2013. Apr. Juridikti. Identifikasi dan Pengembangan Komdoiti Pangan Unggulan Humbang

(1)

(2)

(3)

Identifikasi Dan Pengembangan Komoditi Pangan Unggulan di Humbang

Hasundutan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan Berkelanjutan

Hotden Leonardo Nainggolan Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas HKBP Nommensen Medan. Jl. Sutomo No. 4A Medan. 20234 Telp. 061-4522922. Email : hotden_ngl@yahoo.com

Abstrak

Sumatera Utara merupakan sentra pengembangan pertanian yang sangat strategis dan memiliki banyak komoditi pertanian unggulan yang potensial untuk dikembangkan. Salah satu strategi untuk mendukung ketersediaan pangan secara regional adalah pengembangan komoditi unggulan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi komoditi unggulan dalam rangka pengembangan komoditi tanaman pangan di kabupaten Humbang Hasundutan untuk mendukung ketersediaan pangan berkelanjutan. Metode penelitian dengan Location Quotient (LQ), menggunakan data sekunder time series 2005-2009. Berdasarkan penelitian disimpulkan; a) terdapat tiga jenis komoditi pangan unggulan di kabupaten Humbang Hasundutan yaitu; komoditi padi sawah, komoditi jagung dan komoditi kacang tanah dimana komoditi tersebut termasuk dalam program pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan berkelanjutan, b) dalam mengembangkan komoditi unggulan diperlukan upaya peningkatan produktifitas secara spesifik melalui berbagai program, c) ketahanan pangan di setiap daerah dapat dipengaruhi oleh peningkatan produktifitas secara konsisten yang akan menjamin ketersediaan pangan secara berkelanjutan. Melalui penelitian ini disarankan; a) pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan agar melakukan peningkatan produktifitas yang lebih fokus pada komoditi pangan unggulan, baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi yang didukung inovasi teknologi usahatani serta pengembangan infrastruktur, b) pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan harus menjamin penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen serta melakukan berbagai pelatihan kepada penyuluh pertanian dan petani itu sendiri.

Kata Kunci : komoditi pangan, pertanian, produktifitas, tanaman pangan, usaha tani. I. Pendahuluan

1.1.Latar Belakang

Sebagai negara agraris Indonesia memiliki potensi sumber daya alam dan keunggulan komperatif untuk sektor pertanian maupun kelautan. Secara khusus Sumatera Utara merupakan sentra pengembangan pertanian yang strategis dan memiliki banyak komoditi pertanian unggulan, keunggulan ini merupakan modal fundamental bagi pertumbuhan ekonomi sehingga perlu di kelola dengan baik (Nainggolan, H., L dan Aritonang, J 2012). Kemudian Kuncoro, M (2005), menyampaikan kegiatan ekonomi yang memanfaatkan keungulan komperatif akan memberikan perkembangan bukan hanya

pada sektor itu saja melainkan juga sektor lain yang memiliki keterkaitan.

Indonesia juga merupakan salah satu produsen terbesar untuk beberapa komoditi pertanian, tetapi produk pertanian kita memiliki ketidakmampuan dalam persaingan dengan produk dari negara produsen lainnya dikancah pasar internasional. Disamping itu bahwa nilai tambah yang dapat dinikmati oleh petani dari keunggulan komperatif tersebut masih relative kecil sehingga tingkat pendapatan petani masih sangat kecil maka dengan sendirinya ketersediaan pangan di tingkat petani tidak bisa terjamin dengan baik.

Strategi pengembangan komoditi unggulan dalam sektor pertanian yang meliputi komoditi perkebunan, hortikultura


(4)

dan tanaman pangan pada suatu wilayah merupakan salah satu strategi regional untuk meningkatkan produktifitas yang pada gilirannya akan memberikan efek pengganda (multiflier effect) pada sektor lain yang terkait sehingga akan dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah (Nainggolan, H., L 2011). Demikian juga dengan kabupaten Humbang Hasundutan tentu memiliki komoditi unggulan yang potensial untuk dikembangkan sebagai pendorong utama (prime mover) bagi pertumbuhan ekonomi wilayahnya serta untuk mendukung ketersediaan kebutuhan pangan dalam rangka menciptakan kemandirian pangan secara berkelanjutan.

Disamping itu sektor pertanian bagi kabupaten Humbang Hasundutan memegang peranan penting terhadap pengembangan perekonomian daerah disamping sebagai penggerak perekonomian daerah serta sebagai penghasil nilai tambah maupun sumber penghasilan bagi masyarakat, dimana sektor pertanian ini mampu memberikan kontribusi sebesar 59,08% terhadap PDRB kabupaten Humbang Hasundutan (BPS, Humbang Hasundutan 2010). Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk “mengidentifikasi komoditi unggulan dalam rangka pengembangan komoditi tanaman pangan di kabupaten Humbang Hasundutan untuk mendukung ketersediaan pangan berkelanjutan“

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka penelitian ini dilakukan untuk mengkaji permasalahan, bagaimana peranan komoditi unggulan dalam rangka pengembangan komoditi tanaman pangan di kabupaten Humbang Hasundutan untuk mendukung ketersediaan pangan berkelanjutan ?.

1.3.Tujuan dan Kegunaan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui; peranan identifikasi komoditi unggulan dalam rangka pengembangan komoditi tanaman pangan

di kabupaten Humbang Hasundutan untuk mendukung ketersediaan pangan berkelanjutan.

Kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumbangan pemikiran bagi pihak-pihak pengambil keputusan, instansi atau lembaga terkait mengenai pemetaan komoditi pangan unggulan di kabupaten Humbang Hasundutan dalam rangka menciptakan ketahanan pangan secara daerah secara berkelanjutan.

