S SOS 1101003 Chapter3

(1)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian 3.1.1 Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan kualitatif (pendekatan inkuiri naturalistik) merupakan pendekatan penelitian yang didasarkan atas fenomenologis yang bertujuan untuk memperoleh pemahaman dan pengertian tentang perilaku manusia ditinjau dari aktor perilaku manusia itu sendiri. Pendekatan ini disebut pula sebagai pendekatan naturalistik atau pendekatan inkuiri naturalistik, karena pendekatan penelitiannya lebih banyak pada upaya mengungkapkan makna dibalik informasi, fakta, dan data tentang subjek penelitian.

Ciri-ciri penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif adalah:

a. Lebih mengutamakan pemahaman makna tindakan manusia dalam bentuk

perilaku di dalam melakukan komunikasi atau di dalam memecahkan masalah-masalah hidupnya.

b. Data penelitian diperoleh secara langsung, misalnya melalui wawancara mendalam dan observasi partisipatif.

c. Kesimpulannya sangat terikat dalam konteks ruang dan waktu tertentu, sehingga kesimpulan penelitian tidak diarahkan untuk mencari tingkat generalisasi, tetapi lebih mengarah kepada kemampuan daya transferable

kesimpulan penelitian.

Dengan demikian, peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif karena ingin mendapatkan informasi terkait eksistensi seni Ngarak Posong dan pengaruhnya terhadap sosioekonomi masyarakat setempat dengan cara berusaha memahami serta menafsirkan makna dari suatu peristiwa interaksi perilaku manusia dalam situasi tertentu yaitu ketika persiapan dan pertunjukan seni Ngarak Posong, pengolahan belut di home industri olahan belut, pembuatan posong oleh pengrajin posong dan pelatihan tari seni Ngarak Posong yang dilakukan di sanggar Hibar.


(2)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Hal tersebut sesuai dengan Pradesa (2009, hlm. 55) yang mengemukakan

bahwa: “Pendekatan kualitatif berusaha memahami dan menafsirkan makna suatu

peristiwa interaksi perilaku manusia dalam situasi tertentu menurut perspektif

peneliti sendiri.”

3.1.2 Metode Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan yang diteliti, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode studi deskriptif. Hal tersebut dikarenakan, metode studi deskriptif itu sendiri merupakan metode yang menyajikan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif untuk memberi gambaran yang lebih jelas tentang situasi-situasi sosial dan lebih spesifik dengan memusatkan perhatian kepada aspek-aspek tertentu dan sering menunjukan hubungan antara berbagai fokus penelitian. Selain dari pada itu, metode studi deskriptif juga mampu menggambarkan situasi atau kejadian yang ada pada masa sekarang, sehingga akan dapat diperoleh informasi secara lengkap berkenaan dengan masalah yang hendak diteliti dengan menggunakan langkah-langkah penelitian yang tepat.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini yaitu mengenai eksistensi seni

Ngarak Posong dan pengaruhnya terhadap sosioekonomi masyarakat. Alasan peneliti menggunakan metode studi deskriptif dalam penelitian ini karena seni

Ngarak Posong itu memiliki karakteristik yang unik, walaupun sebenarnya di Kabupaten Cianjur sendiri memiliki banyak kesenian daerah yang tidak kalah menarik. Seni Ngarak Posong ini sendiri memiliki keunggulan dimana seni

Ngarak Posong yang baru lima tahun diciptakan ini, ternyata mampu mengalahkan kesenian-kesenian lain dari Cianjur yang sudah terlebih dahulu ada, hal tersebut tampak dari penghargaan-penghargaan atau juara-juara yang diterima selama perkembangan seni Ngarak Posong itu sendiri berlangsung. Selain daripada itu, seni Ngarak Posong juga termasuk seni yang memberikan pengaruh terhadap sosioekonomi masyarakat setempat. Oleh sebab itu, melalui metode studi deskriptif ini peneliti ingin mendeskripsikan suatu hasil penelitian yang sitematis, aktual, faktual, dan akurat mengenai keterkaitan eksistensi suatu kesenian terhadap sosioekonomi masyarakat setempat.


(3)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2 Partisipan dan Tempat Penelitian 3.2.1 Partisipan

Partisipan atau subjek penelitian merupakan pihak-pihak yang menjadi sasaran penelitian atau sumber yang dapat memberikan informasi. Maka subjek dalam penelitian ini yaitu budayawan setempat selaku penggagas atau pencipta seni Ngarak Posong, pemilik home industri olahan belut serta pengolah olahan belut, pengrajin posong, dan pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong yang semuanya bertempat tinggal di Desa Sukaraharja dan Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur.

Peneliti menggunakan dua teknik sampling yaitu purposive sampling dan

snowball sampling. Teknik purposive sampling merupakan pengambilan sampling dilakukan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan peneliti sendiri dan snowball sampling yang berarti subjek penelitiannya dapat terus bergulir atau bertambah sesuai dengan keperluan yang dibutuhkan penelitian. Oleh karena itu, keempat informan peneliti ini didapatkan dari hasil pertimbangan peneliti serta rujukan dari masing-masing informan untuk menambah subjek penelitian yang sesuai dengan keperluan atau kebutuhan peneliti dalam menggali informasi tentang masalah yang diteliti.

3.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian atau lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah beberapa desa di Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, yakni Desa Sukaraharja dan Cihaur.

