PENGEMBANGAN LKS BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI PADA MATERI KLASIFIKASI MATERI

(1)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI PADA

MATERI KLASIFIKASI MATERI

(Skripsi)

Oleh M.A. Aminudin

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI PADA MATERI KLASIFIKASI MATERI

Oleh

M.A. AMINUDIN

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan LKS berbasis multipel representa-si pada materi klarepresenta-sifikarepresenta-si materi. Metode penelitian yang digunakan adalah meto-de Penelitian dan Pengembangan (Research and Development). Penyusunan LKS dilakukan setelah melakukan studi pendahuluan yang terdiri dari studi kepustaka-an dkepustaka-an studi lapkepustaka-angkepustaka-an. Setelah penyusunkepustaka-an maka dilakukkepustaka-an validasi ahli oleh satu dosen ahli terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan. Setelah itu meminta tanggapan oleh guru yang meliputi aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan, serta meminta tanggapan siswa terhadap aspek keterbacaan dan ke-menarikan. Dari hasil tanggapan guru terhadap LKS yang dikembangkan, diper-oleh persentase pada aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruksi sebesar 92,63%; 94,73%; dan 95,23% dengan kriteria sangat baik. Hasil tanggapan siswa terhadap keterbacaan dan kemenarikan juga sangat baik yaitu dengan persentase 84,42% dan 84,71%.


(3)

PENGEMBANGAN LKS BERBASIS MULTIPEL REPRESENTASI PADA MATERI KLASIFIKASI MATERI

Oleh

M.A. AMINUDIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Kimia

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2015


(4)

(5)

(6)

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 4 Juli 1993 sebagai putra keenam dari enam bersaudara buah hati Bapak Drs. Satijan Alm. dan Ibu Sukatmi.

Pendidikan formal diawali di TK Aisiyah Metro pada tahun 1997 diselesaikan pada tahun 1999, SD Negeri 1 Metro tahun 2005, SMP Negeri 1 Metro tahun 2008, SMA Negeri1 Metro tahun 2011.

Pada tahun 2011 terdaftar sebagai Mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia Jurusan Pendidikan MIPA FKIP Universitas Lampung melalui seleksi jalur tes Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Selama menjadi mahasiswa pernah menjadi Asisten Praktikum Kimia Dasar, Kimia Organik, dan Kimia Anorganik, serta sebagai Tutor Mata Kuliah Kimia Larutan dan Kimia Dasar. Semasa kuliah mendapat Beasiswa Bantuan Belajar Mahasiswa. Selain itu juga aktif dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Fakultas (UKM-F) Forum Pembinaan dan Pengkajian Islam (FPPI) dan Himpunan Mahasiswa Pendidikan Eksakta (Himasakta) FKIP Unila. Tahun 2014 mengikuti Program Pengalaman Lapangan (PPL) yang terintergrasi dengan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan Terintegrasi (KKN-KT) di SMP PGRI 1 Gunung Alip, Tanggamus.


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan Menyebut Nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Alhamdulillahirabbil ‘alamin, kupersembahkan lembaran goresan tinta ini kepada:

1. Allah SWT, yang senantiasa memberikan rahmat dan karunianya

2. Keluargaku tercinta, yang senantiasa memberikan kasih sayang dan

semangat dalam hidupku

3. Almamaterku tercinta

4. Sahabat –sahabat yang selalu memotivasi dan ada dalam setiap episode


(9)

MOTO

Orang yang terus belajar adalah pemilik masa depan, sedangkan orang yang berhenti belajar adalah pemilik masa lalu.

(Mario Teguh)

Cara terbaik meramalkan masa depan adalah dengan menciptakan masa depan itu sendiri.

(Peter F. Drucker)

Kesuksesan bukanlah kunci kebahagian, tetapi kebahagiaan adalah kunci menuju kesuksesan. Jika kamu benar-benar menyukai apa yang kamu lakukan, maka

kamu akan meraih kesuksesan. (Albert Schweitzer)

Hidup adalah kegelapan jika tanpa hasrat dan keinginan. Dan semua hasrat dan keinginginan adalah buta jika tidak disertai pengetahuan. Dan pengetahuan adalah hampa jika tidak diikuti pelajaran. Dan semua pelajaran akan sia-sia jika

tidak disertai cinta. (Kahlil Gibran)


(10)

SANWACANA

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta ka-runia-Nya, sehingga dapat diselesaikan skripsi yang berjudul “Pengembangan LKS Berbasis Multipel Representasi pada Materi Klasifikasi Materi” sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Nabi besar Rasulullah Mu-hammad SAW atas suri tauladan serta syafa’atnya kepada seluruh umat manusia.

Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila. dan Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.

2. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia dan Pembimbing I, Ibu Lisa Tania, S.Pd, M.Sc. selaku pembimbing II, Ibu Dra. Ila Rosilawati, M. Si. selaku pembahas, dan Ibu Emmawaty Sofya, S.Si, M.Si atas kesediannya untuk memberikan bimbingan, motivasi, saran dan kritik, dalam proses penyelesaian kuliah dan penyusunan skripsi. 3. Seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Kimia dan dosen lain yang telah

memberikan ilmunya selama lebih dari tiga tahun ini. 4. Segenap civitas akademik Jurusan Pendidikan MIPA.

5. Keluargaku tercinta, ayah, ibu, mbak, mamas, dan ponakan-ponakan tersayang.


(11)

x

6. Adik Indah untuk dukungan dan semangat yang telah diberikan selama masa perkuliahan ini.

7. Teman seperjuanganku, Sayu, Ambar, dan Iam atas kerja sama dan dukungannya selama penyusunan skripsi ini.

8. Teman-temanku di Pendidikan Kimia 2011 dan kakak-kakak serta adik tingkatku.

9. Semua pihak yang tidak dapat dituliskan satu per satu.

Akhir kata, sedikit harapan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin.

Bandar Lampung, Agustus 2015 Penulis,


(12)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Konstruktivisme ... 10

B. Media Pembelajaran ... 12

C. Lembar Kerja Siswa ... 14

D. Multipel Representasi ... 18

E. Analisis Konsep Klasifikasi Materi ... 21

III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 33

B Lokasi dan Subyek Penelitian ... 35

C Sumber Data Penelitian ... 35


(13)

xiii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 39

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 40

G. Teknik Analisis Data ... 46

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Studi Pendahuluan ... 49

B. Hasil Perancangan Produk ... 52

C. Hasil Validasi Ahli ... 56

D. Hasil Uji Coba Terbatas Guru dan Siswa ... 61

E. Karakteristik LKS Hasil Pengembangan ... 68

F. Kendala-Kendala dalam Pengembangan Produk ... 69

G. Faktor Pendukung dalam Pengembangan Produk ... 69

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1. Analisis KI-KD ... 76

2. Silabus ... 86

3. RPP ... 105

4. Presentase Hasil Analisis Kebutuhan Guru ... 135

5. Deskripsi Hasil Analisis Kebutuhan Guru ... 138

6. Persentase Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 143

7. Deskripsi Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 149


(14)

xiv

9. Persentase Hasil Validasi Kesesuaian Isi ... 156

10. Hasil Validasi Konstruksi ... . 159

11. Persentase Hasil Validasi Konstruksi ... . 162

12. Hasil Validasi Keterbacaan ... 165

13. Persentase Hasil Validasi Keterbacaan... 167

14. Revisi Produk Setelah Validasi... 170

15. Hasil Penilaian Guru untuk Kesesuaian Isi ... 171

16. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Kesesuaian Isi... 174

17. Hasil Penilaian Guru untuk Keterbacaan ... 177

18. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Keterbacaan... 180

19. Hasil Penilaian Guru untuk Kemenarikan... 183

20. Persentase Hasil Penilaian Guru untuk Kemenarikan... 185

21. Tabulasi Jawaban Angket Keterbacaan Siswa... 189

22. Persentase Hasil Respon Siswa untuk Keterbacaan... 193

23. Tabulasi Jawaban Angket Kemenarikan Siswa... 195

24. Persentase Hasil Respon Siswa untuk Kemenarikan... 200


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Analisis konsep klasifikasi materi ... 22

2. Penskoran pada angket uji kesesuaian isi dan uji kemenarikan berdasarkan skala Likert... 47

3. Tafsiran persentase skor jawaban angket ... 48

4. Struktur materi dalam LKS yang dikembangkan ... 56

5. Hasil validasi ahli terhadap LKS yang dikembangkan ... 56

6. Hasil respon guru terhadap 5KS yang dikembangkan ... 62


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Taksonomi fungsi multipel representasi ... 20 2. Langkah-langkah metode Research and Development (R&D). ... 34 3. Alur penelitian dan pengembangan LKS. ... 41


(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam era globalisasi saat ini persaingan menjadi semakin ketat, dan ini harus di-imbangi dengan upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu upaya dalam peningkatan kualitas SDM yaitu melalui pendidikan. Tidak ada bangsa yang mampu mencapai kemajuan tanpa meletakkan pendidikan sebagai dasar utama pembangunannya. Pendidikan harus menjadi perhatian utama, karena tidak mungkin kita mencapai kemajuan bangsa apabila tidak mempersiapkan ma-nusianya terlebih dahulu, sehingga pendidikan merupakan aspek yang harus dibe-nahi dalam rangka penyesuaian terhadap era globalisasi saat ini. Pemanfaatan teknologi pendidikan dalam proses pembelajaran harus dilakukan demi kemajuan pendidikan, salah satunya pada mata pelajaran sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari.

Faktanya di negara kita menurut laporan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun 2011, menyebutkan bahwa nilai rata-rata siswa In-donesia untuk sains cukup mengecewakan, yaitu menempati urutan ke-40 dari 42 negara. Hasil studi TIMSS ini menunjukkan siswa Indonesia berada pada rang-king yang amat rendah dalam kemampuan memahami informasi yang kompleks, teori, analisis, pemecahan masalah, pemakaian alat, prosedur, dan melakukan investigasi.


