221
perbedaan yang signifikan prestasi psikomotorik siswa pada kedua metode.
Uji hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji anava analisis variansi tiga jalan,
karena faktor yang terlibat dan bertindak sebagai variabel bebas berjumlah tiga variabel bebas,
yaitu metode
pembelajaran, kemampuan
berpikir analitis, dan sikap peduli lingkungan, menggunakan program SPSS 17. Prasarat hasil
uji anava yakni, jika P-
value
Alpha 0,05 maka Ho diterima = tidak ada perbedaan atau
pengaruh, jika P-
value
Alpha 0,05 maka Ho ditolak = ada pengaruh, dan jika P-
value
Alpha = 0,05 maka Ho diterima = tidak ada interaksi,
dan jika P-
value
Alpha maka Ho ditolak = ada interaksi. Adapun ringkasan hasil analisis
variansi tiga jalan diperlihatkan dalam Tabel 6.
Tabel 6. Hasil uji hipotesis anava tiga jalan
prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik
N O
SOURCE P-value
Prest. Kognitif
Prest. Afektif
Prest. Psikomotorik
1 Metode
0,713 0,000
0,373 2
Kemampuan berpikir analitis
0,000 0,649
0,288 3
Sikap Peduli lingkungan
0,000 0,308
0,033 4
Metode Kemampuan berpikir
analitis 0,000
0,000 0,008
5 Metode Sikap
Peduli lingkungan 0,000
0,000 0,013
6 Kemampuan berpikir
analitis Sikap Peduli lingkungan
0,000 0,008
0,100 7
Metode Kemampuan berpikir
analitis Sikap Peduli lingkungan
0,000 0,000
0,033
a. Hipotesis Pertama
Uji pengaruh pembelajaran model
PBL
dengan eksperimen
laboratorium dan
eksperimen lapangan terhadap prestasi kognitif, afektif dan psikomotorik: Pada tabel
Anava Test
, prestasi kognitif dan psikomotorik siswa sama-sama menunjukkan tidak ada perbedaan
yang signifikan
pada kedua
metode pembelajaran yang diterapkan, ditunjukkan
dengan nilai signifikansi masing-masing 0,713 dan 0,373 sig 5. Artinya rerata prestasi
kognitif dan psikomotorik relatif sama pada kedua metode yang diterapkan. untuk prestasi
afektif terdapat pengaruh yang signifikan pada kedua metode yang ditunjukkan dengan nilai
0,000 sig5 ; Ho ditolak. Artinya rerata prestasi afektif ada perbedaan pada kedua
metode yang diterapkan. Berdasarkan hasil analisis dapat diambil
keputusan bahwa kedua metode baik eksperimen laboratorium dan lapangan tidak memberikan
perbedaan yang signifikan terhadap prestasi kognitif maupun psikomotorik siswa. Artinya
PBL
yang diintegrasikan dengan metode eksperimen
laboratorium dan
lapangan memberikan dampak yang relatif sama terhadap
prestasi belajar kognitif dan psikomotorik siswa. Hasil prestasi kognitif dan psikomotorik dari
penggunaan metode eksperimen laboratorium dan lapangan tidak jauh berbeda disebabkan
karena tahapan-tahapan dalam pembelajarannya tidak berbeda secara signifikan, kedua metode
tersebut sama-sama menjadikan siswa sebagai
“
active thinker
” dan kedua metode mendorong siswa untuk memperoleh pengetahuan melalui
pemecahan masalah dari pengalaman nyata. Smith, Ericson dan Lubienski dalam Djamilah,
2011: 2 lingkungan atau suasana kelas
PBL
memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
kemampuannya untuk
menyesuaikan diri dan mengubah suatu metode atau cara ke dalam situasi baru yang cocok.
Siswa-siswa dalam lingkungan atau suasana kelas
PBL
secara khusus
mempunyai kesempatan yang lebih besar untuk belajar
proses matematika yang berkaitan dengan komunikasi,
representasi, pemodelan,
dan penalaran. Hal ini juga didukung oleh teori
konstruktivisme dalam Trianto 2010:74 yang menyatakan bahwa perkembangan kognitif
merupakan suatu proses yang diperoleh siswa melalui aktivitas yang dilakukan secara aktif
dengan
membangun pemahaman
terhadap realitas melalui pengalaman dan interaksi
mereka. Hasil ini juga diperkuat oleh Saodih
2011:57 yang menjelaskan bahwa pada penelitian eksperimen selain bisa dilakukan di
laboratorium dapat juga dilaksanakan di luar namun
pelaksanaan eksperimen
di luar
laboratorium pada hakekatnya menerapkan prinsip-prinsip yang sama dengan eksperimen
laboratorium. Hasil lain pada hipotesis ini menunjukkan bahwa hasil prestasi psikomotorik
siswa yang melakukan kegiatan eksperimen di laboratorium
memiliki rerata
prestasi psikomotorik yang lebih tinggi. Hal ini
disebabkan karena kelompok siswa pada eksperimen di laboratorium lebih bisa
terbimbing dan terarahkan daripada siswa yang melaksanakan eksperimen di lapangan. Hasil
analisis untuk prestasi afektif terdapat perbedaan pengaruh pembelajaran dengan kedua metode.
222
Rerata hasil prestasi afektif lebih tinggi pada metode eksperimen laboratorium. Hal ini
disebabkan karena kelompok siswa pada eksperimen di laboratorium lebih bisa
terbimbing dan terarahkan daripada siswa yang melaksanakan eksperimen di lapangan, selain itu
siswa lebih terdorong untuk memiliki rasa tanggung jawab yang lebih tinggi untuk
memastikan setiap anggota kelompok untuk menjaga kenyamanan dan keamanan khususnya
saat
proses eksperimen
di laboratorium
berlangsung. Menurut Nuryani 2007 metode eksperimen
di laboratorium
mempunyai kelebihan siswa akan menjadi lebih yakin atas
suatu hal, memperkaya pengalaman, prestasi belajar akan bertahan lebih lama dalam ingatan
siswa, dan dapat mengembangkan sikap ilmiah. Hasil penelitian ini juga didukung dengan
hasil penelitian Christine Ching 2005 yang menunjukkan
PBL
dapat membantu siswa mengungkapkan permasalahan mereka sendiri
dan memperoleh
inspirasi menyelasaikan
masalah yang terjadi pada kehidupan sehari-hari. Selain itu juga hasil penelitian yang dilakukan
oleh Behiye Akçay 2009 yang menyimpulkan bahwa melalui pembelajaran
PBL
dengan melakukan
eksperimen siswa memperoleh pengetahuan dan menjadi mampu pemecahan
masalah belajar, mandiri, dan partisipasi tim.
b. Hipotesis Kedua Hasil uji pengaruh kemampuan berpikir