6. Perbedaan Tanggapan
Perubahan tanggapan ini bersifat merosot peyoratif dan menaik amelioratif kata bini dianggap memiliki nilai rasa yang lebih rendah peyoratif
dibanding dengan kata istri yang bernilai rasa lebih tinggi amelioratif.
7. Adanya Penyingkatan
Dalam penggunaan bahasa di kalangan masyarakat banyak ditemukan penggunaan penyingkatan. Faktor penyingkatan ini tidak merubah makna yang
dikandung. Orang cenderung lebih senang menggunakan kata singkatan tersebut dibandingkan dengan bentuk panjangnya. Misalkan saja kata mendikbud, tilang,
satpam, dan seterusnya.
8. Pengembangan Istilah
Peristiwa pengembangan peristilahan dapat menyebabkan perubahan makna. Kata papan yang sebelumnya bermakna „lempeng kayu atau besi‟ sekarang
digunakan untuk makna „perumahan‟ via Santoso, 2003: 45.
Chaer 1995: 141-143 membagi perubahan makna menjadi beberapa bagian, yaitu sebagai berikut.
1. Perubahan Makna Meluas
Perubahan ini berarti sebuah kata yang tadinya bermakna „A‟, berubah menjadi bermakna „B‟. Kata baju mulanya bermakna „pakaian sebelah atas dari
pinggang sampai ke bahu‟, tetapi pada kalimat berikut yang dimaksud bukan baju, tetapi juga celana, sepatu, dasi, dan topi.
Murid-murid itu memakai baju seragam
2. Perubahan Makna Menyempit
Perubahan makna menyempit artinya sebuah kata yang tadinya memiliki makna yang sangat umum berubah menjadi khusus atau sangat khusus. Kata
sarjana pada mulanya bermakna „orang cerdik pandai‟, tetapi kini bermakna
„lulusan perguruan tinggi‟ saja, seperti sarjana sastra, sarjana ekonomi, sarjana kimia, dan sarjana kimia.
3. Perubahan Makna Total
Perubahan makna secara total, artinya perubahan makna yang dimiliki sebuah kata sekarang sudah jauh berbeda dengan makna aslinya. Kata ceramah dulu
bermakna „cerewet, banyak cakap‟, tetapi sekarang bermakna „uraian mengenai suatu hal di muka orang b
anyak‟. Misalnya frasa ceramah keagamaan, ceramah kuliah, dan lain-lain.
F. Pengertian Eufemisme
Eufemisme adalah penggunaan kata atau ungkapan yang dipandang memiliki nilai rasa sopan Santoso, 2003: 48. Eufemisme merupakan penggunaan kata
atau bentuk lain untuk menghindari penggunaan bentuk larangan atau bentuk yang ditabukan di dalam berbahasa. Bentuk-bentuk tabu menurut Ullman via
Santoso, 2003: 49 bisa berkenaan dengan i perasaan takut fear, misalnya untuk menyebut nama Tuhan, setan atau roh halus secara langsung, ii kepekaan
perasaan atau kelembutan delicacy, misalnya berkenaan dengan sakit dan kematian serta sebutan-sebutan yang berkenaan dengan fisik dan mental, dan iii
kesopanan propiety atau kesusilaan decency, misalnya yang berkenaan dengan