Alasan pemilihan lokasi ini, karena peneliti ingin melihat dan

membuktikan sejauhmana eksistensi seni Ngarak Posong dan pengaruhnya

terhadap sosioekonomi masyarakat setempat, selain itu memang hanya di Desa Sukaraharja dan Cihaur seni Ngarak Posong ini benar-benar muncul. Namun demikian, untuk menambah informasi tentang seni Ngarak Posong, peneliti juga melakukan penelitian pada saat pertunjukan pawai seni Ngarak Posong yang diselenggarakan di Kabupaten Cianjur pada tanggal 18 Agustus 2014, acara Cap


(4)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gomeh pada tanggal 08 Maret 2015 di Kabupaten Cianjur, dan penampilan pertunjukan seni Ngarak Posong serta penjualan olahan belut JSL (Jemur Sari Lembur) di CFD (Car Free day) Cianjur pada tanggal 08 Maret 2015.

3.3 Pengumpulan Data 3.3.1 Observasi Partisipatif

Observasi hakikatnya merupakan kegiatan dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, atau pendengaran untuk memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian.

Sebagaimana diungkapkan oleh Semiawan (2010, hlm. 114) bahwa:

“Maksud utama observasi adalah menggambarkan keadaan yang diobservasi. Kualitas penelitian ditentukan oleh seberapa jauh dan mendalam peneliti mengerti tentang situasi dan konteks dan menggambarkanya sealamiah mungkin.”

Observasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu observasi secara langsung ke Desa Sukaraharja dan Cihaur, Kecamatan Cibeber, Kabupaten Cianjur, yaitu ketika sedang mengolah belut di home industri olahan belut milik Bapak Asep, pembuatan posong di rumah pengrajin posong yaitu Bapak Uju, pelatihan tari seni

Ngarak Posong di sanggar tari Hibar, ketika acara Pawai seni Ngarak Posong di Kabupaten Cianjur, acara Cap Gomeh di Kabupaten Cianjur dan penampilan pertunjukan seni Ngarak Posong serta penjualan olahan belut JSL (Jemur Sari Lembur) di CFD (Car Free day) Cianjur pada tanggal 08 Maret 2015.

Peneliti mengawali penelitian dengan meminta dan menyerahkan surat izin penelitian dari pihak Program Studi Pendidikan Sosiologi FPIPS UPI, pihak Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Cianjur, pihak Kecamatan Cibeber, pihak Desa Cihaur, dan pihak Desa Sukaraharja Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur. Semua surat izin tersebut peneliti berikan kepada para informan agar keberadaaan peneliti ini bisa diakui dan legal.

Setelah perizinan selesai, kemudian peneliti mendatangi beberapa tempat di mana pihak yang terkait bisa ditemui tepatnya yaitu di rumah masing-masing


(5)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

informan. Di dalam proses observasi ini juga peneliti mulai menentukan siapa saja informan-informan kunci, juga siapa saja informan-informan pelengkap. Observasi terus berlanjut sampai informasi yang dibutuhkan terpenuhi serta tujuan yang diinginkan peneliti tercapai. Peneliti mengamati para informan, beradaptasi dengan para informan, melakukan aktivitas bersama sehingga peneliti mampu memahami para informan tersebut.

Observasi atau pengamatan yang dilakukan peneliti lebih spesifiknya atau selain penjelasan di atas juga peneliti melakukan pengamatan terhadap lingkungan fisik desa, karakteristik masyarakat setempat, suasana desa sehari-hari mulai dari pagi hari sampai dengan sore hari, aktivitas masyarakat, rutinitas yang dilakukan oleh masyarakat, pengolahan belut, pembuatan posong, pelatihan tari seni Ngarak Posong, dan saat persiapan serta pelaksanaan pertunjukan pawai seni Ngarak Posong yang memang pada saat itu peneliti dipersilahkan untuk mengikuti atau berpartisipasi langsung dalam pawai seni Ngarak Posong di Kabupaten Cianjur, acara Cap Gomeh di Kabupaten Cianjur, dan penampilan pertunjukan seni Ngarak Posong serta penjualan olahan belut JSL (Jemur Sari Lembur) di CFD (Car Free day) Cianjur pada tanggal 08 Maret 2015.

3.3.2 Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan alat pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Senada dengan ungkapan Semiawan (2010, hlm. 117) yang

mengungkapkan bahwa: “Banyak hal abstrak dan kurang jelas hanya dapat dimengerti melalui orang yang mengalaminya, dan arti tersebut hanya dapat ditangkap oleh peneliti lewat wawancara.”


(6)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Dengan demikian ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu: pewawancara, informan, pedoman wawancara dan situasi wawancara.

Peneliti melakukan wawancara yang mendalam kepada pihak-pihak yang terkait yaitu budayawan setempat selaku penggagas atau pencipta seni Ngarak Posong yaitu Bapak E. Supardi, pemilik home industri dan pengolah belut yaitu Bapak Asep Mukdas, pengrajin posong yaitu Bapak Uju, dan pemilik sanggar tari

seni Ngarak Posong yaitu Bapak Arga Sudirga. Wawancara yang sangat

mendalam dilakukan oleh peneliti kepada pemilik home industri belut, pengrajin

posong, dan pemilik sanggar karena ketiganya merupakan subjek utama atau sebagai informan kunci dalam penelitian ini.

