Hipotesis Keempat Interaksi penggunaan metode eksperimen

223 anggota tubuh, atau tindakan action yang memerlukan koordinasi antara syaraf dan otot. Tujuan ini tidak banyak ditemukan penjelasannya, dan biasanya dihubungkan dengan “latihan menulis”, berbicara, berolahraga, serta mata kuliah yang berhubungan dengan keterampilan teknis.

c. Hipotesis Ketiga Uji pengaruh sikap peduli lingkungan

tinggi dan rendah terhadap prestasi belajar kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pada Tabel Anava Test , prestasi kognitif dan psikomotorik siswa sama-sama menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kedua metode pembelajaran yang diterapkan, ditunjukkan dengan nilai signifikansi masing- masing 0,000 dan 0,033 sig 5. Artinya rerata prestasi kognitif dan psikomotorik berbeda pada kedua metode yang diterapkan. Untuk prestasi afektif tidak terdapat pengaruh yang signifikan pada kedua metode yang ditunjukkan dengan nilai signifikansi 0,308 sig 5. Artinya rerata prestasi afektif tidak ada perbedaan pada kedua metode yang diterapkan. Rerata prestasi belajar kognitif dan psikomotorik siswa yang yang memiliki sikap peduli lingkungan tinggi lebih tinggi dibandingkan siswa yang memiliki sikap peduli lingkungan. Hal ini berarti semakin tinggi sikap peduli lingkungan siswa maka akan semakin baik prestasi belajar yang diperoleh. Hal ini terjadi karena ruang lingkup area kegiatan eksperimen siswa pada kelompok eksperimen yang dilaksanakan di laboratorium lebih terbatas daripada eksperimen yang dilaksanakan di lapangan sehingga siswa pada kelas eksperimen laboratorium lebih terbimbing dan terarahkan. Alice dan Janet 2010 dalam hasil penelitian mereka yang menggunakan PBL dalam kelas ilmu sains dan matematika memberikan dukungan yang berkelanjutan karena mereka mengembangkan keahlian dalam menggunakan PBL dan memperoleh pemahaman yang lebih dalam dan penerimaan dari filosofi yang mendasari pendekatan baru. Teori belajar konstruktivisme Vygotsky yang dijelaskan oleh Trianto 2010:52 menyatakan bahwa proses belajar adalah suatu proses psikososial yang berkaitan dengan lingkungan sosial budayanya. Siswa mendapatkan stimulus dari lingkungan sekitarnya menggunakan fisiknya, untuk menyerap stimulus tersebut dengan inderanya sehingga berkembang ketika berinteraksi dengan lingkungannya. Menurut teori ini adanya kesadaran merupakan akhir dari interaksi sehingga menjadi pengetahuan yang personal private speech . Siswa sering menggunakan pengetahuan ini misalnya saat mengerjakan masalah yang sulit dengan berbicara sendiri. Sejalan dengan hal ini, Saifudin 2011:5 sikap merupakan konstelasi komponen-komponen kognitif, afektif, dan konatif yang saling berinteraksi terhadap suatu objek, sementara Kothandapani dan Mann dalam Saifudin, 2011:24 menjelaskan komponen kognitif merupakan representasi yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut emosional dan konatif merupakan kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang.

