TENTANG PENEMUAN HUKUM TENTANG PENGERTIAN DAN ISTILAH PENEMUAN HUKUM

13

II. TENTANG PENEMUAN HUKUM

1. Study tentang ilmu Hukum meliputi 3 dimensi yang tidak boleh ditinggalkan. a. Kaidah-kaidah Hukum Kaidah Hukum yakni peraturan baik yang tertulis maupun lisan yang mengatur bagaimana seyogiyanya menusia berbuat atau tidak berbuat agar kepentingannya terlindungi dari ganggunan pihak lain. b. Sistem Hukum Sistem Hukum yakni merupakan sasaran dari studi ilmu hukum yang pada ilmunya mempunyai ciri-ciri selalu konsisten, mencegah konplik, kontinyu, lengkap, konsepnya fundamental dan mempunyai klasifikasi. c. Penemuan Hukum Penemuan Hukum yakni untuk mengisi kekosongan Hukum. Sebab peraturan perundang-undangan tidak lengkap dan tidak jelas, oleh karena itu hukumnya di cari, diketemukan, dilengkapi dan dijelaskan dengan jalan penemuan hukum. 14 15 Kaidah Hukum Dalam arti luas Sistem Hukum Penemuan Hukum Sasaran Studi Ilmu Hukum Dalam arti sempit nilainorm Asas-asas Hukum Peraturan Hukum Konkrit Ada klassifikasi Konsep fundamental Mencegah konflik Konsisten Kontinyu Lengkap Sistem Metode Aliran- aliran Prosedur Definisi 16

1. Pengertian

Pengertian penemuan hukum yang dikemukakan para ahli, antara lain: a. Menurut Paul Scholten, penemuan hukum oleh hakim merupakan sesuatu yang lain dari pada hanya penerapan peraturan- peraturan pada peristiwanya, kadang-kadang dan bahkan sangat sering terjadi bahwa peraturannya harus ditemukan, baik dengan jalan interpretasi maupun dengan jalan analogi ataupun rechtssvervijning pengkongkritan hukum. b. John Z Laudoe, mengemukakan penemuan hukum adalah penerapan ketentuan pada fakta dan ketentuan tersebut kadangkala harus dibentuk karena tidak selalu terdapat dalam undang-undang yang ada.

III. TENTANG PENGERTIAN DAN ISTILAH PENEMUAN HUKUM

c. N.E. Algra dan Van Duyvendjk, mengartikan penemuan hukum sebagai menemukan hukum untuk suatu kejadian kongkrit, dalam konteks ini hakim atau seorang pemutus yuridis lainnya harus dapat memberi penyelesaian yuridis. Selanjutnya dikemukakan bahwa penemuan hukum sebagai kegiatan hakim untuk mempergunakan berbagai macam teknik penafsiran, dan cara menguraikan dengan mempergunakan berbagai macam alasan yang disampaikan kepadanya. Ia juga tidak hanya membuat hukum untuk persoalan yang ada didepannya, tetapi juga untuk kejadian yang sama, yang akan datang. d. Sudikno Mertokusumo, berpendapat bahwa penemuan hukum adalah proses pembentukan hukum oleh hakim atau petugas-petugas hukum lainnya yang diberi tugas menerapkan hukum terhadap peristiwa- peristiwa hukum yang konkret. Dengan kata lain, merupakan proses konkretisasi atau individualisasi peraturan hukum das sollen yang bersifat umum dengan mengingat akan peristiwa konkret das sein tertentu. Yang penting dalam penemuan hukum adalah bagaimana mencarikan atau menemukan hukum untuk peristiwa konkret. 17

2. Peristilahan dalam penemuan hukum

Ada beberapa peristilahan yang sering dikaitkan dengan penemuan hukum yaitu: a. Rechtsvorming pembentukan hukum, yaitu merumuskan peraturan-peraturan yang berlaku secara umum bagi setiap orang. Lazimnya dilakukan oleh pembentuk undang-undang. Hakim juga dimungkinkan sebagai pembentuk hukum judge made law kalau putusannya menjadi yurisprudensi tetap vaste jurisprudence yang diikuti oleh para hakim dan merupakan pedoman bagi kalangan hukum pada umumnya. b. Rechtstoepassing penerapan hukum, yaitu menerapkan peraturan hukum yang abstrak sifatnya pada peristiwanya. Untuk itu peristiwa konkret harus dijadikan peristiwa hukum terlebih dahulu agar peraturan hukumnya dapat ditetapkan. 18 c. Rechtshandhaving pelaksanaan hukum, dapat berarti menjalankan hukum baik ada sengketapelanggaran maupun tanpa sengketa. d. Rechtschepping penciptaan hukum, berarti bahwa hukumnya sama sekali tidak ada, kemudian diciptakan, yaitu dari tidak ada menjadi ada. e. Rechtsvinding penemuan hukum atau law making- Inggris, dalam arti bahwa bukan hukumnya tidak ada, tetapi hukumnya sudah ada, namun masih perlu digali dan diketemukan. Hukum tidak selalu berupa kaidah das sollen baik tertulis ataupun tidak, tetapi dapat juga berupa perilaku atau peristiwa das sein. Dari perilaku itu sebenarnya dapat digali atau diketemukan hukumnya vida Pasal 28 UU No. 4 Tahun 2004. Di dalam perilaku itulah terdapat hukumnya. Oleh karena itu istilah penemuan hukum dirasakan lebih tepat. 19

3. Dasar Hukum

a. Pasal 1 UU No. 4 Tahun 2004 menyebutkan: “Kekuasaan kehakiman adalah kekuasaan negara yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan berdasarkan Pancasila demi terselenggaranya negara hukum Republik Indonesia”. b. Pasal 14 UU No. 4 Tahun 2004: Pasal 14 ayat 1 menyatakan “Pengadilan tidak boleh menolak untuk memeriksa dan mengadili suatu perkara yang diajukan dengan dalih bahwa hukum tidak atau kurang jelas, melainkan wajib untuk memeriksa dan mengadilinya” c. Pasal 23 ayat 1 UU No. 4 Tahun 2004, menyatakan: “Segala putusan pengadlan selain harus memuat alasan-alasan dan dasar-dasar putusan itu, juga harus memuat pula pasal-pasal tertentu dari peraturan-peraturan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan dasar untuk mengadili” 20 d. Pasal 28 UU No. Tahun 2004 Pentingnya Hakim memperhatikan hukum tidak tertulis ini dipertegas lagi dalam ketentuan Pasal 28 ayat 1 yang menegaskan “ Hakim sebagai penegak hukum dan keadilan wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai yang hidup dalam masyarakat”. 21

IV. SISTEM PENEMUAN HUKUM