TUGAS MANDIRI SKENARIO 3

L.I.1 Memahami dan Menjelaskan Limfadenopati
L.O.1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Limfadenopati
L.O.1.2 Memahami dan Menjelaskan Etilogi Limfadenopati
L.O.1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Limfadenopati
L.O.1.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Limfadenopati
L.I.2 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Limfadenopati
L.I.3 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Limfadenopati
L.I.4 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Limfadenopati

1

L.I.1 Memahami dan Menjelaskan Limfadenopati
L.O.1.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Limfadenopati
Limfadenopati merupakan pembesaran kelenjar getah bening dengan ukurannlebih
besar dari 1 cm.Kepustakaan lain mendefinisikan limfadenopati sebagai abnormalitas
ukuran atau karakter kelenjar getah bening. Terabanya kelenjar getah bening
supraklavikula, iliak, atau poplitea dengan ukuran berapa pun dan terabanya kelenjar
epitroklear dengan ukuran lebih besar dari 5 mm merupakan keadaan abnormal.
L.O.1.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Limfadenopati
Banyak keadaan yang dapat menimbulkan limfadenopati. Keadaan-keadaan tersebut
dapat diingat dengan mnemonik MIAMI: malignancies (keganasan), infections

(infeksi), autoimmune disorders (kelainan autoimun), miscellaneous and unusual
conditions (lain-lain dan kondisi tak-lazim), dan iatrogenic causes (sebab-sebab
iatrogenik)
Penyebab
Karateristik
Diagnostik
 Keganasan
Demam, keringat malam, Biopsi kelenjar
- Limfoma
penurunan
berat
badan,
asimptomatik
Pemeriksaan
Leukimia
Memar, splenomegali
hematologi, aspirasi
sumsum tulang
- Sarkoma Kaposi
Lesi kulit karakteristik

Biopsi lesi
- Neoplasma Kulit
Lesi kulit karakteristik
Biopsi lesi
- Metastasis
Bervariasi
tergantung Biopsi
tumor primer
 Infeksi
- Bruselosis
Demam,
menggigil, Kultur darah, serologi
malaise
- Cat-scratch disease
Diagnosis
klinis,
Demam, menggigil, atau biopsi
asimptomatik
- CMV
Hepatitis, pneumonitis,

asimptomatik, infl uenzalike illness

Antibodi CMV, PCR

- Limfogranuloma venereum

Nyeri,
seksual

HIV RNA

- Mononukleosis

Demam,
splenomegali

malaise,

Demam,
orofaringeal


eksudat

-Rubela
-Tuberkulosis

Ruam
demam

- HIV, infeksi primer

-Faringitis

-Tularemia
-Demam tifoid

promiskuitas

karakteristik,


Demam, keringat malam,
hemoptisis,
riwayat
kontak
Demam, ulkus pada
tempat gigitan
Demam,
konstipasi,

Diagnosis klinis, titer
MIF
Pemeriksaan
hematologi,
Monospot,
serologi
EBV
Kultur tenggorokan
Serologi
PPD, kultur sputum,
foto toraks


2

-Sifilis
-Hepatitis virus


Autoimun

- Lupus eritematosus sistemik

- Artritis rheumatoid

- Dermatomiositis
- Sindrom Sjogren


Lain-lain/kondisi tak-lazim

diare, sakit kepala, nyeri

perut, rose spot
Ruam, ulkus tanpa nyeri
Demam, mual, muntah,
diare, icterus, artritis,
nefritis, anemia, ruam,
penurunan berat badan
Artitis simetris, kaku
pada pagi hari, demam
Perubahan
kelemahan
proksimal

kulit,
otot

Keratokonjungtivitis,
gangguan
ginjal,
vasculitis
Demam, konjungtivitis,

strawberry tongue

- Penyakit Kawasaki
- Sarkoidosis
-

 Iatrogenik
Serum sickness
Obat

Perubahan kulit, dispnea,
adenopati hilar
Demam,
urtikaria,
fatigue
Limfadenopati
asimptomatik

