PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG PENGGUNAAN METODE PEMBERIAN TUGAS, PERAN WALI KELAS, DAN PENILAIAN HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA NEGERI 2 KALIANDA TAHUN PELAJARAN 2011/2012
ABSTRAK
PENGARUH PERSEPSI GURU TENTANG PENGGUNAAN METODE PEMBERIAN TUGAS, PERAN WALI KELAS, DAN PENILAIAN
HASIL BELAJAR SISWA TERHADAP KINERJA GURU PADA SMA NEGERI 2 KALIANDA
TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Oleh
Meri Andika
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal. Segala sesuatu pekerjaan yang dilakukan baik bersifat pribadi maupun kelompok, apabila tanpa didasari dengan usaha untuk meningkatkan kinerja, maka tujuan akhir dari suatu organisasi tidak akan tercapai. Tinggi rendahnya kinerja guru berkaitan erat dengan banyak faktor, salah satunya yaitu persepsi guru tentang penggunaan metode pemberian tugas,persepsi guru tentang peran wali kelas, dan persepsi guru tentang penilaian hasil belajar siswa.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan Survey. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012 yang berjumlah 54 orang dengan jumlah sampel 48 orang, pengambilan sampel dengan menggunakan teknik probability sampling dengan penarikan sampel simple random sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara, dokumentasi, dan angket. Pengujian hipotesis dianalisis dengan menggunakan regresi linier sederhana dan regresi linier multiple.
Berdasarkan analisis data yang dihitung menggunakan rumus statistik diperoleh: (1) Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Kalianda, dengan diperoleh t hitung > t tabel yaitu 5,015 > 2,013, koefesien korelasi (r) 0,531 yang menunjukkan r hitung 0,534 >r tabel 0,285 dan koefisien determinasi (r2) 0,282 .(2)Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Peran Wali Kelas terhadap Kinerja Guru pada SMA
(2)
Belajar Siswa terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Kalianda, dengan diperoleh t hitung > t tabel yaitu 5,207 > 2,013, koefesien korelasi (r) 0,542 yang menunjukkan r hitung 0,542 > r tabel 0,285 dan koefisien determinasi (r2) 0,294. (4) Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas, Peran Wali Kelas, dan Penilaian Hasil Belajar Siswa terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Kalianda, dengan diperoleh Fhitung > F tabel yaitu 20,319 > 2,816 yang ditunjukkan oleh regresi multiple diperoleh (R) 0,762 yang menunjukkan koefisien korelasi R tabel 0,285< R hitung 0,762 dan koefisien determinasi (R2) 0,581.
(3)
I. PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan diakhiri dengan ruang lingkup penelitian. Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut. A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah sutu proses upaya yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk meningkatkan nilai perilaku seseorang atau masyarakat, dari keadaan tertentu untuk mencapai sesuatu yang lebih baik. Untuk itu, perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan sudah dilakukan di Sekolah salah satunya adalah adanya sarana belajar yang lengkap. Seperti laboratorium, perpustakaan, aula dan lain-lain. Disamping itu, Guru juga mempunyai peranan yang penting dalam peningkatan mutu pendidikan. Guru yang baik adalah Guru yang mampu meyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya. Siswa juga ikut andil dalam hal ini, siswa dituntut memilki minat dan semangan yang tinggi dalam belajar. Namun, kenyataannya sarana yang telah tersedia di Sekolah tidak dimanfaatkan secara baik. Seperti
perpustakaan yang selama ini hanya sebagai pelengkap saja. Jarang sekali terlihat siswa membaca, meminjam buku ataupun sekedar berdiskusi. Selanjutnya banyak guru yang tidak menjalankan tugas dan kewajibannya
(4)
dengan baik, seperti tidak tepat waktu dalam mengajar dan kemampuan mengajar yang tidak optimal. Siswa yang mengetahui ini, akan tidak berminta dan semangat belajar menjadi berkurang.
Sekolah merupakan wadah atau tempat yang diharapkan mampu melahirkan siswa yang kreatif dan inovatif. Siswa yang kreatif dan inovatif terlahir dari adanya Guru yang kreatif dan inovatif. Guru merupakan seseorang yang berhadapan secara langssung dengan dengan siswa dan faktor penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar guruharus membuat transparasi. Transparasi digunakan untuk mengetahui apakah siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) setelah mengikuti proses pembelajaran. Namun, kenyataannya guru belum
melakukan semua itu. Masih ada guru yang belum membuat transparasi nilai-nilai selama proses pembelajaran berlangsung. Guru hanya memberitahu siapa saja siswa yang belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) tanpa memperlihatkan transparasi nilai-nilai kepada siswa sebelumnya. Guru harus dapat mempertanggung jawabkan atas hasil kegiatan melalui interaksi belajar mengajar. Dalam proses belajar mengajar guru harus menciptakan kondisi yang menyenagkan dan memperhatikan keinginan siswa. Misalnya pemilihan metode yang tepat. Dalam proses belajar mengajar sebaiknya guru memperhatikan penggunaan metode. Penggunaan metode tidak lebih dari 2 metode dalam satu kali pertemuan. Guru harus
memperhatikan kesesuaian antara metode yang digunakan dengan materi yang disampaikan. Alokasi waktu juga harus diperhatikan oleh guru dalam
(5)
penerapan metode. Guru yang baik akan menyelesaikan tugasnya tepat waktu termasuk mengajar. Namun, selama ini beberapa Guru dalam proses belajar mengajar menggunakan lebih dari dua metode dalam satu kali pertemuan dan metode yang digunakan tidak sesuai dengan materi yang disampaikan. Siswapun bingung tidak mengerti materi apa yang disampaikan dan alokasi waktu terbuang sia-sia . Guru pun harus mengulangi materi yang sama dipertemuan selanjutnya.
Selama ini guru hanya menggunakan metode yang monoton yaitu metode ceramah. Penggunaan metode yang monoton membuat siswa menjadi bosan dan siswa tidak aktif karena semua terfokus pada guru. Untuk mengatasi masalah ini, guru dapat menggunakan metode yang lain. Salah satunya adalah metode pemberian tugas,.Metode pemberian tugas merupakan metode di mana guru berusaha supaya siswa melakukan kegiatan belajar sesuai dengan tugas yang diberikan guru. Tugas yang diberikan guru dapat bervariasi seperti mencari bahan/materi, berskusi dengan teman sebangku, mengisi daftar isian dan sebagainya. Metode ini dapat dilakukan di mana saja tidak hanya di dalam kelas. Siswa dapat melakukan di perpustakaan,
laboratorium, di rumah dan di tempat lainnya. Namun, dalam penggunaan metode pemberian tugas, guru harus menyesuaikan dengan kemampuan siswa dan pengawasan. Guru tidak diperkenankan memberikan tugas yang banyak dan membuat siswa menjadi malas, bosan dan meniru pekerjaan temannya. Selain guru, wali kelas juga mempunyai peranan yang sangat penting. Wali kelas merupakan orang tua pertama di sekolah dan seseorang yang diberi
(6)
kepercayaan untuk mengelola kelas dan bertanggung jawab atas anak didiknya. Pengelolaan kelas secara keseluruhan membuat wali kelas
mempunyai tugas yang cukup berat. Wali kelas harus mengenali setiap anak didiknya dan masing-masing mempunyai keunikan. Wali kelas sejatinya sudah berusaha dengan baik menelola kelas dengan baik yaitu membantu membuat perangkat kelas dan memperkenalkan diri sebagai wali kelas dan memberitahu kepada siswa tugasnya sebagai wali kelas. Wali kelas juga berusaha bertanggungjawab atas anak didiknya dengan mambantu siswa yang mengalami hambatan-hambatan dalam proses belajar mengajar. Memanggil siswa yang sering tidak masuk sekolah dan mengadakan pertemuan dengan orang tua dan wali murid yang bermasalah. Namun, adanya wali kelas belum dimanfaatkan dengan baik. Beberapa wali kelas bersikap tertutup terhadap masalah yang dihadapi siswanya. Siswa yang mengalami kesulitan tersebut bingung ingin berdiskusi kepada siapa mengenai masalahnya. Kemudia pertemuan orang tua atau wali murid tidak hanya pada siswa yang
bermasalah. Sebaiknya, pertemuan diadakan untuk semua orang tua atau wali murid, mengingat orang tua perlu mengetahu perkembangan sikap, perilaku dan prestasinya anaknya.
Setelah mengikuti proses pembelajaran selama satu semester atau kurang lebih enam bulan. Siswa akan mengalami atau mengikuti ujian akhir
semester. Adanya ujian akahir semester bertujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa setelah mengalami proses pembelajaran selama satu semester. Nilai yang didapat sangat menentukan pada laporan akhir atau raport.Penetuan nilai akhir oleh peserta didik (pengajar) terhadap siswa pada
(7)
dasarnya merupakan pemberian dan penentuan pendapat pendidik tersebut terhadap peserta didiknya, Terutama mengenai perkembangaan, kemajuan dan hasil-hasil yang telah dicapai siswa yang berada dibawah asuhannnya. Penilaian hasil belajar siswa yang dilakukan sangat penting dilakukan. Dalam penilaian hasil belajar siswa, pendidik (guru) harus benar-benar memperhatikan dan mempertimbangkan faktor-faktor. Seperti faktor prestasi, faktor usaha, faktor sosial dan budaya. Namun, yang terjadi guru dalam penilaian hasil belajar siswa hanya fokus terhadap kemampuan akademiknya saja dan bahkan adanya unsur kedekatan. Padahal siswa mengaharapkan guru dapat melihat faktor lainnya, seperi kesungguhan dalam mengerjakan tugas. Guru dituntut memiliki kinerja yang mampu merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak tertuma masyarakat yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam membina peserta didik. Kinerja guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Kualitas kinerja guru tercermin pada penampilannya,baik dari penampilan kemampuan akademik maupun profesionalnya sebagai guru artinya mampu mengelola pembelajaran di dalam kelas dan mendidik siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya. Selain itu, seorang guru harus mempunyai disiplin yang dibuktikan dengan membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), menggunakan metode dan model pembelajaran yang menunjang disiplin ilmu yang akan diajarkan, dan berkoordinasi dengan seluruh personil sekolah termasuk wali kelas dan kepala sekolah dalam setiap pekerjaan yang dilakukan. Namun, kinerja guru yang dirasakn belum sepenuhnya optimal. Terlihat dari masih adanya guru yang membuat RPP saat pembelajaran sudah dimulai, pembelajaran di kelas
(8)
yang masih menggunakan metode ceramah, kurangnya koordinasi antara guru dengan kepala sekolah dan masih ada guru yang tidak mengajar tepat waktu. Peningkatan kualitas rasa disiplin guru, tidak hanya ditunjukkan dengan melakukan tugas-tugas yang diembankan kepada guru tersebut, tetapi dilihat dari apa dan bagaimana cara mereka untuk mengemas dan melaksakan program yang disusun agar berjalan dengan optimal. Untuk lebih meningkatkan kinerja seorang guru, tidak sepenuhnya datang dari diri seorang guru, tetapi juga perlu adanya dorongan pihak dari luar, seperti kerabat terdekat, sahabat, terlebih pimpinan yang menjadi panutan dan sebagai cermin dari mereka. Namun, saat ini dorongan atau motivasi
dirasakan masih kurang. Karena sejatinya guru masih perlu bimbingan untuk mengetahui dan memahami jenis, prosedur, dan mekanisme sumber yang diperlukan dalam usaha meningkatkan kemampuan mereka. Pengetahuan mengenai supervise atau pengawasan memberikan bantuan kepada guru dalam melaksanakan peningkatan professional mereka dengan memanfaatkan sumber yang tersedia.
