Pengelolaan Manuskrip sebagai Pustaka Dunia

8

3. Pengelolaan Manuskrip sebagai Pustaka Dunia

Dari jumlahnya yang besar, pengetahuan yang beragam, ketersebaran yang luas,dan apresiasi yang tinggi, pemerintah harus mengelola dan menangani kekayaan intelektual bangsa ini dengan terencana. Pengelolaan itu ditujukan untuk kemaslahatan dan pemartabatan bangsa Indonesia di mata dunia. Program yang harus dilakukan adalah pengembangan, pembinaan, dan pelindungan terhadap manuskrip sebagai pustaka dunia. Untuk keperluan pengembangan, pembinaan, dan pelindungan langkah pertama yang dilakukan adalah penelitian sebagai dasar untuk studi kekayakan. Pengkajian yang perlu dilakukan antara lain pemetaan manuskrip Indonesia. Pemetaan yang dimaksud adalah menginventarisasi, merekam, mendokumentasi seluruh manuskrip yang ada dalam sebuah pangkalan data manuskrip Indonesia. Pangkalan data ini menjadi semacam pusat infromasi manuskrip. Untuk pendataan seluruh kekayaan itu diperlukan teknologi informasi yang dapat memudahkan mencatat, mendistribusikan, dan mengakses dengan teknik online. Dengan cara ini sosialisasi kekayaan intelektual bangsa Indonesia dapat dinikmati masyarakat dunia.Pada dasarnya usaha ini pernah dirintis oleh beberapa lembaga, tetapi belum menyeluruh. Untuk itu, pemerintah Indonesia yang harus melaksanakan program ini dengan pangkalan data yang lengkap. Berbagai usaha pencatatan dalam berbagai katalog yang sudah disebutkan di atas dapat dikutip dengan mencantumkan sumbernya. Idealnya pemetaan itu juga dilengkapi dengan perekaman dan dokumentasi. Dengan adanya rekaman baik dalam bentuk foto digital, mikrofilm, atau mikrofis, penelitian lanjutan lebih mudah. Selain rekaman dilakukan juga pendokumentasian, yaknipengumpulan, pemilihan, pengolahan, dan penyimpanan dengan cara yang benar.Dalam dokumentasi ini prioritas diberikan pada manuskrip milik perorangan yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Jika pencatatan, perekaman, 9 dan dokumentasi tidak segera dilakukan, manuskrip itu akan rusak atau hilang. Dengan rusak dan hilangnya manuskrip berarti hilang pula pemikiran dan pengetahuan yang ada di dalamnya. Model pencatatan yang sangat lengkap dapat dicontoh dari katalogsusunan Wieringa 1998 Catalogue of Malay and Minangkabau Manuscripts. Katalog ini sangat baik dan deksripsinya sangat rinci dengan berbagai indeks, seperti indeks judul, indeks tempat atau daerah, dan indeks cap kertas watermarks, dan cap kertas tandingan countermarks. Dalam penyusunan katalog manukrip selain keahlian filologi dan kodikologi juga diperlukan kesabaran dan ketekunan karena yang hadapi adalah buku kuno yang memerlukan perlakuan khusus. Pelindungan dalam bentuk dokumentasi manuskrip saat iniharus segera ditingkatkandan perlu memanfaatkan kemajuan teknologi informasi. Dokumentasi merupakan salah satu bentuk pelestarian yang sangat penting agar isi naskah tidak hilang. Iklim tropis seperti Indonesia sangat rentan bagi benda kuno itu, terutama alasnya yang tradisionalyang tidak dapat bertahan terhadap iklim tersebut. Di samping itu, serangan ngengat juga mengancam keberadaan naskah. Untuk itu, perawatan naskah menjadi prioritas utama. Namun, pada kenyataannya perawatan pada benda budaya ini sangat minim. Beberapa puluh tahun yang lalu dokumentasi dalam bentuk mikrofilm sudah dilakukan, tetapi perawatan mikrofilm itu tidak memadai sehingga mikrofilmnya lebih dahulu punah daripada manuskripnya. Saat ini dengan kemajuan teknologi, pendokumentasi yang lebih mudah dapat dilakukan dengan foto digital dan tenaga profesional. 