(18)

Hasil studi lain yang dilakukan oleh Program for Internasional Student Assesment

(PISA) pada tahun 2012, yaitu studi yang memfokuskan pada literasi bacaan, ma-tematika, dan IPA menunjukkan juga rendahnya nilai rata-rata siswa Indonesia di bidang sains, Indonesia hanya menempati posisi ke 64 dari 65 negara anggota PISA. Hasil studi PISA tersebut menunjukkan bahwa rata-rata siswa Indonesia hanya mampu mengenali sejumlah fakta dasar tetapi belum mampu mengkomuni-kasikan dan mengaitkan berbagai topik sains, apalagi menerapkan konsep-konsep yang kompleks dan abstrak (Husamah dan Setyaningrum, 2013).

Sains alam atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu kumpulan pengeta-huan yang tersusun secara sistematik, dan penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam yang mempelajari alam semesta, benda-benda yang ada di permukaan bumi, di dalam perut bumi dan di luar angkasa, baik yang dapat kita amati dengan indera maupun yang tidak. Pada hakikatnya sains merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk, sains merupakan sekumpulan pe-ngetahuan dan konsep, serta bagan konsep. Sebagai suatu proses, sains merupa-kan proses yang digunamerupa-kan untuk mempelajari objek studi, menemumerupa-kan dan me-ngembangkan produk-produk sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori sains akan melahirkan teknologi yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan (Trianto, 2009).

Fokus studi tentang belajar dan mengajar di bidang sains, hendaknya juga lebih ditekankan pada multipel representasi atau interkoneksi diantara ketiga level representasi, yaitu: makroskopis, submikroskopis, dan simbolik. Multipel re-presentasi ini memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap, pembatas


(19)

interpretasi, dan pembangun pemahaman. Sebagai pelengkap, multipel represen-tasi digunakan untuk memberikan represenrepresen-tasi yang berisi informasi pelengkap atau melengkapi proses kognitif. Sebagai pembatas interpretasi, multipel repsentasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterpretasi re-presentasi satu dengan rere-presentasi yang lain dan sebagai pemahaman, multipel representasi dapat digunakan untuk mendorong siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam (Johnstone, 2006).

Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Beberapa peneliti telah melaporkan keberhasilannya menggunakan multipel representasi dalam proses pembelajarannya (Farida dkk., 2011; Fauzi, 2012; Rosita dkk., 2013). Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bah-wa dengan penggunaan multipel representasi dalam pembelajaran sains dapat me-ningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, serta membuat siswa lebih memaha-mi materi yang disampaikan.

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dalam pembelajaran sains ini diperlukan suatu media atau alat bantu pembelajaran yang berbasis multipel representasi un-tuk meningkatkan minat belajar siswa dan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep dan fenomena-fenomena sains yang cukup rumit. Guru harus mengoptimalkan penggunaan sarana (media) pembelajaran untuk menunjang pro-ses pembelajaran di kelas dan segera menggunakan media pembelajaran yang berbasis multipel representasi sehingga nantinya akan diperoleh pembelajaran sains yang lebih efektif dan efisien serta lebih menarik minat siswa untuk mem-pelajari dan memahami materi yang diajarkan.


(20)

Salah satu dari media pembelajaran adalah Lembar Kegiatan Siswa (LKS). Me-nurut Prastowo (Lestari, 2013) LKS adalah materi ajar yang sudah dikemas sede-mikian rupa, sehingga siswa dapat memahami materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat menemukan arahan yang terstuktur untuk memahami materi yang diberikan.

LKS yang kita gunakan dapat berfungsi dengan baik apabila memenuhi syarat-syarat LKS yang berkualitas. Adapun syarat-syarat-syarat-syarat LKS yang memiliki kualitas baik itu adalah LKS yang dapat memenuhi aspek pedagogik, konstruksi dan tek-nik. 1) Persyaratan pedagogik, yaitu harus mengikuti azas-azas pembelajaran yang efektif, seperti meningkatkan rasa ingin tahu siswa, menekan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus melalui berbagai media dan kegiatan siswa, serta mempertimbangkan perbedaan individu. 2) Syarat konstruksi, yaitu menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat perkembangan siswa, menggunakan struktur kalimat yang sederhana, pen-dek, dan tidak berbelit, memiliki tata urutan yang sistematik, serta memiliki tujuan belajar yang jelas untuk memudahkan proses pembelajaran. 3) Persyaratan teknis, yaitu mencakup tulisan, gambar, dan tampilan yang menarik (Trianto, 2009).

Klasifikasi materi merupakan salah satu pokok bahasan IPA kelas VII SMP yang merupakan pemahaman pertama tentang istilah-istilah dalam ilmu kimia, yaitu tentang pengklasifikasian materi ke dalam unsur, senyawa, dan campuran. Materi ini cukup sulit dipahami oleh siswa, sehingga keberadaan LKS yang berkualitas atau memenuhi aspek pedagogik, konstruksi dan teknik, serta berbasis multipel


(21)

representasi sangat dibutuhkan agar siswa dapat memahami materi ini dengan baik.

Akan tetapi, fakta di lapangan cukup memprihatinkan, LKS pada materi klasifi-kasi materi yang digunakan di sekolah-sekolah jarang ditemukan yang telah me-menuhi kreteria LKS yang berkualitas baik dan berbasis multipel representasi, bahkan masih ada sekolah yang belum menggunakan LKS sama sekali dalam pembelajaran klasifikasi materi ini. Hal tersebut mengakibatkan walaupun seko-lah tersebut teseko-lah menggunakan LKS, tetap saja tidak berfungsi seperti yang kita harapkan.

Hal ini diperkuat oleh hasil studi lapangan yang telah dilakukan di 7 SMP negeri dan 1 SMP swasta di 4 kabupaten/kota di provinsi Lampung, yaitu Bandar Lam-pung, Metro, Lampung Tengah, dan Tulang Bawang Barat, didapatkan bahwa se-kitar 62,5% guru yang telah menggunakan LKS pada materi klasifikasi materi, hal ini dikarenakan sebagian guru lainnya hanya menggunakan buku cetak, dan seba-giannya lagi beralasan apabila mereka menggunakan LKS akan terkendala oleh waktu. Selain itu LKS yang telah dibuat oleh guru tersebut masih jauh dari yang diharapkan, karena belum memenuhi kriteria LKS yang berkualitas baik dan ber-basis multipel representasi. Sebanyak 40% guru yang telah menggunakan LKS, LKS buatannya hanya menggunakan warna hitam putih saja, hal ini tentu belum memenuhi persyaratan teknis, karena desain tampilan warnanya kurang menarik. Penggunaan LKS yang telah berbasis multipel representasi juga sangat minim, yaitu dari total guru yang sudah menggunakan LKS dalam pembelajarannya, ha-nya sebesar 20% saja yang telah berbasis multipel representasi dan LKS yang


(22)

telah berbasis multipel representasi tersebut belum menggunakan desain warna yang menarik karena hanya menggunakan warna hitam putih saja.

Berkaitan dengan permasalahan yang telah diuraikan tersebut, maka perlu dikem-bangkan suatu lembar kerja siswa (LKS) yang berkualitas atau memenuhi aspek pedagogik, konstruksi dan teknik dengan berbasis multipel representasi agar siswa dapat memahami materi klasifikasi materi ini dengan baik, sehingga dipandang perlu melakukan penelitian yang berjudul “Pengembangan Lembar Kerja Siswa Berbasis Multipel Representasi Pada Materi Klasifikasi Materi”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana karakteristik LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi dari hasil pengembangan yang dilakukan?

2. Bagaimana tanggapan guru terhadap LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi dari hasil pengembangan yang dilakukan?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi?

4. Apa sajakah kendala yang ditemui selama mengembangkan LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi?

5. Apa sajakah faktor pendukung dalam proses pengembangan LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi?


(23)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengembangkan LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi.

2. Mendeskripsikan karakteristik LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi.

3. Mendeskripsikan tanggapan guru terhadap LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi.

4. Mendeskripsikan tanggapan siswa terhadap aspek keterbacaan LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi.

5. Mengetahui kendala-kendala yang dihadapi selama mengembangkan LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi.

6. Mengetahui faktor pendukung dalam proses pengembangan LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi.

D. Manfaat Penelitian

Dari pengembangan LKS berbasis multipel representasi yang dihasilkan diharapkan dapat bermanfaat bagi:

1. Guru

Dengan adanya pengembangan LKS ini diharapkan dapat menambah media pembelajaran baru, yang diharapkan dapat menunjang kegiatan belajar meng-ajar sehingga menjadi lebih efektif dan konstruktif. Selain itu juga, menjadi


(24)

salah satu referensi dalam membelajarkan materi klasifikasi materi yang efektif dan efisien.

2. Siswa

Penggunaan LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi dalam pembelajaran diharapkan siswa mampu mengkonstruksi konsep pada materi klasifikasi materi dan menambah minat belajar siswa pada materi tersebut.

3. Sekolah

Penggunaan LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi dalam pembelajaran diharapkan menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu atau kualitas pendidikan terutama pada mata pelajaran IPA di sekolah.

4. Umum

Sebagai bahan referensi bagi penelitian lebih lanjut mengenai pengembangan LKS berbasis multipel representasi dalam pembelajaran IPA di SMP maupun tingkat satuan pendidikan lainnya.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Pengembangan adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan suatu produk melalui tahapan-tahapan pengujian serta validasi produk oleh ahli yang nantinya dapat digunakan untuk menunjang kegiatan pembelajaran di sekolah yang didasarkan kepada pengalaman, prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali.


(25)

2. LKS yang dikembangkan adalah LKS berbasis multipel representasi.

3. Cakupan materi yang dibahas dalam penelitian pengembangan LKS berbasis multipel representasi ini meliputi materi klasifikasi materi.

4. Lembar Kerja Siswa (LKS) berbasis multipel representasi adalah salah satu bentuk media pembelajaran yang didesain berdasarkan hakikat pembelajaraan sains, yang bertujuan untuk membangun konsep siswa berdasarkan fenomena yang ada dan dilengkapi dengan gambar makroskopis, submikroskopis, dan simbolik, serta menggunakan desain dengan tampilan warna yang menarik se-hingga mampu mempercepat tumbuhnya minat siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.