Salah satu aspek yang mencerminkan kondisi kinerja adalah tingkat kehadiran atau absensi. Karena tingkat absensi dapat menunjukan tingkat kedisiplinan, semangat, dan sikap kerja. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan pada SMA Negeri 2 Kalianda, diketahui masih terdapat guru yang tidak hadir pada jam kerjanya. Hal itu terlihat dari persentase ketidakhadiran guru yang
(9)
guru yang ada pada SMA Negeri 2 Kalianda seperti terlihat pada tabel berikut.
Tabel 1. Rekapitulasi Absensi Guru Pada Bulan Juli Sampai Dengan November Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada SMA Negeri 2 Kalianda
Bulan Absensi Guru
Izin Sakit Tanpa Keterangan
Juli Agustus September Oktober November 16 17 39 42 38 0 5 14 4 7 3 0 0 2 0
Jumlah 152 30 5
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 2 Kalianda
Berdasarkan tabel 1 di atas, terlihat bahwa ketidakhadiran guru selama 4 bulan pada semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 terdiri dari keterangan izin sebanyak 152 orang guru, keterangan sakit 30 orang guru, dan tanpa keterangan sebanyak 5 orang guru.
Tabel 2. Persentase Absensi Guru Pada Bulan Juli Sampai Dengan November Tahun Pelajaran 2011/2012 Pada SMA Negeri 2 Kalianda.
Bulan Jumlah
Hari Kerja Jumlah Guru Jumlah Absensi Tingkat Absensi (%) Juli Agustus September Oktober November 20 21 23 31 30 54 54 54 54 54 17 19 20 30 28 1,57 1,67 1,53 1,79 1,73
Rata-rata 8,23
Perhitungan tingkat absensi guru adalah sebagai berikut.
= ℎ ℎ ℎ 100%
Berdasarkan tabel 2. di atas dapat diketahhui bahwa tingkat ketidakhadiran guru relatif kecil selama 4 bulan pada semester ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012 dengan persentase yang berfluktuatif setiap bulanya. Tingkat
(10)
absensi guru tertinggi pada bulan Oktober sebesar 1,79 % dan terendah pada bulan Juli sebesar 1.57 % dengan rata-rata tingkat absensi guru sebesar 1,65% setiap bulannya. Jumlah absensi tersebut relatif kecil dan dapat menjadi indikasi tentang tingginya kedisiplinan guru. Hal ini akan berpengaruh pada pencapaian pendidikan, karena tinggi rendahnya tingkat produktifitas dan displin kerja dalam satu lembaga dapat dilihat dari tingkat absensinya. Namun, karena tingkat absensi hanya merupakan satu indikasi penting baiknya kinerja. Selain itu, ada indikasi lain yang tak kalah pentingnya yaitu kemampuan, kemauan dan lingkungan.
Kinerja adalah hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang secara keseluruhan selam periode tertentu didalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. (Riduwan dan Engkos Ahmad Kuncoro, 2011: 189). Penilaian kinerja mengacu pada suatu sistem formal dan terstruktur yang digunakan untuk mengukur, menilai dan mempengaruhi sifat-sifat yang berkaitan dengan pekerjaan, perilaku dan hasil, termasuk tingkat ketidakhadiran.(Veitzhal Rivai, 2006: 309).
Berdasarkan penjelasan di atas, Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh teladan bahkan menjadi tokoh identifikasi diri.Segala sesuatu pekerjaan yang dilakukan baik bersifat pribadi maupun kelompok, apabila tanpa didasari dengan usaha untuk meningkatkan kinerja,
(11)
maka tujuan akhir dari suatu organisasi tidak akan tercapai. Tinggi rendahnya kinerja guru berkaitan erat dengan banyak faktor, salah satunya yaitu persepsi guru tentang penggunaan metode pemberian tugas, persepsi guru tentang peran wali kelas, dan persepsi guru tentang penilaian hasil belajar siswa. Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan tersebut, maka penelitian ini mengambil judul tentang “Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas, Peran Wali Kelas, dan Penilaian Hasil Belajar Siswa Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut.
1. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap mutu pendidikan 2. Guru merupkan faktor penentu keberhasilan proses pembelajaran 3. Pemilihan metode yang tepat dalam proses pembelajaran
4. Penggunaan metode pemberian tugas pada SMA Negeri 2 Kalianda. 5. Peran wali kelas pada SMA Negeri 2 Kalianda yang masih belum
dimanfaatkan secara baik.
6. Penilaian hasil belajar siswa pada SMA Negeri 2 Kalianda tahun pelajaran 2011/2012.
7. Kinerja guru pada SMA Negeri 2 Kalianda tahun pelajaran 2011/2012 belum optimal.
(12)
8. Motivasi kerja guru pada SMA Negeri 2 Kalianda tahun pelajaran 2011/2012 masih rendah.
9. Tingkat kehadiran guru pada SMA Negeri 2 Kalianda tahun pelajaran 2011/2012.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan pada latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka ruang lingkup masalah penelitian ini dibatasi pada Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas (X1), Persepsi Guru Tentang Peran Wali Kelas (X2) dan Persepsi Guru Tentang Penilaian Hasil Belajar Siswa (X3) terhadap Kinerja Guru (Y).
D. Rumusan Masalah
Bertolak dari identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka secara operasional permasalahan yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut.
1. Apakah Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012?
2. Apakah Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Peran Wali Kelas Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012? 3. Apakah Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penilaian Hasil Belajar
Siswa Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012?
(13)
4. Apakah Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas, Peran Wali Kelas dan Penilaian Hasil Belajar Siswa Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui:
1. Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012;
2. Pengaruh Persepsi Guru Tentang Peran Wali Kelas Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012;
3. Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penilaian Hasil Belajar Siswa Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012; dan
4. Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas, Peran Wali Kelas dan Penilaian Hasil Belajar Siswa Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012.
(14)
F. Kegunaan Penelitian
Pada hakekatnya penelitian yang dilakukan seseorang diharapkan akan mendapatkan manfaat tertentu. Begitu pula dengan penelitian ini diharapkan mendatangkan manfaat sebagai berikut.
1. Manfaat Teoritis
a. Merupakan sumbangan pemikiran dalam dunia pendidikan pada umumnya dan pendidikan SMA pada khususnya.
b. Sebagai bahan atau referensi bagi para peneliti-peneliti lainnya yang ingin mengembangkan dunia pendidikan dan ilmu pengetahuan.
2. Manfaat Praktis a. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan Kinerja Guru di SMA Negeri 2 Kalianda.
b. Bagi Kepala Sekolah
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai input bagi pimpinan dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan kepemimpinan kepala sekolah dalam kaitannya dengan peningkatan Kinerja Guru.
c. Bagi Guru
Dapat memberikan masukan kepada guru untuk memahami penggunaan metode pemberian tugas, peran wali kelas dan penilaian hasil belajar siswa.
(15)
G. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini mencakup: 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh guru pada SMA Negeri 2 Kalianda tahun Pelajaran 2011/2012.
2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas(X1), Persepsi Guru Tentang Peran Wali Kelas (X2), dan Persepsi Guru Tentang Penilaian Hasil Belajar Siswa (X3) Terhadap Kinerja Guru (Y) Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini adalah pada SMA Negeri 2 Kalianda 4. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan tahun Pelajaran 2011/2012. 5. Disiplin Ilmu
Disiplin yang berhubungan dengan penelitian ini adalah manajemen pendidikan dan manajemen sumberdaya manusia.
(16)
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS
Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan tinjauan pustaka, pengaruh antara variabel bebas ( penggunaan metode pemberian tugas, peran wali kelas dan penilaian akhir semester) dengan variabel terikat ( kinerja guru), penelitian yang relevan, kerangka pikir, dan diakhiri dengan hipotesis. Pembahasan secara rinci beberapa sub bab tersebut dikemukakan sebagai berikut. A. Tinjauan Pustaka
1. Kinerja Guru
1.1 Pengertian Kinerja
Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteriayang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati
bersama. (Rivai,Veithzal, Ahmad Fauzi Mohd. Basri, dkk. 2005: 14). Menurut Fatah, kinerja adalah ungkapan kemajuan yang didasari oleh
pengetahuan, sikap dan motivasi dalam menghasilkan suatu pekerjaan. (Ondi Saondi dan Aris Suherman, 2010: 21).
(17)
Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang karyawan dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannnya kepadanya. (A.A Anwar Prabu Mangkunegara 2010: 9).
“Menurut Tempe, A Dale, kinerja adalah hasil dari fungsi pekerjaan atau kegiatan tertentu yang di dalamnya terdiri dari tiga aspek, yaitu kejelasan tugas atau pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya; kejelasan hasil yang diharapkan dari suatu pekerjaan atau fungsi; dan kejelasan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan sutu pekerjaan agar hasil yang diharapkan dapat terwujud. (Ondi Saondi dan Aris Suherman, 2010: 21).” Menurut August W. Smith, ferformance is output drivers from process, human or thewise, yaitu kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan
manusia. (Rusman, 2010: 50).
Kinerja guru adalah kemampuan yang ditunjukkan oleh guru dalam melaksanakan tugas dan pekerjaannya. Kinerja dikatakan baik dan memuaskan apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. (Ondi Saondi dan Aris Suherman,2010: 21).
Kinerja adalah hasil atau tingkatan keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. (Ridwan dan Kuncoro, 2011: 189).
Sedangkan menurut para ahli kinerja ialah :
1. Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta.(Stolovicth dan Keep:1992)
(18)
2. Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja.(Griffn :1987)
3. Kinerja dipengaruhi oleh tujuan. (Mondy dan Premeaux:1993) 4. Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan untuk
menyelesaikan tugas dan pekerjaan, Seorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan tidak cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang
jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya. ( Hersey and Blanchard:1993)
5. Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan kariyawan atas tugas yang diberikan (Casio: 1991)
6. Kinerja kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses apabila tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan baik. ( Donnelly,Gibson dan Ivabcevich:1994)
7. Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu.ada tiga kreteria dalam melakukan penilaian kinerja individu yakni: tugas individu, prilaku individu dan cirri individu. ( Robbin:1996)
8. Kinerja sebagi kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas baik yang
dilakukan oleh individu, kelompok maupun perusahaan. ( Schermaerhorn,Hunt And Osbron:1991)
9. Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A) motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity(O) yaitu kinerja = ƒ (A x M x O) artinya kinerja merupakan fungsi dan
kemampuan, motivasi dan kesempatan ( Robbins 1996)
(Veitzhal Rivai, Ahmad Fauzi Mohd. Basri, dkk. 2005: 14-15). Berdasarkan kajian di atas, dapat dipahami bahwa yang dimaksud kinerja adalah kesedian seseorang atau sekelompok orang untuk melaksanakan tugas dan tanggungjawab yang telah diberikan. Kinerja guru merupakan kemampuan atau prestasi yang ditunjukkan guru dalam melaksanakan tugas dan
(19)
1.2 Penilaian kerja
Penilaian kinerja adalah suatu proses untuk penetapan pemahaman bersama tentang apa yang akan dicapai, dan suatu pendekatan untuk mengelola dan mengembangkan orang dengan cara peningkatan di mana peningkatan tersebut itu akan dapat dicapai di dalam waktu yang singkat ataupun lama. (Veitzhal Rivai, Ahmad Fauzi Mohd. Basri, dkk. 2005: 66).