Wawancara dilakukan juga terhadap penggagas atau pencipta seni Ngarak Posong karena beliaulah yang mengetahui banyak informasi mengenai seni

Ngarak Posong itu sendiri. Selain itu juga peneliti melakukan wawancara kepada para pelaku seni Ngarak Posong, Kabid, Kasi, dan staf Disbudpar Kabupaten Cianjur untuk melengkapi data penelitian yang dibutuhkan oleh peneliti. Dengan menggunakan pedoman wawancara yang sudah peneliti susun sebelumnya, tapi saat melakukan wawancara semua pertanyaan-pertanyaan itu seolah-olah muncul secara spontan. Pada saat melakukan wawancara, peneliti tidak membawa kertas apapun, sehingga mereka selaku informan tidak merasa canggung karena perbincangan kami terkesan tidak formal dan hanya seperti sedang mengobrol serta tampak sudah saling kenal, tanpa mengganggap peneliti sebagai orang pendatang, karena memang sudah pernah bertemu beberapa kali sebelum penelitian ini resmi dilakukan.

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang sangat penting karena dengan wawancara mendalam, peneliti dapat memperoleh banyak informasi yang tidak semua informasi diungkapkan oleh informan sesuai atau berkaitan dengan permasalahan yang ingin diketahui peneliti. Hal tersebut dikarenakan saat peneliti melakukan wawancara, peneliti melontarkan banyak pertanyaan yang beberapa diantaranya hanya sebagai pelengkap atau bisa disebut pertanyaan tambahan agar para informan merasa nyaman dengan keberlangsungan wawancara, bahkan saat wawancara peneliti berusaha masuk ke dunia informan


(7)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan cara mencoba mengolah belut, mencoba membuat kerajinan posong, dan mencoba berlatih tari seni Ngarak Posong. Hal tersebut dilakukan oleh peneliti karena memang pada dasarnya ciri khas wawancara mendalam adalah keterlibatan dalam kehidupan informan.

Selama wawancara terkadang peneliti sangat kesulitan untuk mengontrol keberlangsungan wawancara karena sebagian dari subjek penelitian ini masyarakat desa yang memang biasa menggunakan bahasa Sunda dalam berinteraksi bahkan cenderung tidak begitu mengerti bahasa Indonesia, sehingga peneliti harus berusaha keras untuk berbicara dalam bahasa Sunda agar informasi yang diperlukan dapat diperoleh dari seluruh subjek penelitian. Oleh sebab itu, pada saat wawancara tata krama atau sopan santun harus benar-benar dilakukan sesuai dengan kebiasaan yang terjadi di tempat informan.

Dengan demikian, wawancara yang dilakukan oleh peneliti yaitu wawancara kepada budayawan setempat selaku penggagas atau pencipta seni

Ngarak Posong, pemilik home industri dan pengolah belut, pengrajin posong, dan pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong yang semuanya adalah masyarakat Desa Sukaraharja dan Cihaur Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur.

Alat-alat yang peneliti gunakan ketika melakukan wawancara agar wawancara dapat terekam dengan baik, dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada informan yaitu:

a. Buku Catatan dan Notebook. Catatan lapangan atau field note adalah catatan yang digunakan oleh peneliti untuk mendeskripsikan hasil rekaman peristiwa yang terjadi di lapangan. Notebook juga peneliti gunakan untuk membantu mencatat data hasil wawancara. Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen utama dalam penelitian. Pada saat peneliti melakukan penelitian dengan cara mengamati atau melakukan wawancara, peneliti harus sesegera mungkin untuk merekam segala peristiwa dalam bentuk deskripsi ke dalam catatan lapangannya. Panulisan catatan ini haruslah dicatat dengan cermat, terperinci, dan jelas karena catatan lapangan itulah yang akan dianalisis dan diolah peneliti sebagai hasil penelitian dalam penelitian kualitatif.


(8)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Handphone. Peneliti menggunakan handphone untuk merekam semua percakapan atau pembicaraan selama penelitian ini berlangsung.

c. Camera. Peneliti menggunakan camera untuk memotret ketika peneliti sedang melakukan penelitian, terutama ketika pembicaraan dengan informan, dan pertunjukan pawai seni Ngarak Posong berlangsung, sehingga dapat meningkatkan keabsahan penelitian yang lebih terjamin karena peneliti betul-betul melakukan pengumpulan data.

3.3.3 Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi adalah mengumpulkan sejumlah dokumen atau informasi yang bisa diperoleh lewat fakta yang tersimpan dalam bentuk hasil penelitian terdahulu, arsip foto, cenderamata, jurnal kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali informasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekedar barang yang tidak bermakna.

Studi dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti yaitu mengumpulkan sejumlah dokumen atau informasi mengenai eksistensi seni Ngarak Posong dan pengaruhnya terhadap sosioekonomi masyarakat setempat yang dapat diperoleh dari Disbudpar Kabupaten Cianjur, budayawan setempat selaku penggagas atau pencipta seni Ngarak Posong, pemilik home industri dan pengolah belut, pengrajin posong, dan pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong serta dokumentasi saat proses pengolahan belut, pembuatan posong, pelatihan nari, persiapan pertunjukan seni Ngarak Posong, pelaksanaan pawai seni Ngarak Posong, acara

Cap Gomeh di Kabupaten Cianjur, dan penampilan pertunjukan seni Ngarak Posong serta penjualan olahan belut JSL (Jemur Sari Lembur) di CFD (Car Free Day) Cianjur pada tanggal 08 Maret 2015.