(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Konstruktivisme

Konsep belajar menurut teori belajar konstruktivisme, yaitu pengetahuan baru konstruksi sendiri oleh siswa secara aktif berdasarkan pengetahuan yang telah di-peroleh sebelumnya. Teori konstruktivisme ini dalam pembelajaran didasari oleh kenyataan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan untuk mengkonstruksi kem-bali pengalaman atau pengetahuan yang telah dimilikinya. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa pembelajaran konstruktivisme ini merupakan satu teknik pem-belajaran yang melibatkan siswa untuk membina pengetahuan sendiri secara aktif dengan menggunakan pengetahuan yang telah ada dalam diri mereka masing-masing. Dalam teori ini, guru hanya bertindak sebagai fasilitator atau pencipta kondisi belajar yang memungkinkan peserta didik secara aktif mencari sendiri informasi, dan mengkonstruksinya menjadi pengetahuan yang baru berdasarkan pengetahuan yang telah dimiliki masing-masing (Husamah dan Setyoningrum, 2013).

Menurut Slavin (Trianto, 2011), esensi dari teori konstruktivisme adalah ide bah-wa harus sisbah-wa sendiri yang menemukan dan mentransformasikan sendiri suatu informasi kompleks apabila mereka menginginkan informasi itu menjadi milik-nya. Konstruktivisme adalah suatu pendapat yang menyatakan bahwa perkem-bangan kognitif merupakan suatu proses dimana siswa aktif membangun sistem


(27)

arti dan pemahaman terhadap realita melalui pengamatan dan interaksi mereka. Menurut pandangan konstruktivisme siswa secara aktif membangun pengetahuan dengan cara terus menerus mengasimilasi dan mengakomodasi informasi baru, dengan kata lain konstruktivisme adalah teori perkembangan kognitif yang mene-kankan peran aktif siswa dalam membangun pemahaman mereka tentang realita.

Di antara teori-teori atau pandangan-pandangan yang berkaitan dengan teori bel-ajar konstruktivisme, yang paling terkenal adalah teori mental Piaget. Teori Piaget atau biasa dikenal dengan teori perkembangan intelektual atau teori per-kembangan kognitif adalah teori yang berkenaan dengan kesiapan individu untuk belajar, yang dikemas dalam tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Lebih jauh Piaget mengemukakan bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara pasif oleh seseorang, melainkan melalui tindakan.

Dalam perkembangan intelektual ada tiga hal penting yang menjadi perhatian Piaget, yaitu :

1. Struktur, Piaget memandang ada hubungan fungsional antara tindakan fisik, tindakan mental dan perkembangan logis anak-anak. Dalam hal ini, tindakan (action) menuju pada operasi-operasi dan operasi-operasi menuju pada per-kembangan struktur. Operasi memiliki empat ciri, yaitu: (1) operasi merupa-kan tindamerupa-kan yang terinternalisasi. Tidak ada garis pemisah antara tindamerupa-kan fisik dan mental, (2) operasi itu bersifat reversibel, (3) operasi itu selalu tetap walaupun selalu terjadi transformasi atau perubahan, (4) tidak ada operasi yang berdiri sendiri. Suatu operasi selalu berhubungan dengan struktur atau sekumpulan operasi.

2. Isi, merupakan pola prilaku anak khas dan tercermin pada respon yang diberi-kannya terhadap berbagai masalah atau situasi yang dihadapinya.

3. Fungsi, adalah cara yang digunakan organisme untuk membuat kemajuan in-telektual. Menurut Piaget perkembangan intelektual didasarkan pada dua fungsi, yaitu organisasi dan adaptasi. Organisasi memberikan pada organis-me kemampuan untuk organis-mengestimasikan atau organis-mengorganisasi proses-proses fisik atau psikologis menjadi sistem-sistem yang teratur dan berhubungan, sedangkan adaptasi dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi (Piaget dalam Sunyono, 2013).


(28)

Contoh aplikasi dari pendekatan konstruktivis dalam pembelajaran adalah siswa belajar bersama dalam kelompok-kelompok kecil dan saling membantu satu sama lain. Kelas disusun dalam kelompok yang terdiri dari 4 atau 5 siswa, campuran siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah. Siswa tetap berada dalam ke-lompoknya selama beberapa minggu. Kemudian mereka diajarkan keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik di dalam kelompoknya, selama kerja dalam kelompok, tugas anggota kelompok adalah mencapai ketuntasan materi yang ditugaskan guru dan saling membantu teman kelompok mencapai ketuntasan belajar. Pada saat siswa sedang bekerja dalam kelompok guru berkeliling mem-berikan pujian pada kelompok yang sedang bekerja dengan baik, dan memmem-berikan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan (Trianto, 2009).

B. Media Pembelajaran

Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Kata “media” berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium” (Sadiman dkk., 2011). Gagne (Sadiman dkk., 2011) memberikan pernyataan bahwa media adalah berbagai jenis komponen yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Pernyataan tersebut juga didukung oleh pendapat Briggs (Sadiman dkk., 2011) yang menyata-kan bahwa media merupamenyata-kan segala alat fisik yang dapat menyajimenyata-kan pesan serta merangsang siswa untuk belajar. Adapun contoh-contoh media antara lain buku, film, kaset, film bingkai, dan lain-lain.

Adapun kegunaan media dalam proses pembelajaran sebagai berikut:

1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalistis (dalam ben-tuk kata-kata tertulis atau lisan belaka).


(29)

2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera, seperti: (a) objek yang terlalu besar-bisa digantikan dengan realita, gambar, film bingkai, film, atau model; (b) objek yang kecil-dibantu dengan proyektor mikro, film bingkai, film, atau gambar; (c) gerak yang terlalu lambat atau terlalu cepat, dapat diban-tu dengan timelapse atau high-speed photoghraphy; (d) kejadian atau peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat rekaman film, video, film bingkai, foto maupun secara verbal; (e) objek yang terlalu kompleks (misalnya mesin-mesin) dapat disajikan dengan model, diagram, dan lain-lain; serta (f) konsep yang terlalu luas (gunung berapi, gempa bumi, iklim, dan lain-lain) dapat divisualkan dalam bentuk film, film bingkai, gambar, dan lain-lain. 3. Penggunaan media secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif

siswa. Dalam hal ini media berguna untuk: (a) menimbulkan kegairahan bel-ajar; (b) memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara siswa dengan lingkungan dan kenyataan; c. memungkinkan siswa belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan dan minatnya.

4. Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi pendidikan diten-tukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak mengalami kesulitan bila-mana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini akan lebih sulit bila latar be-lakang lingkungan guru dengan siswa juga berbeda. Masalah ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan kemampuannya dalam: a. memberikan perangsang yang sama; b. mempersamakan pengalaman; c. menimbulkan persepsi yang sama (Sadiman dkk., 2011).

Media sebagai komponen strategi pembelajaran merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau peneri-ma pesan tersebut, dan peneri-materi yang ingin disampaikan adalah pesan pembelajaran, dan bahwa tujuan yang ingin dicapai adalah terjadinya proses belajar. Media mencakup semua sumber yang diperlukan untuk melakukan komunikasi dengan siswa (Trianto, 2009).

Menurut Purnomo (Widodo dan Jasmadi, 2008), media juga dapat membantu guru dalam menyalurkan pesan. Semakin baik medianya, makin kecil distorsi/ganggu-annya dan makin baik pesan itu diterima oleh siswa. Media menurut kegunadistorsi/ganggu-annya dalam pengajaran dapat dibagi menjadi dua, yaitu sebagai alat bantu (dependent media) dan digunakan sendiri oleh siswa (independent media).


(30)

Ada prinsip-prinsip dalam pemilihan media agar sesuai dengan kebutuhan. Menurut Sudirman (Djamarah dan Aswan, 2010) beberapa prinsip pemilihan media pengajaran dibagi kedalam tiga kategori sebagai berikut:

1. Tujuan pemilihan

Memilih media yang akan digunakan harus berdasarkan maksut dan tujuan pemilihan yang jelas, apakah pemilihan media itu untuk pembelajaran (siswa belajar), untuk informasi yang bersifat umum, ataukah untuk sekedar hiburan saja mengisi waktu kosong. Lebih spesifik lagi, apakah untuk pengajaran kelompok atau pengajaran individual.

2. Karakteristik Media Pengajaran

Memahami karakteristik berbagai media pengajaran merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki guru dalam kaitannya dengan keterampilan

pemilihan media pengajaran. Apabila kurang memahami karakteristik berbagai media tersebut, guru akan dihadapkan kepada kesulitan dan kecenderung bersikap spekulatif.

3. Alternatif Pilihan

Memilih pada hakikatnya adalah proses membuat keputusan dari berbagai alternatif pilihan. Guru bisa menentukan pilihan media mana yang akan digunakan apabila terdapat beberapa media pengajaran itu hanya ada satu, maka guru tidak bisa memilih, tetapi menggunakan apa adanya.

Menurut Suryani (dalam Husamah dan Setyaningrum, 2013), guru harus mengoptimalkan penggunaan sarana (media) pembelajaran yang tersedia untuk menunjang proses pembelajaran di kelas. Metode pembelajaran konvensional yang selalu menggunakan ceramah dalam pembelajaran harus ditinggalkan jika ingin menumbuhkan kreativitas peserta didik.

C. Lembar Kerja Siswa

Menurut Prastowo (Lestari,2013), Lembar Kegiatan Siswa (LKS) adalah materi ajar yang sudah dikemas sedemikian rupa, sehingga siswa dapat memahami


(31)

materi ajar tersebut secara mandiri. Dalam LKS, siswa akan mendapatkan materi, ringkasan, dan tugas yang berkaitan dengan materi. Selain itu, siswa juga dapat menemukan arahan yang terstuktur untuk memahami materi yang diberikan dan pada saat yang bersamaan siswa diberikan materi serta tugas yang berkaitan dengan materi tersebut.

Menurut Trianto (2011), Lembar Kerja Siswa (LKS) dapat berupa panduan untuk latihan pengembangan aspek kognitif maupun panduan untuk pengembangan se-mua aspek pembelajaran dalam bentuk panduan eksperimen atau demonstrasi. LKS memuat sekumpulan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk me-maksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang harus ditempuh. Pengaturan awal

(advance orginizer) dari pengetahuan dan pemahaman siswa diberdayakan

mela-lui penyediaan media belajar pada setiapkegiatan eksperimen sehingga situasi be-lajar menjadi lebih bermakna, dan dapat terkesan dengan baik pada pemahaman siswa. Karena nuansa keterpaduan konsep merupakan salah satu dampak pada kegiatan pembelajaran maka muatan materi setiap lembar kegiatan siswa pada setiap kegiatannya diupayakan agar dapat mencerminkan hal itu. Adapun komponen-komponen LKS meliputi judul eksperimen, teori singkat tentang ma-teri, alat dan bahan, prosedur eksperimen, data pengamatan serta pertanyaaan dan kesimpulan untuk bahan diskusi.

