Kata partai korupsi sapi pada kalimat 15 merupakan bentuk disfemia berupa kata. Kata partai korupsi sapi pada kalimat 15 memiliki kesamaan
makna dengan kata partai keadilan sejahtera pada kalimat 15a berdasarkan konteks kalimatnya. Kata partai korupsi sapi memiliki nilai rasa yang lebih
kasar dibandingkan kata partai keadilan sejahtera. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada kalimat 15 dan kalimat 15a.
Kata partai korupsi sapi pada kalimat 15 digunakan untuk menggantikan kata partai keadilan sejahtera pada kalimat 15a. Kata partai keadilan
sejahtera merupakan bentuk netral dari kata partai korupsi sapi. Jika dilihat dari
nilai rasanya, kata partai korupsi sapi memiliki nilai rasa yang kasar dibandingkan dengan kata partai keadilan sejahtera.
Dilihat dari sudut pandang Hate speech, bentuk disfemia berupa kata partai korupsi sapi
pada kalimat 15 dapat dikatakan merupakan penghinaan dikarenakan kata tersebut merendahkan martabat orang lain. Wujud merendahkan
yang dapat dilihat dari komentar tersebut adalah dengan mengganti kata partai keadilan sejahtera
menjadi kata partai korupsi sapi. Kata partai keadilan sejahtera
merupakan nama sebuah partai di Indonesia yang biasa disingkat
menjadi PKS. Kata partai korupsi sapi pada konteks kalimat 15 merupakan bentuk pelesetan dari kata partai keadilan sejahtera. Kata partai korupsi sapi
pada kalimat 15 di sini merupakan bentuk kebencian dan kekesalan netizen terhadap partai PKS. Partai tersebut banyak memiliki kader yang menjadi
tersangka korupsi khususnya korupsi dana impor sapi. Berdasarkan hal tersebut
maka muncul pelesetan kata partai korupsi sapi seperti pada kalimat 15. Kata
partai korupsi sapi tentu akan menyinggung dan merendahkan martabat dari
partai PKS. Penggunaan klausa partai korupsi sapi dapat digolongkan ke dalam
penghinaan dikarenakan tuduhan tersebut tidak berdasarkan fakta yang ada yang menyatakan semua kader partai melakukan korupsi. Dalam kenyataanya, hanya
beberapa kader saja yang melakukan korusi sapi. Hal ini tentu akan menjadikan ketidaknyamanan dan dapat melecehkan martabat dari kader partai yang tidak
melakukan korupsi. Dikarenakan hal tersebut, maka komentar yang berisi kata
partai korupsi sapi digolongkan menjadi bentuk pelanggaran Hate speech
berupa penghinaan.
b. Pencemaran Nama Baik
Pencemaran nama baik merupakan perbuatan yang disengaja yang dilakukan dengan menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan
suatu hal. Hal ini sesuai dengan Pasal 310 KUHP ayat 1 yang berbunyi, “Barang
siapa sengaja menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan sesuatu hal, yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum,
diancam karena pencemaran dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah.
” Berikut ini adalah bentuk disfemia dalam komentar para netizen yang dapat
digolongkan ke dalam bentuk pencemaran nama baik.
16 Ahmad.Musaraf iya bener bro, punah ditelan lumpur lapindo. hehehe...otaknya ARB miring kayak mukanya.
Hadeeuuhh. 12011635105
16a berdasarkan pemeriksaan dokter, ARB mengalami
ketidaksimetrisan pada otaknya. Letak otaknya ARB miring
, tidak seperti manusia pada umunya.
Klausa otaknya ARB miring pada kalimat 16 merupakan bentuk disfemia berupa kalimat. Klausa otaknya ARB miring memiliki bentuk netral yang berupa
klausa otaknya ARB tidak waras. Penggunaan disfemia dalam kalimat 16
memiliki nilai rasa yang kasar dibanding dengan bentuk netral dari kalimat tersebut.
Perbedaan makna yang dikandung dalam komentar pada kalimat 16 dapat dilihat jelas dengan membandingkan antara kalimat 16 dan kalimat 16a.
Klausa otaknya ARB miring pada kalimat 16 bermakna bahwa ARB
mempunyai otak yang tidak waras atau memiliki problem kejiwaan. Sedangkan
klausa otaknya ARB miring pada kalimat 16a bermakna letak dari otak ARB miring tidak simetris. Apabila klausa otaknya ARB miring pada kalimat 16
sesuai dengan kenyataan bahwa ARB memang tidak waras, maka komentar tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam pelanggaran pencemaran nama baik.
Dilihat dari sudut pandang Hate speech komentar pada kalimat 16 yang
berupa klausa otaknya ARB miring merupakan bentuk pencemaran nama baik.
Hal ini dikarenakan informasi yang disampaikan pada kalimat 16 tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi. Dalam kenyataanya, otak ARB tidak mengalami
gangguan kejiwaan seperti yang dituduhkan dalam komentar tersebut. Selain itu, komentar pada kalimat 16 dapat dikatakan merupakan pencemaran nama baik
karena komentar tersebut akan dirasa menggangu dan membuat tidak nyaman bagi pihak-pihak yang merasa dirugikan dengan komentar tersebut, terutama
ARB. ARB sebagai orang yang paling dirugikan dengan komentar tersebut dapat melaporkan pembuat komentar tersebut dengan pasal pecemaran nama baik.
Contoh bentuk disfemia jika dilihat dari sudut pandang Hate speech termasuk ke dalam pelanggaran pencemaran nama baik adalah sebagai berikut.
17 Yusri maling dan kepala maling di belakangnya..ayo
pejabat DKI, cabut KTP DKInya. Rakyat miskin yg sudah dibantu dari pajak prang-orang beruang kok bagaya lagi.
0601161027
17a Yusri pencuri dan kepala maling di belakangnya..ayo
pejabat DKI, cabut KTP DKInya. Rakyat miskin yg sudah dibantu dari pajak prang-orang beruang kok bagaya lagi.
Kata maling pada kata 17 merupakan bentuk disfemia berupa kata. Kata maling
memiliki bentuk netral yang berupa kata pencuri. Penggunaan disfemia
berupa kata maling pada kalimat 17 memiliki nilai rasa yang kasar dibanding dengan bentuk netral dari kata tersebut.
Perbedaan makna yang dikandung dalam komentar 17 dapat dilihat jelas
dengan membandingkan antara kalimat 17 dan kalimat 17a. Kata maling pada
kalimat 17 bermakna orang yang mengambil milik orang lain secara sembunyi-
sembunyi Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 706 . Kata pencuri pada
kalimat 17a bermakna orang yang mencuri; maling Kamus Besar Bahasa
Indonesia, 2008: 225. Apabila kata maling pada kalimat 17 sesuai dengan
kenyataan bahwa Yusri memang maling, maka komentar tersebut tidak dapat dimasukkan ke dalam pelanggaran pencemaran nama baik. Hal ini dikarenakan
tidak ada pihak yang dirugikan dan informasi yang disampaikan sesuai dengan fakta yang ada.