Kultur darah, serologi
Kultur darah, kultur

sumsum tulang
Rapid plasma reagin
Serologi hepatitis, uji
fungsi hati

Klinis, ANA,ds DNA,
LED, hematologi
Klinis,
radiologi,
faktor
reumatoid,
LED, hematologi
EMG, kreatin kinase
serum, biopsi otot
Uji Schimmer, biopsi
bibir, LED,
hematologi
Kriteria klinis
ACE serum, foto
toraks,

biopsi
paru/kelenjar hilus
Klinis,
kadar
komplemen
Penghentian obat

Obat – obat yang dapat menyebabkan limfadenopati antara lain allopurinol, atenolol,
kaptopril, karbamazepi, emas, hidralazin, penisilin, fenitoin, pirimidon, pirimetamin,
kuinidin, trimetoprimsulfametoksazol, sulindak.
Penyebab limfadenopati yang jarang dapat disingkat menjadi SHAK
• Silikosis/beriliosis
• Sarkoidosis
• Storage disease: penyakit Gaucher, penyakit Niemann Pick, penyakit Fabry,
penyakiT Tangier
• Hipertiroidisme
• Histiositosis X
• Hipertrigliseridemia berat
• Hiperplasia angiofolikular: penyakit Castelman
• Limfadenopati angioimunoblastik

• Penyakit Kawasaki
• Limfadenitis Kikuchi
• Penyakit Kimura

Penyakit Kawasaki
Penyakit Kawasaki, disebut juga sindrom kelenjar getah bening mukokutaneus,
merupakan vaskulitis yang paling sering didapatkan pada anak. Etiologinya tidak

3

diketahui. Biasanya bersifat swasirna (self- limiting) dengan manifestasi inflamasi
lain yang berlangsung kurang lebih 12 hari. Dapat terjadi komplikasi berupa
aneurisma arteri koroner, kardiomiopati, gagal jantung, infark miokard, aritmia, dan
oklusi arteri perifer.
Limfadenitis Kikuchi
Limfadenitis Kikuchi, disebut juga penyakit Kikuchi, penyakit Kikuchi-Fujimoto,
atau limfadenitis nekrotikans histiositik Kikuchi, merupakan limfadenopati jinak
yang penyebabnya tidak diketahui dengan karakteristik limfadenopati servikal dan
demam. Penyebabnya diduga merupakan respons limfosit T dan histiosit terhadap
infeksi. Infeksi yang diduga menjadi penyebab meliputi Epstein Barr virus (EBV),
human herpesvirus 6, human herpesvirus 8, human immunodeficiency virus (HIV),
parvovirus B19, paramyxoviruses, parainfluenza virus, Yersinia enterocolitica, dan
toksoplasma.
Penyakit Kimura
Merupakan kelainan alergi inflamatorik dengan penyebab tidak diketahui; penyakit
endemik di Asia. Penyakit Kimura merupakan keadaan yang jinak, tetapi dapat
disalahtafsirkan sebagai keganasan. Gambaran klinisnya berupa nodul subkutan di
daerah servikal disertai limfadenopati servikal dan/ atau pembesaran kelenjar parotis.
Manifestasi sistemik hanya berupa keterlibatan ginjal. Disebut juga limfogranuloma
eosinofilik.
Lokasi limfadenopati
Limfadenopati daerah kepala dan leher Kelenjar getah bening servikal teraba pada
sebagian besar anak, tetapi ditemukan juga pada 56% orang dewasa. Penyebab utama
limfadenopati servikal adalah infeksi; pada anak, umumnya berupa infeksi virus akut
yang swasirna. Pada infeksi mikobakterium atipikal, cat-scratch disease,
toksoplasmosis, limfadenitis Kikuchi, sarkoidosis, dan penyakit Kawasaki,
limfadenopati dapat berlangsung selama beberapa bulan. Limfadenopati
supraklavikula kemungkinan besar (54%- 85%) disebabkan oleh keganasan.3
Kelenjar getah bening servikal yang mengalami inflamasi dalam beberapa hari,
kemudian berfluktuasi (terutama pada anak-anak) khas untuk limfadenopati akibat
infeksi stafilokokus dan streptokokus.1 Kelenjar getah bening servikal yang
berfluktuasi dalam beberapa minggu sampai beberapa bulan tanpa tanda-tanda
inflamasi atau nyeri yang signifikan merupakan petunjuk infeksi mikobakterium,
mikobakterium atipikal atau Bartonella henselae (penyebab cat scratch disease).1
Kelenjar getah bening servikal yang keras, terutama pada orang usia lanjut dan
perokok menunjukkan metastasis keganasan kepala dan leher (orofaring, nasofaring,
laring, tiroid, dan esofagus).1 Limfadenopati servikal merupakan manifestasi
limfadenitis tuberkulosa yang paling sering (63-77% kasus), disebut skrofula.
Kelainan ini dapat juga disebabkan oleh mikobakterium non- tuberkulosa.9
Limfadenopati epitroklear
Terabanya kelenjar getah bening epitroklear selalu patologis. Penyebabnya meliputi
infeksi di lengan bawah atau tangan, limfoma, sarkoidosis, tularemia, dan sifilis
sekunder.
Limfadenopati aksila
Sebagian besar limfadenopati aksila disebabkan oleh infeksi atau jejas pada
ekstremitas atas. Adenokarsinoma payudara sering bermetastasis ke kelenjar getah
bening aksila anterior dan sentral yang dapat teraba sebelum ditemukannya tumor
primer. Limfoma jarang bermanifestasi sejak awal atau, kalaupun bermanifestasi,
hanya di kelenjar getah bening aksila. Limfadenopati antekubital atau epitroklear