Menurut Mudlofir (2012), Lembar Kegiatan Siswa (student work sheet ) adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Lembar kegiatan berisi petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas.


(32)

Tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dapat berupa teori dan/ praktik. Adapun langkah-langkah penulisan LKS sebagai berikut:

1. Melakukan analisis kurikulum; SK, KD, indikator, dan materi pembelajaran. 2. Menyusun peta kebutuhan LKS

3. Menentukan judul LKS 4. Menulis LKS

5. Menentukan alat penilaian

Adapun struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut : 1. Judul, Mata Pelajaran, Semester, Tempat

2. Petunjuk belajar

3. Kompetensi yang akan dicapai 4. Indikator

5. Informasi pendukung

6. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja 7. Penilaian

Adapun beberapa aspek yang menjadi penilaian LKS menurut, yaitu: 1. Judul menarik

2. Kelengkapan cakupan bahan ajar 3. Kualitas membelajarkan siswa 4. Komunikatif

5. Desain menarik

Menurut Ibrahim (Trianto, 2009), LKS dibagi dalam dua macam, yaitu : (1) lem-bar kegiatan yang berisi sarana untuk melatih, mengembangkan keterampilan dan mengembangkan serta menemukan konsep suatu tema (lembar kegiatan siswa berstruktur), (2) lembar kegiatan yang dirancang untuk membimbing siswa dalam proses belajar mengajar dengan atau tanpa bimbingan guru (lembar kegiatan ber-struktur). LKS dimaksudkan untuk mengaktifkan siswa, membantu siswa dalam menemukan konsep, melatih siswa menemukan konsep, menjadi alternatif cara penyajian materi pelajaran yang menekankan keaktifan siswa, serta dapat memo-tivasi siswa.

Dalam mengembangkan LKS, terdapat 3 persyaratan yang harus dipenuhi, yaitu: 1. Persyaratan pedagogik; LKS harus mengikuti azas-azas pembelajaran yang

efektif, seperti memberi tekanan pada proses penemuan konsep atau sebagai petunjuk mencari tahu dan mempertimbangkan perbedaan individu, sehingga LKS menggunakan berbagai strategi.


(33)

2. Persyaratan konstruksi; menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat per-kembangan siswa, menggunakan struktur kalimat yang sederhana, pendek, dan tidak berbelit, memiliki tata urutan yang sistematik, memiliki tujuan belajar yang jelas, memiliki identitas untuk memudahkan pengadministrasian. 3. Persyaratan teknis; mencakup tulisan, gambar, dan tampilan. Tulisan

menggunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, gunakan huruf biasa yang diberi garis bawah, jumlah kata di dalam satu baris tidak lebih dari 10 kata, dan sebagainya. Gambar harus menyampaikan pesan/isi secara efektif. Gambar harus cukup besar dan jelas detilnya. Tampilan disusun sedemikian rupa sehingga ada harmonisasi antara gambar dan tulisan. Tampilan harus menarik dan menyenangkan untuk meningkatkan motivasi.

Adapun bahan pertimbangan penulisan LKS menurut Ibrahim dalam Trianto (2009), setiap LKS yang disediakan memenuhi kriteria penulisan sebagi berikut: (1) memacu pada kurikulum, (2) mendorong siswa untuk belajar dan bekerja, (3) bahasa yang digunakan mudah dipahami, dan (4) tidak dikembangkan untuk menguji konsep-konsep yang sudah diujikan guru dengan cara duplikasi.

Menurut Widodo dan Jasmadi (2008), LKS memuat kegiatan-kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan instruksiaonal yang menekankan pa-da keterampilan motorik, misalnya bagi siswa di sekolah-sekolah kejuruan, pa-dan lainnya. Pada LKS, bab pembelajaran sebaiknya memuat informasi singkat dan kegiatan belajar-mengajar yang diberikan dalam setiap bab kegiatan belajar. Infor-masi ini dapat diletakkan di setiap halaman depan dari kegiatan belajar,sehingga informasi ini juga bermanfaat sebagai lembar penyekat antara kegiatan belajar yang satu dengan yang lainnya.

Menurut Sunyono (2013), LKS merupakan tuntunan bagi siswa dalam melakukan imajinasi dan berlatih membuat transformasi terhadap fenomena representasi sains yang satu terhadap fenomena sains yang lain. Oleh karena itu, LKS untuk


(34)

Masalah- masalah pada lembar kegiatan untuk pembelajar berupa pertanyaan-pertanyaan berbentuk uraian yang menuntut pembelajar untuk melakukan proses mental dengan cara :

a. Mengubah representasi visual ke dalam representasi verbal atau sebaliknya. Misalnya tentang persamaan-persamaan matematik, persamaan sains, perhitungan matematis, konsep model atom, dan konsep probabilitas dan fungsi gelombang. b. Merepresentasikan terjadinya reaksi, susunan elektron dalam orbital dari suatu atom, dan sebagainya dengan menggambarkan representasi eksternal, baik makro, simbolik, dan submikro.

D. Multipel Representasi Ilmu Kimia

Mc Kendree dkk. (dalam Sunyono 2013) mendefinisikan representasi sebagai, “struktur yang berarti dari sesuatu: suatu kata untuk suatu benda, suatu kalimat untuk suatu kesadaan hal, suatu diagram untuk suatu susunan hal-hal, suatu gam-bar untuk suatu pemandangan.” Sehingga representasi dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang digunakan untuk mewakili hal-hal, benda, keadaan, dan fenomena (peristiwa).

Representasi dapat di kategorikan ke dalam dua kelompok , yaitu representasi in-ternal dan eksin-ternal. Representasi inin-ternal didefinisikan sebagai konfigurasi kog-nitif individu yang diduga berasal dari perilaku manusia yang menggambarkan be-berapa aspek dan proses fisik dan pemecahan masalah. Di sisi lain, representasi eksternal dapat digambarkan sebagai situasi fisik yang tersetruktur yang dapat di-lihat dengan mewujutkan ide-ide fisik (Haveleun dan Zou, 2001).


(35)

Pentingnya representasi menurut Norman (dalam Sunyono, 2013), menunjukkan bahwa memori, pikiran, dan penalaran tanpa bantuan eksternal, semuanya akan terbatas dan sulit untuk memperoleh pengetahuan yang diperlukan. Sebuah representasi eksternal adalah jenis bantuan eksternal kepada seseorang sehingga dia dapat membantu orang lain dalam memecahkan masalah . Representasi eks-ternal biasanya mengacu pada 1) simbolik fisik, objek, atau dimensi dan 2) aturan eksternal, kendala, atau hubungan yang berkait dengan konfigurasi fisik (misalnya hubungan spasial dari bilangan dengan digit tertentu, kendala fisik pada alat bantu belajar, dan lain-lain). Jadi, tidak mungkin kehidupan manusia modern dapat ter-wujud tanpa bantuan representasi eksternal.

Ainsworth dalam Sunyono (2013), Multipel representasi ini memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai pelengkap, pembatas interpretasi, dan pembangun pema-haman. Sebagai pelengkap, multipel representasi digunakan untuk memberikan representasi yang berisi informasi pelengkap atau melengkapi proses kognitif. Sebagai pembatas interpretasi, multipel representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan menginterpretasi representasi satu dengan representasi yang lain dan sebagai pemahaman, multipel representasi dapat digunakan untuk mendorong siswa membangun pemahaman terhadap situasi secara mendalam. . Ketiga fungsi tersebut dapat dibagi menjadi bagian-bagian lebih rinci seperti pada Gambar 1.


(36)

Gambar 1. Taksonomi Fungsi Multipel Representasi (diterjemahkan dari Ainsworth: 2008)

Representasi konsep-konsep dalam sains yang memang merupakan konsep ilmiah, secara inheren melibatkan multimodal yaitu melibatkan kombinasi lebih dari suatu modus representasi. Dengan demikian keberhasian pembelajaran sains meliputi konstruksi asosiasi mental diantara tingkat makroskopis, submikroskopis dan simbolik dari representasi fenomena sains dengan menggunakan modus represen-tasi yang berbeda (Chang dan Gilbert, 2009). Oleh sebab itu, tidak mungkin bagi guru untuk menciptakan suatu representasi tunggal yang bekerja bagi semua sis-wa, namun yang perludilakukan adalah mengidentifikasi representasi apa yang ditemukan oleh pembelajar paling berguna untuk menciptakan makna bagi siswa itu sendiri.

Pada hakikatnya proses pembelajaran merupakan proses komunikasi antara guru dan siswa. Beberapa peneliti telah melaporkan keberhasilannya menggunakan multipel representasi dalam proses pembelajarannya (Farida dkk., 2011; Fauzi,


(37)

2012; Rosita dkk., 2013). Hasil penelitian-penelitian tersebut menunjukkan bah-wa dengan penggunaan multipel representasi dalam pembelajaran sains dapat me-ningkatkan minat dan motivasi belajar siswa, serta membuat siswa lebih memaha-mi materi yang disampaikan.

E. Analisis konsep

Menurut pendapat Herron dkk. dalam Fadiawati (2011) bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep di-samakan dengan ide. Markle dan Tieman dalam Fadiawati (2011) mendefinisikan konsep sebagai sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Mungkin tidak ada satupun definisi yang dapat mengungkapkan arti dari konsep tersebut. Untuk dapat men-definisikan konsep, maka diperlukan suatu analisis konsep yang dapat menghu-bungkan antara satu konsep dengan konsep yang lainnya. Herron dkk. dalam Fadiawati (2011) menjelaskan bahwa analisis konsep adalah suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam merencanakan urutan-urutan penga-jaran bagi pencapaian konsep. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variable, posisi konsep, contoh, dan non contoh seperti pada Tabel 1.


(38)

ANALISIS KONSEP

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Satuan Pendidikan : SMP/MTs

Kelas : VII

Kompetensi Inti :

KI 1 Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya

KI 2 Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab, peduli ( toleransi, gotong royong ) santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya

KI 3 Memahami pengetahuan ( faktual, konseptual, dan prosedural) berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata.