3.4 Analisis Data

Peneliti menggunakan penelitian kualitatif, sehingga data diperoleh peneliti dari berbagai sumber dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam, dan dilakukan secara terus-menerus hingga data tersebut jenuh.


(9)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Secara umum, penelitian kualitatif dalam melakukan analisis data banyak menggunakan model analisis yang dicetuskan oleh Miles dan Huberman yang sering disebut dengan metode analisis data interaktif. Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2014, hlm. 91) mengemukakan bahwa: “aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu data reduction, data display, dan conclusion drawing/verification.”

Model interaktif dalam analisis data ditunjukkan pada gambar berikut:

Gambar 3.1 Komponen dalam analisis data (interactive model) 3.4.1 Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, serta dicari tema dan polanya. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang bertujuan untuk menajamkan,

mengelompokkan, memfokuskan, pembuangan yang tidak perlu dan

mengorganisasikan data untuk memperoleh kesimpulan final. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan dapat mencarinya apabila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik, seperti notebook untuk membantu mencatat data hasil wawancara.

Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena

Data collection

Data reduction

Data display

Conclutions: drawing/verifying


(10)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

itu, apabila peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola, justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data.

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan, keleluasaan, dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat mendiskusikan dengan teman atau orang lain yang dipandang cukup menguasai permasalahan yang diteliti. Melalui diskusi itu, wawancara peneliti akan berkembang, sehingga dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

Data mengenai eksistensi seni Ngarak Posong dan pengaruhnya terhadap sosioekonomi masyarakat setempat yang telah diperoleh peneliti dari mulai observasi partisipan, wawancara mendalam, dan studi dokumentasi selama penelitian berlangsung dipilih dan dipilah mana yang penting dan diperlukan untuk memenuhi tujuan yang ingin dicapai sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan, sehingga data yang penting tidak akan terabaikan dan menumpuk tanpa ada pemisah yang jelas.

Dengan demikian, peneliti melakukan reduksi data dengan cara merangkum hasil wawancara dengan keempat informan utama, memilih hal-hal yang pokok terkait rumusan masalah penelitian, memfokuskan pada hal-hal yang penting agar mendapatkan data yang sesuai dengan kebutuhan peneliti, serta dicari tema dan polanya dari sekian banyak data yang telah didapatkan peneliti dari keempat informan utama tersebut. Selain daripada itu, karena peneliti masih baru dalam melakukan reduksi data, maka peneliti mendiskusikannya dengan seorang dosen muda yang pernah membuat tesis dengan tema dan lokus yang sama dengan peneliti yang berjudul folklor seni Ngarak Posong, seorang dosen muda tersebut peneliti pandang menguasai permasalahan yang sedang diteliti oleh peneliti, sehingga sangat membantu peneliti yang akhirnya peneliti mampu mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan.


(11)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Langkah berikutnya setelah proses reduksi data berlangsung adalah data display atau penyajian data. Miles dan Huberman (dalam Idrus, 2009, hlm. 151)

memaknai: “Data Display (penyajian data) sebagai sekumpulan informasi

tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.”

Penyajian data yang disusun secara singkat, jelas, dan terperinci akan memudahkan peneliti dalam memahami gambaran-gambaran terhadap aspek-aspek yang diteliti baik secara keseluruhan maupun bagian demi bagian. Data yang sesuai dengan rumusan masalah dan pertanyaan-pertanyaan penelitian kemudian disortir, dipelajari, dimengerti dan dipahami oleh peneliti. Setelah alur dari data-data tersebut dapat dipahami oleh peneliti, langkah selanjutnya yang dilakukan oleh peneliti yaitu membuat tabel kualitatif agar data-data tersebut menjadi mudah dipahami dan dapat diidentifikasi dengan jelas, dan untuk tabel data display itu sendiri peneliti sisipkan pada lampiran 8 (Tabel/Display Kualitatif).

3.4.3 Conclusion Drawing/Verivication (Penarikan Kesimpulan/Verifikasi) Tahap akhir proses pengumpulan data adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi yang berarti upaya untuk mencari arti, makna, penjelasan yang dilakukan terhadap data-data yang telah dianalisis dengan mencari hal-hal penting. Kesimpulan ini disusun dalam bentuk pernyataan singkat dan mudah dengan mengacu kepada tujuan penelitian. Dengan melakukan tahapan-tahapan ini diharapkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini dapat memperoleh data yang memenuhi kriteria suatu penelitian yaitu derajat kepercayaan, maksudnya adalah data yang diperoleh peneliti ini dapat dipercaya dan dipertanggung jawabkan kebenarannya.

Tahap akhir proses pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan peneliti setelah data-data yang telah dipahami dan dibuat dalam bentuk tabel, kemudian ditarik kesimpulan yang menunjukan jawaban dari rumusan masalah

mengenai proses mempertahankan eksistensi seni Ngarak Posong, respon

masyarakat terhadap seni Ngarak Posong, kendala yang dihadapi dalam proses mempertahankan eksistensi seni Ngarak Posong, dan solusi untuk mengatasi


(12)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kendala yang dihadapi, di mana keempat rumusan masalah tersebut memiliki pengaruh terhadap sosioekonomi masyarakat setempat terutama pemilik home industri olahan belut dan pengolah belut, pengrajin posong, dan pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong.

