Diabetes Melitus Tipe II Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II

sensitivitas terhadap insulin resisten insulin atau akibat penurunan jumplah pembentukan insulin. Brunner Suddarth, 2000

2.2.1 Diabetes Melitus Tipe II

Dalam DM Tipe II, pankreas dapat menghasilkan cukup jumlah insulin untuk metabolisme glukosa gula, tetapi tubuh tidak mampu untuk memanfaatkan secara efisien. Seiring waktu, penurunan produksi insulin dan kadar glukosa darah meningkat Adhi, 2011. Diabetes Melitus sebelumnya dikatakan diabetes tidak tergantung insulin atau diabetes pada orang dewasa. Ini adalah istilah yang digunakan untuk individu yang relatif terkena diabetes bukan yang absolut defesiensi insulin. Orang dengan jenis ini biasanya resisten terhadap insulin. Ini adalah diabetes sering tidak terdiagnosis dalam jangka waktu yang lama karena hiperglikemia ini sering tidak berat cukup untuk memprovokasi gejala nyata dari diabetes. Namun demikian, pasien tersebut adalah adalah resiko penigkatan pengembangan komplikasi macrovascular dan mikrovaskular WHO, 1999. Faktor yang diduga menyebabkan terjadinya resistensi insulin dan hiperinsulinemia ini adalah adanya kombinasi antara kelainan genetik, obesitas, inaktifitas, faktor lingkungan dan, faktor makanan Tjeyan, 2007

2.2.2 Patofisiologi Diabetes Melitus Tipe II

Pada DM tipe II, sekresi insulin di fase 1 atau early peak yang terjadi dalam 3-10 menit pertama setelah makan yaitu insulin yang disekresi pada fase ini adalah insulin yang disimpan dalam sel beta siap pakai tidak dapat menurunkan glukosa darah sehingga merangsang fase 2 adalah sekresi insulin dimulai 20 menit setelah stimulasi glukosa untuk menghasilkan insulin lebih banyak, tetapi sudah tidak mampu meningkatkan sekresi insulin sebagaimana pada orang normal. Gangguan sekresi sel beta menyebabkan sekresi insulin pada fase 1 tertekan, kadar insulin dalam darah turun menyebabkan produksi glukosa oleh hati meningkat. Secara berangsur-angsur kemampuan fase 2 untuk menghasilkan insulin akan menurun. Dengan demikian perjalanan DM tipe II, dimulai dengan gangguan fase 1 yang menyebabkan hiperglikemi dan selanjutnya gangguan fase 2 dimana tidak terjadi hiperinsulinemi akan tetapi gangguan sel beta. Penelitian menunjukan adanya hubungan antara kadar glukosa puasa dengan kadar insulin puasa. Pada kadar glukosa puasa 80-140 mgdl kadar insulin puasa meningkat tajam, akan tetapi jika kadar glukosa darah puasa melebihi 140 mgdl maka kadar insulin tidak mampu meningkat lebih tinggi lagi; pada tahap ini mulai terjadi kelelahan sel beta menyebabkan fungsinya menurun. Pada saat kadar insulin puasa dalam darah mulai menurun maka efek penekanan insulin terhadap produksi glukosa hati khususnya glukoneogenesis mulai berkurang sehingga produksi glukosa hati makin meningkat dan mengakibatkan hiperglikemi pada puasa. Faktor-faktor yang dapat menurunkan fungsi sel beta diduga merupakan faktor yang didapat acquired antara lain menurunnya massa sel beta, malnutrisi masa kandungan dan bayi, adanya deposit amilyn dalam sel beta dan efek toksik glukosa glucose toxicity Schtingart, 2005 dikutip oleh Indraswari, 2010. Pada sebagian orang kepekaan jaringan terhadap kerja insulin tetap dapat dipertahankan sedangkan pada sebagian orang lain sudah terjadi resistensi insulin dalam beberapa tingkatan. Pada seorang penderita dapat terjadi respon metabolik terhadap kerja insulin tertentu tetap normal, sementara terhadap satu atau lebih kerja insulin yang lain sudah terjadi gangguan. Resistensi insulin merupakan sindrom yang heterogen, dengan faktor genetik dan lingkungan berperan penting pada perkembangannya. Selain resistensi insulin berkaitan dengan kegemukan, terutama gemuk di perut, sindrom ini juga ternyata dapat terjadi pada orang yang tidak gemuk. Faktor lain seperti kurangnya aktifitas fisik, makanan mengandung lemak, juga dinyatakan berkaitan dengan perkembangan terjadinya kegemukan dan resistensi insulin Indraswari, 2010.

2.2.3 Etiologi Diabetes Melitus Tipe II

Dokumen yang terkait

Studi Potensi Interaksi Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Jalan di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh

15 165 69

Karakteristik Pasien Katarak Akibat Diabetes Melitus Tipe 2 di Poliklinik Mata RSUP Haji Adam Malik Medan Pada tahun 2012

3 65 62

Pengaruh Tingkat Pengetahuan Pasien Tentang Penyakit Diabetes Melitus Tipe 2 dan Obat Antidiabetes Oral Terhadap Hasil Terapi di Poliklinik Endokrin RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh

1 45 99

KUALITAS HIDUP PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Tipe 2Rawat Jalan Di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Madiun.

0 1 17

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Konsep Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga T1 462010018 BAB I

0 0 7

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Konsep Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga T1 462010018 BAB IV

0 0 5

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Konsep Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga T1 462010018 BAB V

0 0 3

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Konsep Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga

0 0 16

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Gambaran Konsep Diri Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 di Rumah Sakit Umum Daerah Kota Salatiga

0 0 25

KONSEP DIRI PADA PASIEN DENGAN DIABETES MELITUS TIPE II DI KECAMATAN GETASAN TUGAS AKHIR - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Konsep Diri pada Pasien dengan Diabetes Melitus Tipe II di Kecamatan Getasan

0 1 33