KI 4 Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret ( menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat) dan ranah abstrak ( menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain yang sama dalam sudut pandang atau teori


(39)

Tabel 1. Analisis konsep klasifkasi materi

Nama/

Label Definisi Konsep

Jenis Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Materi Segala sesuatu yang mempunyai massa dan dapat

menempati ruang

Konkret  Zat tunggal  campuran

Penyusun materi 

Materi - Zat

tunggal dan campuran Besi, tembaga, air, gula. Kucing, ayam, kelinci Zat tunggal

Materi yang terdiri atas satu jenis komponen penyusun (unsur atau

senyawa) yang memiliki susunan dan sifat yang tetap

Konkret  Unsur  Senyawa

Jenis unsur atau senyawa Partikel

penyusun unsur atau senyawa

Materi - Unsur,

senyawa Besi, tembaga, air Udara, air sungai, air sirup

Unsur Zat yang terdiri dari satu jenis atom dan tidak dapat diuraikan lagi menjadi zat lain yang lebih sederhana

Konkret  Unsur logam  Unsur

non logam

Jenis unsur Zat Senyawa Atom Natrium, besi, silicon, tembaga, belerang NaCl (natrium klorida), air, karbon dioksida, karbon monoksida


(40)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Unsur logam

Unsur yang memiliki sifat mengkilap, umumnya merupakan penghantar listrik dan panas yang baik, memiliki titik didih dan titik leleh yang tinggi, serta

berwujud padat, kecuali raksa.

Konkret - Jenis unsur Unsur Unsur non logam

_ besi, tembaga, emas, perak oksigen, belerang, nitrogen Unsur non logam Unsur yang merupakan penghantar listrik dan panas yang buruk, memiliki titik leleh dan titik didih rendah, serta

berwujud padat, cair, dan gas

Konkret -  Jenis atom Unsur Unsur logam

- oksigen, belerang, nitrogen besi, tembaga, emas, perak Lanjutan Tabel 1.


(41)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Atom Partikel terkecil suatu materi dan mencirikan suatu unsur

Abstrak - Penyusun materi

Atom - - atom

oksigen, atom hidrogen, atom besi Molekul oksigen (O2), molekul hydrogen (H2), H2O (air), Senyawa Zat yang tersusun

oleh 2 atau lebih atom unsur yang berbeda dan dapat terurai menjadi unsur-unsur

penyusunnya melalui reaksi kimia

Abstrak  Molekul  Ion

Jenis senyawa

Zat tunggal

Unsur Molekul, ion Natrium Klorida (NaCl), air (H2O) , karbon dioksida Hidrogen Litium Belerang Silikon Natrium

Molekul Partikel terkecil penyusun suatu senyawa yang terdiri dari molekul unsur dan molekul senyawa

Abstrak  Molekul Unsur  Molekul

Senyawa

Jenis molekul Senyawa Atom Molekul Unsur dan Molekul Senyawa

Molekul oksigen (O2), molekul hydrogen (H2), H2O (air)

Atom besi (Fe), atom tembaga (Cu) Lanjutan Tabel 1.


(42)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Molekul Unsur

Molekul yang hanya terdiri atas satu jenis atom penyusun

Abstrak - Jenis molekul unsur

Molekul Molekul Senyawa

_ Molekul O2 Molekul N2 Molekul H2 Molekul H2O, Molekul CO2

Molekul Senyawa

Molekul yang tersusun lebih dari satu jenis atom penyusun

Abstrak Jenis molekul senyawa

Molekul Molekul Unsur

- Molekul H2O, Molekul CO2 Molekul O2 Molekul N2 Molekul H2 Ion Sekelompok atom

yang bermuatan listrik

Abstrak Jenis

senyawa

Ion Ion positif Ion negatif

- ion H+,

ion Cl-, ion Br- Atom hidrogen, atom karbon, atom oksigen Lanjutan Tabel 1.


(43)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Campuran Materi yang terdiri dari dua zat atau lebih yang masih mempunyai sifat zat asalnya serta dapat dipisahkan dengan cara sederhana, dapat berupa campuran homogen dan campuran heterogen

Konkret Campuran Homogen Campuran Heterogen Komposisi campuran Jenis campuran Klasifikasi Materi Zat tunggal Larutan Koloid Suspensi Larutan gula, air kopi, larutan garam, campuran garam dengan pasir, air susu Unsur natrium, unsur kalium, unsur belerang Campuran Homogen

Campuran yang zat-zat penyusunnya tersebar merata sehingga tidak dapat dibedakan zat penyusunnya

Konkret - Komposisi campuran homogen Jenis

campuran homogen

Campuran Campuran Heterogen

Larutan Larutan garam Larutan basa Larutan asam Campuran pasir dengan batu, campuran air dengan minyak Lanjutan Tabel 1.


(44)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Larutan Suatu campuran yang terdiri dari zat pelarut (solvent) dan zat terlarut (solute), yang sifatnya dapat diketahui melalui penggunaan indicator

Konkret  Larutan yang bersifat asam, basa, netral  Indikator asam basa

 Sifat dari larutan  Perubahan warna indikator buatan (kertas lakmus)  Perubahan warna indikator alami Campuran homogen  Asam  Basa  Netral Larutan garam, air jeruk nipis, air sabun, air asam jawa, air soda kue campuran garam dengan pasir, campuran pasir dengan air Larutan Asam Suatu campuran homogen yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki sifat, antara lain memiliki rasa asam, dapat menimbulkan korosif, dan dapat mengubah kertas lakmus biru menjadi merah.

konkret  Korosif  Jenis-jenis larutan asam  Larutan

berdasarkan rasa

(masam)  Contoh dari

larutan asam Campuran homogen (larutan)  Larutan basa  Larutan netral  Contoh larutan yang bersifat asam  Ciri-ciri larutan yang bersifat asam Air jeruk nipis, air belimbing wuluh, air asam jawa, air tomat, larutan asam sulfat Larutan garam, air sabun, air soda kue, aquades Lanjutan Tabel 1.


(45)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Korosif Suatu sifat yang dimiliki oleh larutan asam, dimana larutan tersebut dapat

merusak logam (membuat karat)

Konkret - - Larutan

yang bersifat asam

- - Perkaratan

pada besi Merusak kulit jika berlebihan pemakaian nya dan tidak cocok dengan kulit (gatal-gatal) Larutan Basa Suatu campuran homogen yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dan memiliki sifat, antara lain memiliki rasa pahit, kausatik, berasa licin di tangan, dan dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi biru.

Konkret Kausatik  Jenis-jenis larutan basa  Larutan

berdasarkan tekstur rasa (pahit)  Contoh dari

larutan basa Campuran homogen (larutan)  Larutan yang bersifat asam  Larutan yang bersifat netral  Contoh larutan yang bersifat basa  Ciri-ciri larutan yang bersifat basa Air sabun, air soda kue, obat mag cai. larutan garam, air jeruk nipis, air belimbing wuluh Lanjutan Tabel 1.


(46)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Kausatik Salah satu sifat yang dimiliki oleh larutan basa, dimana dapat merusak kulit bila tidak memiliki kecocokan dengan kulit (gatal-gatal)

Konkret  Larutan

yang bersifat basa

  Sabun

kecantikan yang justru menimbul kan jerawat Perkaratan besi Larutan netral Suatu campuran homogen yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak dapat mengubah kertas lakmus merah menjadi biru

maupun kertas lakmus biru menjadi merah

Konkret  Contoh dari

larutan yang bersifat netral Campuran homogen (larutan)  Larutan yang bersifat asam  Larutan yang bersifat basa  Contoh larutan yang bersifat netral  Ciri-ciri larutan yang bersifat netral Larutan garam, aquades, larutan natrium klorida, larutan kalium klorida Air jeruk nipis, air sabun, air soda kue, air tomat, larutan Lanjutan Tabel 1.


(47)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Indikator Suatu senyawa yang menunjukkan perubahan warna apabila bereaksi dengan asam, basa, ataupun netral, yang terdiri dari indikator alami dan indikator buatan.

konkret  Indikator alami  Indikator buatan  Perubahan warna pada indikator alami  Perubahan warna pada indikator buatan  Contoh dari

indikator alami  Contoh dari

indikator buatan  Larutan yang bersifat asam  Larutan yang bersifat basa  Larutan yang bersifat netral

  Kunyit,

bunga mawar, kubis merah, kubis ungu, bunga kembang sepatu, kertas lakmus, phenolptal ein Asam klorida, asam sulfat Indikator alami

Indikator asam basa yang berasal dari berbagai jenis tumbuhan, dimana yang termasuk indikator alami ini akan menunjukkan perubahan

warna pada larutan asam dan basa

Konkret   Perubahan

warna pada indikator alami  Contoh dari

indikator alami  Indikator asam basa  Indikator buatan  Contoh indikator alami Kunyit, bunga mawar, kubis merah, kubis ungu, bunga kembang sepatu Kertas lakmus, phenolptal ein, metal orange, bromtimol biru. Lanjutan Tabel 1.


(48)

Nama/

Label Definisi Konsep Jenis

Konsep

Atribut Konsep Posisi Konsep

Contoh Non

contoh

Kritis Variabel Super

Ordinat Ordinat

Sub Ordinat

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)

Indikator buatan

Indikator asam basa yang dibuat dari persenyawaan kimia, dalam bentuk padat ataupun cair, dimana yang termasuk indikator buatan ini akan menunjukkan perubahan

warna pada larutan asam, basa, maupun netral

konkret   Perubahan

warna pada indikator buatan  Contoh dari

indikator buatan  Indikator asam basa  Indikator alami  Contoh indikator buatan Kertas lakmus, phenolptal ein, metal orange, bromtimol biru Kunyit, bunga mawar, kubis merah, kubis ungu, bunga kembang sepatu Campuran Heterogen

Campuran yang zat-zat penyusunnya tidak bercampur merata sehingga dapat dikenali zat penyusunnya

Konkret - Komposisi campuran heterogen Jenis

campuran heterogen

Campuran Campuran Homogen Koloid dan suspensi Campuran pasir dengan batu, Larutan gula, larutan garam Lanjutan Tabel 1.