Hasil kesimpulan tersebut merupakan hasil pemaknaan dari semua temuan-temuan yang diperoleh peneliti selama melaksanakan penelitian dan hasil dari proses analisis yang dilakukan peneliti. Kesimpulan tersebut merupakan gagasan atau penemuan baru karena sebelumnya belum ada yang meneliti mengenai hal tersebut.

3.5 Uji Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data ini dimaksudkan untuk menyelaraskan data yang telah terkumpul dalam penelitian. Sebagaimana Sugiyono (2014, hlm.119) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, pengujian transferability, pengujian depenability, dan pengujian konfirmability. Penjelasan mengenai uji keabsahan data tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

3.5.1 Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan peneliti itu kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut, karena dari perspektif ini tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian dari sudut pandang partisipan. Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif ini antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan member check.


(13)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melihat bagian dari proses uji kredibilitas tersebut, akhirnya peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara:

a. Perpanjangan Pengamatan yang berarti peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara:

Pada tahap awal, peneliti mulai mengkaji tesis yang membahas mengenai folklore seni Ngarak Posong dan menemui peneliti tesis tersebut yaitu Febri Marindra Cysbya Erdlanda untuk menanyakan fokus penelitian selanjutnya yang perlu diteliti.

Kemudian, peneliti melakukan pengamatan pada saat peneliti masih pada tahap pembuatan proposal skripsi. Pada saat itu peneliti mendatangi budayawan setempat selaku penggagas atau pencipta seni Ngarak Posong yaitu Bapak E. Supardi dan pemilik home industri olahan belut yaitu Bapak Asep Mukdas. Peneliti sudah mulai menanyakan fokus penelitian yang akan dilaksanakan nanti ketika proposal skripsi sudah diacc, dan kebetulan sehari setelah peneliti menemui kedua orang tersebut tepatnya pada tanggal 18 Agustus 2014 akan diselenggarakan pawai seni Ngarak Posong di Kabupaten Cianjur, di mana seni

Ngarak Posong itu sendiri melakukan pertunjukan pawai untuk mewakili Kecamatan Cibeber. Semula peneliti hanya berniat untuk melakukan studi dokumentasi pada saat pawai seni Ngarak Posong itu berlangsung, namun ternyata sebuah kehormatan di mana Bapak E. Supardi dan Bapak Asep Mukdas meminta peneliti untuk ikut serta terlibat dalam rombongan pawai seni Ngarak Posong tersebut.

Kebetulan pada saat pawai seni Ngarak Posong, peneliti berdampingan dengan Bapak E. Supardi, Bapak Asep Mukdas, dan Bapak Ucup (Camat Cibeber), sehingga peneliti memanfaatkan kesempatan tersebut untuk banyak bertanya mengenai eksistensi seni Ngarak Posong dan pengaruhnya terhadap sosioekonomi masyarakat setempat. Kemudian, pada saat SK skripsi sudah keluar, peneliti pun melakukan penelitian kepada Bapak E. Supardi (budayawan setempat dan pencipta seni Ngarak Posong), Bapak Asep Mukdas (pemilik home industri

olahan belut), Bapak Uju (pengrajin posong), dan Bapak Arga (pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong dan sebagai penerus generasi kedua seni Ngarak


(14)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Posong). Penelitian pun dilakukan berulang-ulang agar dapat terlibat langsung dalam pembuatan olahan belut, pembuatan posong, dan latihan tari seni Ngarak Posong serta dapat mengecek kembali kebenaran data yang sudah diberikan oleh masing-masing informan sebelumnya.

b. Meningkatkan Ketekunan yang berarti melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan. Hal tersebut dilakukan peneliti dengan cara melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah didapatkan itu salah atau benar. Selain daripada itu, peneliti juga berusaha meningkatkan ketekunan agar dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara mendengarkan hasil rekaman wawancara, kemudian menulis dan mengetik langsung hasil wawancara di hari peneliti melakukan wawancara.

c. Triangulasi yang berarti pengecekan kebenaran data dari berbagai sumber dengan berbagai cara atau teknik, dan berbagai waktu. Triangulasi berfungsi untuk mengecek validasi data yang menilai kecukupan data dari sejumlah data yag beragam. Hal tersebut dikarenakan peneliti tidak dapat begitu saja percaya dengan semua informasi yang diperoleh dari sumber, maka harus dilakukan dengan cara mengecek informasi dari sumber satu dengan sumber lain agar validitas kebenaran informasi tersebut terbukti. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara:

Triangulasi Sumber yaitu mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas data tentang eksistensi seni Ngarak Posong, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kepada penggagas dan pencipta seni Ngarak Posong yaitu Bapak E. Supardi dan penerusnya yang juga sebagai pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong yaitu Bapak Arga Sudirga. Untuk menguji kredibilitas data tentang sosioekonomi masyarakat, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kepada pemilik home industri olahan belut dan pengolah belut yaitu Bapak Asep Mukdas serta pengrajin posong yaitu Bapak Uju. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(15)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2 Triangulasi “sumber” pengumpulan data

(satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C, D)

Triangulasi “sumber” pengumpul data ini peneliti lakukan dengan cara

melakukan wawancara mendalam kepada empat informan utama yaitu:

A = sebagai budayawan atau pencipta seni Ngarak Posong yaitu Bapak E. Supardi,

B = sebagai pemilik home industri olahan belut dan pengolah belut yaitu Bapak Asep Mukdas,

C = sebagai pengrajin posong yaitu Bapak Uju,

D = sebagai pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong (sanggar Hibar) yaitu Bapak Arga Sudirga.