4

dapat disebabkan oleh limfoma atau melanoma di ekstremitas, yang bermetastasis ke
kelenjar getah bening ipsilateral.3
Limfadenopati supraklavikula
Limfadenopati supraklavikula mempunyai keterkaitan erat dengan keganasan. Pada
penelitian, keganasan ditemukan pada 34% dan 50% penderita. Risiko paling tinggi
ditemukan pada penderita di atas usia 40 tahun.1 Limfadenopati supraklavikula
kanan berhubungan dengan keganasan di mediastinum, paru, atau esofagus.
Limfadenopati supraklavikula kiri (nodus Virchow) berhubungan dengan keganasan
abdominal (lambung, kandung empedu, pankreas, testis, ovarium, prostat).1
Limfadenopati inguinal
Limfadenopati inguinal sering ditemukan dengan ukuran 1-2 cm pada orang normal,
terutama yang bekerja tanpa alas kaki. Limfadenopati reaktif yang jinak dan infeksi
merupakan penyebab tersering limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal jarang
disebabkan oleh keganasan. Karsinoma sel skuamosa pada penis dan vulva, limfoma,
serta melanoma dapat disertai limfadenopati inguinal. Limfadenopati inguinal
ditemukan pada 58% penderita karsinoma penis atau uretra.3
Limfadenopati generalisata
Limfadenopati generalisata lebih sering disebabkan oleh infeksi serius, penyakit
autoimun, dan keganasan, dibandingkan dengan limfadenopati lokalisata. Penyebab
jinak pada anak adalah infeksi adenovirus. Limfadenopati generalisata dapat
disebabkan oleh leukemia, limfoma, atau penyebaran kanker padat stadium lanjut.
Limfadenopati generalisata pada penderita luluh imun (immunocompromised) dan
AIDS dapat terjadi karena tahap awal infeksi HIV, tuberkulosis,
kriptokokosis,sitomegalovirus,toksoplasmosis, dan sarkoma Kaposi. Sarkoma Kaposi
dapat bermanifestasi sebagai limfadenopati generalisata sebelum timbulnya lesi
kulit.Kelompok kelenjar getah bening dan daerah drainasenya dapat dilihat pada
gambar Lokasi kelenjar getah bening daerah leher dapatdibagimenjadi
level.Pembagian ini berguna untuk memperkirakan sumber keganasan primer yang
mungkin bermetastasis ke kelenjar getah bening tersebut dan tindakan diseksi leher.
L.O.1.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Limfadenopati
Berdasarkan luas limfadenopati:
 Generalisata: limfadenopati pada 2 atau lebih regio anatomi yang berbeda.3
 Lokalisata: limfadenopati pada 1 regio.
Dari semua kasus pasien yang berobat ke sarana layanan kesehatan primer, sekitar
3/4 penderita datang dengan limfadenopati lokalisata dan 1/4 sisanya datang dengan
limfadenopati generalisata
Limfadenopati
generalisata
yang
persisten
(persistent
generalized
lymphadenopathy/PGL) adalah limfadenopati pada beberapa kelenjar getah bening
yang bertahan lama. PGL adalah gejala khusus infeksi HIV yang timbul pada lebih
dari 50% Odha dan sering disebabkan oleh infeksi HIV sendiri. Batasan
limfadenopati pada infeksi HIV adalah sbb.:



