2. 4. Kesejahteraan Masyarakat
Tujuan pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, baik kesejahteraan yang bersifat absolut yang dinikmati oleh setiap individu dan kelompok
masyarakat, maupun kesejahteraan yang bersifat relatif dalam arti pemerataan kesejahteraan atau keadilan. Secara teoritis, kesejahteraan absolut dapat dipercepat
melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi, dan pertumbuhan ekonomi dapat dicapai melalui efisiensi sebagaimana kaidah pareto-optimal. Sementara itu, kesejahteraan relatif
atau keadilan dapat diakselerasi melalui pendistribusian pendapatan yang lebih merata. Untuk mencapai tujuan tersebut, berbagai kebijakan dilakukan oleh pemerintah,
sebagai akselerator proses pembangunan tersebut, baik kebijakan bersifat langsung dalam bidang ekonomi, maupun kebijakan yang bersifat tidak langsung dalam bidang lainnya
seperti bidang pemerintahan dan politik. Salah satu upaya mempercepat proses pencapaian tujuan pembangunan tersebut dalam bidang pemerintahan dan politik adalah
kebijakan pembagian kewenangan penyelenggaraan pembangunan antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah, yang lazim disebut sebagai kebijakan sentralisasi dan
atau desentralisasi. Kebijakan sentralisasi lebih menekankan pada peningkatan kesejahteraan absolut. Sedangkan kebijakan desentralisasi lebih memprioritaskan dimensi
keadilan atau kesejahteraan relatif. Sobandi, 2004. Dalam konteks ini, kebijakan desentralisasi bertujuan agar semua potensi yang
dimiliki oleh daerah dapat bergerak dan dimanfaatkan menjadi suatu sinergi yang dinamis dalam memberdayakan ekonomi masyarakat di daerah, sehingga tujuan peningkatan
kesejahteraan absolut dan kesejahteraan relative dapat segera diwujudkan. Atas dasar hal tersebut, maka dari sudut pandang ekonomi, otonomi daerah harus
benar-benar diarahkan pada optimalisasi manfaat yang akan diterima oleh masyarakat, baik dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang. Jika otonomi tidak
Universitas Sumatera Utara
dilaksanakan dengan pertimbangan-pertimbangan tadi, atau rendahnya komitment serta kesiapan daerah dalam melaksanakan otonomi tersebut, bukannya akan menimbulkan
efek positif dalam pemberdayaan ekonomi daerah, malah justru mengancam kondisi perekonomian secara keseluruhan.
Beberapa sumber kebocoran ekonomi tatkala otonomi daerah dilaksanakan tidak sungguh-sungguh atau kesiapan daerah dan pusat tidak memadai, dapat diidentifikasi
antara lain dalam Prud’ Homme 1995 yaitu : Pertama, makin tingginya disparitas antar daerah. Hal ini didasarkan pada anggapan
bahwa potensi dan kemampuan setiap daerah berbeda-beda, terutama dalam pemilikan sumber daya. Sementara itu, desentralisasi berarti memberikan kewenangan luas kepada
daerah dalam mengurusi aktivitasnya termasuk aktivitas ekonomi. Daerah bebas dalam mengelola sumber daya, menerapkan kebijakan fiskal memungut pajak, retribusi, dan
melakukan belanja, serta menentukan arah pembangunan ekonominya demi kesejahteraan rakyat dalam daerah yang bersangkutan. Akibatnya, karena potensi dan
kemampuan daerah berbeda-beda, maka disparitas antar daerah semakin tinggi. Daerah yang kaya dan memiliki struktur yang lebih seimbang akan melaju cepat, sedangkan
daerah yang miskin akan ketinggalan. Kedua, inefisiensi produksi dan alokasi sebagai akibat desentralisasi murni disebabkan
karena daerah akan memaksakan diri dalam suatu komoditas tertentu meskipun secara ekonomis tidak terlalu menguntungkan. Selain itu, terdapat kemungkinan suatu komoditas
hanya akan efisien jika diproduksi dalam skala besar, tetapi karena daerah memaksakan diri untuk memproduksinya, maka akan banyak perusahaan sejenis dalam skala yang
relatif kecil. Masih dalam konteks pemaksaan diri dalam memproduksi suatu komoditas, maka secara nasional dapat dinilai juga sebagai inefisiensi dalam alokasi sumber daya.
Universitas Sumatera Utara
Sumber daya yang seharusnya dialokasikan untuk komoditas lain, karena motivasi kemandirian, akhirnya dialokasikan kepada komoditas tertentu yang kurang efisien.