Triangulasi Cara atau Teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Awalnya peneliti melakukan wawancara mendalam saja, namun kemudian dicek dengan observasi partisipatif yaitu dengan ikut terlibat langsung dalam pengolahan belut, pembuatan posong, dan pelatihan tari seni Ngarak Posong, yang juga disertai dengan dokumentasi hingga data dari keempat informan tersebut sama. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Observasi Partisipatif

Wawancara Mendalam

Sumber data sama Wawancara

Mendalam

A

B

C


(16)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3 Triangulasi “teknik” pengumpulan data

(bermacam-macam cara pada sumber yang sama)

Triangulasi “teknik” pengumpulan data ini peneliti lakukan dengan cara

melakukan observasi partisipatif ke Desa Sukaraharja dan Cihaur Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, wawancara mendalam kepada penggagas seni

Ngarak Posong (Bapak E. Supardi), pemilik home industri olahan belut dan pengolah belut (Bapak Asep Mukdas), pengrajin posong (Bapak Uju), pemilik sanggar Hibar (Bapak Arga Sudirga). Studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan sejumlah dokumen atau informasi mengenai eksistensi seni

Ngarak Posong dan pengaruhnya terhadap sosioekonomi masyarakat setempat yang dapat diperoleh dari Disbudpar Kabupaten Cianjur, budayawan setempat selaku penggagas atau pencipta seni Ngarak Posong, pemilik home industri dan pengolah belut, pengrajin posong, dan pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong

serta dokumentasi saat proses pengolahan belut, pembuatan posong, pelatihan nari, persiapan pertunjukan seni Ngarak Posong dan pelaksanaan pawai seni

Ngarak Posong, acara Cap Gomeh di Kabupaten Cianjur dan penampilan pertunjukan seni Ngarak Posong serta penjualan olahan belut JSL (Jemur Sari Lembur) di CFD (Car Free Day) Cianjur pada tanggal 08 Maret 2015.

Triangulasi Waktu yaitu melakukan pengecekan data dalam waktu atau situasi yang berbeda. Hal tersebut peneliti lakukan pada saat pagi hari, siang hari, dan sore hari di lokasi penelitian berlangsung.

d. Menggunakan Bahan Referensi yang berarti adanya pendukung untuk membuktikan data yang telah diperoleh peneliti. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara data wawancara didukung dengan adanya rekaman wawancara melalui alat perekam data yang terdapat dalam handphone peneliti. Penghargaan-penghargaan atau juara-juara seni Ngarak Posong didukung dengan adanya piagam penghargaan yang disimpan di sanggar Hibar dan sudah peneliti foto menggunakan camera.

Studi Dokumentasi


(17)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Mengadakan Member Check yang berarti proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara datang dan menyampaikan temuan kepada pemberi data setelah mendapat temuan atau kesimpulan. Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk menandatangani, agar lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan member check.

3.5.2 Pengujian Transferability

Uji transferability ini merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif yang dapat memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Nilai transfer berkenaan dengan tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer serta diterapkan pada konteks seting atau situasi lain.

3.5.3 Pengujian Depenability

Uji depenability pada penelitian kualitatif ini dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Kriteria depenability ini menekankan perlunya peneliti untuk memperhitungkan konteks yang berubah-ubah dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti bertanggung jawab dalam menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam seting atau situasi dan bagaimana perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi cara pendekatan penelitian.

3.5.4 Pengujian Konfirmability

Uji konfirmability pada penelitian kualitatif mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Dengan demikian, kriteria konfirmability atau objektivitas ini merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian dapat dikonfirmasikan oleh orang lain.


(1)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kendala yang dihadapi, di mana keempat rumusan masalah tersebut memiliki pengaruh terhadap sosioekonomi masyarakat setempat terutama pemilik home industri olahan belut dan pengolah belut, pengrajin posong, dan pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong.

Hasil kesimpulan tersebut merupakan hasil pemaknaan dari semua temuan-temuan yang diperoleh peneliti selama melaksanakan penelitian dan hasil dari proses analisis yang dilakukan peneliti. Kesimpulan tersebut merupakan gagasan atau penemuan baru karena sebelumnya belum ada yang meneliti mengenai hal tersebut.

3.5 Uji Keabsahan Data

Pengujian keabsahan data ini dimaksudkan untuk menyelaraskan data yang telah terkumpul dalam penelitian. Sebagaimana Sugiyono (2014, hlm.119) menjelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan dengan apa yang sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti. Tetapi perlu diketahui bahwa kebenaran realitas data menurut penelitian kualitatif tidak bersifat tunggal, tetapi jamak dan tergantung pada konstruksi manusia, dibentuk dalam diri seorang sebagai hasil proses mental tiap individu dengan berbagai latar belakangnya.

