Hasil Penelitian HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Data yang telah diperoleh dari penelitian dibahas berdasarkan masalah yang telah dirumuskan, yaitu bentuk disfemia dan penggunaan bentuk disfemia yang digunakan dalam komentar para netizen dalam situs online Kompas.com pada rubrik “Politik” yang termasuk ke dalam pelanggaran Hate speech.

1. Bentuk Disfemia

Bentuk disfemia yang digunakan dalam komentar para netizen di situs online Kompas.com pada rubrik “Politik” dapat dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kata, frasa, dan kalimat.

a. Bentuk Disfemia Berupa Kata

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bentuk disfemia berupa kata terdapat dua jenis, yaitu berupa kata dan kata majemuk. 1 Kata Kata merupakan satuan bahasa yang paling kecil, yang berdiri sendiri dan memiliki satu pengertian. Kata-kata yang termasuk ke dalam disfemia adalah kata-kata yang mempunyai nilai rasa kasar. Kata-kata tersebut adalah kata-kata yang tidak biasa digunakan dalam berkomunikasi. Berikut adalah bentuk disfemia yang berupa kata. 1 Korupsi Susah koq kalau memang otak dia sudah ga beres. 19011657350 1a Korupsi Susah koq kalau memang pikiran dia sudah ga beres. 1b Kepala Andi mengalami pendarahan di bagian otaknya. Kata otak pada kalimat 1 digunakan untuk menggantikan kata pikiran pada kalimat 1a. Kata otak pada kalimat 1 memiliki kesamaan makna dengan kata pikiran pada kalimat 1a berdasarkan konteks kalimatnya. Kata otak dan kata pikiran , keduanya merupakan kata benda. Kata otak memiliki nilai rasa yang lebih kasar dibandingkan kata pikiran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kalimat 1 dan kalimat 1a. Kata otak pada kalimat 1 digunakan untuk menggantikan kata pikiran pada kalimat 1a. Jika dilihat dari nilai rasanya, kata otak memiliki nilai rasa yang lebih kasar dibandingkan dengan kata pikiran. Kata pikiran memiliki nilai rasa yang lebih netral dibanding dengan kata otak. Kata pikiran pada konteks kalimat 1a bermakna akal; ingatan Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 873, sedangkan kata otak pada konteks kalimat 1b mempunyai makna benda putih yang lunak terdapat di dalam rongga tengkorak yang menjadi pusat saraf; benak; alat berpikir; pikiran; benak; Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 804. Kata otak lebih tepat digunakan pada kalimat 1b karena memiliki nilai rasa yang lebih netral. Kata otak tersebut menunjukan bagian dari kepala Andi yang mengalami pendarahan. Contoh lain penggunaan disfemia berupa kata adalah sebagai berikut. 2 Saya sebagai rakyat mendukung KPK menggaruk si FH dan masukan ke kerangkeng di Guntur, dan saya merasa tidak diwakili oleh FH, hanya orang bodoh yang memilih fh jadi anggota dHewan tak terhormat. 15011647230 2a Saya sebagai rakyat mendukung KPK menangkap si FH dan masukan ke kerangkeng di Guntur, dan saya merasa tidak diwakili oleh FH, hanya orang bodoh yang memilih fh jadi anggota dHewan tak terhormat. 2b Adik sedang menggaruk punggungnya yang digigit semut. Kata menggaruk merupakan kata jadian yang terbentuk karena proses afiksasi, yaitu afiks {meN-} + {garuk}. Afiks {meN-} pada kata menggaruk berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif, sedangkan maknanya adalah menyatakan suatu perbuatan yang aktif. Kata menangkap merupakan kata jadian yang terbentuk karena proses afiksasi, yaitu afiks {meN-} + {tangkap}. Afiks {meN-} pada kata menangkap berfungsi sebagai pembentuk kata kerja aktif, sedangkan maknanya adalah menyatakan suatu perbuatan yang aktif. Kata menggaruk pada kalimat 2 digunakan untuk menggantikan kata menangkap pada kalimat 2a. Kata menggaruk pada kalimat 2 memiliki kesamaan makna dengan kata menangkap pada kalimat 2a berdasarkan konteks kalimatnya. Kata menggaruk memiliki nilai rasa yang lebih kasar dibandingkan kata menangkap. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada kalimat 2 dan kalimat 2a. Dalam konteks kalimat 2 terlihat bahwa kata menggaruk merupakan bentuk lain yang dipilih untuk menggantikan kata menangkap dalam konteks kalimat 2a. Kata menggaruk dipilih untuk menunjukkan kejengkelan seseorang yang diganggu oleh sekumpulan preman ketika bekerja, tetapi tak berani melapor kepada polisi karena takut ditangkap. Jika dilihat dari makna emotifnya, kedua kata tersebut mempunyai makna berbeda karena kata menggaruk mempunyai nilai rasa yang kasar dan lebih menguatkan untuk menunjukkan kejengkelan serta bermakna mengukur kepala, badan, atau yang lain kerena berasa gatal; mencakar cakar tanah Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 338, sedangkan kata menangkap bermakna memegang sesuatu yang bergerak cepat, lepas, dan sebagainya; memegang binatang, pencuri, penjahat, dan sebagainya dengan tangan atau alat Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 1139. Kata menggaruk lebih tepat digunakan dalam konteks kalimat 2b karena menggambarkan perbuatan menggaruk bagian tubuh yang terasa gatal. Penggunaan bentuk disfemia berupa kata selanjutnya dapat dilihat berdasarkan contoh dibawah ini. 3 Tetap aja yang di Baca PKSnya...kecuali dipecat tu fahri baru Acung Jempol untuk PKS 17011652298 3a Tetap aja yang di Baca PKSnya...kecuali diberhentikan tu fahri baru Acung Jempol untuk PKS Kata dipecat merupakan kata jadian yang terbentuk karena proses afiksasi, yaitu afiks {di-} + {pecat}. Afiks {di-} pada kata dipecat berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif, sedangkan maknanya adalah ‟menyatakan suatu perbuatan yang pasif. Kata diberhentikan merupakan kata jadian yang terbentuk karena proses afiksasi, yaitu afiks {di-} + {berhenti}+ {-kan}. Afiks {di-} pada kata diberhentikan berfungsi sebagai pembentuk kata kerja pasif, sedangkan maknanya adalah ‟menyatakan suatu perbuatan yang pasif. Dalam konteks kalimat 3 terlihat bahwa kata dipecat merupakan bentuk lain yang dipilih untuk menggantikan kata diberhentikan dalam konteks kalimat 3a. Kata dipecat dipilih untuk menunjukkan kejengkelan seseorang dengan tingkah laku dari Fahri, orang tersebut berharap agar Fahri dipecat dari jabatannya. Jika dilihat dari makna emotifnya, kedua kata tersebut mempunyai makna berbeda karena kata dipecat mempunyai nilai rasa yang kasar. Kata dipecat mempunyai kata dasar berupa kata pecat yang bermakna melepaskan dari jabatan; memberhentikan dari perkumpulan dsb Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 840. Kata diberhentikan berasal dari kata dasar berhenti yang mempunyai makna tidak bergerak berjalan, bekerja, dsb; berakhir; selesai; tamat; mengaso; beristirahat; berjeda; meletakkan jabatan pekerjaan dsb Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008: 396. Berdasarkan perbandingan makna tersebut, kata dipecat merupakan bentuk lain dari kata diberhentikan. Kata dipecat memiliki nilai rasa yang kasar dibandingkan dengan kata diberhentikan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat antara kalimat 3 dan kalimat 3a. 2 Kata Majemuk Kata majemuk adalah penggabungan mrfem dasar dengan morfem dasar baik yang bebas maupun yang terikat, sehingga terbentuk konstruksi yang memiliki identitas leksikal yang berbeda atau baru Chaer: 2007: 63. Bentuk disfemia berupa kata majemuk adalah sebagai berikut. 4 Ujung2nya cuma mau makan-makan gratis aja ini mah, mumpung ada bos yg datang, kalaupun dari gerindra yg bayar, ujung2nya rugi bandar tuh bos Prabowo. 27011667430 6a Ujung2nya cuma mau makan-makan gratis aja ini mah, mumpung ada bos yg datang, kalaupun dari gerindra yg bayar, ujung2nya sangat rugi tuh bos Prabowo Kata majemuk rugi bandar pada kalimat 6 digunakan untuk menggantikan frasa sangat rugi pada kalimat 6a. Kata majemuk rugi bandar pada kalimat 6