Ketiga, instabilitas yang berpangkal dari luasnya kewenangan daerah dalam menetapkan kebijakan fiskal. Dengan keleluasaan pemerintah daerah dalam menetapkan kebijakan
tersebut, maka efektivitas kebijakan fiskal yang digulirkan oleh pemerintah pusat akan berkurang. Dengan demikian, apabila terjadi suatu goncangan dalam perekonomian, sulit
bagi pemerintahan nasional untuk meredamnya, dan efek dari kebijakan fiskal bagi setiap daerah akan berbeda-beda.
Pernyataan di atas, didukung oleh data-data Laporan Bank Dunia Tahun1997 yang menyebutkan : “Meskipun desentralisasi fiskal memberikan manfaat di beberapa negara
seperti Cina, India, negara-negara Amerika Latin, serta negara-negara lain di belahan dunia ini, namun di sisi lain memunculkan 3 tiga permasalahan utama, yaitu :
meningkatnya kesenjangan, instabilitas makroekonomi, dan adanya resiko kewenangan lokal yang dapat menyebabkan kesalahan dalam alokasi sumber daya” World
Development Report : The State In a Changing World, 1997. Meskipun kondisi Indonesia tidak sama dengan negara-negara sebagaimana
diteliti oleh Bank Dunia, namun hal tersebut dapat dijadikan pelajaran untuk memacu kinerja kebijakan desentralisasi yang digulirkan Pemerintah Indonesia lebih baik. Artinya,
hal-hal negatif yang mucul di beberapa negara dalam konteks desentralisasi ini, terutama ketidaksiapan Pusat dan Daerah, yang harus mampu dieliminasi.
Terdapat beberapa indikator untuk melihat berhasil atau tidaknya kebijakan desentralisasi tersebut, sekaligus sebagai indikator tercapai atau tidaknya tujuan
pembangunan. Diantara indikator tersebut, indikator pada bidang ekonomi, sosial, sarana dan prasarana dasar, serta keuangan daerah, merupakan indikator yang sangat penting dan
relevan untuk dijadikan ukuran keberhasilan pembangunan dalam jangka pendek, dan
Universitas Sumatera Utara
terutama dalam kaitannya dengan implementasi kebijakan desentralisasi yang direspon oleh daerah dengan tuntutan pemekaran wilayah.
Pertama, dalam bidang ekonomi, ketercapaian tujuan pembangunan antara lain dapat dilihat dari pendapatan nasional perkapita, pengurangan jumlah penduduk miskin,
dan tingkat pengangguran. Makin tinggi tingkat pendapatan perkapita menunjukkan makin berhasil pembangunan yang dicapai. Sementara itu, makin sedikit jumlah
penduduk miskin maka makin berhasil pembangunan tersebut. Dalam praktek perhitungan pendapatan perkapita di suatu daerah sering direpresentasikan oleh Produk
Domestik Regional Bruto perkapita. Pendapatan regional adalah seluruh pendapatan yang diperoleh oleh penduduk suatu daerah dalam satu tahun tertentu. Sedangkan pendapatan
regional perkapita adalah pendapatan regional dibagi jumlah penduduk. Selanjutnya dapat dilihat pada tingkat pemerataan pendapatan, antara lain dengan gini ratio, luas daerah di
bawah kurva lorenz, jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan lain- lain. Dalam kajian ini, jumlah penduduk miskin merupakan indikator paling representatif
digunakan untuk melihat tingkat pemerataan ini. Makin banyak jumlah penduduk miskin berarti makin tidak berhasil pembangunan yang dilaksanakan, atau makin rendah kinerja
pembangunan. Kedua, dalam bidang sosial, keberhasilan pencapaian tujuan pembangunan dapat
dilihat dalam sektor pendidikan dan kesehatan. Keberhasilan pembangunan dilihat dari indikator kinerja sektor pendidikan adalah adanya kesempatan bagi masyarakat usia didik
untuk mendapat pendidikan yang layak secara kualitas dan kuantitas. Dari sisi kualitas, indikator ini secara operasional dapat dilihat dari rasio guru tehadap murid. Rasio ini
secara teoritis berkorelasi positif dengan daya serap murid terhadap materi ajaran yang diberikan. Artinya makin tinggi rasio guru terhadap murid, maka makin baik daya serap
murid terhadap materi yang diajarkan, sehingga semakin tinggi kualitas pendidikan yang
Universitas Sumatera Utara
didapatkan. Indikator kesehatan paling utama adalah pemerataan kesehatan bagi masyarakat. Indikator ini dapat dilihat pada rasio tenaga kesehatan terhadap seluruh
penduduk. Semakin tinggi rasio tenaga kesehatan terhadap penduduk maka makin besar peluang masyarakat secara umum untuk mendapatkan layanan kesehatan yang makin
baik. Ketiga, dalam bidang sarana dan prasarana dasar, keberhasilan pembangunan
dapat diukur dari ketersediaan dan kecukupan serta kemampuan sarana dan prasarana yang mempunyai peranan penting terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Beberapa indikator yang secara empirik dan teoritik mempunyai peran penting ini antara lain adalah sarana dan prasarana perhubungan serta sarana dan prasarana penerangan.
