masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan yang telah ada tetap berada di daerah tersebut.
Salah satu faktor utama yang mengakibatkan daerah tidak berkembang adalah tidak diberikannya kesempatan yang memadai bagi daerah untuk mengurus rumah
tangganya sendiri. Hal ini didorong oleh kuatnya sentralisasi kekuasaan di bidang politik dan ekonomi. Dalam rangka mendorong pembangunan daerah telah mulai dikembangkan
otonomi daerah secara luas, nyata, dan bertanggung jawab, serta peningkatan upaya pemberdayaan masyarakat. Arah kebijakan pembangunan daerah sesuai dengan GBHN
1999-2004 secara garis besar adalah mengembangkan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab; melakukan pengkajian atas kebijakan tentang berlakunya otonomi
daerah bagi propinsi, kabupatenkota dan desa; mewujudkan perimbangan keuangan antara pusat dan daerah secara adil dengan mengutamakan kepentingan daerah yang lebih
luas melalui desentralisasi perizinan dan investasi serta pengelolaan sumberdaya; serta memberdayakan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam rangka melaksanakan fungsi
dan perannya guna penyelenggaraan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab Propenas 2000-2004.
2.3. Otonomi Daerah dan Pemekaran Wilayah
2.3.1. Konsep dasar otonomi daerah
Pengertian otonomi menyangkut 2 hal pokok yaitu kewenangan untuk membuat hukum sendiri own laws dan kebebasan untuk mengatur pemerintahan sendiri self
government. Berdasarkan pengertian tersebut, maka otonomi daerah pada hakekatnya adalah hak atau wewenang untuk mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah
otonom. Hak atau wewenang tersebut meliputi pengaturan pemerintahan dan pengelolaan pembangunan yang diserahkan oleh pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
Sjafrizal, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Kebijakan otonomi daerah berakar dari konsep tentang Desentralisasi, yakni pelimpahan sebagian wewenang yang dimiliki pemerintah pusat terhadap pemerintah
daerah. Konsep desentralisasi sendiri merupakan kebalikan dari sistem sentralisasi dimana seluruh kewenangan dikuasai oleh pemerintah pusat Safi’i, 2007.
Kaho 2005 menyatakan bahwa desentralisasi adalah suatu sistem dimana bagian dari tugas-tugas negara diserahkan penyelenggaraannya kepada organ atau institusi yang
mandiri. Institusi ini berkewajiban untuk melaksanakan wewenang sesuai dengan kehendak dan inisiatif programnya sendiri.
Menurut Hidayat Syarief Sjafrizal, 2008 pada dasarnya ada 3 alasan pokok mengapa diperlukan otonomi daerah tersebut. Pertama adalah Political Equality, yaitu
guna meningkatkan partisipasi politik masyarakat pada tingkat daerah. Hal ini penting artinya untuk meningkatkan demokratisasi dalam pengelolaan negara. Kedua adalah
Local Accountability yaitu meningkatkan kemampuan dan tanggung jawab pemerintah daerah dalam mewujudkan hak dan aspirasi masyarakat didaerah. Hal ini sangat penting
artinya dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial di masing-masing daerah. Ketiga adalah Local Responsiveness yaitu meningkatkan tanggung
jawab pemerintah daerah terhadap masalah-masalah sosial ekonomi yang terjadi di daerahnya. Unsur ini sangat penting bagi peningkatan upaya pembangunan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat di daerah. Menurut Kuncoro dalam Safi’i 2007 ada beberapa isu sentral yang mencuat
kepermukaan dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia, yaitu sebagai berikut : 1.
Bergesernya egoisme sektoral menjadi fanatisme daerah. Egoisme sektoral yang terjadi karena pembangunan yang bertumpu pada asas dekonsentrasi dan bersifat
sektoral.
Universitas Sumatera Utara
2. Ada tendensi masing-masing daerah mementingkan daerahnya sendiri bahkan
bersaing satu sama lain dalam berbagai hal, terutama mengumpulkan PAD Pendapatan Asli Daerah.
3. Terkait dengan masalah timing dan political will. Saat ini ada tendensi kuat defisit
APBD semakin membesar, yang pada gilirannya mengurangi kemampuan pembiayaan dana perimbangan kepada daerah.
4. Dalam tahap awal, masih terasa adanya grey-area kewenangan antara pusat,
propinsi, kabupatenkota. Ini terjadi karena belum tuntasnya penyerahan saranaprasarana maupun pengalihan pegawai pusat ke daerah.
5. Tujuan dari otonomi daerah adalah meningkatkan pelayanan publik lebih efektif
dan efisien. 6.
Lemahnya koordinasi antar sektor dan antar daerah.
Paket program otonomi daerah dengan demikian memang diarahkan pada akselerasi pembangunan ekonomi daerah. Hal ini dapat dijadikan dasar motivasi
bagaimana agar pemerintah daerah dapat merangsang kreatifitas masyarakat dan dirinya sendiri untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Otonomi daerah akan bermanfaat
bagi pembangunan ekonomi daerah jika konsep desentralisasi didalamnya dimaknai sebagai pembuka ruang partisipasi dan emansipasi serta berorientasi pada paradigma
pemberdayaan yang memang menempatkan masyarakat sebagai basis materialnya Safi’i, 2007.
2.3.2. Pemekaran Wilayah