Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan
Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan
Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan
Nyaman di Rumah Sakit Umum Pusat Haji
Adam Malik Medan
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Ira Maulani Lubis 102500079
Program Studi DIII Keperawatan
Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara
Medan 2013
(2)
Lembar Pengesahan
KARYA TULIS ILMIAH
Asuhan Keperawatan pada Tn. M Dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman di Rumah Sakit Umum Pusat
Haji Adam Malik Medan
Medan, 5 Juli 2013
Pembimbing
(Mula Tarigan S.Kp., M.kes.) NIP : 19741002 200112 1 001
Penguji
(Achmad Fathi S, Kep., MNS) NIP : 19810120 200501 1 001
Prodi DIII Keperawatan Ketua,
(Nur Afi Darti S, Kp., M. Kep.) NIP : 19710312 200003 2 001
(3)
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas Karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan baik dengan judul “Asuhan Keperawatan pada Tn. M dengan Prioritas Masalah Kebutuhan Dasar Aman dan Nyaman di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan”.
Dalam penyusunan laporan kasus ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr.Dedy selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati S. Kp., MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti S.Kp., M. Kep. ketua Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kebijakannya.
4. Bapak Mula Tarigan S. Kp., M. Kes. selaku pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran-sarannya.
5. Bapak Achmad Fathi S. Kep., MNS selaku penguji yang telah meluangkan waktu, serta dengan sabar memberikan bimbingan dan saran- sarannya.
6. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Pasien kelolaan saya yang telah meluangkan waktu kepada saya untuk melakukan Asuhan Keperawatan.
8. Kedua Orang tua saya tercinta dan keluarga saya yang telah mendukung dan memberi semangat dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini. Terima kasih untuk semua pengorbanan, kasih sayang dan doa yang diberikan.
(4)
9. Teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara khususnya program studi DIII Keperawatan 2010 dan semua pihak yang telah membantu saya dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa Karya Tulisan Ilmiah ini masih jauh dari kesempurnaan, baik isi maupun susunannya. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang berifat membangun demi perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu penulis sehingga Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi mahasiswa/I dan bagi tenaga kesehatan lainnya.
Medan, Juli 2013
Penulis
(5)
Lembar Sampul
Lembar Pengesahan ...i
Kata Pengantar ...ii
Daftar Isi ...iv
BAB I PENDAHULUAN ...1
1.1 Latar Belakang ...1
1.2 Tujuan ...2
1.3 Manfaat ...2
BAB II PENGELOLAAN KASUS ...4
2.1 Konsep Nyeri ...4
2.1.1 Pengertian Nyeri ...4
2.1.2 Gejala Klinis Nyeri ...5
2.1.3 Klasifikasi Nyeri ...5
2.1.4 Fisiologi Nyeri ...7
2.1.5 Tingkatan Nyeri ...9
2.1.6 Upaya Mengatasi Nyeri ...10
2.1.7 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi Nyeri ...10
2.2 Pengkajian Nyeri ...14
2.3 Analisa Data ...18
2.4 Rumusan Masalah ...18
2.5 Perencanaan ...19
2.6 Format Pengkajian Pasien dan Asuhan Keperawatan ...28
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ...46
3.1 Kesimpulan ...46
3.2 Saran ...47 Daftar Pustaka
Lampiran
(6)
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seseorang di rumah sakit (Prasetyo, 2010).
Nyeri adalah suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang timbul bila jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Potter & Perry, 2006).
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu keputusan yang meningkat penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu fisik, sosial, psikospiritual dan lingkungan (Kolcaba, 1992, dalam Potter & Perry, 2006).
Masalah yang mempengaruhi nyeri diantaranya arti nyeri bagi seseorang yang memiliki banyak perbedaan dan hampir sebagian arti nyeri merupakan arti yang negatif, seperti membahayakan, merusak dan lain-lain. Keadaan ini mempengaruhi beberapa faktor seperti: usia, jenis kelamin, latar belakang sosial budaya, makna nyeri, lokasi dan tingkat keparahan nyeri, perhatian, ansietas (kecemasan), keletihan, pengalaman sebelumnya, dukungan keluarga dan sosial. Nyeri juga berhubungan erat dengan intensitas nyeri yang dapat mempengaruhi kemampuan seseorang untuk menahan nyeri. Solusinya pemenuhan
(7)
kebutuhan dasar nyeri dalam pelayanan kesehatan keperawatan dapat dilakukan dengan pemberian obat analgesik dan sejenisnya (Prasetyo, 2010).
1.2Tujuan
Tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah
1. Untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nyeri di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik.