Keberhasilan pada sektor perhubungan antara lain dapat dilihat dari panjang jalan yang dimiliki, maka makin tinggi akses masyarakat kepada berbagai aktivitas kehidupan
termasuk aktivitas perekonomian, sehingga mobilisasi penduduk antar wilayah atau antar kota atau antar desa juga semakin tinggi. Masih dalam kaitannya dengan indikator untuk
mengukur kinerja pembangunan pada bidang sarana dan prasarana dasar, sektor listrik merupakan sektor penting untuk memberikan daya dongkrak yang besar terhadap
aktivitas ekonomi masyarakat dan percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Atas dasar hal tersebut, rasio jumlah pelanggan listrik terhadap keseluruhan rumah tangga
dijadikan salah satu indikator keberhasilan pembangunan. Keempat, bahwa keuangan daerah merupakan salah satu indikator kinerja
pembangunan yang sangat penting dalam kaitannya dengan kebijakan pemekaran wilayah. Secara langsung pemekaran wilayah berimplikasi kepada pembagian sumber-
sumber keuangan. Dampak langsung dan sangat terasa oleh Pemerintah Daerah terutama adalah pada sisi penerimaan, khusunya Pendapatan Asli Daerah, karena PAD merupakan
sumber pendapatan yang objek penerimaannya berada di daerah yang bersangkutan.
Universitas Sumatera Utara
Dengan kata lain, pemekaran wilayah berarti pembagian sumber PAD antar daerah induk dengan daerah-daerah yang baru.
2.5. Indeks Pembangunan Manusia
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas, kinerja ekonomi
akan mampu berjalan maksimal. Selanjutnya, bahwa antara pembangunan manusia dan pertumbuhan ekonomi berhubungan erat, karena peningkatan pembangunan ekonomi
merupakan prasyarat tercapainya pembangunan manusia yang akan mendukung peningkatan produktivitas melalui pengisian kesempatan kerja dengan usaha-usaha
produktif sehingga tercapai peningkatan pendapatan. Oleh karena itu, dalam rangka memacu pertumbuhan ekonomi sangat diperlukan pembangunan manusia, termasuk
dalam konteks ekonomi daerah. Dengan kata lain, peningkatan kualitas modal manusia juga akan memberikan manfaat dalam mengurangi ketimpangan antar daerah. Kualitas
sumber daya manusia tercermin dari teerciptanya lingkungan yang memungkinkan bagi manusia untuk menikmati hidup sehat, umur panjang, dan menjalankan kehidupan yang
produktif. Pembangunan manusia menyangkut dimensi yang sangat luas. Upaya membuat
pengukuran pencapaian pembangunan manusia yang telah dilakukan di suatu wilayah harus dapat memberikan gambaran tentang dampak dari pembangunan manusia bagi
penduduk dan sekaligus dapat memberikan gambaran tentang persentase pencapaian terhadap sasaran ideal.
United Nation Development Program UNDP mendefinisikan pembangunan manusia sebagai suatu proses untuk memperluas pilihan-pilihan bagi penduduk. Dalam
konsep tersebut penduduk ditempatkan sebagai tujuan akhir the ultimate end sedangkan upaya pembangunan dipandang sebagai sarana principal means untuk mencapai tujuan
Universitas Sumatera Utara
itu. Untuk menjamin tercapainya tujuan pembangunan manusia, empat hal pokok yang perlu diperhatikan adalah produktivitas, pemerataan, kesinambungan, pemberdayaan
UNDP, 1995 : 12. Secara ringkas empat hal pokok tersebut mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Produktivitas
Penduduk harus diberdayakan untuk meningkatkan produktivitas dan untuk berpartisipasi penuh dalam proses penciptaan pendapatan dan lapangan pekerjaan.
