Julivia Saptadini, 2015 EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI
MASYARAKAT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
informan. Di dalam proses observasi ini juga peneliti mulai menentukan siapa saja informan-informan  kunci,  juga  siapa  saja  informan-informan  pelengkap.
Observasi terus berlanjut sampai informasi yang dibutuhkan terpenuhi serta tujuan yang diinginkan peneliti tercapai.  Peneliti mengamati  para  informan, beradaptasi
dengan  para  informan,  melakukan  aktivitas  bersama  sehingga  peneliti  mampu memahami para informan tersebut.
Observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti lebih spesifiknya atau selain penjelasan di atas juga peneliti melakukan pengamatan terhadap lingkungan
fisik desa, karakteristik masyarakat setempat, suasana desa sehari-hari mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari, aktivitas masyarakat, rutinitas yang dilakukan
oleh masyarakat, pengolahan belut, pembuatan
posong
, pelatihan tari seni
Ngarak Posong
,  dan  saat  persiapan  serta  pelaksanaan  pertunjukan  pawai  seni
Ngarak Posong
yang  memang  pada  saat  itu  peneliti  dipersilahkan  untuk  mengikuti  atau berpartisipasi  langsung  dalam  pawai  seni
Ngarak  Posong
di  Kabupaten  Cianjur, acara
Cap Gomeh
di Kabupaten Cianjur, dan penampilan pertunjukan seni
Ngarak Posong
serta penjualan olahan belut JSL Jemur Sari Lembur di CFD
Car Free day
Cianjur pada tanggal 08 Maret 2015.
3.3.2   Wawancara Mendalam
Wawancara  merupakan  alat  pembuktian  terhadap  informasi  atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam
penelitian  kualitatif  adalah  wawancara  mendalam.  Wawancara  mendalam  adalah proses  memperoleh  keterangan  untuk  tujuan  penelitian  dengan  cara  tanya  jawab
sambil  bertatap  muka  antara  pewawancara  dengan  informan  atau  orang  yang diwawancarai,  dengan  atau  tanpa  menggunakan  pedoman  wawancara,  di  mana
pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Senada
dengan ungkapan
Semiawan 2010,
hlm. 117
yang mengungkapkan  bahwa:
“Banyak  hal  abstrak  dan  kurang  jelas  hanya  dapat dimengerti  melalui  orang  yang  mengalaminya,  dan  arti  tersebut  hanya  dapat
ditangkap oleh peneliti lewat wawancara. ”
Julivia Saptadini, 2015 EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI
MASYARAKAT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Dengan  demikian  ada  beberapa  faktor  yang  akan  mempengaruhi  arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, informan, pedoman wawancara
dan situasi wawancara. Peneliti  melakukan  wawancara  yang  mendalam  kepada  pihak-pihak  yang
terkait  yaitu  budayawan  setempat  selaku  penggagas  atau  pencipta  seni
Ngarak Posong
yaitu  Bapak  E.  Supardi,  pemilik
home  industri
dan  pengolah  belut  yaitu Bapak Asep Mukdas, pengrajin
posong
yaitu Bapak Uju, dan pemilik sanggar tari seni
Ngarak  Posong
yaitu  Bapak  Arga  Sudirga.  Wawancara  yang  sangat mendalam dilakukan oleh peneliti kepada pemilik
home  industri
belut, pengrajin
posong
,  dan  pemilik  sanggar  karena  ketiganya  merupakan  subjek  utama  atau sebagai informan kunci dalam penelitian ini.
Wawancara dilakukan juga terhadap penggagas atau pencipta seni
Ngarak Posong
karena  beliaulah  yang  mengetahui  banyak  informasi  mengenai  seni
Ngarak Posong
itu sendiri. Selain itu juga peneliti melakukan wawancara kepada para  pelaku  seni
Ngarak  Posong
,  Kabid,  Kasi,  dan  staf  Disbudpar  Kabupaten Cianjur untuk melengkapi data penelitian  yang dibutuhkan oleh peneliti.  Dengan
menggunakan  pedoman  wawancara  yang  sudah  peneliti  susun  sebelumnya,  tapi saat melakukan wawancara semua pertanyaan-pertanyaan itu seolah-olah muncul
secara spontan. Pada saat  melakukan wawancara, peneliti tidak membawa kertas apapun,  sehingga  mereka  selaku  informan  tidak  merasa  canggung  karena
perbincangan  kami  terkesan  tidak  formal  dan  hanya  seperti  sedang  mengobrol serta  tampak  sudah  saling  kenal,  tanpa  mengganggap  peneliti  sebagai  orang
pendatang,  karena  memang  sudah  pernah  bertemu  beberapa  kali  sebelum penelitian ini resmi dilakukan.