II. Tinjauan Pustaka 2.1.Komoditi Unggulan

Komoditi unggulan merupakan komoditi yang mampu memberikan kontribusi mayoritas bagi wilayah yang bersangkutan dibandingkan dengan jenis komoditi lain. Beberapa kriteria yang dapat menjelaskan sebuah komoditi dikatakan unggul adalah; (a) dikenal luas oleh masyarakat, kriteria ini mencerminkan secara sosial bidang usaha ini diterima masyarakat setempat. (b) Memiliki sumbangan yang signifikan bagi perekonomian masyarakat. Bidang usaha unggulan dapat bersaing dengan bidang usaha yang sama pada wilayah lain yang dapat diketahui melalui indikator pendapatan yang diperoleh oleh masyarakat dari bidang usaha tersebut, (c) Memiliki kesesuaian dengan aspek agroekologis lokasi pengembangan yang akan diketahui melalui indikator produktifitas, karena dapat menggambarkan efisiensi produksi, (d) Memiliki potensi pasar dan peluang ekspor sesuai dengan tujuan penetapan strategi pengembangan, (e) Mendapat dukungan kebijakan pemerintah yang meliputi; dukungan pasar, baik pasar input maupun pasar output (Nainggolan H., L 2011). 2.2.Ketahanan Pangan

Masalah pangan merupakan masalah nasional yang dihadapi setiap daerah pada dewasa ini terutama menyangkut ketidaktahanan pangan padahal pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi manusia untuk mempertahankan hidup. Kecukupan


(5)

pangan bagi setiap orang setiap saat merupakan hak azasi manusia maka pemenuhan kebutuhan pangan bagi seluruh penduduk harus menjadi sasaran utama kebijakan pemerintah (Suryana, A 2005).

Undang-undang No. 7 Tahun 1996, menyebutkan bahwa ketahanan pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari; (1) tersedianya pangan secara cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya; (2) aman; (3) merata; dan (4) terjangkau. Dengan pengertian tersebut, mewujudkan ketahanan pangan dapat dipahami dengan; (a) terpenuhinya pangan dengan kondisi ketersediaan yang cukup dalam arti ketersediaan pangan yang mencakup pangan yang berasal dari tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral serta turunannya yang bermanfaat bagi kesehatan, (b) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman dalam arti bebas dari pencemaran biologis, kimia dan benda lain yang dapat mengganggu dan membahayakan kesehatan manusia serta aman dari kaidah agama, (c) terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata dalam arti pangan yang harus tersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air, (d) terpenuhinya pangan dengan kondisi terjangkau dimana pangan mudah diperoleh rumah tangga dengan harga yang terjangkau.

Pada satu sisi ketersediaan pangan bagi masyarakat sangat dipengaruhi oleh peningkatan produktifitas komoditi pangan itu sendiri. Friyatno, S (2001) menyampaikan keberhasilan peningkatan produksi usaha tani komoditi pangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu; (a) perbaikan teknologi usahatani, (b) tersedianya anggaran pemerintah untuk membiayai program pengembangan teknologi usahatani serta proses sosialisasi di tingkat petani, (c) pengembangan infrastruktur (irigasi), optimalisasi lembaga penyuluhan dan sebagainya.

2.3.Hipotesa Penelitian

Adapun hipotesa dalam penelitian ini adalah komoditi pangan unggulan di Humbang Hasundutan berperan penting dalam mendukung ketersediaan pangan secara berkelanjutan.

III. Metodologi Penelitian

3.1.Sampel Penelitian dan Sumber Data Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara sengaja (nonprobability sampling) dengan teknik pengambilan sampling adalah convenience sampling

dengan pertimbangan-pertimbangan khusus (Kuncoro. M, 2009). Penelitian ini menggunakan sampel kabupaten Humbang Hasundutan dengan alasan bahwa daerah ini merupakan daerah pertanian.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dengan runtun waktu 5 (lima) tahun (2009-2005) yang bersumber dari publikasi Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara dan Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten dalam Angka dan publikasi resmi lainnya yang berkaitan.

3.2.Metode Analisis Data

Alat analisis yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Location quetion (LQ) yaitu menggambarkan perbandingan tentang besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional (Tarigan, R 2005). Dan dalam penelitian ini data yang digunakan atau dianalisis adalah data produktifitas komoditi tanaman pangan (produksi per satuan luas lahan) dengan formulasi sebagai berikut;

PKyKab/ TPkKab LQ =

---PKyProp/ TPkProp dimana :

PKyKab:Produktifitas komoditi y di kabupaten yang dianalisis

TPkKab: Total produktifitas komoditi di kabupaten yang dianalisis


(6)

PKyProp:Produktifitas komoditi y diwilayah propinsi

TPkrop: Total produktifitas komoditi diwilayah propinsi

3.3.Menentukan Komoditi Unggulan Untuk mengidentifikasi komoditi yang unggul pada suatu wilayah adalah berdasarkan hasil analisis LQ, analisis ini dapat memberikan gambaran komoditi unggulan dengan baik jika menggunakan data time series (Tarigan, R 2005), hasil analisis LQ dengan menggunakan data time series akan memberikan gambaran tentang perkembangan komoditi unggulan dari tahun ke tahun dengan konsisten sebagai komoditi unggulan. Secara umum komoditi yang dianalisis dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kategori berdasarkan nilai LQ nya (Kuncoro, M 2009) yaitu; (a) kategori 1 : apabila LQ > 1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar dikabupaten dibanding dengan komoditi yang sama di Propinsi, (b) kategori 2 : bila LQ < 1 maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di kabupaten lebih kecil dari komoditi yang sama di Propinsi, (c) kategori 3 : bila LQ = 1, maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di kabupaten sama dengan di tingkat Propinsi.

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1.Potensi Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara.

Sumatera Utara merupakan propinsi ke empat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa

Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berdasarkan data statistik 2010, bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara mencapai 12 juta jiwa, dari total penduduk tersebut terdapat angkatan kerja sebanyak 6,29 juta jiwa yang terdiri dari 5,54 juta jiwa kategori bekerja dan 554,5 ribu jiwa kategori mencari pekerjaan dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk tersebut sebagian bekerja pada sektor pertanian yaitu 47,12 % disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,20%.