Pembangunan ekonomi yang demikian merupakan himpunan bagian dari model pembangunan manusia.
2. Pemerataan
Penduduk harus memiliki kesempatan peluang yang sama untuk mendapatkan akses terhadap semua sumber daya ekonomi dan sosial. Semua hambatan yang memperkecil
kesempatan untuk memperoleh akses tersebut harus dihapus, sehingga mereka dapat mengambil manfaat dari kesempatan yang ada dan berpartisipasi dalam kegiatan
produktif yang dapat meningkatkan kualitas hidup. 3.
Kesinambungan Akses terhadap sumberdaya ekonomi dan sosial harus dipastikan tidak hanya untuk
generasi-generasi yang akan datang. Semua sumberdaya fisik, manusia, dan lingkungan harus selalu diperbaharui replenished.
4. Pemberdayaan
Penduduk harus selalu berpartisipasi penuh dalam keputusan dan proses yang akan menentukan bentuk arah kehidupan mereka, serta untuk berpartisipasi dan
mengambil manfaat dari proses pembangunan. UNDP juga mengatakan bahwa pembangunan manusia adalah perluasan pilihan
bagi penduduk enlarging the choices of people, yang dapat dilihat sebagai proses upaya
Universitas Sumatera Utara
kearah perluasan pilihan dan sekaligus sebagai taraf yang dapat dicapai dari upaya tersebut. Pada saat yang sama, pembangunan manusia dapat pula dilihat sebagai
pembangunan formation kemampuan manusia melalui perbaikan taraf kesehatan, pengetahuan, dan keterampilan, serta sekaligus sebagai pemanfaatan utilization
kemampuanketerampilan mereka Urbanus, 2002. Sebenarnya paradigma pembangunan manusia tidak berhenti sampai disana.
Pilihan-pilihan tambahan yang dibutuhkan dalam kehidupan masyarakat luas seperti kebebasan politik, ekonomi dan sosial, sampai kesempatan untuk menjadi kreatif dan
produktif, dan menikmati kehidupan yang sesuai dengan harkat pribadi dan jasmani hak- hak azasi manusia merupakan bagian dari paradima tersebut. Dengan demikian,
paradigma pembangunan manusia memiliki dua sisi. Sisi pertama berupa formasi kapabilitas manusia seperti perbaikan taraf kesehatan, pendidikan dan keterampilan. Sisi
lainnya adalah pemanfaatan kapabilitas mereka untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat produktif, kultural, sosial dan politik. Jika kedua sisi itu tidak seimbang maka hasilnya
adalah frustasi masyarakat UNDP 1996 : 11. Hasil pembangunan manusia dapat dijelaskan dengan menggunakan Indeks
Pembangunan Manusia IPM. Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index merupakan indikator komposit tunggal yang walaupun tidak dapat
mengukur semua dimensi dari pembangunan manusia, tetapi mengukur tiga dimensi pokok pembangunan manusia yang dinilai mencerminkan status kemampuan dasar basic
capabilities penduduk. Ketiga kemampuan dasar itu adalah usia hidup longetivity yang diukur dengan angka harapan hidup waktu lahir life expectanc at birth, pengetahuan
knowledge yang diukur dengan dua indikator yaitu angka melek huruf literacy rate dan rata-rata lama sekolah mean-years of schooling, dan standar hidup layak decent
living yang diukur dengan indikator rata-rata pengeluaran per kapita riil yang disesuaikan
Universitas Sumatera Utara
adjusted real per capita expenditure Indeks Pembangunan Manusia, BPS Kabupaten Serdang Bedagai.
Saat ini penggunaan Indeks Pembangunan Manusia IPM atau Human Development Index HDI sebagai indikator kesejahteraan memperoleh penerimaan secara
luas di seluruh dunia, bahkan telah memperoleh penerimaan pada tingkat daerah. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan indeks pembangunan manusia sebagai acuan untuk
menentukan tingkat kesejahteraan dalam bentuk ranking kesejahteraan suatu negara atau daerah. Hal ini dianggap penting karena perencanaan pembangunan dewasa ini umumnya
menggunakan pendekatan partisipatif. Dalam penghitungan Indeks Pembangunan Manusia digunakan tahap-tahap
sebagai berikut : 1.
Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM usia hidup, pengetahuan, dan standar hidup layak dengan hubungan
matematis sebagai berikut : Indeks X
i
= X
i
– X
min
X
maks
– X
min
X
i
= Indikator komponen IPM ke-i i = 1,2,3 X
min
= Nilai minimum Xi X
maks
= Nilai maksimum Xi Persamaan diatas akan menghasilkan nilai 0
≤ Xi ≤ 1, untuk mempermudah membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga interval nilai menjadi 0
≤ Xi ≤ 100. 2.
Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis :
Indeks Pembangunan Manusia IPM = 13X
i
= 13 X
1
+ X
2
+ X
3
Universitas Sumatera Utara
Dimana : X
1
= Indeks Angka Harapan Hidup X
2
= 23 Indeks Melek Huruf + 13 Indeks Rata-rata Lama Sekolah X
3
= Indeks Konsumsi Perkapita yang disesuaikan Untuk melihat perkembangan tingkatan status IPM di kabupatenkota, dibedakan 4
kriteria dimana status menengah dipecah menjadi dua seperti dibawah ini : 1. Rendah dengan nilai IPM kurang dari 50
2. Menengah Bawah dengan nilai IPM berada diantara 50 sampai kurang dari 66 3. Menengah Atas dengan nilai IPM berada diantara 66 sampai kurang dari 80
4. Tinggi dengan nilai IPM lebih atau sama dengan 80.
Tabel 2.1 Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM
Indikator Nilai Nilai Catatan Maksimum Minimum
Angka Harapan Hidup Angka Melek Huruf
Rata-rata lama sekolah Konsumsi per kapita
yang disesuaikan 000 85
100 15
732,7 25
360,0 sesuai standar global
UNDP Sesuai standar global
UNDP Sesuai standar global
UNDP UNDP menggunakan GDP
Per kapita riil yang disesuaikan
Sumber : Indeks Pembangunan Manusia, BPS Provinsi Sumatera Utara
Dalam konteks pembangunan daerah, IPM ditetapkan sebagai salah satu ukuran utama yang dicantumkan dalam pola dasar pembangunan daerah yang akan datang. Hal
ini merupakan langkah penting karena IPM menduduki salah satu posisi penting dalam
Universitas Sumatera Utara
manajemen pembangunan daerah, oleh karena pelaksanaan pembangunan secara luas yang meliputi unsur perencanaan, pengawasan dan evaluasi.
Selain IPM terdapat juga Indeks Pembangunan Daerah IPD sebagai suatu konsep ukuran pembangunan, yang terdiri dari 1 keberdayaan pemerintah; 2 perkembangan
wilayah; dan 3 keberdayaan masyarakat. Setiap kriteria tersebut dapat dibagi-bagi lagi ke dalam beberapa aspek atau unsur. Misalnya, aspek-aspek yang tercakup dalam kriteria
keberdayaan pemerintah adalah kemampuan dan kualitas aparat pemerintah itu sendiri; atau sarana dan prasarana yang digunakan aparat untuk melayani masyarakat. Definisi
keberdayaan pemerintah adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan upaya atau hasil pemberdayaan pemerintah reinventing government di suatu daerah. Perkembangan
wilayah didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan kondisi ekonomi wilayah, penyediaan fasilitas publik, serta potensi fisik dan lingkungan suatu daerah.
Kriteria yang terakhir yaitu keberdayaan masyarakat, didefinisikan sebagai segala sesuatu yang berhubungan dengan upaya dan hasil pemberdayaan masyarakat di suatu daerah.
Kedudukan dan peranan Indeks Pembangunan Manusia dalam manajemen pembangunan akan lebih terlihat jika dilengkapi dengan suatu data set yang berisikan
indikator yang relevan dengan IPM dan disusun sebagai suatu sistem data base pembangunan manusia. Sistem data base tersebut merupakan sumber data utama dalam
identifikasi lebih lanjut yang dilakukan untuk mengenali lebih dalam permasalahan yang dihadapi berkaitan dengan upaya dan hasil-hasil serta dampak pembangunan manusia.
Identifikasi tersebut dibuat kedalam suatu analisis situasi pembangunan manusia yang mengkaji berbagai kendala dalam implementasi program pembangunan pada periode
sebelumnya dan potensi yang dimiliki suatu wilayah untuk dimasukkan sebagai masukan dalam perencanaan pembangunan daerah periode yang akan datang. Proses ini merupakan
kajian yang dapat menghasilkan rekomendasi bagi implikasi kebijakan pembangunan
Universitas Sumatera Utara
yang paling sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Dengan demikian, maka IPM merupakan alat advokasi kepada para pengambil keputusan dan perumus kebijakan
tentang langkah-langkah pada masa mendatang yang perlu dilakukan BPS Provinsi Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODOLOGI PENELITIAN