Melibatkan sedikitnya dua kelompok kelenjar getah bening;
Sedikitnya dua kelenjar yang simetris berdiameter lebih dari 1cm dalam
setiap kelompok;

Berlangsung lebih dari satu bulan; dan

Tidak ada infeksi lain yang menyebabkannya.
Pembengkakan kelenjar getah bening ini bersifat tidak sakit, simetris (kiri-kanan
sama), dan kebanyakan terdapat di leher bagian belakang dan depan, di bawah rahang

5

bawah, di ketiak serta di tempat lain, tidak termasuk kunci paha. Biasanya kulit pada
kelenjar yang bengkak karena PGL akibat HIV tidak berwarna merah. Kelenjar yang
bengkak kadang kala sulit dilihat, dan lebih mudah ditemukan melalui
menyentuhnya. Biasanya kelenjar ini berukuran serupa kacang polong sampai buah
anggur, dan bila diraba, merasa seperti buah anggur.PGL berkembang secara pelan
dan mungkin dapat menghilang pada saat jumlah CD4 menurun menjelang 200.
Kurang lebih 30% orang dengan PGL juga mengalami splenomegali (pembesaran
limpa).

Level I


Sublevel I A
(submental)



Sublevel I B
(submandibular)

Level II (jugular atas)


Sublevel IIA



Sublevel IIB

Kelenjar getah bening dalam batas segitiga antara m. digastrikus bagian
anterior dan tulang hioid.
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari dasar mulut,
anterior lidah, anterior mandibula, bibir bawah
Kelenjar getah bening dalam batas m.digastrik bagian anterior, m.
Stilohioid, dan mandibula.
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari kavum oral,
kavum nasal anterior, jaringan lunak wajah, dan glandula submandibularis.

Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 atas, nervus
asesorius spinalis mulai dari basis kranii sampai bagian inferior tulang
hioid.
Kelompok ini mempunyai risiko untuk metastasis keganasan dari kavum
oral, kavum nasi, nasofaring, orofaring, hipofaring, laring, dan kelenjar
parotis.
Terletak di bagian anterior nervus asesorius spinalis Terletak di bagian
anterior nervus asesorius spinalis

Level III
(jugular tengah)

Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 tengah, mulai
bagian inferior tulang hioid sampai bagian inferior kartilago krikoidea
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari kavum oral,
nasofaring, orofaring, hipofaring, dan laring

Level IV (jugular bawah)

Kelenjar getah bening di antara vena jugularis interna 1/3 bawah, mulai
bagian inferior kartilago krikoidea sampai klavikula Kelompok ini
mempunyai risiko metastasis keganasan dari hipofaring, tiroid, esofagus
bagian servikal, dan laring

Level V
(posterior triangle group)

Kelenjar getah bening di sekitar nervus asesoris pertengahan bawah dan
arteri servikal transversa
Kelompok ini mempunyai risiko metastasis keganasan dari nasofaring,
orofaring, dan struktur kulit pada posterior kepala dan leher



Sublevel VA



Sublevel VB

Level VI

Di atas batas inferior arkus krikoideus anterior, termasuk kelenjar asesoris
spinal
Di bawah batas inferior arkus krikoideus anterior, termasuk kelenjar
supraklavikula (kecuali nodus Virchow di level IV)

Kelenjar getah bening di antara tulang hioid dan takik suprasternal

6

(anterior triangle group)

(suprasternal notch)
Kelompok ini mempunyai risiko untuk metastasis keganasan dari tiroid,
laring bagian glotis dan subglotis, apeks sinus piriformis, dan esofagus
bagian servikal