2. Mengetahui prioritas masalah kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan oleh pasien.
3. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
4. Mampu menganalisa dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
5. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
6. Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
1.3Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Memperluas ilmu pengetahuan dan meningkatkan kualitas asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
b. Agar lebih memahami cara perawatan yang spesifik pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
(8)
Untuk dijadikan sebagai bahan umpan balik terhadap peran secara terpadu tentang proses keperawatan dalam teori yang didapat mahasiswa yang berada di institusi pendidikan sehingga berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan keperawatan. 3. Bagi Pasien
Untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri.
(9)
PENGELOLAAN KASUS
2.1Konsep Nyeri
2.1.1Pengertian Nyeri
Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan jaringan yang bersifat aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan (International Association for Study of Pain, 1979, dalam Prasetyo, 2010).
Nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi dan emosional (Hidayat, Aziz, 2005).
Mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan (Feusest dalam Potter & Perry, 2006).
Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan bahwa ia merasa nyeri (Mc Caffery dalam Potter & Perry, 2006).
Jadi kesimpulannya adalah mengidentifikasi nyeri sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2.1.2 Gejala Klinis Nyeri
Gejala klinis (Tamsuri, 2007) yang timbul saat nyeri adalah: 1. Tekanan darah meningkat
2. Nadi meningkat 3. Pernafasan meningkat 4. Raut wajah kesakitan
(10)
5. Menangis, merintih 6. Posisi berhati-hati
2.1.3 Klasifikasi Nyeri 1. Nyeri Akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan adanya peningkatan tegangan otot berbatasan karakteristik. a. Mayor: Komunikasi (verbal atau penggunaan kode) tentang
nyeri yang dideskripsikan. b. Minor:
1. Mengatup rahang atau pergelangan tangan
2. Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas 3. Agirasi/kegelisahan
4. Peka rangsangan
5. Menggosok bagian nyeri 6. Mengerok
7. Postur tidak biasa
8. Ketidakefektifan fisik dan mobilitas 9. Perubahan pada pola tidur
10.Rasa takut mengalami cedera tulang 11.Mata terbuka lebar dan sangat tajam 12.Mual muntah.
2. Nyeri Kronis
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan. Biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama lebih dari 6 bulan. a. Mayor: Nyeri telah ada lebih dari 6 bulan.
b. Minor:
1. Gangguan hubungan social dan keluarga 2. Peka rangsangan
(11)
3. Ketidakefektifan fisik dan mobilitas 4. Menggosok bagian yang nyeri 5. Tampilan yang meringis 6. Keletihan
Klasifikasi nyeri menurut tempatnya: 1. Perifer Pain (Pinggiran)
Nyeri yang rasakan pada permukaan tubuh (daerah perifer). Contoh: Nyeri pada kaki, tangan, permukaan kulit.
2. Deep Pain (Dalam)
Nyeri yang dirasakan dari stuktur tubuh yang lebih dalam. Contoh: Nyeri sendi, otot, nyeri lambung.
3. Reffered Pain (Alihan)
Nyeri akibat penyakit organ tubuh yang ditransmisikan kebagian tubuh yang lain yang bukan merupakan asal nyeri.
Klasifikasi nyeri menurut sifatnya:
1. Insidental : Nyeri yang datang secara tidak menentu. 2. Steody : Rasa nyeri yang terus menerus.
3. Proximal : Rasa nyeri yang dapat diketahui nyerinya (Tamsuri, 2007).
2.1.4 Fisiologi Nyeri
Beberapa tahap terjadinya nyeri (Prasetyo, 2010), antara lain: 1. Stimulus
Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus (rangsang nyeri) dan reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang berespon terhadap stimulus yang kuat. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis,
(12)
zat kimia, panas, listrik serta mekanik. Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya:
Faktor Penyebab Contoh
Mikroorganisme
(virus, bakteri, jamur, dll)
Kimia Tumor
Iskemi jaringan
Listrik Spasme Obstruksi Panas Fraktur Radiasi Psikologis
Meningitis
Tersiram air keras Ca mamae
Jaringan miokard yang mengalami iskemi karena gangguan aliran darah pada arteri koronaria
Terkena sengatan listrik Spasme otot
Batu ginjal, batu ureter, osbtruksi usus Luka bakar
Fraktur femur
Radiasi untuk pengobatan kanker Berduka, konflik, dll
2. Reseptor Nyeri
Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan-perubahan particular disekitarnya, kaitannya dengan proses terjadinya nyeri maka reseptor-reseptor inilah yang menangkap stimulus-stimulus nyeri. Reseptor ini dapar terbagi menjadi:
a. Exteroreseptor yaitu reseptor yang berpengaruh terhadap perubahan pada lingkungan eksternal, seperti untuk merasakan stimulus taktil (sentuh/rabaan), merasakan rangsang dingin dan panas.
b. Telereseptor merupakan reseptor yang sensitive terhadap stumulus yang jauh.