Data BPS 2010 menunjukkan bahwa luas panen dan produksi tanaman pangan di Sumatera Utara tahun 1999-2009 mengalami pertumbuhan rata-rata plus minus sebesar 0,11% per tahun. Demikian juga dengan produktifitas komoditi ini, juga mengalami trend pertumbuhan yang bervariasi. Tahun 2005 produktifitas padi sawah di Sumatera Utara adalah 4,36 ton/ ha, kemudian tahun 2006 hanya naik 1% dengan produksi 4,40 ton/ ha. Kemudian 2009 produktifitas komoditi padi sawah ini 4,71 ton/ ha, dan naik hanya 2,80% dari tahun sebelumnya. Sementara itu produktifitas jagung mengalami peningkatan sejak tahun 2005-2009. Produktifitas komoditi jagung tahun 2005 adalah 0,30 ton/ ha, mengalami peningkatan tahun 2006 menjadi 3,41 ton/ ha. Selain perkembangan produktifitas komoditi pangan Sumatera Utara, dibawah ini dapat di lihat potensi beberapa jenis komoditi pangan di Sumatera Utara sebagaimana pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Potensi Beberapa Jenis Komoditi Pangan di Sumatera Utara.

(Sumber : Data sekunder diolah. 2013)

2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 Padi Sawah 743,813 652,531 690,640 696,722 718,586 3,240,209 2,870,944 3,107,570 3,189,758 3,382,066 4.36 4.40 4.50 4.58 4.71 Padi Ladang 78,260 54,492 59,592 51,818 49,824 207,184 136,692 158,264 151,036 145,833 2.65 2.51 2.66 2.91 2.93 Jagung 735,456 200,146 229,882 240,413 242,782 218,569 682,042 804,850 1,098,969 1,166,548 0.30 3.41 3.50 4.57 4.80 Kacang Tanah 19,195 17,991 17,694 16,626 14,294 21,042 20,119 20,329 19,316 16,771 1.10 1.12 1.15 1.16 1.17 Ubi Kayu 40,717 35,996 34,812 37,941 38,611 509,796 452,450 438,576 736,771 1,007,284 12.52 12.57 12.60 19.42 26.09 Ubi Jalar 12,014 10,630 12,129 10,316 12,359 115,728 102,712 117,641 114,187 140,138 9.63 9.66 9.70 11.07 11.34

Produktiftas (ton/ ha) Komoditi Luas Lahan (ha) Produksi (ton)


(7)

4.2.Potensi Komoditi Tanaman Pangan Humbang Hasundutan

Sektor pertanian bagi penduduk kabupaten Humbang Hasundutan sampai saat ini masih merupakan penggerak perekonomian daerah dan sebagai penghasil nilai tambah maupun sumber penghasilan masyarakat, hal ini terlihat dari luas lahan yang digunakan untuk sektor pertanian dan kontribusi sektor ini bagi PDRB kabupaten Humbang Hasundutan yang mencapai 59,08%. (BPS, Humbang Hasundutan 2010).

Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mencakup tanaman padi, plawija dan hortikultura. Jika dilihat dari luas lahan, bahwa tanaman padi merupakan tanaman pertanian yang paling dominan yang dibudidayakan di kabupaten Humbang Hasundutan. Tahun 2005 luas lahan padi sawah yang dikelola masyarakat adalah 17.527 ha dengan produksi 92.086 ton. Luas lahan komoditi padi sawah ini terus mengalami pertumbuhan hingga tahun 2008 yang mencapai 20.834 ha dengan produksi 110.213 ton, namun tahun 2009, luas lahan komoditi

ini mengalami penurunan dikuti dengan penurunan produksi. Pada tahun 2005 luas lahan komoditi tanaman jagung di kabupaten Humbang Hasundutan adalah 1.352 ha dengan produksi 5.195 ton. Dan kemudian pada tahun 2009 luas lahan komoditi jagung ini mengalami penurunan menjadi 578 ha yang diikuti dengan penurunan produksi menjadi 2.485 ton. (BPS, Humbang Hasundutan 2010).

Disamping perkembangan luas lahan dan produksi pangan bahwa tahun 2005 produktifitas padi sawah di kabupaten Humbang Hasundutan adalah 5,25 ton/ha, dan turun menjadi 5,13 ton/ ha pada tahun 2006. Kemudian tahun 2009 menjadi 5,32 ton / ha atau naik sebesar 0,54 % dari tahun sebelumnya. Kemudian produktifitas komoditi jagung pada tahun 2005 tercatat sebesar 3,84ton/ ha dan produktifitas komoditi ini terus mengalami kenaikan menjadi 4,30 ton/ ha pada tahun 2009 atau naik sebesar 2,47% dari tahun sebelumnya. Selain perkembangan produktifitas dibawah ini disajikan mengenai potensi beberapa jenis komoditi pangan di kabupaten Humbang Hasundutan sebagaimana pada tabel 2 di bawah ini : Tabel. 2. Potensi Beberapa Jenis Komoditi Pangan Kabupaten Humbang Hasundutan.

(Sumber : Data sekunder diolah. 2013)

4.3.Komoditi Pangan Unggulan di

Kabupaten Humbang Hasundutan. Identifikasi komoditi pangan unggulan di kabupaten Humbang Hasundutan dilakukan dengan

menggunakan analisis LQ, berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diketahui bahwa di kabupaten tersebut terdapat beberapa jenis komoditi pangan 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 Padi Sawah 17,527 18,560 20,672 20,834 19,245 92,087 95,229 106,015 110,213 102,353 5.25 5.13 5.13 5.29 5.32 Padi Ladang 1,200 1,200 1,722 1,734 1,515 1,800 3,556 5,166 5,209 4,661 1.50 2.96 3.00 3.00 3.08 Jagung 1,352 850 1,280 1,335 578 5,195 3,295 5,278 5,601 2,485 3.84 3.88 4.12 4.20 4.30 Kacang Tanah 727 697 1,263 1,190 487 1,273 1,233 2,353 2,235 888 1.75 1.77 1.86 1.88 1.82 Ubi Kayu 857 823 879 851 480 5,579 6,505 7,006 6,853 3,882 6.51 7.90 7.97 8.05 8.09 Ubi Jalar 509 568 715 723 486 3,600 4,056 5,055 5,097 3,481 7.07 7.14 7.07 7.05 7.16

Produktiftas (ton/ ha) Komoditi Luas Lahan (ha) Produksi (ton)


(8)

unggulan sebagaimana pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Nilai LQ Komoditi Pangan kabupaten Humbang Hasundutan.