“Evaluasi kinerja adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil kerja karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu, juga untuk menentukan kebutuhan pelatihan secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai kepada karyawan sehingga dapat
melaksanakan pekerjaan yang lebih baik di masa mendatang dan sebagai dasar untuk menentukan kebijakan dalam hal promosi jabatan atau penetuan imbalan. (A.A Anwar Prabu Mangkunegara, 2010: 10).”
Sasaran yang menjadi objek penilaian kinerja adalah kecakapan, kemampuan karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan atau tugas yang dievaluasi dengan menggunakan tolak ukur tertentu secara objektif dan dilakukan secara berkala. (Veitzhal Rivai, Ahmad Fauzi Mohd. Basri, dkk. 2004: 309).
Leon C. Mengginson mengemukakan bahwa, penilaian prestasi kerja
(ferformance appraisal) adalah suatu proses yang digunakan pimpinan untuk menentukan apakah seorang karyawan melakukan pekerjaanya sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya.(A.A Anwar Prabu Mangkunegara,2010: 9-10). Sistem penilaian prestasi kinerja yang baik sangat tergantung pada persiapan yang benar-benar baik dan memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Praktis
Keterkaitan langsung dengan pekerjaan seseorang adalah bahwa penilaian ditujukan pada perilaku dan sikap yang menentukan keberhasilan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan tertentu.
(20)
2. Kejelasan standar
Standar merupakan tolak ukur seseorang dalam melaksanakan pekerjaannya. Agar memperoleh nilai tinggi, standar itu harus pula mempunyai kompetitif. Dengan kata lain, penerapannya harus dapat berfungsi sebagai alat pembanding antara prestasi kerja seorang karyawan dengan karyawan lainnya yang melakukan pekerjaan yang sama.
3. Kriteria yang obyektif
Kriteria yang dimaksud adalah berupa ukuran-ukuran yang memenuhi persyaratan seperti mudah digunakan, andal, dan memberikan informasi tentang perilaku kritikal yang menentukan keberhasilan dalam melaksanakan pekerjaaan.
(Veitzhal Rivai, Ahmad Fauzi Mohd. Basri, dkk. 2005: 129-130). Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa dalam penilaian prestasi kerja yang baik harus memperhatikan syarat-syarat yaitu penilaian langsung terhadap perilaku dan sikap seseorang, tolak ukur keberhasilan seseorang dilihat dari standar kompetitif dan ukuran-ukuran yang mudah digunakan, andal dan memberikan informasi tentang perilaku kritikal. Selain itu, perlu dilakukan pengamatan terhadap elemen-elemen kinerja ini, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Pengamatan langsung dilakukan ketika penilai benar-benar melihat kinerja itu. Pengamatan tidak langsung, terjadi ketika penilai dapat mengevaluasi dari berbagai catatan atau laporan.
“Untuk mengetahui keberhasilan kinerja, perlu dilakukan evaluasi atau penilaian kinerja dengan berpedoman pada parameter dan indikator yang ditetapkan yang diukur secara efektif dan efisien, seperti produktivitasnya, efektivitas menggunakan waktu, dana yang dipakai serta bahan yang tidak terpakai. Sedangkan evaluasi kerja melalui perilaku seseorang dapat dilakukan dengan cara membandingkan atau mengukur pereilaku
seseorang dengan teman sekerja atau mengamati tindakan seseorang dalam menjalankan perintah atau tugas yang diberikan, cara mengkomunikasikan tugas dan pekerjaan dengan orang lain. (Ondi Saondi dan Aris Suherman, 2010: 22).”
“Menurut Hamid Darmadi (2009: 61), kinerja guru akan menjadi optimal, bilamana diintegrasikan dengan komponen persekolahan, apakah itu kepala sekolah, guru, karyawan maupun anak didik. Kinerja guru akan bermakna bila dibarengi dengan nawaitu yang bersih dan ikhlas, serta
(21)
selalu menyadari akan kekurangan yang ada pada dirinya dan berupaya untuk dapat meningkatkan atas kekurangan tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan kearah yang lebih baik.”
.
Berdasarkan kajian di atas, dapat dipahami bahwa penilaian kinerja adalah suatu proses organisasi menilai kinerja guru atau mengevaluasi hasil kerja guru. Dengan mencatat dan mengakui hasil kerjanya, guru termotivasi untuk berbuat yang lebih baik atau berprestasi. Penilaian kinerja yang dilakukan dengan baik, tertib dan benar akan meningkatkan loyalitas para anggota organisasi dan akan menguntungkan perusahaan itu sendiri.
1.3 Ukuran Kinerja
Menurut Rusman (2010: 52), Ukuran kualitas kinerja guru dapat dilihat dari produktivitas pendidikan yang telah dicapai menyangkut output siswa yang dihasilkan. Menurut Paul Mali mendefinisikan produktivitas adalah
bagaimana menghasilkan atau meningkatkan hasil setinggi mungkin dengan memanfaatkan sumber daya secara efisien. Hubungan produktivitas dengan kinerja guru seseorang dipaparkan oleh Sutermeister, bahwa:
1. produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan.
2. prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk bekerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya.
3. motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada kondisi-kondisi fisik. Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa kinerja guru akan memiliki pengaruh terhadap produktivitas pendidikan. Besarnya pengaruh pada tingkat efektivitasnya baik secara internal maupun eksternal. Efektivitas internal mengacu pada kesuliruhan pendidikan seperti prestasi belajar, buku paket, metode pembelajaran, media pembelajaran,kurikulum dan sebagainya. Efektivitas eksternal mengacu pada perbandingan yaitu penjurusan program
(22)
pendidikan tertentu yang berpengaruh terhadap tingkat penghasilan lulusan yang telah bekerja.
“ Menurut Hamid Darmadi (2009: 60-61), ukuran kinerja guru terlihat dari rasa tanggungjawabnya menjalankan amanah, profesi yang diembanya, rasa tanggung jawab moral dipundaknya. Semua itu akan terlihat kepada kepatuhan dan loyalitasnya di dalam menjalankan tugas keguruannya di dalam kelas dan tugas kependidikannya di luar kelas. Sikap ini akan dibarengi pula dengan rasa tanggung jawabnya mempersiapkan segala perlengkapan pengajaran sebelum melaksanakan proses pembelajaran.” T.R. Mitchell mengemukakan bahwa, ukuran dari kinerja guru dapat dilihat dari quality of works, promthness, initiative and commmunication. Keempat komponen tersebut adalah ukuran standar kinerja yang dapat dijadikan dasar untuk mengetahui baik-buruknya atau efektif tidaknya kinerja seorang guru. (Rusman, 2010: 50).
“Guru yang memiliki kinerja tinggi akan bernafsu dan berusaha meningkatkan kompetensinya, baik kaitanya dalam perencanaan,
pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh hasil kerja yang optimal. Setidaknya terdapat sepuluh faktor yang dapat meningkatkan kinerja guru, baik faktor internal maupun faktor eksternal. Kesepuluh faktor tersebut adalah dorongan untuk bekerja, tanggung jawab terhadap tugas, minat terhadap guru, penghargaan atas tugas, peluang untuk berkembang, perhatian dari kepala sekolah, hubungan interpersonal dengan sesame guru, (MKMP) dan (KKG), kelompok diskusi terbimbing dan layanan
kepustakaan. (Hamid Darmadi,2010: 128).”
Berdasarkan beberapa kajian teori di atas, dapat dipahami bahwa, dalam mengukur kinerja kita harus memperhatikan indikator yang dipakai dalam penelitian, juga cara dalam pengukuran yang jelas. Sehingga kita dapat mengukur kinerja dengan baik dan sesuai standar.
Berdasarkan kajian di atas, dapat dipahami bahwa kinerja guru adalah kemampuan untuk melaksanakan pekerjaan atau tugas yang dimiliki guru
(23)
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan yaitu proses belajar mengajar.Dalam proses belajar mengajar guru telah melaksanakan tugasnya yaitu membuat perangkat pembelajaran.Namun kenyataannya, masih banyak guru yang belum mempersiapkan perencanaan pembelajaran tepat waktu, tingkat kehadiran guru yang rendah dan kedisiplinan kerja guru yang masih rendah pula. Bertolak dari hal tersebut, maka peneliti mengangkat kinerja guru untuk menjadi salah satu variabel penelitian.
2. Persepsi
Menurut Slameto (2010: 102) menyebutkan bahwa persepsi adalah proses menyangkut masuknya pesan atau informasi yang masuk ke dalam otak manusia. Melalui persepsi manusia terus-menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa dan pencium.
Persepsi mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut. (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 29)
Rahmat (1994:51) menyebutkan bahwa.
“Persepsi terjadi akibat objek menyentuh alat indera sehingga menimbulkan stimuli, oleh alat penerima atau alat indera stimuli ini akan dirubah menjadi energi syaraf untuk disampaikan ke otak stimuli akan diproses, sehingga individu dapat memahami dan menafsirkan pesan atau objek yang telah diterimanya maka tahap ini terjadi persepsi.”
(24)
Menurut Solso, persepsi adalah deteksi dan interpretasi stimulus yang ditangkap oleh penginderaan, kemudian ditransformasikan ke susunan saraf di otak, kemudian diinterpretasikan sehingga mengandung arti tertentu bagi kita (Satiadarma,2001: 45).
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009: 102) bahwa bagi seorang guru, mengetahui dan menerpakan prinsip-prinsip yang bersangkut-paut dengan persepsi sangat penting, karena:
1. makin baik suatu objek, orang atau peristiwa atau hubungan diketahui, makin baik objek, orang, peristiwa atau hubungan tersebut dapat diingat;
2. dalam pengajaran, menghindari salah pengertian merupakan hal yang harus dapat dilakukan oleh seorang guru, sebab salah pengertian akan menjadikan siswa belajar sesuatu yang keliru atau yang tudak relevan; dan
3. jika dalam mengajarkan sesuatu guru perlu mengganti benda yang sebenarnya dengan gambar atau potret dari benda tersebut, maka guru harus mengetahui bagaimana gambar atu potret tersebut harus dibuat agar tidak terjadi persepsi yang keliru
Prinsip- prinsip dasar tentang persepsi yang perlu diketahui oleh seorang pendidik, yang meliputi sebagai berikut.
