9. Lagoon
Air buangan limbah cair dari masing-masing unit pengolahan dialirkan ke lagoon untuk didaur ulang. Daur ulang merupakan cara yang tepat dan aman
dalam mengatasi dan meningkatkan kualitas lingkungan. Prinsip ini telah diterapkan sejak tahun 2002 di IPA Sunggal dengan kapasitas 9.600 m
3
berdimensi 80 x 40 m. Lagoon terdiri dari tiga sel. Sel pertama adalah sebagai tempat lumpur. jika sel
telah penuh, lumpur akan disedot ke atas dan digunakan untuk menimbuh tanah sekitar lagoon. Air dari sel pertama ini akan dialirkan ke sel berikutnya yang
difiltrasi dengan batu bronjong. Air dari sel kedua ini difiltrasi lagi dengan batu bronjong ke sel ketiga pada tiap-tiap unit produksi, dibuang ke lagoon untuk
diproses lagi menjadi air bersih. Sehingga tidak ada air yang dibuang kembali ke badan air apabila sudah memasuki intake.
2.4 Syarat-syarat air minum
Penggunaan sumber air minum bagi Perusahaan Air Minum PAM di kota-kota besar masih menggantungkan dari sungai-sungai yang telah dicemari
sehingga treatment yang sempurna sangat diperlukan secara mutlak. Sebaiknya bila akan menggunakan badan-badan air sebagai sumber air minum hendaknya
memenuhi syarat-syarat kualitas air minum. Menurut Gabriel 2001, air siap minumair minum ialah air yang sudah
terpenuhi syarat fisik, kimia, bakteriologi serta level kontaminasi maksimum LKM Maximum Contaminant Level.
Universitas Sumatera Utara
Level kontaminasi maksimum meliputi sejumlah zat kimia, kekeruhan dan bakteri coliform yang diperkenankan dalam batas-batas aman. Lebih jelas lagi, bahwa air
siap minumair minum yang berkualitas harus terpenuhi syarat sebagai berikut : − Harus jernih, transparan dan tidak berwarna
− Tidak dicemari bahan organik maupun bahan anorganik − Tidak berbau, tidak berasa, kesan enak bila diminum
− Mengandung mineral yang cukup sesuai dengan standard − Bebas kumanLKM coliform dalam batas aman
2.5 Kandungan bahan kimia
Menurut Sutrisno 2004, air mempunyai sifat melarutkan bahan kimia. Air rumusnya adalah : H
2
O + X, dimana X merupakan zat-zat yang dihasilkan air buangan oleh aktivitas manusia selama beberapa tahun. Dengan bertambahnya
aktivitas manusia, maka faktor X tersebut dalam air akan bertambah dan merupakan masalah. Faktor X merupakan zat-zat kimia yang mudah larut dalam
air dan dapat menimbulkan masalah sebagai berikut: a.
Toksisitas b.
Reaksi-reaksi kimia yang menyebabkan 1.
Pengendapan yang berlebihan. 2.
Timbulnya busa yang menetap, yang sulit untuk dihilangkan. 3.
Timbulnya respon fisiologis yang tidak diharapkan terhadap rasa. 4.
Perubahan dari perwujudan fisik air.
Universitas Sumatera Utara
2.5.1 Logam kromium
Kata kromium berasal dari bahasa yunani chroma yang berarti warna. Dalam bahan kimia, kromium dilambangkan dengan Cr dan pertama kali
ditemukan oleh Vagueline pada tahun 1797. Logam berat kromium Cr merupakan logam berwarna abu-abu, tahan terhadap oksidasi meskipun pada suhu
tinggi, mengkilat, keras, bersifat paramagnetik, dan mempunyai bentuk senyawa- senyawa berwarna Widowati,w dkk dan palar.2008.
Kromium termasuk unsur yang jarang ditemukan pada perairan alami. Kerak bumi mengandung kromium sekitar 100 mgkg. kromium yang ditemukan
diperairan adalah kromium trivalent Cr3+ dan kromium heksavalent Cr6+, namun pada perairan yang memiliki pH lebih dari 5, Kromium trivalent tidak
ditemukan. Apabila masuk keperairan kromium trivalent akan di oksidasi menjadi kromium heksavalent yang lebih toxic. Widowati,w dkk dan palar.2008.
Dalam badan perairan, Kromium dapat masuk melalui dua cara, yaitu secara alamiah dan non alamiah. Masuknya kromium secara alamiah dapat
disebabkan oleh beberapa faktor fisika, seperti erosi yang terjadi pada batuan mineral. Masuknya kromium yang terjadi secara non alamiah lebih merupakan
dampak atau efek dari aktivitas yang dilakukan manusia. Sumber-sumber kromium yang berkaitan dengan aktifitas manusia dapat berupa limbah atau
buangan industri sampai buangan rumah tangga. palar.2008. Dalam badan perairan terjadi bermacam-macam proses kimia mulai dari
proses pengompleksan sampai pada reaksi redoks. Proses kimia tersebut juga terjadi pada logam kromium yang ada di perairan. proses kimia seperti
Universitas Sumatera Utara
pengompleksan dan sistem redoks. Dapat terjadinya pengendapan dan atau sedimentasi logam Cr di dasar perairan. Proses-proses kimiawi yang berlangsung
dalam badan perairan juga dapat mengakibatkan terjadinya peristiwa reduksi dari senyawa-senyawa Cr
6+
yang sangat beracun menjadi Cr
3+
yang kurang beracun. Peristiwa reduksi yang terjadi atas senyawa Cr
6+
menjadi Cr
3+
dapat berlangsung bila badan perairan berada dan atau mempunyai lingkungan yang bersifat asam,
untuk perairan yang bersifat basa. Ion-ion Cr
3+
akan mengendap palar.2008.