(Sumber : Data Sekunder diolah. 2013)

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 2 di atas bahwa di kabupaten Humbang Hasundutan komoditi padi sawah memiliki nlai LQ > 1 mulai dari tahun 2005-2009 secara konsisten, hal ini menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih besar pada di kabupaten dibandingkan dengan propinsi Sumatera Utara. Artinya komoditi padi sawah ini merupakan komoditi unggulan di Humbang Hasundutan.

Sementara itu komoditi padi ladang tahun 2005 – 2009 memiliki nilai LQ yang selalu berubah sehingga komoditi ini tidak dikategori sebagai komoditi unggulan Humbang Hasundutan, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ tidak konsisten (Tarigan, R. 2005), tahun 2005 memiliki nilai LQ sebesar 0,67 atau <1. Kemudian pada tahun 2006 komoditi ini memiliki nilai LQ: 1,38 (LQ>1) artinya pada tahun 2006 komoditi ini memiliki spesialisasi komoditi di kabupaten jika dibandingkan dengan di Propinsi. Dan tahun 2008 komoditi ini memiliki nilai LQ: 1,53(LQ<1) dan tahun 2009 memiliki LQ : 1,80 (LQ>1).

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 2 di atas bahwa komoditi tanaman jagung di kabupaten Humbang Hasundutan secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005 hingga 2009, maka komoditi ini juga dikategorikan sebagai komoditi unggulan di samping komoditi tanaman padi sawah, artinya komoditi ini juga memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten Humbang Hasundutan jika dibandingkan dengan Propinsi, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi jagung ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R 2005).

Kemudian sesuai dengan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 2 di atas bahwa komoditi tanaman kacang tanah di Humbang Hasundutan secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005, dimana komoditi ini disamping komoditi tanaman padi sawah adalah merupakan komoditi unggulan bagi kabupaten dimaksud, artinya komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten jika dibandingkan dengan propinsi, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi kacang tanah ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten. 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 1 Padi Sawah 4.36 4.40 4.50 4.58 4.71 5.25 5.13 5.13 5.29 5.32 1.42 1.36 1.33 1.71 1.94 2 Padi Ladang 2.65 2.51 2.66 2.91 2.93 1.50 2.96 3.00 3.00 3.08 0.67 1.38 1.32 1.53 1.80 3 Jagung 0.30 3.41 3.50 4.57 4.80 3.84 3.88 4.12 4.20 4.30 15.23 1.33 1.38 1.36 1.53 4 Kacang Tanah 1.10 1.12 1.15 1.16 1.17 1.75 1.77 1.86 1.88 1.82 1.88 1.85 1.90 2.40 2.66 5 Ubi Kayu 12.52 12.57 12.60 19.42 26.09 6.51 7.90 7.97 8.05 8.09 0.61 0.74 0.74 0.62 0.53 6 Ubi Jalar 9.63 9.66 9.70 11.07 11.34 7.07 7.14 7.07 7.05 7.16 0.86 0.86 0.85 0.94 1.08 No Komoditi

Produktifitas Beberapa Komoditi Tanaman Pangan (ton/ha) Sumatera Utara Humbang Hasundutan

Nilai LQ Komoditi Pangan Humbang Hasundutan


(9)

Sementara itu komoditi ubi kayu dan ubi jalar untuk kabupaten tersebut tidak memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005 hingga tahun 2009, artinya kedua komoditi ini tidak dikategorikan sebagai komoditi pangan unggulan pada wilayah tersebut sesuai dengan hasil yang ditunjukkan oleh analisis LQ dengan data time series (2005-2009) dimana komoditi ubi kayu dan ubi jalar tidak memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R 2005).

4.4.Komoditi Pangan Unggulan dan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Berdasarkan hasil analisis LQ sebagaimana pada tabel 2 diatas dengan data time series (2005-2009) diketahui bahwa di kabupaten di kabupaten Humbang Hasundutan terdapat 3 (tiga) jenis komoditi pangan yang memiliki nilai LQ> 1 yaitu komoditi padi sawah, jagung dan komoditi kacang tanah.

Tarigan, R (2005) menyampaikan bahwa apabila nilai LQ>1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar di kabupaten dibanding di Propinsi. Komoditi yang memiliki nilai LQ> 1 secara berturut turut sejak tahun 2005 – 2009, maka komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih di kabupaten jika dibanding dengan di Propinsi artinya komoditi tersebut dikategorikan sebagai komoditi unggulan karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ> 1 secara konsisten. Melalui analisis LQ ini, dapat diketahui bahwa kabupaten Humbang Hasundutan memiliki komoditi unggulan padi sawah, jagung dan kacang tanah.

Dengan demikian bahwa komoditi yang merupakan komoditi unggulan di kabupaten Humbang Hasundutan merupakan komoditas

strategis yaitu komoditi padi dan komoditi jagung yang termasuk dalam program pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan yang ditempuh pemerintah melalui berbagai cara untuk meningkatkan produksi dan produktifitas pangan secara berkelanjutan (Tindaon, F dan Nainggolan, H., L 2011).

Maka dengan diketahuinya komoditi unggulan di kabupaten Humbang Hasundutan maka pemerintah daerah setempat akan dapat melakukan upaya peningkatan produktifitas komoditi unggulan ini secara spesifik melalui berbagai program peningkatan produktifitas yang tepat dalam rangka menciptakan ketahanan pangan wilayah. Demikian juga dengan kabupaten lainnya di kawasan tersebut perlu melakukan terobosan dalam rangka peningkatan produktifitas komoditi unggulan wilayah masing-masing dan perlu mendapat perhatian secara khusus dalam rangka peningkatan produktifitas secara konsisten untuk mendukung kemandirian pangan wilayah.