Uji keabsahan data dalam penelitian kualitatif meliputi uji kredibilitas, pengujian transferability, pengujian depenability, dan pengujian konfirmability. Penjelasan mengenai uji keabsahan data tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 3.5.1 Uji Kredibilitas

Uji kredibilitas melibatkan penetapan hasil penelitian kualitatif yang dilakukan peneliti itu kredibel atau dapat dipercaya dari perspektif partisipan dalam penelitian tersebut, karena dari perspektif ini tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk mendeskripsikan atau memahami fenomena yang menarik perhatian dari sudut pandang partisipan. Uji kredibilitas atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian kualitatif ini antara lain dilakukan dengan perpanjangan pengamatan, peningkatan ketekunan dalam penelitian, triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, dan member check.


(2)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Melihat bagian dari proses uji kredibilitas tersebut, akhirnya peneliti menggunakan beberapa teknik pemeriksaan keabsahan data dengan cara:

a. Perpanjangan Pengamatan yang berarti peneliti kembali ke lapangan,

melakukan pengamatan, wawancara lagi dengan sumber data yang pernah ditemui maupun yang baru. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara:

Pada tahap awal, peneliti mulai mengkaji tesis yang membahas mengenai folklore seni Ngarak Posong dan menemui peneliti tesis tersebut yaitu Febri Marindra Cysbya Erdlanda untuk menanyakan fokus penelitian selanjutnya yang perlu diteliti.

Kemudian, peneliti melakukan pengamatan pada saat peneliti masih pada tahap pembuatan proposal skripsi. Pada saat itu peneliti mendatangi budayawan setempat selaku penggagas atau pencipta seni Ngarak Posong yaitu Bapak E. Supardi dan pemilik home industri olahan belut yaitu Bapak Asep Mukdas. Peneliti sudah mulai menanyakan fokus penelitian yang akan dilaksanakan nanti ketika proposal skripsi sudah diacc, dan kebetulan sehari setelah peneliti menemui kedua orang tersebut tepatnya pada tanggal 18 Agustus 2014 akan diselenggarakan pawai seni Ngarak Posong di Kabupaten Cianjur, di mana seni Ngarak Posong itu sendiri melakukan pertunjukan pawai untuk mewakili Kecamatan Cibeber. Semula peneliti hanya berniat untuk melakukan studi dokumentasi pada saat pawai seni Ngarak Posong itu berlangsung, namun ternyata sebuah kehormatan di mana Bapak E. Supardi dan Bapak Asep Mukdas meminta peneliti untuk ikut serta terlibat dalam rombongan pawai seni Ngarak Posong tersebut.

Kebetulan pada saat pawai seni Ngarak Posong, peneliti berdampingan dengan Bapak E. Supardi, Bapak Asep Mukdas, dan Bapak Ucup (Camat Cibeber), sehingga peneliti memanfaatkan kesempatan tersebut untuk banyak bertanya mengenai eksistensi seni Ngarak Posong dan pengaruhnya terhadap sosioekonomi masyarakat setempat. Kemudian, pada saat SK skripsi sudah keluar, peneliti pun melakukan penelitian kepada Bapak E. Supardi (budayawan setempat dan pencipta seni Ngarak Posong), Bapak Asep Mukdas (pemilik home industri olahan belut), Bapak Uju (pengrajin posong), dan Bapak Arga (pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong dan sebagai penerus generasi kedua seni Ngarak


(3)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Posong). Penelitian pun dilakukan berulang-ulang agar dapat terlibat langsung dalam pembuatan olahan belut, pembuatan posong, dan latihan tari seni Ngarak Posong serta dapat mengecek kembali kebenaran data yang sudah diberikan oleh masing-masing informan sebelumnya.

b. Meningkatkan Ketekunan yang berarti melakukan pengamatan secara lebih

cermat dan berkesinambungan. Hal tersebut dilakukan peneliti dengan cara melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah didapatkan itu salah atau benar. Selain daripada itu, peneliti juga berusaha meningkatkan ketekunan agar dapat memberikan deskripsi data yang akurat dan sistematis tentang apa yang diamati. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara mendengarkan hasil rekaman wawancara, kemudian menulis dan mengetik langsung hasil wawancara di hari peneliti melakukan wawancara.

c. Triangulasi yang berarti pengecekan kebenaran data dari berbagai sumber dengan berbagai cara atau teknik, dan berbagai waktu. Triangulasi berfungsi untuk mengecek validasi data yang menilai kecukupan data dari sejumlah data yag beragam. Hal tersebut dikarenakan peneliti tidak dapat begitu saja percaya dengan semua informasi yang diperoleh dari sumber, maka harus dilakukan dengan cara mengecek informasi dari sumber satu dengan sumber lain agar validitas kebenaran informasi tersebut terbukti. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara:

Triangulasi Sumber yaitu mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Untuk menguji kredibilitas data tentang eksistensi seni Ngarak Posong, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kepada penggagas dan pencipta seni Ngarak Posong yaitu Bapak E. Supardi dan penerusnya yang juga sebagai pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong yaitu Bapak Arga Sudirga. Untuk menguji kredibilitas data tentang sosioekonomi masyarakat, maka pengumpulan dan pengujian data yang telah diperoleh dilakukan kepada pemilik home industri olahan belut dan pengolah belut yaitu Bapak Asep Mukdas serta pengrajin posong yaitu Bapak Uju. Hal ini dapat digambarkan sebagai berikut:


(4)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.2 Triangulasi “sumber” pengumpulan data

(satu teknik pengumpulan data pada bermacam-macam sumber data A, B, C, D)

Triangulasi “sumber” pengumpul data ini peneliti lakukan dengan cara

melakukan wawancara mendalam kepada empat informan utama yaitu:

A = sebagai budayawan atau pencipta seni Ngarak Posong yaitu Bapak E. Supardi,

B = sebagai pemilik home industri olahan belut dan pengolah belut yaitu Bapak Asep Mukdas,

C = sebagai pengrajin posong yaitu Bapak Uju,

D = sebagai pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong (sanggar Hibar) yaitu Bapak Arga Sudirga.