10 Manuskrip yang berada di luar negara sebetulnya tidak perlu dikhawatirkan karena manuskrip ini sudah dirawat dengan baik, tetapi sebagai pewarisnya ada kerinduanuntuk memilikinya. Di Perpustakaan Nasional terdapat beberapa manuskrip yang merupakan rekaman dari manuskrip di The British Library dan Perpustakaan Universitas Leiden, tetapi jumlahnya tidak banyak. Pemerintah harus menindaklanjutinya danbekerja sama dengan negara-negara pemilik manuskrip Indonesia tersebut. Catatan dan dokumentasi harus dimasukkan dalam pangkalan data sehingga informasi dapat diakses dengan mudah oleh para peneliti. Kajian naskah dengan edisi teks sebagai sumber dan kajian antardisiplin harus dilakukan sebab di dalam teks itu terdapat beragam pengetahuan masa lalu yang memerlukan kepakaran khusus. Tugas filolog dan kodikolog adalah menyajikan teks dan mengungkap sejarah naskah. Berbagai pertanggungjawaban keilmuan dalam pengolahan manuskrip harus akurat. Hasil kajian ini ditindaklanjuti untuk bahan pembinaan.Naskah warisan nenek moyang ini jangan terkesan hanya dilestarikan sebagai benda keramat, manuskrip ini harus diolah sebagai bahan bacaan penunjang atau bahan ajar muatan lokal. Salah satu bentuk olahan itu berupa penyusunan bahan ajar yang dapat dibaca untuk khalayak ilmiah dan khalayak umum tergantung pada kepentingannya. Penyusunan itu bisa dalam bentuk 1 edisi teks, 2 bacaan remaja, 3 antologi atau bunga rampai, dan 4 penyusunan buku sejarah. Penyusunan bahan bacaan bagi siswa atau remaja yang bersumber pada naskah juga harus disusun agar generasi muda mengetahui nilai-nilai dan mereka mempunyai wawasan pengetahuan budaya asli mereka. Kita berharap mereka juga bisa mengapresiasi karya-karya klasik. Berbagai edisi ilmiah yang sudah ada dapat dipakai sebagai sumber. Upaya yang 11 dilakukan Inggris dalam memperkenalkan karya klasik seperti Hamlet dan Shakespeare kepada anak-anak muda perlu ditiru. Bahan bacaan ini diharapkan dapat membangkitkan kreativitas remaja dan menumbuhkan minat terhadap sastra. Di samping itu, bahan bacaan ini juga menjadi alternatif bagi guru sebagai bahan pengajaran sastra di sekolah. Penyusunan antologi atau bunga rampai merupakan salah satu upaya pemasyarakatan dan penyebaran informasi . Bahan bacaan itu diambil dari hikayat dan syair yang dikreasi dengan bahasa kini dan yang dipilih adalah tema-tema yang menarik.Di samping itu, hal yang penting juga dalam pengadaan bahan bacaan adalah penyusunan sejarah sastra, khususnya sastra trdisional. Dalam rangka pelindungan perlu dilakukan usaha untuk mengkontekstualkan isi manuskrip dengan masyarakat saat ini. Salah satu usaha yang dilakukan dengan cara aktualisasi, yaitu upaya pemasyarakatan isi manuskrip kepada masyarakat modern dalam bentuk terkini. Kegiatan ini dilakukan agar masyarakat mengenal lebih jauh tentang kekayaan pemikiran. Upaya aktualkisasi ini di antaranya dengan cara penyaduranpenceritaan kembali, penerbitan ulang, alihwahana alih bentuk misalnya dari sastra klasik dialihkan bentuknya ke dalam film, sinetron, dan pementasan lain. Usaha lainnya adalah revitalisasi, memberdayakan kembaliisi teks di tengah masyarakatnya. Cara yang dilakukan mengenalkan kembali teks-teka lama kepada generasi muda. Karya-karya penting dan menjadi puncak perlu direvitalisasi dengan cara pengalihan pengetahuan dari generasi tua kepada generasi penerusmuda. 12

4. Penutup