1. Persepsi itu mempunyai tatanan
Pelajaran yang disampaikan seorang guru harus tersusun dalam tatanan yang baik. Bila tidak , maka siswa akan menyusun sendiri butir- butir pelajaran sesuai kemampuannya yang terkadang tidak sesuai dengan yang dikehandaki dari guru dan hasilnya siswa akan menjadi salah pengertian.
2. Persepsi itu relatif dan bukannya absolut
Manusia tidak ada yang mampu menyerap segala sesuatu persis seperti keadaan sebenarnya tetapi dapat secara relatif menerka atau menebak berat benda tersebut. Seorang guru dapat meramalkan dengan lebih baik persepsi siswanya untuk pelajaran
3. Persepsi itu selektif
Rangsangan yang diterima oleh manusia dari yang ada di sekelilingnya akan tergantung pada apa yang pernah ia pelajari, yang menarik perhatiannya dan ke arah mana persepsi itu mempunyai kecenderungan.
(25)
4. Persepsi individu atau kelompok dari tiap- tiap individu atau kelompok akan berbeda sekalipun situasinya sama(Slameto, 2008: 103-104). Berdasarkan prinsip- prinsip di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi atau pandangan dari setiap individu ataupun kelompok terhadap suatu objek yang diterima akan berbeda- beda. Persepsi atau pandangan siswa terhadap guru dapat muncul pada suatu proses pembelajaran yang berlangsung, penilaian siswa terhadap seorang guru bisa berupa penilaian positif ataupun negatif sesuai dengan apa yang ditangkap oleh siswa tersebut mengenai guru tersebut dari informasi- informasi yang diterima oleh panca inderanya, yaitu indera penglihatan, pendengar, peraba, perasa dan pencium.
3. Penggunaan Metode Pemberian Tugas 3.1 Pengertian Metode Pemberian Tugas
Menurut Nasution, metode berasal dari bahasa Yunani, yaitu methodos. Methodos berasal dari kata “meta” dan “hodos”. Meta berarti melalui, sedang hodos berarti jalan. Sehingga, metode berarti jalan yang dilalui atau cara untuk melakukan sesuatu atau prosedur. (Asmani, 2010: 19).
Hal senada diungkapkan Hamid Darmadi (2009: 42), dari segi bahasa metode berasal dari dua kata, yaitu meta dan hodos berarti “melalui atau “jalan”. Dengan demikian metode adalah dapat berarti cara atau jalan yang harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.
Metode adalah salah satu alat untuk mencapai tujuan. Dengan memanfaatkan metode secara akurat, guru akan mampu mencapai tujuan pengajaran.
(26)
“Menurut Roestiyah (2008: 133), tugas dapat diberikan dalam bentuk daftar sejumlah pertanyaan mengenai mata pelajaran terntentu atau satu perintah yang harus dibahas dengan diskusi atau perlu dicari uaraiannya pada buku pelajaran. Dapat juga berupa tugas tertulis atau tugas lisan yang lain, dapat ditugaskan untuk mengumpulkan sesuatu; membuat sesuatu, mengadakan observasi terhadap sesuatu dan bisa juga melakukan eksperimen.”
Tugas adalah suatu pekerjaan yang menuntut pelaksanaan untuk diselesaikan. Guru dapat memberikan tugas kepada anak didik sebagai bagian yang tak dapat terpisahkan dari tugas belajar anak didik. Tugas dapat diberikan dalam berbagai bentuk. Tidak hanya dalam bentuk tugas kelompok, tetapi dapat juga dalam bentuk tugas perorangan. (Djamarah dan Zain, 2010: 153-154).
Metode pemberian tugas adalah metode yang diberikan guru yang berupa tugas. Tetapi metode pemberian tugas tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), karena mengerjakannya bisa dilakukan di mana saja tidak hanya dirumah yang penting dikerjakan. Menurut Asmani (2010: 19) pemberian tugas adalah suatu pekerjaan yang harus anak didik selesaikan tanpa terikat tempat.
Metode Pemberian Tugas adalah metode penyajian bahan di mana guru memberikan tugas tertentu agar siswa melakukan kegiatan belajar.
Masalahnya tugas yang dilaksanakan oleh siswa dapat dilakukan di dalam kelas, di halaman sekolah, di laboratorium, di perpustakann, di bengkel, di rumah, atau di mana saja asal tugas dapat dikerjakan.( Djamarah dan Zain, 2010: 85).
(27)
Berdasarkan kajian di atas, dapat dipahami bahwa metode pemberian tugas adalah metode di mana guru meminta anak didik untuk menyelesaikan suatu tugas tanpa terikat tempat sehingga anak didik melakukan kegiatan belajar. Kegiatan dapat dikerjakan di sekolah, di rumah, di laboratorium, di bengkel dan di manapun yang penting dikerjakan dan dikumpulkan tepat waktu. 2.2 Penggunaan Metode Pemberian Tugas
Tugas atau resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah (PR), tetapi jauh lebih luas dari itu. Tugas biasanya dilaksanakan di rumah, di sekolah, di
perpustakaan, dan di tempat lainnya. Tugas dan resitasi merangsang anak untuk aktif belajar, baik secara individual maupun secara kelompok. Karena itu, tugas dapat diberikan secara individual atau dapat pula secara kelompok. (Djamarah dan Zain, 2010: 75),
Tekhnik pemberian tugas atau resitasi biasanya digunakan dengan tujuan agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasai. (Roestiyah, 2008: 133).
Pemilihan dan penentuan metode ini di dasari adanya metode-metode tertentu yang tidak bisa diapakai untuk mencapai tujuan tertentu. Misalnya, tujuan pangajaran adalah agar anak didik dapat menuliskan sebagaian dari ayat-ayat dalam surat AL-Fatihah, maka guru tidak dapat menggunakan metode
diskusi, tetapi yang tepat adalah metode latihan. (Djamarah dan Zain,2010: 77).
(28)
Pendidik dapat memilih metode yang paling tepat digunakan dalam pemilihan tersebut banyak yang harus dipertimbangkan, antara lain:
1. Keadaan murid yang mencangkup pertimbangan tentang tingkat kecerdasan, kematangan, perbedaan individu lainnya.
2. Tujuan yang hendak dicapai
3. Situasi yang menyangkut hal yang umum seperti situasi kelas, situasi lingkungan dan lain sebagainya.
4. Alat-alat yang tersedia 5. Kemampuan pengajar 6. Sifat dalam pengajaran
Al-Syaibanny menambahkan bahwa dasar-dasar penyusunan metode dalam pendidikan agama dengan mempertimbangkan:
a) Dasar agama
b) Dasar biologis, meliputi pertimbangan kebutuhan jasmani dan tingkat perkembangan usia anak didik.
c) Dasar psikologis, meliputi pertimbangan terhadap motivasi, kebutuhan, emosi, minat, sikap, keinginan, kesediaan, bakat dan intelektual anak didik.
d) Dasar sosial, meliputi pertimbangan kebutuhan sosial di lingkungan anak didik. (Hamid Darmadi, 2009: 43)
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa dalam pemilihan metode hendaknya guru dapat memperhatikan keadaan muridnya. Seperti kecerdasan, kematangan perbedaan individu dan lainnya. Tersediannya alat- alat-alat belajar juga sangat berpengaruh.Kemampuan guru untuk
menggunakan metode yang tepat akan memudahkan siswa menerima mata pelajaran yang disampaikan dan guru mudah untuk mencapai tujuan pendidikan.
Menurut Roestiyah (2008: 136), dalam pelaksanaan tekhnik pemberian tugas dan resitasi perlu memperhatikan langkah-langkah sebagai berikut.
1) Merumuskan tujuan khusus dari tugas yang diberikan.
2) Pertimbangan betul-betul apakah pemilihan teknik resitasi itu telah tepat dapat mencapai tujuan yang telah anda rumuskan.
(29)
3) Anda perlu merumuskan tugas-tugas dengan jelas dan mudah dimengerti. Adapun langkah-langkah yang harus diikuti dalam penggunaan metode tugas atau resitasi, yatu:
a. Fase Pemberian Tugas
Tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya mempertimbangkan: 1) Tujuan yang akan dicapai.
2) Jenis tugas yang jelas dan teapat sehingga anak mengerti apa yang yang ditugaskan tersebut.
3) Sesuai dengan kemampuan siswa.
4) Ada petunjuk atau sumbetr yang dapat membantu pekerjaan siswa. Sediakan waktu yang cukup untuk mengerjakan tugas tersebut.
b. Langkah Pelaksaaan Tugas
1) Diberikan bimbingan atau pengawasan oleh guru. 2) Diberikan dorongan sehingga anak mau bekerja
3) Diusahakan atau dikejakan oleh siswa sendiri, tidak menyuruh orang lain.
4) Dianjurkan agar siswa mencatat hasil=-hasil yang ia peroleh dengan baik dan sistematik.
c. Fase Mempertanggungjawabkan Tugas Hal yang harus dikerjakan pada fase ini:
1) Laporan siswa baik lisan atau tertulis dari apa yang telah dikerjakannya.
2) Ada Tanya jawab atau diskusi kelas.
3) Penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara lainnya.
Fase mempertanggungjawabkan tugas inilah yang disebut “resitasi. (Djamarah dan Zain, 2010: 86).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa dalam penggunaan metode tugas atau resitasi, sebaiknya guru mengikuti langkah-langkah seperti yang telah diuraikan di atas. Metode yang pada dasarnya memiliki tujuan untuk membantu guru dalam menyelesaikan bahan yang banyak sementara waktu yang tersedia sangat kurang.
Menurut Asmani (2010: 35-36), kelebihan metode pemberian tugas dan resitasi yaitu:
(30)
1) pengetahuan yang anak didik yang diperoleh dari hasil belajar sendiri akan dapat diingat lebih lama, dan
2) anak didik berkesempatan memupuk perkembangan dan keberanian mengambil inisiatif, bertanggung jawab dan berdiri sendiri.
Kekurangan metode pemberian tugas dan resitasi yaitu:
1) terkadang anak didik melakukan penipuan, misalanya anak didik hanya meniru hasil pekerjaan orang lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri,
2) terkadang tugas itu dikerjakan orang lain tanpa pengawasan, dan 3) sukar memberikan tugas yang memenuhi penilaian individual. Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa setiap metode yang digunakan memilki kelebihan dan kekurangan. Guru selayaknya dapat meyempurnakan penggunaan metode tersebut. Seperti metode pemberian tugas,di mana guru harus melakukan pengawasan, terkadang siswanya
melakukan penipuan yaitu meniru pekerjaan teman dan tugas yang dikerjakan orang lain.