L.O.1.4 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Limfadenopati
Demam, nyeri tenggorokan dan batuk mengarahkan kepada penyebab infeksi saluran
pernapasan bagian atas. Demam, keringat malam dan penurunan berat badan
mengarahkan kepada infeksi tuberculosis atau keganasan. Demam yang tidak jelas
penyebabnya, rasa lelah dan nyeri sendi meningkatkan kemungkinan oleh penyakit
kolagen atau penyakit serum (serum sickness – di tambah riwayat obat – obatan atau
produk darah). Adanya peradangan tonsil (amandel) sebelumnya mengarahkan
kepada infeksi oleh streptococcus, luka lecet pada wajah atau leher atau tanda – tanda
infeksi mengarahkan penyebab infeksi staphylococcus dan adanya infeksi gigi dan
gusi juga dapat mengarahkan kepada infeksi bakteri anaerob. Transfusi darah
sebelumnya dapat mengarahkan kepada cytomegalovirus, Epstein barr atau HIV.
Adanya tenggorokan yang merah, bercak bercak putih pada tonsil, binti – bintik
merah pada langit – langit mengarahkan infeksi oleh bakteri streptococcus. Adanya
selaput pada dinding tenggorok, tonsil, langit – langit yang sulit di lepas dan bila di
lepas berdarah, pembengkakan pada jaringan lunak leher ( bull neck ) mengarahkan
kepada infeksi oleh bakteri difteri. Faringitis, ruam – ruam dan pembesaran limpa
mengarahkan kepada infeksi Epstein barr virus. Adanya radang pada selaput mata
dan bercak koplik mengarahkan kepada campak. Adanya pucat, bintik bintik
pendaragan, memar yang tidak jelas penyebabnya dan pembesaran hati dan limpa
mengarahkan kepada leukemia, kemerahan pada mata, peradangan pada tenggorok,
strawberry tongue, perubahan pada tangan dan kaki mengarahkan kepada penyakit
Kawasaki.
L.I.2 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Limfadenopati
Limfadenopati terjadi bila limfonodus lokak dan pembuluh darah mengalirkan materi terinfeksi, yang
tertangkap dalam jaringan folikular nodus . Peningkatan aliran limfatik adalah karateristik dari
inflamasi local. Bila terjadi inflamasi pembuluh limfatik. Sistem limfe membantu mempertahankan
infeksi tetap terlokalisasi dan terisolasi dari aliran darah. Limfadenopati bisa di sebut juga pembesaran
kelenjar limfe sebagai respons terhadap proliferasi limfosit T atau limfosit B.
L.I.3 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Limfadenopati
Anamnesis
• Umur penderita dan lamanya limfadenopati
Kemungkinan penyebab keganasan sangat rendah pada anak dan meningkat seiring bertambahnya usia.
Kelenjar getah bening teraba pada periode neonatal dan sebagian besar anak sehat mempunyai kelenjar
getah bening servikal, inguinal, dan aksila yang teraba. Sebagian besar penyebab limfadenopati pada
anak adalah infeksi atau penyebab yang bersifat jinak. Berdasarkan sebuah laporan, dari 628 penderita
yang menjalani biopsi karena limfadenopati, penyebab yang jinak dan swasirna (self-limiting)
ditemukan pada 79% penderita berusia kurang dari 30 tahun, 59% penderita antara 31-50 tahun, dan
39% penderita di atas 50 tahun.3
Di sarana layanan kesehatan primer, penderita berusia 40 tahun atau lebih dengan limfadenopati
mempunyai risiko keganasan sekitar 4%. Pada usia di bawah 40 tahun, risiko keganasan sebagai
penyebab limfadenopati sebesar 0,4%.2 Limfadenopati yang berlangsung kurang dari 2 minggu atau
lebih dari 1 tahun tanpa progresivitas ukuran mempunyai kemungkinan sangat kecil bahwa etiologinya
adalah keganasan.3
• Pajanan
Anamnesis pajanan penting untuk menentukan penyebab limfadenopati. Pajanan binatang dan gigitan
serangga, penggunaanobat,kontakpenderitainfeksi dan riwayat infeksi rekuren penting dalam evaluasi