(49)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Penelitian

Metode penelitian dan pengembangan atau Research and Development (R&D) pada penelitian ini digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013). Sukmadinata (2011) dalam bu-kunya juga mengatakan bahwa Research and Development (R&D) adalah suatu proses untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2011) ada sepuluh langkah dalam pelak-sanaan strategi penelitian dan pengembangan, yaitu 1) penelitian dan pengum-pulan data (research and information collecting) yang meliputi pengukuran kebu-tuhan, studi literatur, penelitian dalam skala kecil, dan pertimbangan dari segi nilai; 2) perencanaan (planning) dengan menyusun rencana penelitian yang meli-puti kemampuan yang diperlukan dalam pelaksanaan penelitian, rumusan tujuan yang hendak dicapai, desain penelitian, dan kemungkinan pengujian dalam ling-kup terbatas; 3) pengembangan draf produk (develop preliminary form of product) meliputi pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran, dan instrumen evaluasi; 4) uji coba lapangan awal (preliminary field testing), melakukan uji coba di lapangan pada 1 sampai 3 sekolah dengan 6 sampai 12 subjek uji coba (guru dan siswa) dan selama uji coba diadakan pengamatan, wawancara dan pengedaran


(50)

angket; 5) merevisi hasil uji coba (main product revision) dengan memperbaiki atau menyempurnakan hasil uji coba; 6) uji coba lapangan (main field testing) de-ngan melakukan uji coba secara lebih luas pada 5 sampai 15 sekolah dede-ngan 30 sampai 100 orang subjek uji coba; 7) penyempurnaan produk hasil uji lapangan (operational product revision) yaitu menyempurnakan produk hasil uji lapangan; 8) uji pelaksanaan lapangan (operational field testing), pengujian dilakukan mela-lui angket, wawancara, dan observasi terhadap 10 sampai 30 sekolah melibatkan 40 sampai 200 subjek; 9) penyempurnaan produk akhir (final product revision) yaitu penyempurnaan yang didasarkan pada masukan dari uji pelaksanaan lapa-ngan; 10) diseminasi dan implementasi (dissemination and implementation) yaitu melaporkan hasilnya dalam pertemuan profesional dan dalam jurnal. Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan dalam Gambar 2.

Gambar 2. Langkah-langkah Metode Research and Development (R&D) Penelitian &

pengumpulan data

Perencanaan

Pengembangan draft produk

Uji coba lapangan awal

Merevisi hasil uji coba Uji coba

lapangan Penyempurnaan

produk hasil uji lapangan Uji

pelaksanaan lapangan

Penyempurnaan produk akhir

Deseminasi dan implementasi


(51)

Dalam penelitian ini, langkah-langkah penelitian yang dilakukan hanya sampai pada tahap lima, yaitu revisi hasil uji coba produk (main product revision) secara terbatas. Hal ini karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti yang masih belum cukup dalam melakukan tahap selanjutnya.

B.Lokasi dan Subyek Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah 7 SMP Negeri dan 1 SMP Swasta yang ada di empat kabupaten/kota di Lampung yaitu di Lampung Tengah, Bandar Lampung, Tulang Bawang Barat dan Kota Metro pada tahap studi lapangan, yaitu SMPN 2 Bandar Lampung, SMPN 4 Bandar Lampung, SMPN 1 Bandar Lampung, SMPN 1 Kota Metro, SMP 3 Muhammadiah Metro, SMPN 3 Kota Metro, SMPN 4 Tulang Bawang Tengah, dan SMPN 4 Terbanggi Besar. Pada tahap uji coba terbatas guru dan siswa dilakukan di SMP Negeri 2 Seputih Mataram. Subyek penelitian adalah LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi. Subyek uji coba adalah siswa kelas VII dan guru mata pelajaran IPA kelas VII.

C.Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian ini berasal dari 8 guru mata pelajaran IPA kelas VII dan 24 siswa kelas VII yang telah mempelajari materi klasifikasi materi pada saat studi pendahuluan dari 7 SMP Negeri dan 1 SMP Swastayang ada di 4 kabu-paten/ kota di Lampung. Pada tahap uji coba terbatas data diperoleh dari 2 orang guru IPA kelas VII dan 20 orang siswa kelas VII di SMP N 2 Seputih Mataram.


(52)

D.Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang berfungsi untuk mempermudah pelaksanaan sesuatu. Instrumen pengumpulan data merupakan alat yang digunakan oleh pengumpul da-ta untuk melaksanakan tugasnya mengumpulkan dada-ta (Arikunto, 1997). Menurut Sugiyono (2008) pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur tersebut dinamakan instrumen penelitian. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas instrumen pada studi pendahuluan, instrumen pada validasi ahli, dan instrumen uji terbatas. Adapun penjelasan instrumen-instrumen tersebut adalah:

1. Instrumen pada studi pendahuluan

Instrumen pada studi pendahuluan pada penelitian ini adalah pedoman wawancara dan angket analisis kebutuhan yang digunakan untuk memperoleh data mengenai LKS yang digunakan oleh beberapa sekolah yang bersangkutan. Dan instrumen ini digunakan untuk memperoleh informasi mengenai kekurangan-kekurangan yang ada dalam LKS yang digunakan, sehingga menjadi referensi bagi kami untuk mengembangkan LKSberbasis multipel representasi.

2. Instrumen pada validasi ahli

Untuk validasi ahli digunakan angket (skala Likert) yang digunakan untuk menguji aspek kesesuaian isi, keterbacaan, dan konstruksi pada LKS berbasis multipel representasi. Penjelasan dari masing-masing angket validasi ini, yaitu:


(53)

a. Angket validasi kesesuaian isi

Instrumen ini berbentuk angket yang disusun untuk mengetahui apakah LKS yang dikembangkan sudah memenuhi kesesuaian isi dengan KD, basis multipel repre-sentasi, keterampilan proses sains, dan pendekatan ilmiah.

b. Angket validasi keterbacaan

Instrumen ini berbentuk angket yang disusun untuk mengetahui apakah LKS yang dikembangkan sudah dapat terbaca dengan baik dilihat dari segi ukuran huruf, va-riasi bentuk huruf, kejelasan tulisan, dan perpaduan warna tulisan.

c. Angket validasi konstruksi

Instrumen ini berbentuk angket yang disusun untuk mengetahui apakah LKS yang dikembangkan sudah memenuhi konstruksi sesuai format LKS yang ideal, kete-rampilan proses sains,dan pendekatan ilmiah.

3. Instrumen pada uji coba terbatas

Instrumen yang digunakan pada uji coba terbatas berupa angket (skala Likert) yang disusun untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap produk yang dihasilkan.

a. Angket tanggapan guru

Untuk tanggapan guru digunakan angket yang terdiri dari penilaian keterbacaan, konstruksi, serta kesesuaian isi materi terhadap LKS berbasis multipel representasi yang dikembangkan. Angket tanggapan guru ini terdiri dari

pertanyaan-pertanyaan terkait dengan aspek keterbacaan, konstruksi, serta kesesuaian isi materi terhadap LKS yang dikembangkan. Angket ini dilengkapi dengan kolom untuk menuliskan tanggapan, saran, maupun masukan terhadap perbaikan LKS,


(54)

sehingga pengembang dapat memperbaiki LKS berbasis multipel representasi sesuai dengan pembelajaran yang diharapkan.

b. Angket tanggapan siswa

Tanggapan siswa digunakan angket yang terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terkait dengan kemenarikan dan keterbacaan LKS yang dikembangkan. Instrumen ini dilengkapi dengan kolom untuk siswa menuliskan tanggapan, saran, maupun ma-sukan yang dapat membangun dan menyempurnakan LKS yang dikembangkan.

Agar data yang diperoleh dapat dipercaya, maka instrumen yang digunakan harus valid harus reliabel atau ajeg. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian terhadap ins-trumen yang akan digunakan. Dalam konteks pengujian insins-trumen dapat dila-kukan dengan dua jenis cara, yaitu judgment atau penilaian dan pengujian em-pirik. Sebuah instrument dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang di-inginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan validasi isi. Kevalidan isi adalah kesesuaian antara instrumen dengan ranah atau domain yang diukur. Adapun pengujian validitas isi ini dilakukan dengan cara judgment. Dalam hal ini pengujian dilakukan dengan menelaah kisi-kisi, terutama kesesuaian antara tujuan penelitian, tujuan penguku-ran, indikator, dan butir-butir pertanyaannya. Bila di antara unsur-unsur ini terda-pat kesesuaian, maka daterda-pat dinilai bahwa instrumen dianggap valid untuk diguna-kan dalam mengumpuldiguna-kan data sesuai kepentingan penelitian yang bersangkutan.


(55)

E.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara dan angket (kuisioner). Menurut Arikunto (2008), wawancara adalah dialog yang dilakukan pewawancara untuk memperoleh informasi dari orang yang diwawancarai. Sedangkan kuisioner merupakan teknik pengumpulan data dengan memberi se-perangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2008).

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan pada tahap studi lapangan dan pada tahap uji coba terbatas. Pada studi lapangan, wawancara dilakukan terhadap 8 guru mata pelajaran IPA kelas VII dan pengisian angket dilakukan 24 siswa ke-las VII di delapan SMP di empat kabupaten/kota di provinsi Lampung. Sedang-kan pada uji coba terbatas pengisian angket dilakuSedang-kan oleh 2 orang guru IPA dan 20 siswa di SMP Negeri 2 Seputih Mataram untuk mengetahui tanggapan guru dan siswa terhadap LKSberbasis multipel representasi yang telah dikembangkan.

Pada validasi kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan LKS,pengumpulan data dilakukan dengan menunjukkan LKSberbasis multipel representasi yang dikem-bangkan, kemudian meminta validator untuk mengisi angket validasi kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan LKSyang dikembangkan. Pada tanggapan guru dan siswa, pengumpulan data dilakukan dengan menunjukkan LKSberbasis mul-tipel representasi yang telah dikembangkan, kemudian meminta guru dan siswa mengisi angket yang telah disediakan.