Sehingga pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan harus melakukan apa yang disampaikan Friyatno, S (2001) bahwa kunci keberhasilan dalam peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan unggulan agar lebih baik harus didukung oleh beberapa faktor yaitu; a) usaha peningkatan produktifitas komoditi unggulan melalui perbaikan teknologi usahatani, b) perlunya pengembangan infrastruktur seperti; irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya. Dan sejalan dengan itu, maka pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan harus melakukan upaya-upaya strategis dalam rangka peningkatan produktifitas tanaman pertanian mereka. Upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan produktivitas pangan untuk menjamin


(10)

kemandirian pangan wilayah adalah harus melalui penyediaan sarana produksi yang terjangkau, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen serta melakukan berbagai pelatihan kepada petani dan penyuluh sehingga dengan demikian upaya menciptakan ketahanan dan kemandirian pangan di wilayah di Humbang Hasundutan akan dapat tercapai.

V. Kesimpulan dan Saran. 5.1.Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan atas hasil penelitian ini, maka disimpulkan ; a) kabupaten Humbang Hasundutan memiliki 3 (tiga) jenis komoditi unggulan yang dapat diidentifikasi yaitu komoditi padi sawah, jagung dan kacang tanah, b) Ketersediaan pangan di kabupaten Humbang Hasundutan dipengaruhi oleh produktifitas usahatani komoditi pangan wilayah masing-masing, diamana jika produktifitasnya mengalami peningkatan secara konsisten maka ketersediaan pangan akan terjamin dengan baik.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut; a) Pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan hendaknya melakukan upaya peningkatan produktifitas dan lebih fokus pada komoditi tanaman pangan unggulan yang terdapat diwilayah masing-masing baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani, pengembangan infrastruktur (irigasi), lembaga penyuluhan, serta penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen, b) Pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan harus mengembangkan

sektor-sektor ekonomi potensial dan bidang usaha yang sesuai dengan potensi agroekologis dan ekogeografis wilayah masing-masing dalam rangka peningkatan dan pemenuhan akan kebutuhan pangan wilayah masing-masing.

Daftar Pustaka

Aritonang, J dan Nainggolan, H., L.2012. Peranan Analisis Komoditi Unggulan Pada Enam Kabupaten/ Kota Dalam

Meningkatkan Ketahanan

Pangan di Kawasan Tapanuli.

Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan. Medan, hal. 18.

BPS, Sumatera Utara Dalam Angka

2010. Medan

BPS, Sumatera Utara Dalam Angka

2008. Medan

BPS, Humbang Hasundutan Dalam Angka2010. Doloksanggul. Friyatno, S. 2001. Analisis Penerapan

Intensifikasi Usahatani Padi Sawah Pasca Krisis Ekonomi (Kasus di Kabupaten Subang, Jawa Barat). Makalah. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.

Kuncoro, M. 2005.Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif

?. Erlangga. Jakarta, hal 12-18. Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk

Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta,hal 63-66. Nainggolan, H., L dan Aritonang J.

2012. Pengembangan Pertanian Berbasis Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pembangunan Berkelanjutan. Prosiding Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia. Medan, hal. 337-341.


(11)

Nainggolan, H., L. 2011. Identifikasi Komoditi Unggulan Dalam

Rangka Pengembangan

Komoditi Tanaman Pangan Untuk Menciptakan Ketahanan Pangan Wilayah, Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan Toba Samosir. Prosiding Seminar Nasional Pertanian Presisi; Pertanian Presisi Menuju Kedaulatan Pangan, Medan, hal.121-130.

Suryana, A. 2005. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan Pada Era Otonomi dan Globalisasi. IPB. Bogor

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi.Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta, hal 79-85. Tindaon, F dan Nainggolan, H., L. 2011. Studi Kelayakan Penerapan Bioteknologi

Pertanian Dalam

Pengembangan Tanaman

Pangan Jagung di Lahan Perkebunan di Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), di Medan.


(1)

PKyProp:Produktifitas komoditi y diwilayah propinsi

TPkrop: Total produktifitas komoditi diwilayah propinsi

3.3.Menentukan Komoditi Unggulan Untuk mengidentifikasi komoditi yang unggul pada suatu wilayah adalah berdasarkan hasil analisis LQ, analisis ini dapat memberikan gambaran komoditi unggulan dengan baik jika menggunakan data time series (Tarigan, R 2005), hasil analisis LQ dengan menggunakan data time series akan memberikan gambaran tentang perkembangan komoditi unggulan dari tahun ke tahun dengan konsisten sebagai komoditi unggulan. Secara umum komoditi yang dianalisis dikategorikan ke dalam 3 (tiga) kategori berdasarkan nilai LQ nya (Kuncoro, M 2009) yaitu; (a) kategori 1 : apabila LQ > 1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar dikabupaten dibanding dengan komoditi yang sama di Propinsi, (b) kategori 2 : bila LQ < 1 maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di kabupaten lebih kecil dari komoditi yang sama di Propinsi, (c) kategori 3 : bila LQ = 1, maka tingkat spesialisasi komoditi tersebut di kabupaten sama dengan di tingkat Propinsi.

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1.Potensi Komoditi Tanaman Pangan Sumatera Utara.

Sumatera Utara merupakan propinsi ke empat terbesar jumlah penduduknya di Indonesia setelah Jawa

Timur, Jawa Barat dan Jawa Tengah. Berdasarkan data statistik 2010, bahwa jumlah penduduk Sumatera Utara mencapai 12 juta jiwa, dari total penduduk tersebut terdapat angkatan kerja sebanyak 6,29 juta jiwa yang terdiri dari 5,54 juta jiwa kategori bekerja dan 554,5 ribu jiwa kategori mencari pekerjaan dan tidak bekerja (pengangguran terbuka). Penduduk tersebut sebagian bekerja pada sektor pertanian yaitu 47,12 % disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 20,20%.

