957,02 Pengertian dan Dasar Hukum Konversi Sebagai Bentuk Peralihan Hak

68 7 Seruwai Tangsilama 188,49 8 Bendahara Sungai Iyu 132,53 9 Banda Mulia Telaga Meuku 48,27 10 Karang Baru Karang Baru 139,45 11 Sekrak Sekrak Kanan 257,95 12 Manyak Payet Tualang Cut 267,11 Aceh Tamiang Karang Baru

1. 957,02

Dengan demikian pada Kecamatan Kejuruan Muda, Tamiang Hulu dan Kecamatan Karang Baru yang menjadi target penelitian di Kabupaten Aceh Tamiang yang apabila dibandingkan dengan luas bidang tanah yang ada di Kabupaten Aceh Tamiang dengan jumlah bidang tanah yang tersebut diatas maka dapatlah disimpulkan bahwasanya masih banyak sekali tanah-tanah yang belum jelas penguasaannya yang belum didaftarkan pada kantor pertanahan Kabupaten Aceh Tamiang. Dalam memperoleh sertipikat tanah dilakukan pendaftaran tanah pertama kali yaitu dengan cara konversi pengakuan hak penegasan hak dan pemberian hak. Konversi ini juga merupakan sebuah sistem hukum, sistem merupakan tatanan atau kesatuan yang utuh yang terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur yang saling berkaitan erat satu sama lain. Sistem hukum adalah suatu kumpulan unsur-unsur Universitas Sumatera Utara 69 yang ada dalam interaksi satu sama lain yang merupakan satu kesatuan yang terorganisasi dan kerja sama kearah tujuan kesatuan. 69