d. Hipotesis Keempat Interaksi penggunaan metode eksperimen

laboratorium dan lapangan dengan kemampuan berpikir analitis siswa terhadap prestasi belajar belajar kognitif , afektif, dan psikomotorik pada Tabel Anava Test , prestasi kognitif afektif dan psikomotorik siswa sama-sama menunjukkan ada perbedaan yang signifikan pada kedua metode pembelajaran yang diterapkan, ditunjukkan dengan nilai signifikansi masing-masing 0,000 dan 0,000 dan 0,008 sig 5 Artinya rerata prestasi kognitif afektif dan psikomotorik berbeda pada kedua metode yang diterapkan. Penerapan pembelajaran dengan menggunakan metode eksperimen laboratorium dan lapangan merupakan kegiatan pembelajaran yang mendorong siswa sebagai active learner bersama dengan anggota kelompok untuk melakukan identifikasi dari fenomena yang ada di lingkungan kemudian merumuskan permasalahan yang mereka temukan serta mengadakan penyelidikan untuk mencari kemungkinan-kemungkinan jawaban atas permasalahan yang mereka temukan sehingga siswa dapat secara optimal dalam memperoleh dan mengingat lebih lama penetahuan baru dari pengalaman nyata. Adanya faktor internal siswa dalam hal ini adalah kemampuan berpikir analitis serta sikap peduli lingkungan yang beragam akan mempengaruhi tingkat prestasi siswa dan menyebabkan terjadinya interaksi dari variabel-variabel yang ada. Gagne dalam Syaiful Sagala, 2010: 22 yang mengungkapkan tipe belajar memecahkan masalah problem 224 solving yang dapat diterapkan melalui berbagai metode pembelajaran akan memberikan kontribusi positif terhadap prestasi belajar siswa. Metode pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini baik eksperimen laboratorium dan lapangan sangat sesuai untuk tipe belajar problem solving . Kedua metode tersebut sama-sama memfokuskan pada thinking skills siswa untuk memecahkan masalah sebagai alat untuk membangun pengetahuan. Dutch dalam Taufiq, 2008 : 21 menjelaskan bahwa PBL merupakan metode instruksional yang menantang siswa agar belajar untuk belajar, bekerjasama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan berpikir analitis dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai. Jonassen Woei 2008 dalam hasil penelitian mereka menyimpulkan bahwa bahwa pembelajaran PBL yang memperhatikan tingkat kesukaran masalah memainkan peran penting dalam efektivitas hasil pembelajaran siswa di semua jenis metode pembelajaran yang menggunakan masalah.

e. Hipotesis Kelima Interaksi metode eksperimen laboratorium

Dokumen yang terkait

Pengaruh Metode Thinking Aloud Pair Problem Solving (Tapps) Terhadap Kemampuan Berpikir Analitis Matematis Berdasarkan Level Kognitif Siswa Di Mts Hidayatul Umam

2 14 203

PENGARUH MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) DAN PROJECT BASED LEARNING (PJBL) TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN SISWA SMA NEGERI 2 KOTA TEBINGTINGGI.

1 6 27

EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DAN CONCEPT MAPPING ( PETA KONSEP ) DITINJAU DARI KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 0 17

Penggunaan Model Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Dan Sikap Peduli Lingkungan Peserta Didik.

1 2 43

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PROBLEM BASED LEARNING MENGGUNAKAN METODE BUZZ GROUP DISCUSSION DAN WHOLE GROUP DISCUSSION DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN KEMAMPUAN VERBAL.

0 0 21

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PBM MENGGUNAKAN LK TERBIMBING DAN LK BEBAS TERMODIFIKASI DITINJAU DARI KPS DAN KEMAMPUAN BERPIKIR ANALITIS.

0 0 8

PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN PENDEKATAN METAKOGNITIF MELALUI MODEL RECIPROCAL LEARNING DAN PROBLEM BASED LEARNINGDITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MAHASISWA.

0 1 7

PEMBELAJARAN BIOLOGI MODEL PBL MENGGUNAKAN EKSPERIMEN LABORATORIUM DAN LAPANGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERFIKIR ANALISIS DAN SIKAP PEDULI LINGKUNGAN.

1 0 7

PENERAPAN MODEL SCIENCE TECHNOLOGY SOCIETY MELALUI EKSPERIMEN LAPANGAN DAN EKSPERIMEN LABORATORIUM DITINJAU DARI SIKAP PEDULI LINGKUNGAN DAN KREATIVITAS VERBAL SISWA | Santoso | Inkuiri 3822 8452 1 SM

0 2 12

PEMBELAJARAN FISIKA PROBLEM BASED LEARNING (PBL) MENGGUNAKAN METODE EKSPERIMEN DAN METODE PROYEK DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR ABSTRAK SISWA

0 0 8