Sedangkan menurut Djamarah dan Zain (2010: 87) Metode tugas dan resitasi mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan,antara lain:
1. Kelebihannya
a. Lebih merangsang siswa dalam melakukan aktivitas belajar individual dan kelompok.
b. Dapat mengembangkan kemandirian siswa di luar pengawasan guru.
c. Dapat membina tanggungjawab dan disiplin siswa. d. Dapat mengembangkan kreativitas siswa.
2. Kekurangannya
a. Siswa sulit dikontrol, apakah benar ia yang mengerjakan tugas ataukah orang lain.
b. Khusus untuk tugas kelompok, tidak jarang yang aktif mengerjakan dan menyelesaikannya adalah anggota tertentu saja, sedangkan anggota lainnya tidak berpartisipasi dengan baik.
c. Tidak mudah memberikan tugas yang sesuai dengan perbedaan individu siswa.
d. Sering memberikan tugas yang monoton (tidak bervariasi) dapat menimbulkan kebosanan siswa.
(31)
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa metode pemberian tugas ini dalam pelaksanaannya memiliki beberapa kelebihan dan mempunyai beberapa kelemahan. Adapun kelebihan metode pemberian tugas diantaranya adalah metode ini merupakan aplikasi pengajaran modern disebut juga azas aktivitas dalam mengajar yaitu guru mengajar harus merangsang siswa agar melakukan berbagai aktivitas sehubungan dengan apa yang dipelajari. Sedangkan kelemahan metode pemberian tugas yaitu : (1) guru sulit mengontrol apakah tugas benar-benar dikerjakan siswanya, (2) siswa sulit untuk memenuhi tugasnya, (3) pemberian tugas yang terlalu sering dan banyak mengakibatkan keluhan siswa, yang mengakibatkan minat belajar menurun.
Berdasarkan kajian diatas, dapat dipahami bahwa penggunaan metode pemberian tugas dianggap cukup tepat untuk digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Tugas diharapkan membuat anak didik mau mempelajari kembali pelajaran yang telah diajarkan disekolah. Namun, pemilihan dan penggunaan metode tetap harus memperhatikan siswanya. Penggunaan metode pemberian tugas dalam kegiatan belajar mengajar mempunyai tujuan agar siswa dapat memanfaatkan waktu senggangnya dengan kegiatan yang lebih bermanfaat. Selanjutnya guru harus tetap mengawasi siswa dan tetap memperhatikan tingkat kemampuan siswany dan tidak memberikan tugas yang banyak . Bertolak dari hal tersebut, maka peneliti mengangkat
penggunaan metode pemberian tugas untuk menjadi salah satu variabel penelitian.
(32)
4. Peran Wali Kelas
Peran dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian perasaan, ucapan, dan tindakan, sebagai suatu pola yang hubungan unit ditunjukan oleh individu terhadap individu lain.(Hamid Darmadi, 2010: 155)
Menurut Sukardi (2008: 90) , Wali kelas atau guru pembina adalah guru yang diberi tugas khusus di samping mengajar untuk mengelola status kelas siswa tertentu dan bertanggung jawab membantu kegiatan bimbingan dan konseling di kelasnya.
Sedangkan Menurut Soetjipto dan Kosasi (2007: 102), wali kelas merupakan personel sekolah yang ditugasi untuk menangani masalah-masalah yang dialami oleh siswa yang menjadi binaannya.
Berdasarkan kajian di atas, dapat dipahami bahwa wali kelas adalah guru yang diberi kepercayaan oleh kepala sekolah untuk mengelola lokal dan mengkendalikan siswa dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu peranan wali kelas sangat urgen dalam membina dan mengarahkan para siswanya dalam mencapai prestasi yang diinginkan.
Mekanisme kerja guru mata pelajaran, wali kelas, guru pembimbing, dan kepala sekolah dalam pembinaan siswa di Sekolah diperlukan adanya kerjasama semua personil sekolah yang meliputi guru mata pelajaran, guru pembimbing, wali kelas, dan kepala sekolah. Menurut Sukardi (2008: 94), di samping sebagai orang tua kedua di sekolah, juga membantu mengkoordinasi informasi dan kelengkapan data yang meliputi:
(33)
- daftar nilai; - angket siswa; - angket orang tua; - catatan anekdot;
- laporan observasi siswa;
- catatan kunjungan rumah (home visit); - catatan wawancara.
Berdasarkan uraian di atas, dapat simpulkan bahwa wali kelas bukan hanya sebagai pengajar saja. Seorang wali kelas juga dapat berperan sebagai seorang motivator, fasilitator dan mengetahui seluk beluk permasalahan siswa baik secara pribadi, sosial dan akademis.
Achmad Juntika Nurihsan (2007: 49), mengemukakan wali kelas sebagai mitra kerja konselor juga memiliki tugas-tugas bimbingan, yaitu:
1. membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya;
2. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan;
3. memberikan informasi tentang siswa di kelasnya untuk memperoleh layanan bimbingan dari guru pembimbing;
4. menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu diperhatikan khusus; serta
5. ikut serta dalam konferensi kasus.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wali kelas juga ikut membantu kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. Tugas dan tanggungjawab wali kelas harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya agar kegiatan bimbingan dan konseling dapat berjalan dengan baik.
Kewajiban dan tugas wali kelas, yang dianalisis menyangkut pola-pola dan kebiasaan kerja antara lain dalam hal:
1) membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya;
(34)
2) membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi siswa, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan;
3) memberikan informasi tentang siswa di kelasnya untuk memperoleh pelayanan bimbingan dari guru pembimbing;
4) keikutsertaannya dalam konferensi kasus yang diselenggarakan;
5) menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang siswa yang perlu mendapat perhatian khusus. (Ridwan, 2008: 181).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa peran wali kelas tidak hanya mengajar ataupun mengelola kelas. Wali kelas ikut andil dalam pelayanan bimbingan dan konseling di kelasnya. Seperti menginformasikan kepada siswanya untuk dapat berdiskusi mengenai kesulitan-kesulitan belajar. Wali kelas dapat bekerjasama dengan guru mata pelajaran untuk memberi perhatian khusus kepada siswa yang menghadapi kesulitan.
Menurut Mamat Supriatna (2011: 89), wali kelas sebagai mitra kerja konselor, juga memiliki tugas-tugas bimbingan dan konseling yaitu:
1. membantu guru bimbingan dan konseling melaksanakan layanan bimbingan dan konseling yang menjadi tanggung jawabnya;
2. membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya, untuk mengikuti layanan bimbingan dan konseling;
3. memberikan informasi tentang peserta didik di kelasnya untuk
memperoleh layanan bimbingan dan konseling dari guru bimbingan dan konseling;
4. menginformasikan kepada guru mata pelajaran tentang peserta didik yang perlu diperhatikan khusus; serta
5. ikut serta dalam konferensi kasus.
Berdasarkan pendapat di atas, wali kelas sebagai mitra kerja konselor dapat membantu menginformasikan kepada siswanya bahwa mereka berhak untuk mendapatkan layanan bimbingan. Layanan bimbingan ini dapat membantu siswa menyelesaikan masalah siswa. Masalah siswa tidak terbatas pada
(35)
masalah dalam proses pembelajaran tetapi masalah sosial dapat juga didiskusikan dengan guru pembimbing.
Pendapat berbeda disampaikan oleh Soetjipto dan Raflis Kosasi (2007: 102-103), menyatakan berkenaan dengan kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah peran dan tanggung jawab wali kelas adalah
1) mengumpulkan data siswa’
2) menyelenggarakan bimbingan kelompok,
3) meneliti kemajuandan perkembangan siswa (akadamik, sosial, fisik, dan pribadi),
4) meguasai kegiatan siswa sehari-hari, 5) mengobservasi kegiatan siswa di rumah, 6) mengadakan kegiatan orientasi,
7) memberikan penerangan,
8) mengatur dan menempatkan siswa,
9) memantau hubungan sosial siswa dengan individual lainnya dari berbagai segi, seperti frekuensi pergaulan, intensitas pergaulan dan popularitas pergaulan,
10) bekerjasama dengan konselor dalam membuat sosiometri dan sosiogram, 11) bekerjasama dengan konselor dalam mengadakan pemeriksaan kesehatan
psikologis oleh tim ahli,
12) mengidentifikasi siswa yang memerlukan bantuan,
13) ikut serta atau menyelenggarakan sendiri pertemuan kasus (case conference).
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa tugas dan kewajiban wali kelas setelah dianalisis menyangkut pola-pola kebiasaan kerja adalah
membantu guru pembimbing melaksanakan layanan yang menjadi tanggung jawabnya, seperti memberi kesempatan dan kemudahan untuk mengikuti layanan bimbingan, ikut serta dalam penaganan suatu kasus dan berdiskusi dengan guru mata pelajaran mengenai siswa yang mengalami kesulitan dalam mata pelajaran tertentu.
(36)
Sehubungan dengan peranannya sebagai pembimbing, seorang guru harus: 1. mengumpulkan data tentang siswa;
2. mengamati tingkah laku siswa dalam situasi sehari-hari; 3. mengenal para siswa yang memerlukan bantuan khusus;
4. mengadakan pertemuan atau hubungan dengan orang tua siswa, baik secara individu maupun secara kelompok untuk memperoleh saling pengertian tentang pendidikan anak;
5. bekerjasama dengan masyarakat dan lembaga-lembaga lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa;
6. membuat catatan pribadi siswa serta menyiapkan dengan baik; 7. menyelenggarakan bimbingan kelompok atau individu;
8. bekerjasama dengan petugas-petugas bimbingan lainnya untuk membantu memecahkan masalah siswa;
9. meyusun program bimbingan sekolah bersama-sama dengan petugas bimingan lainnya;
10. meneliti kemajuan siswa, baik di sekolah maupun di luar sekolah. (Ondi Saondi dan Aris Suherman, 2009: 20)
Menurut Sukardi (2008: 92), sebagai pengelola kelas tertentu, dalam pelayanan bimbingan dan konseling berperan:
a) membantu guru pembimbing/konselor melaksanakan tugas-tugas khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
b) membantu guru mata pelajaran/pelatih melaksanakan peranannya dalam pelayanan bimbingan, khususnya di kelas yang menjadi tanggung jawabnya;
c) membantu memberikan kesempatan dan kemudahan bagi peserta didik di kelas yang menjadi tanggung jawabnya dalam menjalani layanan dan atau kegiatan bimbingan dan konseling;
d) berpartisipasi aktif dalam kegiatan khusus bimbingan dan koseling, khususnya konferensi kasus
e) mengalihtangankan peserta didik yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling kepada guru pembimbing.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa peranan guru sebagai guru pembimbing akan dapat membantu siswa untuk dapat menjadi peserta didik yang selaras dengan tujuan sekolah. Guru sebagai pembimbing dapat
(37)
pengarahan diri yang dibutuhkan untuk melakukan penyesuaian diri secara maksimal terhadap sekolah.
