Analisa hasil simulasi airfoil

Tabel 4.1 Data hasil simulasi airfoil α ° Cl Cd ClCd 0.000773 0.011869 0.065145 1 0.107909 0.011989 9.000619 2 0.216032 0.012347 17.49693 3 0.324682 0.012949 25.07321 4 0.432426 0.013797 31.34096 5 0.542041 0.014909 36.35605 6 0.651073 0.016283 39.98384 7 0.757477 0.017174 44.10634 8 0.86549 0.019845 43.61183 9 0.959894 0.021942 43.74597 10 1.051167 0.024295 43.26676 11 1.135495 0.026861 42.27343 12 1.214758 0.029686 40.92077

4.1.2 Analisa hasil simulasi airfoil

Analisa hasil simulasi airfoil dilakukan berdasarkan perbandingan antara koefisien gaya angkat dengan gaya hambat seperti pada gambar di bawah ini yang dapat dijadikan sebagai tolak ukur unjuk kerja airfoil dalam hal aerodinamis. Gambar 4.1 Grafik sudut serang α vs koefisien gaya angkat Cl Universitas Sumatera Utara Dari grafik di atas terlihat bahwa semakin besar nilai sudut serang terhadap airfoil maka semakin besar pula nilai koefisien gaya angkatnya. Dari grafik di atas terlihat pula bahwa pada saat sudut serang 0 nilai koefisien gaya angkat juga benilai 0, hal ini dikarenakan airfoil yang digunakan adalah airfoil tipe simetris yang artinya bagian atas dan bagian bawah airfoil memiliki bentuk yang sama. Hal ini juga akan terlihat pada kontur kecepatan saat sudut serangnya bernilai 0. Nilai koefisien gaya angkat maksimum terjadi pada sudut serang 12 . Sedangkan untuk grafik koefisien gaya hambat dengan variasi sudut serang dapat dilihat pada gambar 4.2 berikut. Gambar 4.2 Grafik sudut serang α vs gaya hambat Cd Dari grafik di atas dapat dilihat bahwa semakin besar nilai sudut serang, maka semakin besar pula nilai koefisien gaya hambatnya. Nilai koefisien gaya hambatnya meningkat secara teratur. Nilai koefisien gaya drag terbesar terjadi pada sudut serang 12 yang nilainya sebesar 0.029686. Nilai koefisien gaya hambat ini berfungsi untuk menghitung nilai gaya hambat. Universitas Sumatera Utara Gambar 4.3 Grafik sudut serang α vs perbandingan ClCd Perbandingan antara koefisien gaya angkat dengan koefisien gaya hambat merupakan penentu dari unjuk kerja aerodinamika airfoil. Dari gambar 4.3 dapat diketahui bahwa airfoil NACA 0018 ini memiliki nilai ClCd maksimum pada sudut serang 7 . Nilai perbandingan ClCd terus meningkat dari sudut serang 1 sampai 7 sudut serang optimum, kemudian setelah melewati sudut serang 7 nilai perbandingannya turun kembali secara konstan. Selain dari grafik, analisa juga dapat dilihat dari hasil kontur kecepatan dengan beberapa variasi sudut serang. Berikut gambar kontur kecepatan pada sudut serang 0 . Gambar 4.4 Kontur kecepatan pada sudut serang 0 Universitas Sumatera Utara Dari gambar di atas terlihat bahwa pada sudut serang 0 , kontur kecepatan pada sisi atas terlihat sama dengan kontur kecepatan pada sisi bawah airfoil, sehingga pada kondisi ini nilai koefisien gaya angkat akan bernilai nol. Untuk sudut serang optimum yang terjadi pada sudut serang 7 , kontur kecepatan yang terjadi disekitar airfoil dapat dilihat pada gambar di bawah ini Gambar 4.5 Kontur kecepatan pada sudut serang 7 Gambar 4.5 di atas terlihat kontur kecepatan disekitar airfoil dengan kecepatan maksimum mencapai 6,87 ms yang terjadi dibagian atas airfoil. Pada sudut serang 7 ini memiliki nilai perbandingan ClCd yang optimum yaitu sebesar 44.10634.

4.1.3 Validasi terhadap hasil eksperimen

Dokumen yang terkait

Simulasi Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Menggunakan Profil Sudu Naca 4415 Terhadap Variasi Panjang Chord Dan Tip Speed Ratio Dengan Software Cfd

12 65 125

Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 4415 dan analisa perbandingan menggunakan variasi jumlah sudu dan sudut PITCW

11 83 99

Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0012 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

2 86 108

Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0018 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

5 59 106

Simulasi Pengaruh Jumlah Sudu Dan Tip Speed Ratio Terhadap Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Menggunakan Profil Sudu Naca 0018

0 0 17

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 4415 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

1 2 13

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin - Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0018 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

1 1 18

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0018 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

0 0 14

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Energi Angin - Uji Performansi Turbin Angin Tipe Darrieus-H Dengan Profil Sudu Naca 0012 Dan Analisa Perbandingan Efisiensi Menggunakan Variasi Jumlah Sudu Dan Sudut Pitch

1 1 21

UJI PERFORMANSI TURBIN ANGIN TIPE DARRIEUS-H DENGAN PROFIL SUDU NACA 0012 DAN ANALISA PERBANDINGAN EFISIENSI MENGGUNAKAN VARIASI JUMLAH SUDU DAN SUDUT PITCH SKRIPSI

0 0 13