Data BPS 2010 menunjukkan bahwa luas panen dan produksi tanaman pangan di Sumatera Utara tahun 1999-2009 mengalami pertumbuhan rata-rata plus minus sebesar 0,11% per tahun. Demikian juga dengan produktifitas komoditi ini, juga mengalami trend pertumbuhan yang bervariasi. Tahun 2005 produktifitas padi sawah di Sumatera Utara adalah 4,36 ton/ ha, kemudian tahun 2006 hanya naik 1% dengan produksi 4,40 ton/ ha. Kemudian 2009 produktifitas komoditi padi sawah ini 4,71 ton/ ha, dan naik hanya 2,80% dari tahun sebelumnya. Sementara itu produktifitas jagung mengalami peningkatan sejak tahun 2005-2009. Produktifitas komoditi jagung tahun 2005 adalah 0,30 ton/ ha, mengalami peningkatan tahun 2006 menjadi 3,41 ton/ ha. Selain perkembangan produktifitas komoditi pangan Sumatera Utara, dibawah ini dapat di lihat potensi beberapa jenis komoditi pangan di Sumatera Utara sebagaimana pada tabel 1 di bawah ini: Tabel 1. Potensi Beberapa Jenis Komoditi Pangan di Sumatera Utara.

(Sumber : Data sekunder diolah. 2013)

2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 Padi Sawah 743,813 652,531 690,640 696,722 718,586 3,240,209 2,870,944 3,107,570 3,189,758 3,382,066 4.36 4.40 4.50 4.58 4.71 Padi Ladang 78,260 54,492 59,592 51,818 49,824 207,184 136,692 158,264 151,036 145,833 2.65 2.51 2.66 2.91 2.93 Jagung 735,456 200,146 229,882 240,413 242,782 218,569 682,042 804,850 1,098,969 1,166,548 0.30 3.41 3.50 4.57 4.80 Kacang Tanah 19,195 17,991 17,694 16,626 14,294 21,042 20,119 20,329 19,316 16,771 1.10 1.12 1.15 1.16 1.17 Ubi Kayu 40,717 35,996 34,812 37,941 38,611 509,796 452,450 438,576 736,771 1,007,284 12.52 12.57 12.60 19.42 26.09 Ubi Jalar 12,014 10,630 12,129 10,316 12,359 115,728 102,712 117,641 114,187 140,138 9.63 9.66 9.70 11.07 11.34

Produktiftas (ton/ ha) Komoditi Luas Lahan (ha) Produksi (ton)


(2)

4.2.Potensi Komoditi Tanaman Pangan Humbang Hasundutan

Sektor pertanian bagi penduduk kabupaten Humbang Hasundutan sampai saat ini masih merupakan penggerak perekonomian daerah dan sebagai penghasil nilai tambah maupun sumber penghasilan masyarakat, hal ini terlihat dari luas lahan yang digunakan untuk sektor pertanian dan kontribusi sektor ini bagi PDRB kabupaten Humbang Hasundutan yang mencapai 59,08%. (BPS, Humbang Hasundutan 2010).

Sub sektor tanaman bahan makanan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang mencakup tanaman padi, plawija dan hortikultura. Jika dilihat dari luas lahan, bahwa tanaman padi merupakan tanaman pertanian yang paling dominan yang dibudidayakan di kabupaten Humbang Hasundutan. Tahun 2005 luas lahan padi sawah yang dikelola masyarakat adalah 17.527 ha dengan produksi 92.086 ton. Luas lahan komoditi padi sawah ini terus mengalami pertumbuhan hingga tahun 2008 yang mencapai 20.834 ha dengan produksi 110.213 ton, namun tahun 2009, luas lahan komoditi

ini mengalami penurunan dikuti dengan penurunan produksi. Pada tahun 2005 luas lahan komoditi tanaman jagung di kabupaten Humbang Hasundutan adalah 1.352 ha dengan produksi 5.195 ton. Dan kemudian pada tahun 2009 luas lahan komoditi jagung ini mengalami penurunan menjadi 578 ha yang diikuti dengan penurunan produksi menjadi 2.485 ton. (BPS, Humbang Hasundutan 2010).

Disamping perkembangan luas lahan dan produksi pangan bahwa tahun 2005 produktifitas padi sawah di kabupaten Humbang Hasundutan adalah 5,25 ton/ha, dan turun menjadi 5,13 ton/ ha pada tahun 2006. Kemudian tahun 2009 menjadi 5,32 ton / ha atau naik sebesar 0,54 % dari tahun sebelumnya. Kemudian produktifitas komoditi jagung pada tahun 2005 tercatat sebesar 3,84ton/ ha dan produktifitas komoditi ini terus mengalami kenaikan menjadi 4,30 ton/ ha pada tahun 2009 atau naik sebesar 2,47% dari tahun sebelumnya. Selain perkembangan produktifitas dibawah ini disajikan mengenai potensi beberapa jenis komoditi pangan di kabupaten Humbang Hasundutan sebagaimana pada tabel 2 di bawah ini : Tabel. 2. Potensi Beberapa Jenis Komoditi Pangan Kabupaten Humbang Hasundutan.

(Sumber : Data sekunder diolah. 2013)

4.3.Komoditi Pangan Unggulan di

Kabupaten Humbang Hasundutan. Identifikasi komoditi pangan unggulan di kabupaten Humbang Hasundutan dilakukan dengan

menggunakan analisis LQ, berdasarkan pengolahan data yang dilakukan diketahui bahwa di kabupaten tersebut terdapat beberapa jenis komoditi pangan 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 Padi Sawah 17,527 18,560 20,672 20,834 19,245 92,087 95,229 106,015 110,213 102,353 5.25 5.13 5.13 5.29 5.32 Padi Ladang 1,200 1,200 1,722 1,734 1,515 1,800 3,556 5,166 5,209 4,661 1.50 2.96 3.00 3.00 3.08 Jagung 1,352 850 1,280 1,335 578 5,195 3,295 5,278 5,601 2,485 3.84 3.88 4.12 4.20 4.30 Kacang Tanah 727 697 1,263 1,190 487 1,273 1,233 2,353 2,235 888 1.75 1.77 1.86 1.88 1.82 Ubi Kayu 857 823 879 851 480 5,579 6,505 7,006 6,853 3,882 6.51 7.90 7.97 8.05 8.09 Ubi Jalar 509 568 715 723 486 3,600 4,056 5,055 5,097 3,481 7.07 7.14 7.07 7.05 7.16

Produktiftas (ton/ ha) Komoditi Luas Lahan (ha) Produksi (ton)


(3)

unggulan sebagaimana pada tabel 2 di bawah ini : Tabel 2. Nilai LQ Komoditi Pangan kabupaten Humbang Hasundutan.