Keputusan Kepala SMA Negeri 2 Kalianda Nomor : 424/ 001 /III.02.32/2011
Tanggal: 03 Januari 2011
Tabel 3. Pembagian Tugas Pembelajaran Semester Genap TP: 2010/2011
No Nama Kelas Keterangan
1 Raita Karmila, S.Pd X 1 Semua Wali Kelas:
2 Yeti Yulianti, S.Pd X 2 a. Bertugas dan bertanggungjawab 3 Hayati, S.Pd X 3 mengelola kelasnya, baik teknis 4 Mirdalita, S.Pd X 4 administrasi maupun teknis edukatif 5 Herwansyah, S.Pd X 5 b.Wali kelas dituntut banyak memberi 6 Muhtar, S.Pd X 6 kan masukan kepada guru BK bagi siswa 7 Dra.Hj.Yayah Asyiah X 7 c.Menerapkan 12 (dua belas) langkah
pelaksanaan
8 Ishanurhamid, M.Pd X 8 1.Mengetahui tugas pokoknya 9 Dra.Yulia Fahda, M.Pd XI IPA 1 2. Mengetahui jumlah anak didiknya 10 Drs.Hamdan Syukri Zam XI IPA 2 3. Mengetahui nama anak didiknya 11 Nana Keristiana,S.Pd XI IPA 3 4. Mengetahui identitas anak didiknya 12 Emidarti, S.Pd XI IPS 1 5. Mengetahui kehadiran anak didiknya 13 Dra.Ertis Ms XI IPS 2 6. Mengetahui masalah anak didiknya, hal 14 Aang Alwansyah, S.pd XI IPS 3 Pelajaran, maupun sosial ekonominya 15 Laili Fathia, S.sos XI IPS 4 7. Mengadakan penilaian kelakuan,
kerajinan,dll
16 Darmiyati, S.pd XI IPS 5 8. Mengambil tindakan untuk mengatasi masalah
17 Sri Yaniatri, S.Pd XII IPA1 9. Memperhatikan buku raport kenaikan kelas dan
18 Sepnala, S.Pd XII IPA2 Ujian akhir
19 Rismahayati, S.Pd XII IPS1 10. Memperhatikan kesehatan anak didiknya 20 Dra. Malindawati XII IPS2 11. Membina suasana kekeluargaan kelasnya 21 Drs. Harna Priyanta XII IPS3 12. Melaporkan kepada Kepala Sekolah 22 Drs. Syharizal XII IPS4
Sumber: Tata Usaha SMA Negeri 2 Kalinda
Guru adalah pendidik dan sekaligus pembimbing belajar. Guru lebih memahami keterbatasan waktu bagi siswa. Seringkali siswa lengah tentang nilai kesempatan belajar oleh karena itu guru dapat mengupayakan optimalisasi unsur-unsur dinamis yang ada dalam diri siswa dan yang ada di lingkungan siswa. Upaya optiomalisasi tersebut, sebagai berikut:
1) Pemberian kesempatan pada siswa untuk mengungkapkan hambatan belajar yang dialaminya,
(38)
2) Memelihara minat, kemauan, dan semangat belajarnya sehingga terwujud tindak belajar, betapa lambat gerak belajar, guru “tetap secara terus-menerus mendorong; dalam hal ini berlaku semboyan “lambat asal selamat, takkan lari guning dikejar”.
3) Meminta kesempatan pada orang tua siswa atau wali, agar memberi kesempatan kepada siswa untuk beraktualisasai diri dalam belajar.
4) Memanfaatkan unsur-unsur lingkungan yang mendorong belajar; misalnya surat kabar, dan tayangan televisi yang mengganggu pemusatan perhatian belajar agar dicegah.
5) Menggunakan waktu secara tertib, penguat dan suasana gembira terpusat pada perilaku belajar; pada tingkat ini guru memberlakukan upaya ;belajar merupakan aktualisasi diri siswa;.
6) Guru merangsang siswa dengan penguatan memberi rasa percaya diri bahwa ia dapat mengatasi segala hambatan dan “pasti berhasil”; sebagai ilustrasi siswa dibebaskan rasa harga dirinya dengan berbuat sampai berhasil. (Dimyati Dan Mudjiono, 2009: 104).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa peran wali kelas bukan sekadar petugas administratif, yang hanya mengurusi presensi dan absensi siswa. Wali kelas juga bukan sekadar “mengkoordinator” guru dan siswa. Wali kelas bukan pula seorang “penguasa tunggal”, yang bisa mengatur dan
“memanfaatkan” para siswanya. Wali kelas adalah figur pelindung, pendorong, pemacu, penyelamat, dan sebagainya bagi para siswanya.
Berdasarkan kajian diatas, dapat dipahami bahwa peran wali kelas.Wali kelas mempunyai peran yang hampir sama dengan guru.Tetapi peran wali kelas lebih urgen karena wali kelas sangat berperan aktif dalam membantu kelancaran dan keefektifan proses belajar mengajar dan menghantarkan siswa kepada minat dan semangat yang kuat untuk lebih giat belajar. Peranan wali kelas sebagai seorang guru tidak pernah habis dan yang selalu ia tuntut adalah bagaimana bahan pelajaran yang disampaikannya dapat diterima dan dicerna oleh siswa dengan baik dan penuh semangat dan siswa memiliki minat belajar yang keras dan mampu mengusai pelajaran secara tuntas. Namun, kenyataan dalam
(39)
melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya wali kelas belum optimal. Masih terdapat siswa yang menghadapi kesulitan dalam belajar bingung untuk mendiskusikan permasalahannya. Bertolak dari hal tersebut, maka peneliti mengangkat penilaian akhir semester untuk menjadi salah satu variabel penelitian.
5. Penilaian Hasil Belajar Siswa
Menurut Rusman (2010: 96), penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan data tentang proses dan hasil yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan.
Menurut Cross, evaluation is a process which determines the extent to which objectives have been achieved. Yang artinya evaluasi merupakan proses yang menentukan kondisi, di mana suatu tujuan telah dapat dicapai. (Sukardi, 2008: 1).
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Ralp Tyler bahwa evaluasi merupakan sebuah proses pengumpulan data untuk menentukan sejauh mana, dalam hal apa, dan bagiamana tujuan pendidikan sudah tercapai. Jika belum, bagaimana yang belum dan apa sebabnya. (Suharsimi Arikunto, 2010: 3).
Rustaman Y. Nuryani, mengemukakan bahwa asesmen berada pihak yang di-ases dan digunakan untuk mengungkapkan kemajuan perorangan. Dalam bidang pendidikan asesmen sering dikaitkan dengan pencapaian kurikulum,
(40)
dan digunakan untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan proses pembelajarn dan hasilnya.(Arnie Fajar, 2009: 218).
Evaluasi juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan pengambilan keputusan. (Sukardi, 2008:1).
Berdasarkan kajian di atas dapat dipahami bahwa penilaian adalah pengukuran yang bertujuan untuk mengetahui apakah suatu program
pendidikan, pengajaran, atupun pelatihan tersebut telah dikuasai oleh peserta didik atau belum. Penilaian yang akan dilakukan hendaknya dilakukan secara berkala dan berkelanjutan. Penilaian juga digunakan untuk mengumpulkan informasi berkenaan dengan proses pembelajaran dan hasilnya.
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya.(Dimyati dan Mudjiono, 2009: 2)
Belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam diri seseorang setelah
berakhirnya melakukan aktivitas belajar. Walaupun pada kenyataannya tidak semua perubahan termasuk kategori belajar. Misalnya, perubahan fisik, mabuk, gila dan sebagainya. (Djamarah dan Zain, 2010: 38).
Berdasarkan kajian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian dan tingkah laku manusia dalam bentuk kebiasaan, penguasaan pengetahuan atau ketrampilan, dan sikap
(41)
berdasarkan latihan dan pengalaman dalam mencari informasi, memecahkan masalah, mencermati lingkungan untuk mengumpulkan pengetahuan– pengetahuan melalui pemahaman, penguasaan, ingatan, dan pengungkapan kembali di waktu yang akan datang. Belajar berlangsung terus–menerus dan tidak boleh dipaksakan tetapi dibiarkan belajar bebas dalam mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya
“Menurut Djamarah (2000: 45), hasil adalah prestasi dari suatu kegiatan yang telah dikerjakan, diciptakan, baik secara individu maupun kelompok. Hasil tidak akan pernah dihasilkan selama orang tidak melakukan sesuatu. Untuk menghasilkan sebuah prestasi dibutuhkan perjuangan dan pengorbanan yang sangat besar. Hanya dengan keuletan, sungguh–sungguh, kemauan yang tinggi dan rasa optimisme dirilah yang mampu untuk mancapainya.”
“Sementara itu, Arikunto ( 1990:133) mengatakan bahwa hasil belajar adalah hasil akhir setelah mengalami proses belajar, perubahan itu tampak dalam perbuatan yang dapat diaamati,dan dapat diukur”. Nasution ( 1995 : 25) mengemukakan bahwa hasil adalah suatu perubahan pada diri individu. Perubahan yang dimaksud tidak halnya perubahan pengetahuan, tetapi juga meliputi perubahan kecakapan, sikap, pengrtian, dan penghargaan diri pada individu tersebut.”
Berdasarkan kajian di atas, dapat disimpulkan bahwa, hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau fikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupa sehingga nampak pada diri indivdu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.
(42)
“Evaluasi hasil belajar adalah merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan/atau pengukuran hasil belajar. Tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.” Nilai akhir sering juga dikenal dengan istilah nilai final adalah nilai, baik berupa angka atau huruf, yang melambangkan tingkat keberhasilan peserta didik setelah mereka mengikuti program pendidikan pada jenjang pendidikan tertentu, dalam jangka waktu yang telah ditentukan.
(Anas Sudijono, 2006: 431).
Pada tujuan instruksional tahap akhir, yang terakait dengan kenaikan kelas, muncul urusan kebijakan sekolah. Kebijakan penilaian sekolah tersebut merupakan kebijakan guru sebagai pengelola proses belajar. Pada tujuan instruksional umum tingkat sekolah berlaku evaluasi tahap akhir, yang dikenal dengan EBTA atau hasil EBTANAS. (Dimyati dan Mudjiono, 2009: 251) .
Evaluasi hasil belajar merupakan suatu proses yang sistematis. Agar proses evaluasi hasil belajar dapat diadministrasikan atau dilaksanakan oleh seorang penilai, maka ada beberapa tahapan/langkah kegiatan yang perlu dilaksanakan penilai meliputi:
1. persiapan
2. penyusunan alat ukur 3. pelaksanaan pengukuran 4. pengolahan hasil pengukuran 5. pelaporan
(43)
Menurut Arnie Fajar (2009: 217), pada akhir suatu program pendidikan, pengajaran, atau pun pelatihan pada umumnya diadakan penilaian. Tujuannya tiada lain untuk mengetahui apakah sutu program pendidikan, pengajaran, atau pun pelatihan tersebut telah dikuasai oleh pesertanya atau belum. Menurut Anas Sudijono (2008: 431), penentuan nilai akhir setidak-tidaknya memiliki empat macam fungsi yaitu:
a. Fungsi admnistratif b. Fungsi informatif c. Fungsi bimbingan d. Fungsi Instruksional
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa dalam penentuan nilai akhir guru harus memperhatikan empat macam fungsi, yaitu fungsi administratif yang memandang apakah peserta didik layak untuk diberikan beasiswa, fungsi informatif yaitu memberi informasi kepada pihak terkait, seperti orang tua atau wali murid, fungsi bimbingan yaitu guru memberikan bimbingan dan bantuan psikologis kepada peserta didik dan fungsi instruksional yaitu pemberian nilai akhir dapat dilaksanakan secara obyektif, sehingga keberhasilan atau
ketidakberhasilan peserta didik pada setiap bagian dari tujuan pengajaran tersebut.