7

limfadenopati persisten. Pajanan setelah bepergian dan riwayat vaksinasi penting diketahui karena
dapat berkaitan dengan limfadenopati persisten, seperti tuberkulosis, tripanosomiasis, scrub typhus,
leishmaniasis, tularemia, bruselosis, sampar, dan anthrax. Pajanan rokok, alkohol, dan radiasi
ultraviolet dapat berhubungan dengan metastasis karsinoma organ dalam, kanker kepala dan leher, atau
kanker kulit. Pajanan silikon dan berilium dapat menimbulkan limfadenopati. Riwayat kontak seksual
penting dalam menentukan penyebab limfadenopati inguinal dan servikal yang ditransmisikan secara
seksual. Penderita acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) mempunyai beberapa kemungkinan
penyebab limfadenopati; risiko keganasan, seperti sarkoma Kaposi dan limfoma maligna non-Hodgkin
meningkat pada kelompok ini. Riwayat keganasan pada keluarga, seperti kanker payudara atau familial
dysplastic nevus syndrome dan melanoma, dapat membantu menduga penyebab limfadenopati.3
• Gejala yang menyertai
Gejala konstitusi, seperti fatigue, malaise, dan demam, sering menyertai limfadenopati servikal dan
limfositosis atipikal pada sindrom mononukleosis. Demam, keringat malam, dan penurunan berat
badan lebih dari 10% dapat merupakan gejala limfoma B symptom. Pada limfoma Hodgkin, B symptom
didapatkan pada 8% penderita stadium I dan 68% penderita stadium IV. B symptom juga didapatkan
pada 10% penderita limfoma non-Hodgkin. Gejala artralgia, kelemahan otot, atau ruam dapat
menunjukkan kemungkinan adanya penyakit autoimun, seperti artritis reumatoid, lupus eritematosus,
atau dermatomiositis. Nyeri pada limfadenopati setelah penggunaan alkohol merupakan hal yang
jarang, tetapi spesifik untuk limfoma Hodgkin.
Pemeriksaan Fisik
• Karakter dan ukuran kelenjar getah bening
Kelenjar getah bening yang keras dan tidak nyeri meningkatkan kemungkinan penyebab keganasan
atau penyakit granulomatosa. Limfoma Hodgkin tipe sklerosa nodular mempunyai karakteristik
terfiksasi dan terlokalisasi dengan konsistensi kenyal. Limfadenopati karena virus mempunyai
karakteristik bilateral, dapat digerakkan, tidak nyeri, dan berbatas tegas. Limfadenopati dengan
konsistensi lunak dan nyeri biasanya disebabkan oleh inflamasi karena infeksi. Pada kasus yang jarang,
limfadenopati yang nyeri disebabkan oleh perdarahan pada kelenjar yang nekrotik atau tekanan dari
kapsul kelenjar karena ekspansi tumor yang cepat.3
Pada umumnya, kelenjar getah bening normal berukuran sampai diameter 1 cm, tetapi beberapa penulis
menyatakan bahwa kelenjar epitroklear lebih dari 0,5 cm atau kelenjar getah bening inguinal lebih dari
1,5 cm merupakan hal abnormal. Terdapat laporan bahwa pada 213 penderita dewasa, tidak ada
keganasan pada penderita dengan ukuran kelenjar di bawah 1 cm, keganasan ditemukan pada 8%
penderita dengan ukuran kelenjar 1-2,25 cm dan pada 38% penderita dengan ukuran kelenjar di atas
2,25 cm. Pada anak, kelenjar getah bening berukuran lebih besar dari 2 cm disertai gambaran radiologi
toraks abnormal tanpa adanya gejala kelainan telinga, hidung, dan tenggorokan merupakan gambaran
prediktif untuk penyakit granulomatosa (tuberkulosis, cat- scratch disease, atau sarkoidosis) atau
kanker (terutama limfoma).2 Tidak ada ketentuan pasti mengenai batas ukuran kelenjar yang menjadi
tanda kecurigaan keganasan. Ada laporan bahwa ukuran kelenjar maksimum 2 cm dan 1,5 cm
merupakan batas ukuran yang memerlukan evaluasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya
keganasan dan penyakit granulomatosa.
Kesulitan diagnosis adalah jika anamnesis dan pemeriksaan fisik tidak mengarah pada diagnosis
tertentu yang dapat dilanjutkan dengan uji spesifik. Tidak ada bukti yang mendukung manfaat
pemberian antibiotik atau steroid pada keadaan ini, bahkan sebaiknya dihindari karena akan
mengaburkan atau memperlambat diagnosis. Belum terdapat kesepakatan lama observasi yang
diperlukan pada keadaan limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya. Beberapa ahli
merekomendasikan perlunya evaluasi lebih spesifik atau biopsi pada limfadenopati noninguinal yang
tidak diketahui penyebabnya dan berlangsunglebihdari1 bulan.
Diagnosis ditegakkan bila terdapat demam >5 hari dengan minimal 4 dari 5 gejala berikut:


