XI. PENEMUAN HUKUM MODERN
Penemuan hukum modern lahir sesudah Perang Dunia II, di bawah pengaruh eksistensialisme dan merupakan kritik terhadap pandangan
hakim sebagai subsumptie automaat. Dasar pemikiran atau pandangan ajaran ini di antaranya adalah:
1. Posotivisme undang-undanglegisme sebagai model subsumptie
automaat tidaklah dapat dipertahankan. 2. Yang menjadi titik tolak bukan pada sistem perundang-undangan
tetapi masalah kemasyarakatan konkret yang harus dipecahkan. 3. Tujuan pembentuk undang-undang dapat digeser, dikoreksi, tetapi
tidak boleh diabaikan. 4. Penemuan hukum modern berpendirian bahwa atas satu
pertanyaan hukum dapat dipertahankan pelbagai jawaban dalam sistem yang sama
40
5. Tujuan hukum adalah untuk melindungi kepentingan manusia, maka dalam menemukan hukum harus diperhatikan pula perkembangan
masyarakat dan perkembangan tekhnolgi.
6. Metode penafsiran yang digunakan terutama teologis, yang lebih memperhatikan tujuan dari undang-undang, daripada bunyi kata-
katanya saja. Sebagai contoh penetapan Pengadilan Agama Jakarta Selatan tanggal 20 April 1990, bahwa pernikahan melalui
telepon antara suami dan calon isteri yang berjauhan tempat tinggalnya dinyatakan tetap sah.
41
42
XII. TUGAS DAN PERANAN HAKIM
1.
Hakim sebagai Penegak Keadilan - Lihat surat An Nisa ayat 58
- Pasal 4 1 UU No. 4 Tahun 2004, Peradilan dilakukan demi
keadilan berdasarkan Ke Tuhanan Yang Maha Esa - Keppres No. 17 Tahun 1994 tentang Repelita ke 16 bidang
Hukum, Hakim dalam mengambil keputusan di samping senantiasa harus berdasarkan pada hukum yang berlaku, juga
berdasarkan atas keyakinan yang seadil-adilnya dan sejujur- jujurnya
- Harus memakai hati nurani
-
Hakim tidak boleh terikat pada bunyi UU semata, tapi harus mempu menciptakan hukum melalui putusan-putusannya.
-
Tidak saja menjaga ketertiban, melainkan juga berfungsi sebagai pengawas UU dan juga berfungsi sebagai paedagogis terhadap
pihak-pihak yang bersengketa, termasuk masyarakatnya.
43
3. Hakim sebagai Pencipta Hukum
-
Menjamin peraturan perundang-undangan diterapkan dengan benar dan adil
-
Sebagai dinamisator peraturan perundang-undangan dengan cara menggunakan metode penafsiran dan kontruksi dan berbagai
pertimbangan sosio kultural berkewajiban menghidupkan peraturan perundang-undangan untuk memenuhi kebutuhan nyata masyarakat.
-
Melakukan koreksi terhadap kemungkinan kekeliruan atau kekosongan hukum, Hakim wajib menemukan Hukum dan menciptakan hukum untuk
mengisi hukum tersebut.
-
Melakukan penghalusan terhadap peraturan perundang-undangan, tanpa penghalusan peraturan-peraturan perundang-undangan begitu keras
sehingga tidak mewujudkan keadilan atau tinjauan tertentu terwajar.
XIII. PENEMUAN HUKUM OLEH HAKIM