasarkan nilai LQ nya Kuncoro, M 2009 yaitu; a kategori 1 : apabila LQ 1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar dikabupaten dibanding dengan komoditi yang sama di Propinsi, b kategori 2 : bila LQ 1 maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di kabupaten lebih kecil dari komoditi yang sama di Propinsi, c kategori 3 : bila LQ = 1, maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di kabupaten sama dengan di tingkat Propinsi.

IV. Hasil dan Pembahasan 4.1.Potensi Komoditi Tanaman Pangan