Penanganan Pasca Panen E Book Pangan – Teknologi Pangan Universitas Muhammadiyah Semarang (UNIMUS) 1 ikan bandeng

14 MATERI POKOK 3 PENGOLAHAN

A. Penanganan Pasca Panen

Seper t i d i ke t ahui , produk perikanan me r upa k an komoditas yang cepat busuk atau r usak apabila tidak sege r a d it angani denga n baik . Agar suatu olahan bermutu baik, khususnya olahan hasil perikanan, persyaratan mutu bahan baku meru p a k a n syarat u t a m a yang harus d i p e n uhi. A p abi l a b aha n m akanan ya n g meng a n dung prot e in men ga l a mi ke r usak an m i kr o bi o l o gis, biasan y a akan menghasilkan bau busuk khas protein yang dikenal sebagai bau putrid. Kerusakan tersebut sering disebut sebagai kerusakan putrefaktif. Mikroba yang paling berperan dalam kerusakan ini adalah bakteri. Cara kerja bakteri-bakteri tersebut adalah dengan memecah protein menjadi senyawa-senyawa sederhana seperti cadaverin; putrescin; skatola ; atau H 2 S dan NH 3 , yang menyebabkan bau busuk. Ikan yang sudah busuk biasanya juga mengalami kerusakan struktur jaringan sehingga menjadi lembek dan membuat cita rasa ikan menjadi tidak enak dan berair akibat dari pencairan jaringan protein. Bakteri-bakteri tersebut juga memecah lemak dan minyak yang te r dapat pada bahan makanan menjadi asam lemak dan glise r ol. Selanjutnya , asam lemak khususnya asam lemak tak jenuh yang memiliki ikatan rangkap akan mengalami pemecahan lebih lanjut menjadi senyawa sederhana seperti aldehid dan keton serta senyawa l ain yang menimbulkan bau khas tengik. Proses terjadinya kerusakan makanan karena aktivitas mikroba biasanya terjadi secara simultan dan b ersama - sama . Setelah mempelajari materi ini, pelaku utama dan pelaku usaha dapat mengolah membuat bandeng tanpa duri, bandeng crispy, bandeng asap dan bandeng presto 15 Sebagai bahan baku, ikan bandeng termasuk jenis pangan yang mudah rusak. Oleh karena itu, perlu dijaga kesegarannya, dimulai dari pemanenan hingga pengolahan dengan cara menggunakan pola penanganan rantai dingin. Cuaca saat melakukan transportasi bahan baku juga perlu diperhatikan, yakni bila cuaca panas, jumlah es yang digunakan sebagai bahan pendingin menjadi lebih banyak daripada saat tidak panas. Begitu pula dengan lama penyimpanan, ikan bandeng jika disimpan pada suhu 0°C bisa bertahan sampai 16 hari, pada suhu 10°C bertahan selama 6 hari, dan pada suhu 20°C bias bertahan sampai 2 hari. Cara yang paling mudah dan murah untuk mempertahankan mutu ikan agar tetap segar selama penyimpanan adalah dengan menggunakan es. Wadah yang biasa digunakan untuk menempatkan ikan di antaranya sebagai berikut.  Oblong tong dari plastik.  Kotak pendingin cool box yang terbuat dari bahan polystyrene.  Ruang pendingin chill room .  Kotak berinsulasi insulated box . Wadah berinsulasi dapat dibuat sendiri berupa peti berkonstruk s i kuat dengan menggunakan i nsulator dari styrofoam atau poliuretan, kemudian peti dilapisi pelat aluminium setebal 0,6 mm - 0,7 mm, seng BWG 30, atau fiber glass dengan ketebalan 0,8 mm. Penggunaan es yang dianjurkan adalah dalam bentuk, pecahan, atau curah, perbandingan yang paling id ea l antara es dengan ikan minimal 1:1 . Es dengan bentuk curah lebih efektif dalam mendinginkan dari pada bentuk es balok. Hal itu karena semakin kecil ukuran butiran es, semakin cepat kemampuan mendinginkannya dan semakin mudah mencair. Selain faktor es, tempat wadah yang dipergunakan juga ikut mempengaruhi kecepatan es mencair. Tempat yang mempunyai sifat insulator tinggi akan memperlama proses pencairan es. Setelah sampai di tempat pengolahan, ikan bandeng sebaiknya segera diolah . Bila menunggu beberapa lama, perlu disimpan di tempat bersuhu rendah, baik dengan menggunakan 16 es untuk jangka pendek maupun disimpan dalam freezeer untuk penyimpanan jangka waktu yang relatif lama. Ikan yang digunakan sebagai bahan baku harus memiliki tingkat kesegaran yang tinggi sehingga produk bandeng yang dihasilkan memiliki mutu yang lebih baik. Mutu produk yang dihasilkan tergantung dari bahan baku maupun proses pengolahan yang dilakukan. Berikut adalah ciri-ciri ikan segar yang bermutu tinggi maupun yang bermutu rendah Tabel 2. Tabel 2. Ciri-ciri ikan segar yang yang bermutu tinggi maupun yang bermutu rendah Parameter Ikan segar bermutu tinggi Ikan segar bermutu rendah Mata Cerah, bola mata menonjol, kornea jernih Bola mata cekung, pupil putih susu, kornea keruh Insang Warna merah cemerlang, tanpa lendir Warna kusam, dan berlendir Lendir Lapisan lender jernih, transparan, mengkilat cerah, belum ada perubahan warna Lender berwarna kekuningan sampai coklat tebal, warna cerah hilang, pemutihan nyata Daging dan perut Sayatan daging sangat cemerlang, berwarna asli, tidak ada pemerahan sepanjang tulang belakang, perut utuh, ginjal merah terang, dinding perut dagingnya utuh, bau isi perut segar Sayatan daging kusam, warna merah jelas sepanjang tulang belakang, dinding perut membubar, bau busuk Bau Segar, bau rumput laut, bau spesifik menurut jenis Bau busuk Konsistensi Padat, elastis bila ditekan dengan jari, sulit menyobek daging dari tulang belakang Sangat lunak, bekas jari tidak mau hilang bila ditekan, mudah sekali menyobek daging dari tulang belakang Sumber: SNI No.01-2729.1-2006 17

B. PENGOLAHAN IKAN BANDENG