16
a. Diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran bagi penegak hukum dalam
menyelesaikan masalah terhadap pelaksanaan pendaftaran hak atas tanah. b.
Untuk memberikan sumbangan informasi kepada masyarakat khususnya mengenai pelaksanaan pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik.
E. Keaslian Penelitian
Berdasarkan penelusuran keperpustakaan yang ada di lingkungan Universitas Sumatera Utara, khususnya pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
menunjukkan bahwa penelitian yang berjudul “Pendaftaran Tanah Milik Adat
Menjadi Hak Milik Pada Kantor Pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang” belum ada yang melakukan penelitian sebelumnya.
Dengan demikian, maka penelitian ini dapat dijamin keasliannya sehingga tesis ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara akademis.
F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori
Buat langkah yang awal dalam penulisan ini maka sudah seharusnya penulis perlu mengetahui apa itu kerangka teori?
Teori merupakan generalisasi yang dicapai setelah mengadakan pengujian dan hasilnya menyangkut ruang lingkup dan fakta yang luas.
10
Teori adalah suatu sistem
10
Soejono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 1986, Hal. 126
Universitas Sumatera Utara
17
yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan mengorganisasi pengetahuan tentang dunia.
11
Sedangkan menurut M. Solly Lubis kerangka teori adalah suatu kerangka pemikiran
atau butir-butir pendapat, teori, tesis, mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis, yang mungkin
disetujui ataupun tidak disetujui yang dijadikan masukan dalam membuat kerangka berfikir dalam penulisan.
Berkenaan dengan penelitian ini, maka kerangka teori diarahkan secara khusus pada ilmu hukum yang mengacu pada penelitian hukum normatif dan empiris.
Penulisan ini berupaya guna menganalisis secara hukum terhadap proses pendaftaran tanah milik adat menjadi hak milik.
Tujuan hukum pendaftaran tanah tidak terlepas dari tujuan hukum pada umumnya. Tujuan hukum menurut hukum konvensional adalah mewujudkan keadilan
Rechts Gerechtigheid, kemanfaatan Rech Tsutiliteit dan kepastian hukum rechtzekerheit.
12
Menurut Utrecht, hukum bertugas menjamin adanya kepastian hukum Rechtzekerheit dalam pergaulan manusia dan hubungan-hubungannya dalam
11
HR. Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, Refika Aditama, Bandung, 2005, Hal. 22
12
Ahmad Ali, Menguak Takbir Hukum Suatu Kajian Filosofis dan sosiologis, Jakarta, PT. Gunung Agung, Tbk, 2002, Hal. 85
Universitas Sumatera Utara
18
pergaulan kemasyarakatan. Hukum menjamin kepastian pada pihak yang satu terhadap pihak yang lain.
13
Hukum pertanahan di Indonesia menginginkan kepastian mengenai siapa pemegang hak milik. Kebutuhan masyarakat akan suatu peraturan kepastian hukum
terhadap tanah,
sehingga setiap
pemilik dapat
terjamin haknya
dalam mempertahankan hak miliknya dari gangguan luar.
14
Van Apeldoorn dalam bukunya Inleding Toot De Studies van Het Ederlands Recht, mengatakan : Tujuan hukum adalah untuk mengatur pergaulan hidup secara
damai. Hukum menghendaki kedamaian, yang mana kedamaian diantara manusia dipertahankan oleh hukum dengan melindungi kepentingan-kepentingan manusia
yang tertentu yaitu kehormatan, kemerdekaan, jiwa, harta dan sebagainya terhadap yang merugikannya.
Kepentingan individu dan kepentingan golongan manusia selalu bertentangan satu sama lain. Pertentangan-pertentangan kepentingan ini selalu akan menyebabkan
pertikaian-pertikaian dan kekacauan satu sama lain, kalau tidak diatur oleh hukum untuk menciptakan kedamaian. Dan hukum pertahankan kedamaian dengan
mengadakan keseimbangan antara kepentingan yang dilindungi, dimana setiap orang harus memperoleh sedapat mungkin yang menjadi haknya.