Hal senada diungkapkan Suharsimi Arikunto (2010: 274), nilai mermpunyai 4 fungsi sebagai berikut:
a. fungsi instruksional b. fungsi informatif
(44)
c. fungsi bimbingan d. fungsi administratif
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa, pemberian nilai akhir sangat penting dilakukan. Pemberian nilai akhir diharapkan dapat dilaksanakan dengan tepat dan obyektif. Penilaian yang tepat dan obyektif dapat membantu guru mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan peserta didik pada setiap bagian dari tujuan pengajaran tersebut.
Sekalipun antara lembaga pendidikan formal yang satu dengan lembaga pendidikan formal lainnya belum tentu memiliki kesamaan, namun pada umumnya kegiatan menentukan nilai akhir itu didasarkan pada empat faktor, yaitu:
a. Faktor pencapaian atau prestasi (achievement) b. Faktor usaha (effort)
c. Faktor aspek pribadi dan sosial (personnal and social characteristics) d. Faktor aspek kebiasaan kerja (work habit)
(Anas Sudijono, 2007: 434).
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami bahwa dengan memperhatikan dan mempertimbangkan keempat faktor tersebut diharapkan bahwa nilai akhir yang diberikan kepada peserta didik itu adalah nilai akahir yang betul-betul dapat menggambarkan secara utuh dan lengkap mengenai diri peserta didik, baik dari segi kecerdasan otaknya, sikap mental maupun kepribadiaannya.
(45)
Hal senada diungkapkan Suharsimi Arikunto (2010: 276), walaupun hal yang dinilai tidak sama di setiap sekolah, namun secara garis besar dapat
ditentukan unsur umum dalam penilain yang menyangkut faktor-faktor yang harus dipertimbangkan. Unsur umun tersebut adalah sebagai berikut:
a. prestasi/pencapaian (achievement) b. usaha (effort)
c. aspek pribadi dan sosial (personal and social characteristisa) d. kebiasaan bekerja (working habits)
Berdasarkan uraian di atas dapat dipahami bahwa , tiap guru mempunyai pendapat sendiri tentang cara menentukan nilai akhir. Hal ini sangat
dipengaruhi oleh pandangan mereka terhadap penting dan tidaknya bagian, kegiatan yang dilakukan siswa. Yang dimaksudkan dengan kegiatan-kegiatan siswa misalnya: menyelesaikan tugas, mengikuti diskusi, menempuh tes formatif, menempuh tes tengah semester, tes semester, menghadiri pelajaran/kuliah, dan sebagainya.
Penilaian akhir semester atau ujian akhir semester (UAS) sering disebut juga penilaian umum, dengan bahan yang diujikan sebagai berikut.
a. Penilaian akhir semester pertama soalnya diambil dari materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester pertama.
b. Penilaian akhir semester kedua soalnya merupkan gabungan dari materi standar , standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester pertama dan kedua, dengan penekanan pada materi standar, standar kompetensi, dan kompetensi dasar semester kedua. (E. Mulyasa, 2009:210).
(46)
Guru berpendapat bahwa menghadiri pelajaran dan mengikuti diskusi sudah merupakan kegiatan yang sangat menunujang prestasi sehingga absensi siswa perlu dipertimbangkan dalam menentukan nilai akhir. Guru lain berpendapat sebaliknya, karena walaupun hadir dalam kuliah/pekerjaan, mungkin saja hanya raganya saja. Dengan demikian, tidak ada gunanya memperhitungkan absensi. (Suharsimi Arikunto, 2010: 277)
Menurut Anas Sudijono (2007: 437), mengemukakan tiga macam contoh cara yang sering dipergunakan dalam penentuan nilai akhir yaitu:
a. Nilai akhir diperoleh dengan jalan memperhitungkan nilai hasil tes formatif, yaitu nilai rata-rata hasil ulangan harian, dengan nilai hasil tes sumatif, yaitu nilai hasil ulangan umum atau EBTA,
b. Cara kedua ini dipergunakan untuk keperluan pengisian nilai dalam ijazah atau Surat Tanda Tamat Belajar (STTB). Di sinilah nilai akhir diperoleh dari: nilai-nilai rata-rata hasil ulangan harian (H), diberi bobot 1,
ditambah dengan nilai hasil Evaluasi Tahap Akhir (EBTA), diberi bobot 2 Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa penentuan nilai akhir pada umumnya dilakukan saat guru akan mengisi buku laporan pendidikan (rapor), atau mengisi ijazah (Surat Tanda Tamat Belajar). Dalam praktek mereka telah dibimbing oleh suatu peraturan atau pedoman yang berwenang. Dalam prakteknya banyak cara yang digunakan oleh guru dalam menentukan nilai akhir.
Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 278), menyatakan akan disajikan beberapa contohpenilain akhir yaitu:
a. Untuk memperoleh nilai akhir, perlu diperhitungkan nilai tes formatif dan tes sumatif
(47)
b. Nilai akhir diperoleh dari nilai tugas, nilai ulangan harian dan nilai ulangan umum dengan bobot 2, 3 dan 5.
c. Nilai akhir untuk STTB diperoleh dari rata-rata nilai ulangan harian (diberi bobot satu) dan nilai EBTA (diberi bobot 2), kemudian dibagi 3.
Berdasarkan pendapat di atas, dapat dipahami bahwa penentuan nilai akhir dilakukan guru pada waktu mengisi rapor atau STTB. Biasanya dalam
menentukan nilai akhir ini guru dibimbing oleh suatu peraturan atau pedoman yang dikeluarkan oleh pemerintah atau kantor/badan yang membawahinya. Laporan ini sangat bermanfaat bagi beberapa pihak yaitu siswa itu sendiri, guru yang mengajar, orang tua dan petugas lainnya di sekolah.
“UAS dilaksanakan secara bersama untuk kelas-kelas paralel dan pada umumnya dilakukan penilaian umum bersam, baik tingkat rayon, kecamatan, kodya/kabupaten, maupun provinsi. Hal ini dilakukan terutama untuk meningkatkan pemerataan mutu pendidikan dan untuk menjaga keakuratan soal-soal yang diujikan. Disamping untuk
menghemat tenaga dan biaya, pengembangan soal bisa dilakukan oleh bank soal, dan bisa digunakan secara berulang-ulang selama soal tersebut masih layak dipergunakan. (E. Mulyasa, 2009:210).” Menurut Sukardi (2008: 220-221), mengemukakan bahwa seorang guru sering kali hanya menerima ketentuan grade atau penentu nilai yang ada dari pimpinan sekolah. Dalam hal ini, guru hanya melaksanakan atu mengisi sesuai dengan dengan ketentuan yang dianjurkan. Mengingat pentingnya grade hasil belajar terhadap prospek siswa yang bersangkutan, maka agar tetap bijak dalam menentukan grade hasil belajar, sebaiknya guru memahami bagaimana mekanisme grade akhir dilakukan. Berikut ini diuraikan beberapa langkah penting yang perlu diperhatikan yaitu:
a. Menentukan makna dari grade atau skor yang direncanakan, sejak awal pertemuan dengan para siswa.
b. Menentukan penampilan (performance) apa yang perlu dimasukkan dalam grade.
c. Memberitahukan kepada para siswa tentang bagaimana proses penentuan grade dilakukan, agar mereka dapat meningkatkan motivasi belajar dengan tetap memperhatikan proses penentuan grade hasil belajar.
(48)
d. Penilaian akhir hasil belajar siswa, sebaiknya tetap memperhatikan bahwa penentu grade diberikan untuk merepresentasikan hasil belajar secara individual bukan secara bersama.
e. Mengestimasi bagaimana persentase siswa menerima nilai dalam setiap tingkatan grade yang ada.
f. Membuat kriteria atau bobot guna membuat pertimbangan kategori tentang penampilan siswa.
g. Membakukan cara skorsing atau penilaian dan juga tentukan jumlah total yang dicapai untuk setiap siswa.
h. Sertakan catatan yang perlu pada setiap siswa, termasuk catatan seperti berapa kali absen karena sakit, tidak ada berita, atau seizin guru kelas. i. Hindari tindakan penentuan grade yang menghasilkan interpretasi yang
keliru atau meragukan. Sebagi contoh, rerata siswa adalah pada batas 6,6; padahal ujian akhirnya mencapai nilai 9. Untuk itu, guru bisa mencek kembali daftar penilaian, dalam setiap ulangan, dan keaktifannya dalam mengerjakan tugas atau pekerjaan rumah dari guru. Pilih tingkatan grade hasil belajar siswa yang lebih atas, sehinggamemperoleh nilai 7 atau memperoleh grade B, daripada ia mendapatkan nilai 6,6 atau C+. Berikut ini diberikan contoh format penentuan grade para siswa.
Tabel 4. Penilaian Akhir Pencapaian/
Penampilan Persentase Butir Bobot Nilai Skor Total Ujian Mid
Ujian Akhir Presentasi
Eksperimen di Laboratorium Tugas Pekerjaan Rumah Partisipasi dalam Diskusi Kehadiran
Total
Berdasarkan kajian di atas, dapat dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah Penentuan nilai akhir oleh seseorang pendidik (pengajar) terhadap peserta didiknya pada dasarnya merupakan pemberian dan penentuan pendapat pendidik tersebut terhadap peserta didiknya. Terutama mengenai
perkembangan, kemajuan dan hasil-hasil yang telah dicapai peserta didik yang berada di bawah asuhannya. Setelah mereka menempuh proses pembelajaran dalam jangka waktu tertentu dan dalam praktek mereka telah
(49)
dibimbing oleh sutu peraturan atau pedoman yang diteapkan oleh pihak yang berwenang. Karena itu dalam praktek kita jumpai berbagai macam cara yang biasa digunakan oleh guru dalam menentukan nilai akhir tersebut. Namun, pada kenyataan masih terdapat guru dalam melakukan penilaian akhir semester tidak memperhatikan itu semua. Beberapa guru hanya melihat pada satu titik yaitu kemampuan akademik dan unsur kedekatan personal tanpa memperhatikan faktor-faktor lain. Bertolak dari hal tersebut, maka peneliti mengangkat penilaian akhir semester untuk menjadi salah satu variabel penelitian.