Triangulasi Cara atau Teknik yaitu mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Awalnya peneliti melakukan wawancara mendalam saja, namun kemudian dicek dengan observasi partisipatif yaitu dengan ikut terlibat langsung dalam pengolahan belut, pembuatan posong, dan pelatihan tari seni Ngarak Posong, yang juga disertai dengan dokumentasi hingga data dari keempat informan tersebut sama. Hal ini dapat digambarkan seperti gambar berikut:

Observasi Partisipatif Wawancara Mendalam

Sumber data sama Wawancara

Mendalam

A

B

C


(5)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.3 Triangulasi “teknik” pengumpulan data

(bermacam-macam cara pada sumber yang sama)

Triangulasi “teknik” pengumpulan data ini peneliti lakukan dengan cara

melakukan observasi partisipatif ke Desa Sukaraharja dan Cihaur Kecamatan Cibeber Kabupaten Cianjur, wawancara mendalam kepada penggagas seni Ngarak Posong (Bapak E. Supardi), pemilik home industri olahan belut dan pengolah belut (Bapak Asep Mukdas), pengrajin posong (Bapak Uju), pemilik sanggar Hibar (Bapak Arga Sudirga). Studi dokumentasi dengan cara mengumpulkan sejumlah dokumen atau informasi mengenai eksistensi seni Ngarak Posong dan pengaruhnya terhadap sosioekonomi masyarakat setempat yang dapat diperoleh dari Disbudpar Kabupaten Cianjur, budayawan setempat selaku penggagas atau pencipta seni Ngarak Posong, pemilik home industri dan pengolah belut, pengrajin posong, dan pemilik sanggar tari seni Ngarak Posong serta dokumentasi saat proses pengolahan belut, pembuatan posong, pelatihan nari, persiapan pertunjukan seni Ngarak Posong dan pelaksanaan pawai seni Ngarak Posong, acara Cap Gomeh di Kabupaten Cianjur dan penampilan pertunjukan seni Ngarak Posong serta penjualan olahan belut JSL (Jemur Sari Lembur) di CFD (Car Free Day) Cianjur pada tanggal 08 Maret 2015.

Triangulasi Waktu yaitu melakukan pengecekan data dalam waktu atau situasi yang berbeda. Hal tersebut peneliti lakukan pada saat pagi hari, siang hari, dan sore hari di lokasi penelitian berlangsung.

d. Menggunakan Bahan Referensi yang berarti adanya pendukung untuk

membuktikan data yang telah diperoleh peneliti. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara data wawancara didukung dengan adanya rekaman wawancara melalui alat perekam data yang terdapat dalam handphone peneliti. Penghargaan-penghargaan atau juara-juara seni Ngarak Posong didukung dengan adanya piagam penghargaan yang disimpan di sanggar Hibar dan sudah peneliti foto menggunakan camera.

Studi Dokumentasi


(6)

Julivia Saptadini, 2015

EKSISTENSI SENI NGARAK POSONG DAN PENGARUHNYA TERHADAP SOSIOEKONOMI MASYARAKAT

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Mengadakan Member Check yang berarti proses pengecekan data yang

diperoleh peneliti kepada pemberi data. Hal tersebut peneliti lakukan dengan cara datang dan menyampaikan temuan kepada pemberi data setelah mendapat temuan atau kesimpulan. Setelah data disepakati bersama, maka para pemberi data diminta untuk menandatangani, agar lebih otentik. Selain itu juga sebagai bukti bahwa peneliti telah melakukan member check.

3.5.2 Pengujian Transferability

Uji transferability ini merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif yang dapat memberikan uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Nilai transfer berkenaan dengan tingkat kemampuan hasil penelitian kualitatif dapat digeneralisasikan atau ditransfer serta diterapkan pada konteks seting atau situasi lain.

3.5.3 Pengujian Depenability

Uji depenability pada penelitian kualitatif ini dilakukan dengan melakukan audit terhadap keseluruhan proses penelitian. Caranya dilakukan oleh pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam melakukan penelitian. Kriteria depenability ini menekankan perlunya peneliti untuk memperhitungkan konteks yang berubah-ubah dalam penelitian yang dilakukan. Peneliti bertanggung jawab dalam menjelaskan perubahan-perubahan yang terjadi dalam seting atau situasi dan bagaimana perubahan-perubahan tersebut dapat mempengaruhi cara pendekatan penelitian.

3.5.4 Pengujian Konfirmability

Uji konfirmability pada penelitian kualitatif mirip dengan uji dependability, sehingga pengujiannya dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji konfirmability berarti menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Dengan demikian, kriteria konfirmability atau objektivitas ini merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian dapat dikonfirmasikan oleh orang lain.