1. Pengertian dan Dasar Hukum Konversi Sebagai Bentuk Peralihan Hak

Dalam perjalanan waktu seiring dengan perkembangan kehidupan masyarakat untuk dapat kepastian hukum tanah hak milik adat harus didaftarkan sesuai dengan peraturan yang berlaku dengan istilah konversi. Konversi secara umum dapat dikatakan penyesuaian antara perubahan, dari hak-hak yang diatur oleh peraturan lama disesuaikan dengan hak-hak yang diatur dalam hak-hak yang baru. 70 Konversi bekas hak-hak Indonesia atas tanah merupakan salah satu instrumen untuk memenuhi asas unifikasi Undang-undang Pokok Agraria. Peraturan Menteri Pertanian dan Agraria PMPA Nomor 2 tahun 1962, mengatur ketentuan mengenai penegasan konversi dan pendaftaran bekas hak-hak Indonesia atas tanah secara normatif peraturan konversi tersebut merupakan implementasi ketentuan peralihan Undang- undang Pokok Agraria. Pengertian konversi mengenai hak-hak atas tanah sebagaimana dimaksudkan oleh pakar hukum Agraria Bapak Prof. DR.AP Perlindungan SH. Bahwa konversi adalah : “Penyesuaian Hak-hak atas tanah yang pernah tunduk kepada sistem hukum lama yaitu: Hak-hak tanah menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata Barat dan 69 Sudikno Mertokusumo, Penemuan Hukum sebuah pengantar, Liberty, Yogyakarta 1996, Hal. 18. 70 A.P. Parlindungan, Pedoman Pelaksanaan U.U.P.A. dan Tata Cara Pejabat Pembuat Akte Tanah, Alumni, Bandung 1978, Hal. 49. Universitas Sumatera Utara 70 tanah-tanah yang tunduk kepada Hukum Adat untuk masuk dalam sistem hak-hak tanah menurut ketentuan UUPA” Dari istilah konversi tersebut diatas, dalam hukum agraria dimaksudkan adalah penyesuaian, peralihan atau perubahan dari hak-hak atas tanah menurut sistem lama yakni hak-hak atas tanah yang pernah tunduk pada ketentuan KUH Perdata atau pun hak-hak atas tanah yang tunduk pada hukum adat kepada hak-hak atas tanah menurut sistem UUPA. Namun konversi hak-hak tanah di Indonesia mempunyai beberapa norma; 71 1. Konversi hak guna usaha dan hak guna bangunan. Yang bersifat terbatas dihitung mulai berlakunya UUPA 24 september 1960 sampai 24 september 1980, Pasal 55 UUPA. 2. Konversi hak yang dikaitkan kepada bergunanya atau tidak kepada pembangunan Indonesia. Konversi menjadi hak guna usaha dan hak guna bangunan dari pada badan-badan hukum yang wadahnya sebagian atau seluruhnya bermodal asing, asal saja berbadan hukum Indonesia dan tunduk kepada hukum Indonesia Pasal 55 ayat 2. 3. Konversi dari hak-hak milik adat karena belum ada peraturan pelaksana, tetap diperlukan hukum adat sepanjang tidak bertentangan dengan jiwa UUPA Pasal 56 dan masih berlakunya ketentuan-ketentuan “Hypotheek” dan “Creditverband” selama belum diatur oleh peraturan pelaksana, selama tidak bertentangan dengan jiwa UUPA. 71 Op.Cit, Hal. 50. Universitas Sumatera Utara 71 4. Konversi melihat pemiliknya dan tanggal kewarganegaraannya. a. Untuk hak eigendom pemerintah negara asing menjadi hak pakai selama dipergunakan Pasal 1 ayat 1 ketentuan konversi. b. Hak eigendom dari pada WNI jika tanggal WNI nya sebelum 14 september 1960 menjadi hak milik dan jika sesudah tanggal 24 september 1960 menjadi hak guna bangunan dan jika yang bersangkutan bukan WNI dapat memperoleh hak pakai dan atau harus melepaskan haknya kepada WNI. 5. Konversi dari sejumlah hak-hak dari hukum barat dan hukum adat yang disesuaikan, konversi akan menjadi lebih rendah, seperti menjadi hak pakai; a. Pasal IV ketentuan konversi untuk pemegang konversi dan sewa untuk perkebunan besar menjadi hak guna usaha. b. Hak Opstal dan Erfach perumahan menjadi hak guna bangunan dengan masa maximum 20 tahun. c. Hak-hak atas tanah yang memberi wewenang sebagaimana dengan hak yang dimaksud dalam Pasal 41 ayat 1 seperti yang disebut dengan nama sebagai dibawah yang ada pada mulai berlakunya Undang-undang ini, yaitu ; Hak Vruchgebruik, gebruik, grant controleur, bruikleen, ganggam bauntuik, anggaduh, bengkok, lunggah, pituwas, dan hak-hak lain sejak berlakunya UUPA menjadi hak pakai Pasal VI ketentuan konversi. Universitas Sumatera Utara 72 Konversi pengakuan hak penegasan hak adalah pembuatan sertipikat tanah dari tanah-tanah hak adat dikonversi menjadi hak milik. Dengan ketentuan dan syarat-syarat konversi ; 1. Surat permohonan; 2. Identitas diri pemohon atau kuasanya foto kopi kartu tanda penduduk dan kartu keluarga yang masih berlaku; 3. Surat tanah atau alas hak; 4. Surat pernyataan tidak sengketa; 5. SPPT PBB surat pemberitahuan pajak terhutang pajak bumi dan bangunan serta STTS surat tanda terima setoran bukti lunas; 6. Dan surat-surat lain yang diperlukan oleh Kantor Pertanahan. Tahapan dalam Konversi : 1. Pemohon daftar dan bayar 2. Pengukuran 3. Pengumuman 4. Pembukuan Hak 5. Penerbitan Sertipikat Tahap I Pemohon Daftar dan bayar pada loket yang disediakan oleh Kantor Pertanahan dengan biaya yang telah ditentukan oleh petugas Kantor Pertanahan. Kemudian pemohon akan memperoleh kwitansi atau tanda terima sebuah dokumen yang telah didaftarkan dari petugas Kantor Pertanahan. Universitas Sumatera Utara 73 Tahap II Pengukuran dilakukan dengan cara pemasangan patok pada bidang tanah yang akan diukur oleh petugas pengukuran yang diutus oleh Kantor Pertanahan. Pemasangan patok pada batas-batas tanah tersebut dilakukan oleh pemohon atau pemilik tanah dan dihadiri oleh tetangga samping kanan kiri muka dan belakang, serta disaksikan oleh perangkat desa atau kelurahan letak tanah yang akan diukur oleh petugas pengukuran. Tahap III Pengumuman dua hal yang harus diumumkan, yaitu: dibidang fisik: menunjukkan ciri-ciri objek tanah tersebut. Dibidang yuridis: menunjukkan ciri-ciri subjek tanah tersebut. Pengumuman diumumkan selama 60 hari di kantor desa kelurahan, kantor kecamatan, kantor ajudikasi, Kantor Pertanahan dan tempat-tempat lain yang dianggap perlu. Tahap IV Pembukuan hak apabila melewati waktu pengumuman tidak ada yang melakukan sanggahan atau keberatan ataupun gugatan dari pihak dari manapun, maka pembukuan hak dapat dilakukan. tahapan pembukuan hak dilakukan oleh panitia ajudikasi. Tahap V Penerbitan sertipikat dilakukan setelah kepala kantor membuat Surat Keputusan SK tentang tidak adanya pihak lain yang melakukan sanggahan keberatan atas data fisik dan data yuridisnya, maka sertipikat hak atas tanah dapat diterbitkan keatas nama pemohon. Dalam memperoleh sertipikat tanah dilakukan pendaftara tanah pertama kali di instansi pendaftar tanah, salah satunya yaitu Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia BPN-RI melalui Kantor Pertanahan KabupatenKota. Universitas Sumatera Utara 74 Dengan pemberlakuan ketentuan konversi berarti sudah menjadi sebuah pengakuan dan penegasan terhadap hak-hak lama, juga merupakan penyederhanaan hukum dan upaya untuk menciptakan kepastian hukum. Penyederhanaan hukum tampak pada penyesuaian pada semua hak-hak atas tanah yang ada diseluruh Indonesia yang selama ini bersifat pluralisme ada yang tunduk pada hukum barat, hukum adat dan hukum agama dengan hanya memberikan ruang kepada suatu aturan yang menyebutkan hanya ada suatu sistem hak-hak atas tanah yang tunduk pada UUPA, sedangkan kepastian hukum dapat dilihat dari pelaksaan konversi tersebut yang merupakan bagian dari kegiatan pendaftaran tanah, maka kegiatan pendaftaran tanah tersebut bertujuan untuk menciptakan kepastian hukum. 72 Sebagaimana diatur dalam ketentuan-ketentuan konversi bahwa terhadap hak-hak adat yang berwewenang sebagaimana atau mirip dengan hak milik yang dimaksud dalam Pasal 20 ayat 1 UUPA. 73

2. Pelaksanaan Konversi