(56)

F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dari sepuluh langkah dalam pelaksanaan penelitian dan pengembangan menurut Borg dan Gall (Sukmadinata, 2011) yang telah dijelaskan sebelumnya, pada pene-litian ini dilakukan hanya sampai tahap lima, yaitu revisi hasil uji coba produk (main product revision) secara terbatas. Hal ini karena keterbatasan waktu dan kemampuan peneliti yang masih belum cukup dalam melakukan tahap selanjut-nya. Rancangan alur penelitian dan pengembangan LKSyang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.


(57)

Gambar 3. Alur penelitian dan pengembangan LKSberbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi

b. Studi Lapangan Analisis LKS yang digunakan oleh guru dan siswa di

delapan SMP Negeri/Swasta di empat Kabupaten di pro-vinsi lampung mengenai penggunaan LKS oleh guru dengan cara penyebaran angket.

b. Validasi Ahli

c. Revisi LKS hasil validasi Penyusunan Rancangan LKSBerbasis

Multipel Representasi

3a. Pengembangan LKS Berbasis Multipel Representasi

d. LKS berbasis multipel representasi hasil revisi 1

Tanggapan guru dan siswa

5a.Revisi LKS hasil tanggapan guru dan siswa

b. LKS berbasis multipel representasi hasil revisi 2

3.Pengembangan draf awal 1.Peneli-tian dan pengumpu lan data 2.Perencanaan 4.Uji coba lapangan awal 5.Revisi hasil uji coba - Analisis KI dan KD

- Pengambangan Silabus - Pembuatan Analisis

Konsep

- Pembuatan RPP - Literatur LKS - Literatur Multipel

Representasi

a. Studi Pustaka & Kurikulum


(58)

Berdasarkan alur penelitian diatas, maka dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Penelitian dan pengumpulan data

Penelitian dan pengumpulan data terdiri atas studi pendahuluan. Studi pendahu-luan ini bertujuan untuk mengumpulkan data pendukung yang dapat memberikan informasi tentang situasi dan kondisi di lapangan dan sebagai acuan atau perban-dingan dalam mengembangkan produk. Studi pendahuluan terdiri dari:

a. Studi Kepustakaan dan Kurikulum

Studi kepustakaan dan kurikulum dilakukan untuk menemukan konsep-konsep atau landasan-landasan teoritis untuk memperkuat suatu produk yang nantinya akan dikembangkan. Analisis ini dilakukan dengan mengkaji SKL, KI, KD, RPP, dan silabus yang sesuai dengan kurikulum 2013. Selanjutnya, menga-nalisis kriteria LKSyang baik.

b. Studi lapangan

Studi lapangan ini bertujuan untuk mengetahui LKS yang digunakan untuk mendukung proses pembelajaran klasifikaisi materi sudah berbasis multipel representasi dan menganalisis kebutuhan siswa terhadap LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi. Studi lapangan dilakukan di 7 SMP Negeri dan 1 SMP Swasta di empat kabupaten provinsi Lampung pada bulan November 2014 menggunakan pedoman wawancara dan angket analisis kebu-tuhan. Sekolah yang digunakan dalam penelitian pendahuluan adalah SMPN 2 Bandar Lampung, SMPN 4 Bandar Lampung, SMPN 1 Bandar Lampung, SMPN 1 Kota Metro, SMP 3 Muhammadiah Metro, SMPN 3 Kota Metro,


(59)

SMPN 4 Tulang Bawang Tengah, dan SMPN 4 Terbanggi Besar. Wawancara dilakukan terhadap satu orang guru IPA yang mengajar di kelas VII dan tiga orang siswa yang telah mempelajari materi klasifikasi materi, perwakilan dari masing-masing sekolah tersebut. Pengambilan sampel sekolah yang digunakan melalui teknik purposive sampling dengan pertimbangan letak geografis seko-lah yang dekat dengan tempat tinggal peneliti.

2. Perencanaan

Berdasarkan analisis kebutuhan yang telah dilakukan, maka dilakukan penyusun-an rpenyusun-ancpenyusun-angpenyusun-an produk berupa LKSberbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi. Penyusunan LKSini didasarkan pada literatur yang diperoleh terkait pengembangan LKSyang ideal pada materi klasifikasi materi berbasis multipel representasi. Hal yang dilakukan dalam perencanaan produk ini adalah: 1). Menganalisis materi atau standar kompetensi yang akan dijadikan bahan

pengembangan LKSberbasis multipel representasi.

2). Mengumpulkan bahan yang dapat digunakan sebagai referensi pengembangan . 3). Mengembangkan LKS hal yang pertama dilakukan yaitu mendesain cover luar

LKS yang dapat menarik minat pembaca untuk melihat dan membacanya. De-sain cover disertai gambar-gambar yang mengacu pada materi yang akan di-pelajarai.

4). Menyusun LKS yang berisikan konsep-konsep yang akan dipelajari. Konsep - konsep IPA disusun berbasis LKSberbasis multipel representasi.


(60)

3. Pengembangan draf awal

Pengembangan Draf Awal (Develop preliminary form of product) yaitu mengem-bangkan bentuk permulaan dari produk yang akan dihasilkan. Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Pengembangan produkLKSberbasis multipel representasi pada materi kla-sifikasi materi

Pengembangan produk LKSberbasis multipel representasi pada materi kla-sifikasi materi dilakukan setelah diketahui kebutuhan siswa dan guru melalui data pada tahap studi pendahuluan. Dalam pengembangan produk LKS ber-basis multipel representasi pada materi klasifikasi materiperlu dipertimbang-kan beberapa hal, yaitu seperti kriteria LKSyang baik, penyesuaian LKS dengan materi klasifikasi materi, dan beberapa gambar materi yang memenuhi kriteria basis multipel representasi.

b. Penyusunan instrumen penelitian

Instrumen ini digunakan untuk menilai LKSberbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi yang dikembangkan. Adapun instrumen yang disusun berupa instrumen untuk validasi ahli dan instrumen untuk uji terbatas. c. Validasi produk dan revisi produk

Setelah penyusunan instrumen penilaian untuk menilai produk berupa LKS pada materi klasifikasi materi, maka dilanjutkan dengan proses validasi oleh dosen atau tenaga ahli yang sudah berpengalaman mengenai konstruksi, kese-suaian isi dan keterbacaan produk LKS yang telah dikembangkan. Proses ini dilakukan secara rasional, karena proses validasi ini masih bersifat penilaian


(61)

berdasarkan pemikiran rasional, belum fakta lapangan. Dengan proses validasi ini, akan diketahui kelemahan dan kekurangan-kekurangan atau hal-hal yang perlu dikurangi atau ditambah dalam rancangan produk yang harus diperbaiki sebelum dilanjutkan ke dalam tahap uji coba. Setelah memperbaiki hasil validasi draf awal, maka diperoleh draf dua.

4. Uji coba lapangan

Setelah rancangan instrumen LKSberbasis multipel representasi pada materi kla-sifikasi materi (draf awal) divalidasi dan direvisi, maka dilakukan penilaian oleh siswa dan guru untuk memberikan tanggapan terhadap draf dua. Tanggapan siswa hanya mencakup aspek keterbacaan dan kemenarikan. Sedangkan tanggapan guru mencakup aspek keterbacaan, konstruksi, dan kesesuaian isi.

Angket tanggapan aspek keterbacaan dan kemenarikan LKSuntuk siswa terdiri dari pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tingkat keterbacaan dan kemenarikan siswa terhadap produk. Di dalamnya terdapat jawaban berupa pilihan mengenai penggunaan bahasa yang sesuai dan mudah dipahami. Sama halnya dengan ang-ket tanggapan siswa, angang-ket tanggapan guru terhadap aspek kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan pun berupa angket yang di dalamnya terdiri dari pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan tingkat kesesuaian isi, konstruksi, dan keterbacaan LKSberbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi yang telah dikembangkan.


(62)

5. Revisi hasil uji coba

Dalam penelitian ini hanya dilakukan sampai tahap revisi produk setelah penilaian oleh guru dan siswa. Hal ini karena keterbatasan waktu yang dimiliki dan keahli-an peneliti. Tahap revisi dilakukkeahli-an berdasarkkeahli-an pertimbkeahli-angkeahli-an hasil penilaikeahli-an produk, yaitu aspek keterbacaan dan kemenarikan pada siswa dan hasil penilaian guru pada aspek konstruksi, keterbacaan, dan kesesuaian isi terhadap LKS ber-basis multipel representasi pada materi klasifikasi materi yang dikembangkan. Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan produk dengan mengurangi hal-hal yang tidak perlu dan menambahkan hal-hal yang perlu berdasarkan hasil penilaian oleh guru dan siswa yang telah dilakukan sebelumnya.

G.Teknik Analisis Data

Adapun kegiatan dalam teknik analisis data angket kesesuaian isi, konstruksi, keterbacaan dan kemenarikan LKSberbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi dilakukan dengan cara :

a. Mengode atau klasifikasi data, bertujuan untuk mengelompokkan jawaban ber-dasarkan pertanyaan angket. Dalam pengodean data ini dibuat buku kode yang merupakan suatu tabel berisi tentang substansi-substansi yang hendak diukur, pertanyaan-pertanyaan yang menjadi alat ukur substansi tersebut serta kode ja-waban setiap pertanyaan tersebut dan rumusan jaja-wabannya.

b. Melakukan tabulasi data berdasarkan klasifikasi yang dibuat, bertujuan untuk memberikan gambaran frekuensi dan kecenderungan dari setiap jawaban ber-dasarkan pertanyaan angket dan banyaknya responden (pengisi angket).