2.5.2 Efek toksik logam kromium
Kromium merupakan mikronutrien bagi mahluk hidup, tetapi bersifat toksik dalam dosis tinggi. Kromium dibutuhkan untuk metabolisme hormon
insulin dan pengaturan kadar glukosa darah. Defisiensi Kromium bisa menyebabkan hiperglisemia, glikosoria, meningkatnya cadangan lemak tubuh,
munculnya penyakit radiovaskuler, menurunnya jumlah sperma dan menyebabkan infertilitas Widowati,W 2008.
Logam kromium adalah bahan kimia yang bersifat persisten, bioakumulatif, dan toksik yang tinggi serta tidak mampu terurai dalam
lingkungan. Sulit diuraikan, dan akhirnya diakumulasi dalam tubuh manusia melalui rantai makanan. Kestabilan kromium akan mempengaruhi toksisitasnya
terhadap manusia secara berurutan, mulai dari tingkat toksisitas terendah yakni, Cr0, CrIII, CrVI. CrVI pada umumnya 1000 kali lipat lebih toksik
dibandingkan CrIII. Kromium CrIII bersifat kurang toksksik dibandingkan CrVI. Tidak bersifat iritatif, serta tidak korosif Widowati,W 2008.
Universitas Sumatera Utara
Kromium sebagai ion bervalensi enam bersifat karsinogenik pada saluran pernapasan kumulatif pada tingkat konsentrasi mgl dalam air minum. Konsentrasi
unsur ini dalam air minum yang melebihi standar maksimum yang ditetapkan kemungkinan dapat menyebabkan kanker kulit dan kerusakan pada sistem
pencernaan dan sistem pernapasan. Palar, 2008. Konsentrasi maksimal kromium dalam air minum yang ditetapkan sebagai
standar oleh Depatemen Kesehatan R.I adalah sebesar 0,05 mgl. angka ini sesuai dengan angka standar yang ditetapkan baik oleh US Public Health Service,
maupun WHO European , maupun WHO Internasional. sutrisno, 2004.
2.6 Teori umum kolorimetri
Kolorimetri merupakan suatu metoda analisa kimia yang didasarkan pada tercapainya kesamaan besaran warna antara larutan sampel dengan larutan standar
dengan menggunakan sumber cahaya polikromatis dan detektor mata. Metoda ini didasarkan pada penyerapan cahaya tampak dan energi radiasi lainnya oleh suatu
larutan. Variasi warna suatu sistem berubah dengan berubahnya konsentrasi suatu
komponen, membentuk dasar apa yang lazim disebut analisis kolorimetrik oleh ahli kimia. Warna itu biasanya disebabkan oleh pembentukan suatu senyawa
berwarna dengan ditambahkannya reagensia yang tepat, intensitas warna kemudian dapat dibandingkan dengan menangani kuantitas yang diketahui dari
zat itu dengan cara yang sama.
Universitas Sumatera Utara
Metoda ini dapat diterapkan untuk penentuan komponen zat warna ataupun komponen yang belum berwarna, namun dengan menggunakan reagen
pewarna yang sesuai dapat menghasilkan senyawa berwarna yang merupakan fungsi dari kandungan komponennya. Jika telah tercapai kesamaan warna berarti
jumlah molekul zat penyerap yang dilewati sinar pada kedua sisi tersebut telah sama dan ini dijadikan dasar perhitungan.
Kolorimetri terbagi atas 2 metoda yaitu : a
Kolorimetri visual Menggunakan mata sebagai detektor
b Kolorimetri Fotolistrik
Menggunakan fotosel sebagai detektornya. Syarat metoda kolorimetri adalah harus berwarna. Jika larutan tidak
berwarna maka dilakukan dahulu pengomplekan dengan penambahan reagen pewarna. Sedangkan syarat pewarnaan ini antara lain :
- Warna yang terbentuk harus stabil - Reaksi pewarnaan harus selektif
- Larutan harus transfaran - Kesensitifannya tinggi
- Ketepatan ulang tinggi - Warna yang terbentuk harus merupakan fungsi dari konsentrasi
Asas dasar kebanyakan pengukuran kolorimetri terdiri dari pembandingan warna yang dihasilkan oleh zat dalam kuantitas yang tidak diketahui dengan warna
Universitas Sumatera Utara
yang sama yang dihasilkan oleh kuantitas yang diketahui dari zat yang akan ditetapkan itu. Pembandingan kuantitatif kedua larutan itu pada umumnya dapat
dilakukan oleh salah satu dari beberapa metode. Dan metode yang digunakan pada metode ini adalah metode fotometer fotolistrik.
2.7 Penetapan Kadar Logam Kromium secara Kolorimetri