15
13
M. Solly Lubis, Beberapa Pengertian Umum Tentang Hukum, Program Studi Ilmu Hukum Sekolah Pasca Sarjana USU, Hal. 17
14
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, Jakarta: PT. Intermasa, 1980, Hal. 2
15
Van Apeldoorn, Pengantar Ilmu Hukum Terjemahan Inleding Toot De Studies Van Hed Nederlands Recht,cetakan ke-4 oleh M. Oetarid Sadino, Jakarta : Noordhoff-kolff NV, 1958, Hal. 20
Universitas Sumatera Utara
19
Dalam perkembangan masyarakat modern yang ditandai dengan kemajuan pola pikir dan teknologi dalam kehidupan masyarakat terutama dalam dunia usaha
sertipikat tanah sangat diperlukan. Untuk mengetahui sejauh mana tentang fungsi dan tugas PPAT dalam
pelaksanaan pendaftaran tanah terlebih dahulu dilihat peraturan yang mendasari diadakannya pendaftaran tanah tersebut. Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Pokok
Agraria menyebutkan bahwa : “Untuk menjamin kepastian hukum oleh pemerintah diadakan pendaftaran tanah diseluruh wilayah Republik Indonesia menurut
ketentuan-ketentuan yang diatur dengan peraturan pemerintah. Sebelum berlakunya Undang-undang Pokok Agraria sistem yang kita
pergunakan adalah sistem ”Cadaster” sebagaimana dikembangkan pada zaman Belanda. Sistem ini selain sederhana, juga efisien dan murah. Dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tersebut, para pendahulu kita dibidang pertanahan telah meletakkan landasan-landasan bagi pelaksanaan tugas dan fungsi pendaftaran
tanah, yang sangat diperlukan untuk segera melaksanakan Undang-undang Pokok Agraria. Landasan tersebut tentu saja disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan pada
waktu itu. Dan kalau dibandingkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 adalah negatif bertendensi positif artinya bahwa sertipikat yang telah diterbitkan
sepanjang orang lain bisa membuktikan bahwa itu haknya, maka sertipikat tersebut dapat diajukan pembatalan, namun dalam batas-batas waktu tertentu berubah menjadi
positif apabila sertipikat yang telah dikeluarkan sudah berlangsung 5 lima tahun.
Universitas Sumatera Utara
20
Asas publisitas dimaksudkan bahwa pendaftaran itu bersifat umum dan terbuka, oleh karena itu setiap orang berhak untuk meminta informasi dari kantor
pendaftaran tanah serta surat keterangan pendaftaran tanah yang berisikan jenis hak, luas, lokasinya dalam keadaan sita atau berperkara dan lain sebagainya.
Sebagaimana yang dijelaskan bahwa disamping asas publisitas juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961 dikenal juga asas spesialitas, yaitu
sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 1961, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 ketentuan tersebut maka
asas publisitas lebih memberikan jaminan sedangkan asas spesialitas kepastian hukum.
Asas spesialitas berarti bahwa pendaftaran tanah itu jelas dan diketahui lokasinya sehingga peranan dari surat ukur adalah memperjelas lokasi tanah tersebut.
Kalimat-kalimat tersebut seolah-olah berdiri sendiri-sendiri, tidak merupakan suatu rangkaian
uraian mengenai
sesuatu. “Rechtcadaster”
dimaksudkan bahwa
pendaftaran ini hanya demi untuk pendaftaran hak dan bukan sebagai tagihan pajak. Kepastian hukum sebagaimana dimaksud oleh Pasal 19 ayat 1 Undang-undang
Pokok Agraria adalah demi kepastian hukum dari hak tanah tersebut. Pemastian
lembaga dimaksudkan bahwa Pejabat Pembuat Akta Tanah PPAT sebagai satu- satunya pejabat yang berwenang untuk membuat akta-akta peralihan, pendirian hak
baru dan pengikatan tanah sebagai jaminan. Dengan berlakunya Keputusan Presiden Nomor 26 Tahun 1988 tentang Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia BPN-RI, penyelenggaraan pendaftaran
Universitas Sumatera Utara
21
tanah ini kemudian dilakukan oleh Kantor Pertanahan. Penyelenggaraan pendaftaran tanah secara garis besar meliputi kegiatan pendaftaran tanah untuk pertama kali dan
pemeliharaan pendaftaran tanah. Kedua hal tersebut sama pentingnya karena apabila salah satu dari kedua hal tersebut kurang diperhatikan maka akan mendatangkan hal-
hal yang tidak diharapkan di kemudian hari. Penjelasan umum tentang Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
mengemukakan perlunya diadakan peraturan pendaftaran tanah yang baru yang dinyatakan sebagai jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan. Pemberian
jaminan kepastian hukum dibidang pertanahan pertama-tama memerlukan tersedianya perangkat hukum yang tertulis, lengkap dan jelas yang dilaksanakan secara konsisten
sesuai dengan jiwa dan isi ketentuan-ketentuannya. “Sehubungan dengan itu Undang- Undang Pokok Agraria memerintahkan diselenggarakan Pendaftaran Tanah dalam
rangka menjamin kepastian hukum sebagaimana dimaksud di atas”. Tujuan diselenggarakannya Pendaftaran Tanah sebagaimana diamanatkan oleh Pasal 19
Undang-undang Pokok Agraria adalah bahwa pendaftaran tanah diselenggarakan dalam rangka menjamin kepastian di bidang pertanahan yaitu :
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain
yang terdaftar, agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan.
b. Untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang
Universitas Sumatera Utara
22
diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar.
c. Untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan. Sertipikat tanah sebagai suatu barang berharga yang dapat dipakai untuk
memajukan suatu usaha yang berdampak pada lahirnya Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 suatu peraturan pendaftaran tanah yang menghasilkan sertipikat yang
dibutuhkan tersebut, namun kendala pelaksanaan pendaftaran tanah akan berdampak pada dunia usaha.