(63)

c. Memberi skor jawaban responden. Penskoran jawaban responden dalam uji kesesuaian dan uji kemenarikan berdasarkan skala Likert, dijelaskan pada Tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Penskoran pada angket berdasarkan skala Likert

No Pilihan Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

2 Setuju (ST) 4

3 Kurang Setuju (KS) 3

4 Tidak Setuju (TS) 2

5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1

d. Mengolah jumlah skor jawaban responden

Pengolahan jumlah skor (

S) jawaban angket adalah sebagai berikut adalah: 1) Skor untuk pernyataan Sangat Setuju (SS)

Skor = 5 x jumlah responden 2) Skor untuk pernyataan Setuju (ST)

Skor = 4 x jumlah responden 3) Skor untuk pernyataan Ragu (RG)

Skor = 3 x jumlah responden

4) Skor untuk pernyataan Tidak Setuju (TS) Skor = 2 x jumlah responden

5) Skor untuk pernyataan Sangat Tidak Setuju (STS) Skor = 1 x jumlah responden

e. Menghitung persentase jawaban angket pada setiap pernyataan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

% 100

% 

maks in

S S

X (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xin = Persentase jawaban angket-i

S= Jumlah skor jawaban

maks


(64)

f. Menghitung rata-rata persentase angket untuk mengetahui tingkat kelayakan dan keterbacaan pada LKS berbasis klasifikasi materi dengan rumus sebagai berikut:

n X Xi

% in

% (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase angket-i

%Xin= Jumlah persentase angket-i

n = Jumlah butir soal

g. Menvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan de-ngan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang ter-sedia (Marzuki, 1997).

h. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran (Arikunto, 2008), dijelaskan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Tafsiran skor (persen) Persentase Kriteria 80,1%-100% Sangat baik

60,1%-80% Baik

40,1%-60% Sedang

20,1%-40% Kurang

0,0%-20% Sangat kurang


(65)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi ma-teri hasil pengembangan adalah: a) Isi LKS mengacu pada kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi, b) disusun secara sistematis dan menarik, sehingga memudahkan siswa dalam menemukan konsep klasifikasi materi secara mandiri, c) Struktur LKS ini terdiri dari tiga bagian, yaitu ba-gian pendahuluan, baba-gian isi, dan baba-gian penutup. Baba-gian pendahuluan yaitu

cover depan, undang-undang hak cipta, kata pengantar, daftar isi, indikator dan petunjuk umum LKS. Bagian isi terdiri dari 6 unit kegiatan belajar. Bagian penutup yaitu daftar pustaka dan cover belakang, d) Bagian isi LKS berbasis multipel representasi mengacu untuk melatihkan keterampilan pro-ses sains dasar siswa, yaitu keterampilan mengobservasi, menginferensi, memprediksi, mengklasifikasi, dan berkomunikasi dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan ilmiah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan, e) LKS disertai gambar-gambar serta fenomena yang mendukung siswa dalam pembelajaran berdasarkan fakta.


(66)

2. Respon guru terhadap produk LKS yang dikembangkan dilihat dari aspek ke-sesuaian isi dengan materi, keterbacaan, serta konstruksi LKS adalah sangat baik. Hal ini terlihat dari kriteria jawaban guru pada ketiga aspek tersebut adalah sangat baik dengan persentase pada aspek kesesuaian isi sebesar 93,68%, aspek keterbacaan sebesar 97,89%, serta pada aspek kemenarikan sebesar 92,63%. Hal Ini menunjukkan bahwa LKS hasil pengembangan la-yak digunakan untuk pembelajaran di sekolah.

3. Respon siswa terhadap produk LKS yang dikembangkan dilihat dari aspek keterbacaan dan kemenarikan LKS adalah baik. Hal ini terlihat dari kriteria jawaban siswa pada kedua aspek tersebut adalah sangat baik dengan persen-tase rata-rata pada aspek keterbacaan sebesar 84,42% dan pada aspek keme-narikan sebesar 84,71%. Hal ini menunjukkan bahwa LKS hasil pengem-bangan sudah menarik dan terbaca dengan baik serta menumbuhkan minat siswa untuk mempelajarinya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi yang di-kembangkan ini hanya dilakukan sampai uji secara terbatas dan revisi setelah uji coba secara terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk me-nguji efektivitasnya secara luas.

2. LKS yang dikembangkan ini hanya menampilkan materi klasifikasi materi dengan basis multipel representasisehingga diharapkan peneliti lain untuk melakukan pengembangan LKS pada materi IPA yang lain.


(67)

3. Waktu yang disediakan untuk uji coba terbatas sangat terbatas sehingga pene-litian lain hendaknya mengoptimalkan waktu uji coba terbatas.


(1)

dan keterbacaan pada LKS berbasis klasifikasi materi dengan rumus sebagai berikut:

n X Xi

% in

% (Sudjana, 2005)

Keterangan : %Xi = Rata-rata persentase angket-i

%Xin= Jumlah persentase angket-i

n = Jumlah butir soal

g. Menvisualisasikan data untuk memberikan informasi berupa data temuan de-ngan menggunakan analisis data non statistik yaitu analisis yang dilakukan dengan cara membaca tabel-tabel, grafik-grafik atau angka-angka yang ter-sedia (Marzuki, 1997).

h. Menafsirkan persentase angket secara keseluruhan dengan menggunakan tafsiran (Arikunto, 2008), dijelaskan pada Tabel 3 di bawah ini.

Tabel 3. Tafsiran skor (persen)

Persentase Kriteria

80,1%-100% Sangat baik

60,1%-80% Baik

40,1%-60% Sedang

20,1%-40% Kurang

0,0%-20% Sangat kurang


(2)

70

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Karakteristik LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi ma-teri hasil pengembangan adalah: a) Isi LKS mengacu pada kompetensi dasar (KD) dan indikator pencapaian kompetensi, b) disusun secara sistematis dan menarik, sehingga memudahkan siswa dalam menemukan konsep klasifikasi materi secara mandiri, c) Struktur LKS ini terdiri dari tiga bagian, yaitu ba-gian pendahuluan, baba-gian isi, dan baba-gian penutup. Baba-gian pendahuluan yaitu cover depan, undang-undang hak cipta, kata pengantar, daftar isi, indikator dan petunjuk umum LKS. Bagian isi terdiri dari 6 unit kegiatan belajar. Bagian penutup yaitu daftar pustaka dan cover belakang, d) Bagian isi LKS berbasis multipel representasi mengacu untuk melatihkan keterampilan pro-ses sains dasar siswa, yaitu keterampilan mengobservasi, menginferensi, memprediksi, mengklasifikasi, dan berkomunikasi dengan menggunakan langkah-langkah pendekatan ilmiah, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan, e) LKS disertai gambar-gambar serta fenomena yang mendukung siswa dalam pembelajaran berdasarkan fakta.


(3)

sesuaian isi dengan materi, keterbacaan, serta konstruksi LKS adalah sangat baik. Hal ini terlihat dari kriteria jawaban guru pada ketiga aspek tersebut adalah sangat baik dengan persentase pada aspek kesesuaian isi sebesar 93,68%, aspek keterbacaan sebesar 97,89%, serta pada aspek kemenarikan sebesar 92,63%. Hal Ini menunjukkan bahwa LKS hasil pengembangan la-yak digunakan untuk pembelajaran di sekolah.

3. Respon siswa terhadap produk LKS yang dikembangkan dilihat dari aspek keterbacaan dan kemenarikan LKS adalah baik. Hal ini terlihat dari kriteria jawaban siswa pada kedua aspek tersebut adalah sangat baik dengan persen-tase rata-rata pada aspek keterbacaan sebesar 84,42% dan pada aspek keme-narikan sebesar 84,71%. Hal ini menunjukkan bahwa LKS hasil pengem-bangan sudah menarik dan terbaca dengan baik serta menumbuhkan minat siswa untuk mempelajarinya.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa :

1. LKS berbasis multipel representasi pada materi klasifikasi materi yang di-kembangkan ini hanya dilakukan sampai uji secara terbatas dan revisi setelah uji coba secara terbatas sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk me-nguji efektivitasnya secara luas.

2. LKS yang dikembangkan ini hanya menampilkan materi klasifikasi materi dengan basis multipel representasi sehingga diharapkan peneliti lain untuk melakukan pengembangan LKS pada materi IPA yang lain.


(4)

72

3. Waktu yang disediakan untuk uji coba terbatas sangat terbatas sehingga pene-litian lain hendaknya mengoptimalkan waktu uji coba terbatas.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. 2008. Penilaian Program Pendidikan. Edisi III. Bina Aksara. Jakarta. Chang, M. and Gilbert, J.K. 2009. Towards a Better Utilization of Diagram in

Research Into the Use of Representative Levels in Chemical Education. Model and Modeling in Science Education, Multiple Representations in Chemical Educations.Springer Science+Business Media B.V. 55-73. Djamarah, S.B. dan Aswan Z. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta.

Jakarta.

Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran tentang Struktur Atom dari SMA hingga Perguruang Tinggi. Disertasi (tidak diterbitkan). SPs-UPI. Bandung

Farida I., Liliasari, Wahyu S. 2001. Pembelajaran Berbasis Web untuk Meningkatkan Kemampuan Interkoneksi Multipel Representasi Mahasiswa Calon Guru pada Topik Kesetimbangan Larutan Asam-Basa. Jurnal Chemica, 1, 14-24.

Fauzi, M. M. 2012. Pembelajaran Materi Kesetimbangan Kimia melalui

Representasi Makroskopis dan Mikroskopis pada Siswa SMA Kelas XI IPA Tahun 2011-2012. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. Husamah dan Setyaningrum Y. 2013. Desain Pembelajaran Berbasis Kompetensi.

Prestasi Pustaka Jakarta. Jakarta.

Johnstone, A.H. 2006. Chemical Education Research in Glasgow Perspective. Chemistry Education Research and Practice. 7, No.2. 49-63.

Lestari, I. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. Akademi Permata. Padang.

Marzuki. 1997. Metodologi Riset. Fakultas Ekonomi UII. Yogyakarta.

Mudlofir. 2012. Pembelajaran Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.


(6)

Rosita F.H, Sri M., Tri R. 2013. Pembelajaran Kimia Berbasis Multipel Representasi Ditinjau dari Kemampuan Awal Terhadap Prestasi Belajar Laju Reaksi Siswa SMA Negeri I Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal FKIP Kimia Universitas Sebelas Maret, 2(2), 38-43.

Sadiman, A.S., Rahardjo R., Haryono A., Rahardjito. 2011. Media Pendidikan Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. PT. Raja Grafindo Pustaka. Jakarta.

Sudjana, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. Tarsito. Bandung.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung.

Sukmadinata, N. S. 2011. Metode penelitian pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Sunyono. 2013. Model Pembelajaran Berbasis Multipel Representasi (Model SiMaYang). AURA Publishing. Bandar Lampung.

Trianto. 2009. Model Pembelajaran Tematik. Prestasi Pustaka Raya. Jakarta. Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu. Bumi Aksara. Jakarta.

Widodo, C.S. dan Jasmadi. 2008. Panduan Menyusun Bahan Ajar Berbasis Kompetensi. PT Elex Media Komputindo. Jakarta.