6. Hasil Penelitian yang Relevan
Studi atau penelitian yang sejenis dengan pokok masalah yang dihadapkan dalam skripsi ini telah banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti terdahulu. Oleh karena itu pada bagian ini dilengkapi beberapa hasil penelitian yang ada kaitanya dengan pokok masalah ini, antara lain:
Tabel 5. Hasil Penelitian yang Relevan
No Nama Judul Skripsi Kesimpulan
1 A. Thamarin
Nasier Penerapan Metode Pemberian Tugas Sebagai Upaya Meningkatkan hasil Belajar Siswa/siswi Kelas X Jurusan Akuntansi Pada SMK PGRI 4 bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010-2011
(1) Aktivitas siswa pada siklus I adalah sebesar 64,16%, siklus 2 sebesar 69,17%,dan siklus 3 sebesar 74,17%. (2) Hasil Belajar yang diukur dari kognitif adalah : siklus 1 sebesar 64,33%, siklus 2 sebesar 69,67% dan siklus 3 sebesar 74,67%.
Berdasarkan penelitian ini diperoleh
(50)
kesimpulan bahwa dalam pembelajaran dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar. 2 Wayan Sumerta Pengaruh perencanaan
program kepala sekolah, disiplin kerja guru, dan pengawasan terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 1 Banjit Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011
Ada pengaruh
perencanaan program kerja kepala sekolah, disiplin kerja guru, dan pengawasan terhadap kinerja guru pada SMA N 1 Banjit Way Kanan Tahun Pelajaran 2010/2011, yang ditunjukan oleh uji regresi linier multiple diperoleh (R) 0,762 yang menunjukan koefisien korelasi Rhitung>Rtabel yaitu 0,762>0,444 dan koofesien determinasi (R2) 0,581 atau 58,1% 3 Susanti Pengaruh pengawasan, masa
kerja, dan kompensasi terhadap kinerja guru di SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010
Ada Pengaruh pengawasan, masa kerja, dan kompensasi terhadap kinerja guru pada SMA Negeri 4 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2009/2010, diperoleh Fhitung>Ftabel = 25,013>2.816 dengan keeratan hubungan koofisien korelasi R2) 0,794 dan koefisien determinasi (R2) 0,630 atau 63%
(51)
B. Kerangka Pikir
Kinerja guru adalah suatu proses kerja guru yang terdiri dari merencanakan, melaksanakan dan menilai proses belajar mengajar guru. Keberhasilan seorang guru dapat terlihat dari tingkat kehadiran, penggunaan metode dan model . Pelaksanaan pembelajaran sesuai KTSP, penyusunan pemetaan, pembuatan prota dan prosem, pembuatan silabus, penyusunan RPP, meyusun soal, penilaian dan pembagian hasil ujian merupakan sasaran atau kriteria yang telah ditetapkan dan telah disepakati bersama.
Penggunaan metode yang tepat dalam proses belajar mengajar merupakan hal penting. Penggunaan metode pemberian tugas adalah penggunaan metode di mana siswa dapat mengerjakan tugas tidak terikat tempat yang penting tugas dapat diselesaikan. Penggunaan metode pemberian tugas terdiri dari
pelaksaan metode pemberian tugas dan jenis tugas yang diberikan. Penggunaan metode dalam proses belajar mengajar yang baik akan berdampak pada kinerja guru yang baik pula.
Wali kelas merupakan orang tua pertama di sekolah yang diberi tugas khusus oleh kepala sekolah untuk bertanggungjawab atas anak didiknya. Peran wali kelas di sekolah antara lain bertanggung jawab atas pengelolaan kelas dan bertanggunag jawab membantu kegiatan bimbingan dan konseling di kelas. Peran wali kelas yangbaik akan berdampak pada kineja guru yang baik pula. Penilaian akhir semester adalah penilaian yang dilakukan setelah siswa
mengalami proses belajar selama satu semester . Dalam penilaian hasil belajar siswa sebaiknya guru dapat mempertimbangkan faktor-faktor yang
(52)
mempengaruhi dan bagaimana pelaksanaan penilaian itu sendiri. Seperti faktor tingkat kehadiran, minat , bakat dan sebagainya. Penilaian hasil belajar siswa yang baik akan berdampak pada kinerja guru yang baik pula.
Bertolak dari pemikiran di atas, untuk memperjelas pengaruh penggunaan metode pemberian tugas, peran wali kelas, dan penilaian akhir semester terhadap kinerja guru dapat dilihat pada paradigma, sebagai berikut:
Gambar 1. Paradigma Penelitian Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas (X1), Persepsi Guru Tentang Peran Wali Kelas (X2), dan Persepsi Guru Tentang Penilaian Hasil Belajar Siswa (X3) Terhadap Kinerja Guru (Y)
Persepsi Guru Tentang Penggunaan
Metode Pemberian Tugas (X1) Persepsi Guru Tentang Peran Wali
Kelas (X2) Persepsi Guru Tentang Penilaian Hasil Belajar Siswa
(X3)
Kinerja Guru (Y) r1
r2
r3
r4
(53)
C. Hipotesis
1. Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Kalianda pada tahun pelajaran 2011/2012.
2. Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Peran Wali Kelas Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Kalianda pada tahun pelajaran 2011/2012. 3. Ada Pengaruh Persepsi guru Tentang Penilaian Hasil Belajar Siswa
Terhadap Kinerja guru pada SMA Negeri 2 Kalianda pada tahun pelajaran 2011/2012.
4. Ada Pengaruh Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas, Peran Wali Kelas dan Penilaian Hasil Belajar Siswa Terhadap Kinerja Guru pada SMA Negeri 2 Kalianda pada tahun pelajaran 2011/2012.
(54)
III. METODE PENELITIAN
Pada Bab III ini, akan membahas beberapa hal mengenai: Desain penelitian, populasi dan sampel dalam penelitian, variabel penelitian dan definisi opersional. Selain itu juga akan dijelaskan secara rinci mengenai teknik pengumpulan data, uji persyaratan instrumen, Pengukuran data, uji persyaratan análisis data, uji keberartian dan kelinieran regresi, dan pengujian hipotesis. Pembahasan pada bagian ini akan diawali dengan pendekatan penelitian.
A. Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan ex post facto dan survey. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, menyajikan data, menganalisis dan
menginterprestasikan.(Basrowi dan Kasinu, 2007:90).
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2006:8) penelitian verifikatif bertujuan untuk mengecek kebenaran hasil penelitian yang lain. Hubungan kausal adalah sebab akibat. Pendekatan ex post facto merupakan suatu pendekatan yang dilakukan untuk menjajagi kemungkinan adanya hubngan kausal (sebab-akibat) antara variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh peneliti. (Basrowi dan Kasinu, 2007:90).
(1)
Motto
“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai dari suatu urusan, kerjakanlah
dengan sungguh-sungguh urusan yang lain (Al-Insyirah, 6-7)
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan sesuatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri
mereka sendiri..” (QS Ar-Ra’du 13:1 )
“Tugas kita bukanlah untuk berhasil, tetapi tugas kita adalah untuk mencoba, karena di dalam mencoba itulah kita
membangun kesempatan untuk berhasil.” (Mario Teguh)
“Terus mencoba dan berusaha bangkit dari keterpurukan akan membantu kita untuk keluar dari masalah-masalah
yang selalu datang menghampiri kita.” (Meri Andika)
(2)
SANWACANA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Persepsi Guru Tentang Penggunaan Metode Pemberian Tugas, Peran Wali Kelas, dan Penilaian Hasil Belajar Siswa Terhadap Kinerja Guru Pada SMA Negeri 2 Kalianda Tahun Pelajaran 2011/2012”. Untuk memenuhi salah satu persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.
Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan, dan arahan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Bapak Dr. M. Thoha B.S. jaya, M. S, selaku pembantu Dekan I FKIP Unila. 3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku pembantu Dekan II FKIP Unila. 4. Bapak Drs. Iskandar Syah, M.H., selaku pembantu Dekan III FKIP Unila. 5. Bapak Drs. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila.
6. Bapak Drs. Hi. Nurdin, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Ekonomi dan Pembimbing II yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran serta memberikan motivasi, arahan dan nasehat dalam penyelesaian skripsi ini.
(3)
7. Bapak Drs.Samsi, M.Si, selaku Pembimbing I dan Pembimbing Akademik yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan serta motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
8. Bapak Drs. Yon Rizal, M.Si, selaku Penguji yang telah membantu mengarahkan serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi Jurusan Ilmu
Pengetahuan Sosial FKIP Unila, terima kasih kepada ilmu yang telah diberikan kepada penulis.
10. Bapak Drs Khoirudin, selaku kepala SMA Negeri 2 Kalianda dan Ibu/Bapak guru yang telah membantu mengumpulkan data penelitian serta staf pengajar SMA Negeri 2 Kalianda.
11. Mamak dan Bapak tersayang, terimakasih atas semua yang telah diberikan untukku, doa, senyum, airmata, bahagia, kasih sayang, dan semua pengorbanan mu untukku yang tiada pernah bisa dinilai dari segi apapun. Semoga kelak Allah menyediakan jannahnya untuk Ayah dan Ibu. Amin Allahumma Amin.
12. Kakak Rudi, Kakak Heru, Mba Noni dan Adekku Tuti serta seluruh keluargaku tercinta terima kasih atas semua do,a, dukungan, motivasi, perhatian, kasih sayang dan pengorbanan selama ini. Semoga Allah selalu memudahkan segala urusan, melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Amin...
13. Pakde Yanto dan Bude Sri yang senantiasa memberikan motivasi dan dukungan. Semoga Allah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya untuk kalian. Amin.
(4)
14. Sahabat spesialku, Fauziyah, Ayu, Abang Dede, Rama, Ipul dan Mas Sigit yang sudah menjadi teman yang selalu ada dalam susah maupun senang,semoga Kita menjadi sahabat selamanya dan urusanmu dimudahkan oleh Tuhan. Amiin.
15. Teman-teman seperjuanganku, Ana, Dani, Rahmat, Kak Hendri kecil, Kak Hendri Gede, Kak Joko, Ony, Desi, Anggia, Maya, Yeni, Troy, Mba Dinar, Mita, Tya, Mba Eka, Lia, Ayu, Evi dan semua angkatan 2008 “Mandiri” dan “Reguler” yang tak bisa disebutkan satu persatu. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.
16. Kakak tingkat 2005, 2006, 2007 yang telah memberikan masukan dan informasi dalam penyelesaian skripsi ini serta adik tingkat angkatan 2009, 2010 dan 2011.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu oleh penulis.
Semoga segala bantuan, bimbingan, dukungan dan doa yang diberikan kepada penulis mendapat ridho dari Allah SWT. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Amin…
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bandar Lampung, Juli 2012 Penulis,
(5)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Jalan Soemantri Brojonegoro No.1 Gedungmeneng Bandarlampung 35145 Telepon (0721) 704624 Faximile (0721) 704624SURAT PERNYATAAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:Nama : Meri Andika
Npm : 0853031030
Jurusan/Program Studi : P.IPS/Pendidikan Ekonomi
Fakultas : FKIP
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali disebutkan dalam daftar pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bandar Lampung, Juli 2012 Yang membuat pernyataan,
Meri Andika 0853031030
(6)