(Sumber : Data Sekunder diolah. 2013)

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 2 di atas bahwa di kabupaten Humbang Hasundutan komoditi padi sawah memiliki nlai LQ > 1 mulai dari tahun 2005-2009 secara konsisten, hal ini menunjukkan bahwa komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih besar pada di kabupaten dibandingkan dengan propinsi Sumatera Utara. Artinya komoditi padi sawah ini merupakan komoditi unggulan di Humbang Hasundutan.

Sementara itu komoditi padi ladang tahun 2005 – 2009 memiliki nilai LQ yang selalu berubah sehingga komoditi ini tidak dikategori sebagai komoditi unggulan Humbang Hasundutan, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ tidak konsisten (Tarigan, R. 2005), tahun 2005 memiliki nilai LQ sebesar 0,67 atau <1. Kemudian pada tahun 2006 komoditi ini memiliki nilai LQ: 1,38 (LQ>1) artinya pada tahun 2006 komoditi ini memiliki spesialisasi komoditi di kabupaten jika dibandingkan dengan di Propinsi. Dan tahun 2008 komoditi ini memiliki nilai LQ: 1,53(LQ<1) dan tahun 2009 memiliki LQ : 1,80 (LQ>1).

Berdasarkan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 2 di atas bahwa komoditi tanaman jagung di kabupaten Humbang Hasundutan secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005 hingga 2009, maka komoditi ini juga dikategorikan sebagai komoditi unggulan di samping komoditi tanaman padi sawah, artinya komoditi ini juga memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten Humbang Hasundutan jika dibandingkan dengan Propinsi, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi jagung ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R 2005).

Kemudian sesuai dengan hasil analisis data sebagaimana pada tabel 2 di atas bahwa komoditi tanaman kacang tanah di Humbang Hasundutan secara konsisten memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005, dimana komoditi ini disamping komoditi tanaman padi sawah adalah merupakan komoditi unggulan bagi kabupaten dimaksud, artinya komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi di kabupaten jika dibandingkan dengan propinsi, karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series (2005-2009) menunjukkan bahwa komoditi kacang tanah ini memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten. 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 2005 2006 2007 2008 2009 1 Padi Sawah 4.36 4.40 4.50 4.58 4.71 5.25 5.13 5.13 5.29 5.32 1.42 1.36 1.33 1.71 1.94 2 Padi Ladang 2.65 2.51 2.66 2.91 2.93 1.50 2.96 3.00 3.00 3.08 0.67 1.38 1.32 1.53 1.80 3 Jagung 0.30 3.41 3.50 4.57 4.80 3.84 3.88 4.12 4.20 4.30 15.23 1.33 1.38 1.36 1.53 4 Kacang Tanah 1.10 1.12 1.15 1.16 1.17 1.75 1.77 1.86 1.88 1.82 1.88 1.85 1.90 2.40 2.66 5 Ubi Kayu 12.52 12.57 12.60 19.42 26.09 6.51 7.90 7.97 8.05 8.09 0.61 0.74 0.74 0.62 0.53 6 Ubi Jalar 9.63 9.66 9.70 11.07 11.34 7.07 7.14 7.07 7.05 7.16 0.86 0.86 0.85 0.94 1.08 No Komoditi

Produktifitas Beberapa Komoditi Tanaman Pangan (ton/ha) Sumatera Utara Humbang Hasundutan

Nilai LQ Komoditi Pangan Humbang Hasundutan


(4)

Sementara itu komoditi ubi kayu dan ubi jalar untuk kabupaten tersebut tidak memiliki nilai LQ>1 sejak tahun 2005 hingga tahun 2009, artinya kedua komoditi ini tidak dikategorikan sebagai komoditi pangan unggulan pada wilayah tersebut sesuai dengan hasil yang ditunjukkan oleh analisis LQ dengan data time series (2005-2009) dimana komoditi ubi kayu dan ubi jalar tidak memiliki nilai LQ> 1, secara konsisten (Tarigan, R 2005).

4.4.Komoditi Pangan Unggulan dan Dalam Mendukung Ketersediaan Pangan di Kabupaten Humbang Hasundutan.

Berdasarkan hasil analisis LQ sebagaimana pada tabel 2 diatas dengan data time series (2005-2009) diketahui bahwa di kabupaten di kabupaten Humbang Hasundutan terdapat 3 (tiga) jenis komoditi pangan yang memiliki nilai LQ> 1 yaitu komoditi padi sawah, jagung dan komoditi kacang tanah.

Tarigan, R (2005) menyampaikan bahwa apabila nilai LQ>1, maka tingkat spesialisasi komoditi lebih besar di kabupaten dibanding di Propinsi. Komoditi yang memiliki nilai LQ> 1 secara berturut turut sejak tahun 2005 – 2009, maka komoditi ini memiliki tingkat spesialisasi yang lebih di kabupaten jika dibanding dengan di Propinsi artinya komoditi tersebut dikategorikan sebagai komoditi unggulan karena berdasarkan analisis LQ dengan data time series menunjukkan bahwa nilai LQ> 1 secara konsisten. Melalui analisis LQ ini, dapat diketahui bahwa kabupaten Humbang Hasundutan memiliki komoditi unggulan padi sawah, jagung dan kacang tanah.