Wawancara  merupakan  teknik  pengumpulan  data  yang  sangat  penting karena  dengan  wawancara  mendalam,  peneliti  dapat  memperoleh  banyak
informasi  yang  tidak  semua  informasi  diungkapkan  oleh  informan  sesuai  atau berkaitan  dengan  permasalahan  yang  ingin  diketahui  peneliti.  Hal  tersebut
dikarenakan  saat  peneliti  melakukan  wawancara,  peneliti  melontarkan  banyak pertanyaan yang beberapa diantaranya hanya sebagai pelengkap atau bisa disebut
pertanyaan tambahan agar para informan merasa nyaman dengan keberlangsungan wawancara,  bahkan  saat  wawancara  peneliti  berusaha  masuk  ke  dunia  informan
Julivia Saptadini, 2015 EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI
MASYARAKAT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
dengan cara mencoba mengolah belut, mencoba  membuat  kerajinan
posong
, dan mencoba  berlatih  tari  seni
Ngarak  Posong
.  Hal  tersebut  dilakukan  oleh  peneliti karena memang pada dasarnya ciri khas wawancara mendalam adalah keterlibatan
dalam kehidupan informan. Selama  wawancara  terkadang  peneliti  sangat  kesulitan  untuk  mengontrol
keberlangsungan  wawancara  karena  sebagian  dari  subjek  penelitian  ini masyarakat  desa  yang  memang  biasa  menggunakan  bahasa  Sunda  dalam
berinteraksi  bahkan  cenderung  tidak  begitu  mengerti  bahasa  Indonesia,  sehingga peneliti harus berusaha keras untuk berbicara dalam bahasa Sunda agar informasi
yang  diperlukan  dapat  diperoleh  dari  seluruh  subjek  penelitian.  Oleh  sebab  itu, pada  saat  wawancara  tata  krama  atau  sopan  santun  harus  benar-benar  dilakukan
sesuai dengan kebiasaan yang terjadi di tempat informan. Dengan  demikian,  wawancara  yang  dilakukan  oleh  peneliti  yaitu
wawancara  kepada  budayawan  setempat  selaku  penggagas  atau  pencipta  seni
Ngarak Posong
, pemilik
home industri
dan pengolah belut, pengrajin
posong
, dan pemilik sanggar tari seni
Ngarak Posong
yang semuanya adalah masyarakat Desa Sukaraharja dan Cihaur Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.
Alat-alat  yang  peneliti  gunakan  ketika  melakukan  wawancara  agar wawancara  dapat  terekam  dengan  baik,  dan  peneliti  memiliki  bukti  telah
melakukan wawancara kepada informan yaitu: a.
Buku Catatan dan
Notebook
. Catatan lapangan atau
field note
adalah catatan yang digunakan oleh peneliti untuk mendeskripsikan hasil rekaman peristiwa
yang  terjadi  di  lapangan.
Notebook
juga  peneliti  gunakan  untuk  membantu mencatat  data  hasil  wawancara.  Dalam  penelitian  kualitatif,  peneliti
merupakan  instrumen  utama  dalam  penelitian.  Pada  saat  peneliti  melakukan penelitian dengan cara mengamati atau melakukan wawancara, peneliti harus
sesegera mungkin untuk merekam segala peristiwa dalam bentuk deskripsi ke dalam  catatan  lapangannya.  Panulisan  catatan  ini  haruslah  dicatat  dengan
cermat,  terperinci,  dan  jelas  karena  catatan  lapangan  itulah  yang  akan dianalisis  dan  diolah  peneliti  sebagai  hasil  penelitian  dalam  penelitian
kualitatif.
Julivia Saptadini, 2015 EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI
MASYARAKAT
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
b.
Handphone.
Peneliti  menggunakan
handphone
untuk  merekam  semua percakapan atau pembicaraan selama penelitian ini berlangsung.
c.
Camera.
Peneliti  menggunakan
camera
untuk  memotret  ketika  peneliti sedang melakukan penelitian, terutama ketika pembicaraan dengan informan,
dan  pertunjukan  pawai  seni
Ngarak  Posong
berlangsung,  sehingga  dapat meningkatkan keabsahan penelitian yang lebih terjamin karena peneliti betul-
betul melakukan pengumpulan data.
3.3.3 Studi Dokumentasi