Untuk tidak timbulnya ketidakpastian hukum khususnya pada pelaksanaan pendaftaran tanah pemerintah harus mencari solusi bagaimana agar pelaksanaan
pendaftaran tanah di Indonesia dapat lebih cepat dan terarah agar tidak bermunculan masalah-masalah
pertanahan dalam
masyarakat. Timbulnya
masalah-masalah pertanahan dalam masyarakat, hal ini tidak terlepas dari ketidakpastian akan
kepemilikan tanah. Ketidakpastian ini muncul karena tanah-tanah yang dimiliki itu belum terdaftar.
16
Dalam membicarakan tentang pendaftaran tanah yang belum bersertipikat maka harus diketahui dahulu apa pengetian tanah dan dasar hukum mengenai tanah
itu sendiri. Menurut
geologis-agronomis, pengertian
tanah adalah
lapisan lepas
permukaan bumi paling atas yang dapat dimanfaatkan untuk menanami tumbuhan
16
Van Apeldoorn , Op.Cit, Hal. 7
Universitas Sumatera Utara
23
disebut tanah garapan, tanah pekarangan, tanah pertanian, tanah perkebunan. Sedangkan tanah bangunan digunakan untuk menegakkan rumah.
Didalam tanah garapan ini dari atas kebawah berturut-turut terdapat sisiran garapan sedalam irisan bajak, lapisan pembentukan kukus dan lapisan dalam.
17
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, pengertian tanah adalah : a. Permukaan bumi atau lapisan bumi yang diatas sekali
b. Keadaan bumi disuatu tempat c. Permukaan bumi yang diberi batas
d. Bahan dari bumi, bumi sebagai lahan sesuatu pasir, cadas, aspal dan lain- lain.
18
Undang-undang Pokok Agraria UUPA memberikan definisi tanah, sesuai dengan Pasal 4 empat ayat 1 yang menyebutkan bahwa “atas dasar hak mengusai
dari negara sebagai yang dimaksud dalam Pasal 2 ditentukan adanya macam-macam hak atas permukaan bumi, yang disebut tanah yang dapat diberikan kepada dan
dipunyai oleh orang-orang baik sendiri maupun bersama-sama dengan orang-orang lain serta badan-badan hukum”. Sehingga secara yuridis, pengertian tanah adalah
permukaan bumi. AP Parlindungan menyebutkan bahwa, sebelum berlakunya Undang-undang
Pokok Agraria UUPA, Negara kita masih terdapat dualisme dalam hukum agraria. Hal ini didasarkan pada kenyataan bahwa masih berlakunya dua macam hukum yang
17
AP Parlindungan, Berbagai Aspek Pelaksanaan UUPA, Bandung, Alumni, 1973, Hal. 35
18
Kamus Besar Bahas Indonesia, Balai Pustaka Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Jakarta, Edisi E-II, Cetakan Ketiga, 1994, Hal. 12
Universitas Sumatera Utara
24
menjadi dasar bagi hukum pertanahan kita, yaitu hukum adat dan hukum barat sehingga terdapat dua macam tanah yaitu tanah adat dan tanah barat.
19
Pendaftaran tanah di Indonesia menggunakan sistem publikasi negatif yang mengandung unsur positif, demikian Undang-undang Pokok Agraria UUPA dan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, hal ini dapat dilihat pada Pasal 19 ayat 2 huruf c Undang-undang Pokok Agraria UUPA, bahwa pendaftaran
menghasilkan surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat. Dalam mengatasi kelemahan sistem publikasi negative stelsel negatif ini,
maka dipergunakan lembaga yang terdapat dalam hukum adat yaitu lembaga Rechts Verwerking.
Rechts verwerking yaitu apabila suatu bidang tanah sudah diterbitkan sertifikatnya secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah
tersebut dengan itikat baik dan secara nyata merasa menguasai tanah tersebut, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah tersebut tidak dapat lagi menuntut
haknya. Apabila dalam jangka waktu 5 tahun sejak diterbitkannya sertipikat tersebut tidak mengajukan keberatan secara tertulis kepada pemegang hak atau kepala kantor
pertanahan atau tidak mengajukan gugatan ke pengadilan mengenai penguasaan tanah atau penerbitan sertipikat.
20
19
AP Parlindungan, Op.Cit, Hal. 40
20
Muhammad Yamin Lubis dan Abdul Rahim Lubis, Hukum Pendaftaran Tanah, Bandung, CV. Mandar Maju, 2008, Hal. 147
Universitas Sumatera Utara
25
2. Konsepsi