Dengan demikian bahwa komoditi yang merupakan komoditi unggulan di kabupaten Humbang Hasundutan merupakan komoditas

strategis yaitu komoditi padi dan komoditi jagung yang termasuk dalam program pemerintah dalam rangka mewujudkan kemandirian pangan yang ditempuh pemerintah melalui berbagai cara untuk meningkatkan produksi dan produktifitas pangan secara berkelanjutan (Tindaon, F dan Nainggolan, H., L 2011).

Maka dengan diketahuinya komoditi unggulan di kabupaten Humbang Hasundutan maka pemerintah daerah setempat akan dapat melakukan upaya peningkatan produktifitas komoditi unggulan ini secara spesifik melalui berbagai program peningkatan produktifitas yang tepat dalam rangka menciptakan ketahanan pangan wilayah. Demikian juga dengan kabupaten lainnya di kawasan tersebut perlu melakukan terobosan dalam rangka peningkatan produktifitas komoditi unggulan wilayah masing-masing dan perlu mendapat perhatian secara khusus dalam rangka peningkatan produktifitas secara konsisten untuk mendukung kemandirian pangan wilayah.

Sehingga pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan harus melakukan apa yang disampaikan Friyatno, S (2001) bahwa kunci keberhasilan dalam peningkatan produktifitas komoditi tanaman pangan unggulan agar lebih baik harus didukung oleh beberapa faktor yaitu; a) usaha peningkatan produktifitas komoditi unggulan melalui perbaikan teknologi usahatani, b) perlunya pengembangan infrastruktur seperti; irigasi, lembaga penyuluhan dan sebagainya. Dan sejalan dengan itu, maka pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan harus melakukan upaya-upaya strategis dalam rangka peningkatan produktifitas tanaman pertanian mereka. Upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan produktivitas pangan untuk menjamin


(5)

kemandirian pangan wilayah adalah harus melalui penyediaan sarana produksi yang terjangkau, perbaikan teknologi budidaya dan pasca panen serta melakukan berbagai pelatihan kepada petani dan penyuluh sehingga dengan demikian upaya menciptakan ketahanan dan kemandirian pangan di wilayah di Humbang Hasundutan akan dapat tercapai.

V. Kesimpulan dan Saran. 5.1.Kesimpulan.

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang dilakukan atas hasil penelitian ini, maka disimpulkan ; a) kabupaten Humbang Hasundutan memiliki 3 (tiga) jenis komoditi unggulan yang dapat diidentifikasi yaitu komoditi padi sawah, jagung dan kacang tanah, b) Ketersediaan pangan di kabupaten Humbang Hasundutan dipengaruhi oleh produktifitas usahatani komoditi pangan wilayah masing-masing, diamana jika produktifitasnya mengalami peningkatan secara konsisten maka ketersediaan pangan akan terjamin dengan baik.

5.2.Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut; a) Pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan hendaknya melakukan upaya peningkatan produktifitas dan lebih fokus pada komoditi tanaman pangan unggulan yang terdapat diwilayah masing-masing baik melalui program intensifikasi maupun ekstensifikasi yang didukung oleh perbaikan teknologi usahatani, pengembangan infrastruktur (irigasi), lembaga penyuluhan, serta penyediaan sarana produksi, perbaikan teknologi budidaya dan pascapanen, b) Pemerintah kabupaten Humbang Hasundutan harus mengembangkan

sektor-sektor ekonomi potensial dan bidang usaha yang sesuai dengan potensi agroekologis dan ekogeografis wilayah masing-masing dalam rangka peningkatan dan pemenuhan akan kebutuhan pangan wilayah masing-masing.

Daftar Pustaka

Aritonang, J dan Nainggolan, H., L.2012. Peranan Analisis Komoditi Unggulan Pada Enam

Kabupaten/ Kota Dalam

Meningkatkan Ketahanan

Pangan di Kawasan Tapanuli. Laporan Hasil Penelitian. Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan. Medan, hal. 18.

BPS, Sumatera Utara Dalam Angka

2010. Medan

BPS, Sumatera Utara Dalam Angka

2008. Medan

BPS, Humbang Hasundutan Dalam

Angka2010. Doloksanggul.

Friyatno, S. 2001. Analisis Penerapan Intensifikasi Usahatani Padi Sawah Pasca Krisis Ekonomi (Kasus di Kabupaten Subang,

Jawa Barat). Makalah. Badan

Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen Pertanian RI.

Kuncoro, M. 2005.Strategi, Bagaimana Meraih Keunggulan Kompetitif ?. Erlangga. Jakarta, hal 12-18. Kuncoro, M. 2009. Metode Riset Untuk

Bisnis dan Ekonomi. Edisi 3. Erlangga. Jakarta,hal 63-66. Nainggolan, H., L dan Aritonang J.

2012. Pengembangan Pertanian Berbasis Komoditi Unggulan Dalam Rangka Pembangunan

Berkelanjutan. Prosiding

Seminar Nasional Tantangan Pembangunan Berkelanjutan dan Perubahan Iklim di Indonesia. Medan, hal. 337-341.


(6)

Nainggolan, H., L. 2011. Identifikasi

Komoditi Unggulan Dalam

Rangka Pengembangan

Komoditi Tanaman Pangan

Untuk Menciptakan Ketahanan Pangan Wilayah, Studi Kasus Kabupaten Tapanuli Utara dan

Toba Samosir. Prosiding

Seminar Nasional Pertanian Presisi; Pertanian Presisi Menuju Kedaulatan Pangan, Medan, hal.121-130.

Suryana, A. 2005. Kebijakan Ketahanan Pangan Nasional. Simposium Nasional Ketahanan dan Keamanan Pangan Pada Era Otonomi dan Globalisasi. IPB. Bogor

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional: Teori dan Aplikasi.Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta, hal 79-85. Tindaon, F dan Nainggolan, H., L. 2011. Studi Kelayakan

Penerapan Bioteknologi

Pertanian Dalam

Pengembangan Tanaman

Pangan Jagung di Lahan

Perkebunan di Sumatera Utara. Makalah Seminar Nasional Perhimpunan Ahli Teknologi Pangan Indonesia (PATPI), di Medan.