Pengaturan tentang Menempatkan Kepercayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

79 Pengaturan tentang Sistem Pedidikan Nasional Sisdiknas membuat siswa penganut kepercayaan tidak mendapat pendidikan kepercayaan di sekolah umum. Sekolah-sekolah umum 12 tidak menyediakan guru dan mata pelajaran kepercayaan sebagai pengganti mata pelajaran agama. UU Sisdiknas hanya mengatur mengenai guru dan mata pelajaran bagi penganut agama „resmi negara‟. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas pasal 12 ayat 1 menyatakan “setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak: a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan oleh pendidik yang seagama……..”. 13 UU ini, sama sekali tidak menyinggung mengena i pendidikan „agama‟ bagi penganut kepercayaan. UU tentang pendidikan ini berlaku diskriminatif bagi penganut kepercayaan. Padahal setiap orang berhak mendapatkan pengajaran dan pendidikan termasuk pendidikan agama.

4. Pengaturan tentang Menempatkan Kepercayaan pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Peraturan yang tidak kondusif mengatur penganut kepercayaan tidak hanya dari sisi substansi muatan materinya. Kebijakan pemerintah memindahkan kepercayaan dari Departemen Agama ke Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga bermasalah. Adanya pengaturan itu membuat posisi kepercayaan tersubordinasi oleh agama. Penghayat kepercayaan dinyatakan bukan agama sehingga ditempatkan pada kementerian budaya dan pariwisata dan diawasi pula 12 Kenapa sekolah umum? Karena sekolah umumlah yang wajib menerima semua anak bangsa bersekolah. Apabila sekolah-sekolah yang berada dibawah yayasan berhaluan agama, akan sangat sulit bagi penganut kepercayaan untuk sekolah di sekolah tersebut. 13 Lihat, UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 80 oleh Mendagri. Kepercayaan diposisikan sebagai ajaran atau budaya bangsa, bukan agama yang disejajarkan dengan „agama resmi‟ negara. Pada tahun 1975 penghayat kepercayaan dimasukan pada Kanwil Depag Kemenag pada tingkat Propinsi. Berdasarkan Instruksi Menag No. 13 Tahun 1975, pembinaan penganut kepercayaan dialihkan pada sub Bagian Umum Tata Usaha, Menag. Pada tahun 1978, pelayanan penganut kepercayaan dialihkan pada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dibawah Direktorat Bina Hayat Kepercayaan berdasarkan Keppres No. 40 Tahun 1978. Alasan mendasar penghayat kepercayaan tidak dibawah naungan Depag karena penghayat keperayaan dinilai bukan merupakan agama. Atas dasar itu, Perpres No. 14 Tahun 2015 pasal 19 mengatur bahwa ”dalam melaksanakan tugasnya, Direktorat Jenderal Kebudayaan menyelenggarakan fungsi: ....., d. Melakukan pembinaan lembaga kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, ……”. 14 Sebagai turunannya dibuatlah Permendikbud No. 73 Tahun 2012 tentang Bantuan Sosial Untuk Komunitas Budaya. Pasal 1 ayat 13 menyatakan ”komunitas kepercayaan adalah kesatuan sosial genealogis, memiliki keyakinan dan pandangan kosmologis yang terikat oleh kekuatan adi kodrati, mempunyai kitab yang dijadikan rujukan, orang yang terpilih sebagai penerima ajaran, ada upacara peribadatan”. Pasal 4 menyatakan ”bantuan sosial diberikan kepada: ......, b. 14 Lihat, Peraturan Presiden Perpres No. 14 Tahun 2015 tentang Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 81 komunitas kepercayaan, yang terdiri atas organisasi penghayat kepercayaan yang terdaftar di pemerint ah”. 15

5. Pengaturan tentang Pengawasan dan Pembinaan terhadap Penganut Kepercayaan