Injeksi konjungtiva bulbar bilateral



Perubahan membran mukosa oral (fisura dan kemerahan pada bibir, faring,
strawberry
tongue)

8

• Perubahan pada ekstremitas (eritema telapak tangan dan kaki, edema tangan
dan kaki pada fase akut, dan deskuamasi periungual pada fase konvalesen)


Ruam polimorfik



Limfadenopati servikal (minimal 1 kelenjar dengan diameter >1,5 cm).

Diagnosis Banding
Benjolan di leher sering kali di salah artikan sebagai limfadenopati :





Gondongan : pembesaran kelenjar parotis akibat infeksi virus
Kista ductus thyroglosuss : berada di garis tengah dan bergerak dengan menelan
Kista dermoid : benjolan di garis tengah dapat padat atau berisi cairan
Hemangioma : kelainan pembuluh darah sehingga timbul benjolan berisi jalinan pembuluh
darah

L.I.1.4 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Limfadenopati
Penatalaksanaan limfadenopati di dasarkan pada etiologi. Banyak limfadenopati yang dapat sembuh
dengan sendiri. Biopsi di lakukan bila terdapat tanda dan gejala yang mengarah pada keganasan dan
pada pembesaran yang menetap.
Limfadenopati pada adanak – anak biasanya di sebabkan oleh virus dan sembuh sendiri, walaupun
pembesaran dapat berlangsung mingguan. Pengobatan pada limfadenitis adalah antibiotic oral 10 hari
dengan pemantauan dalam 2 hari pertama flucloxacillin 26 mg/kg BB empat kali sehari. Bila ada reaksi
alergi terhadap antibiotic golongan peneisilin dapa diberikan cephalexin 25 mg/kg BB ( sampai dengan
500 mg) tiga kali sehari atau eritromisin 15 mg/kg BB ( sampai dengan 500 mg ) tiga kali sehari.
Bila penyebab limfadenopat adalah mycobacterium tuberculosis maka di berikan obat anti tuberculosis
selama 9 – 12 bulan. Bila di sebabkan mycobacterium selain tuberculosis maka memerlukan
pengangkatan KGB yang terinfeksi atau bila pembedahan tidak memungkinkan atau tidak maksimal di
berikan antibiotic golongan makrolida dan anti mycobacterium.
Biopsi kelenjar
Jika diputuskan tindakan biopsi, idealnya dilakukan pada kelenjar yang paling besar, paling dicurigai,
dan paling mudah diakses dengan pertimbangan nilai diagnostiknya. Kelenjar getah bening inguinal
mempunyai nilai diagnostik paling rendah. Kelenjar getah bening supraklavikular mempunyai nilai
diagnostik paling tinggi. Meskipun teknik pewarnaan imunohistokimia dapat meningkatkan sensitivitas
dan spesifisitas biopsi aspirasi jarum halus, biopsi eksisi tetap merupakan prosedur diagnostik terpilih.
Adanya gambaran arsitektur kelenjar pada biopsi merupakan hal yang penting untuk diagnostik yang
tepat, terutama untuk membedakan limfoma dengan hiperplasia reaktif yang jinak.3
Komplikasi limfadenopati termasuk pembentukan abses, selulitis, pembentukan fistula atau sepsis.
Kebanyakan komplikasi berkaitan dengan proses penyakit yang mendasarinnya. Limfadenopati pada
bagian dada dapat mengakibatkan komplikasi yang mengancam nyawa seperti syndrome vena cava
superior yang menghambat aliran darah, obstruksi saluran bronkial, trakea, dan dekompresi esophageal.
Limfadenopati perut dapat menyebabkan sakit punggung atau nyeri perut.

9

10