(13)
c. Propioseptor merupakan reseptor yang menerima impuls primer dari organ otot, spindle dan tendon golgi.
d. Interoseptor merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan pada organ-organ visceral dan pembuluh darah.
Beberapa penggolongan lain dari reseptor sensoris: a. Termoreseptor: reseptor yang menerima sensasi suhu
b. Mekanoreseptor: reseptor yang menerima stimulus-stimulus mekanik.
c. Nosiseptor: reseptor yang menerima stimulus-stimulus nyeri d. Kemoreseptor: reseptor yang menerima stimulus kimiawi.
3. Pathways Nyeri
Secara singkat proses terjadinya nyeri dapat dilihat pada skema (Prasetyo, 2010).
Pathways
Stimulus nyeri: biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik
Stimulus nyeri menstimulus nosiseptor di perifer
Impuls nyeri diteruskan oleh serat saraf afferent (A-delta & C) ke medulla spinalis melalui dorsal horn
Impuls bersinapsis di subtansia gelatinosa (lamina II dan III)
Impuls melewati traktus spinothalamus
Impuls masuk ke formation retikularis Impuls langsung masuk ke thalamus
(14)
Sistem limbik Fast pain
Slow pain
Timbul respon emosi
Respon otonom: TD meningkat, keringat dingin
2.1.5 Tingkatan Nyeri
Beberapa teori yang membagi tingkatan nyeri (Tamsuri, 2007) menjadi:
1. Menurut Kozier
0 : tidak nyeri 1, 2, 3, 4 : ringan
5, 6 : sedang 7, 8, 9 : berat 10 : sangat
2. Menurut Meizak dan Rogerson (1991) 1 : tidak nyeri
2 : ringan
3 : tidak nyaman 4 : Distressing 5: Novible (berat)
6 : exeros clating (sangat berat) 3. Menurut Maxwell (1989)
1 : tidak nyeri 2 : ringan 3 : sedang 4 : berat
(15)
2.1.5Upaya Mengatasi Nyeri
Upaya untuk mengatasi nyeri (Tamsuri, 2007) yaitu antara lain: 1. Distraksi : mengalihkan perhatian, misalnya : nonton TV, baca
majalah, mengajak bicara pasien.
2. Relaksasi : nafas dalam, kompres, messase 3. Akupuntur: tusuk jarum pada daerah nyeri
4. Hipnosa : teknik membuat orang tidak sadar diri 5. Analgesik : mengurangi persepsi tentang nyeri 6. Daya kerja: sistem syaraf sentral
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi Nyeri
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri (Prasetyo, 2010). Faktor-faktor terebut antara lain:
1. Usia
Usia merupakan variabel yang penting dalam mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tuanya ataupun pada perawat. Sebagian anak-anak terkadang segan untuk mengungkapkan keberadaan nyeri yang ia alami, mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka terima nantinya (Prasetyo, 2010).
Pada pasien lansia seorang perawat harus melakukan pengkajian lebih rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia memiliki sumber nyeri lebih dari satu. Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang diderita lansia
(16)
menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada tidak selalu mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada dapat timbul karena gejala arthtritis pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagian lansia terkadang pasrah terhadap apa yang mereka rasakan dan menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari .
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri.
3. Kebudayaan
Perawat seringkali berasumsi bahwa cara berespon pada setiap individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana pasien berespon terhadap nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih mengindikasikan suatu ketidakmampuan dalam mengontrol nyeri, akibatnya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok untuk pasien berkebangsaan Meksiko-Amerika. Seorang pasien berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu mempersepsikan pengalaman nyeri sebagai suatu yang berat atau mengharapkan perawat melakukan intervensi (Calvillo dan Flaskerud, 1991).
4. Makna Nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang wanita yang merasakan nyeri saat bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan wanita lainnya yang nyeri karena dipukul suaminya.
(17)
5. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut, terbakar dan lain-lain. Sebagai contoh individu yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang terkena luka bakar. 6. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap nyeri akan meningkatkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan (distraksi) dihubungkan dengan penurunan respon nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing (guided imagery) dan masase.
7. Ansietas (Kecemasan)
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas. Sebagai contoh seseorang yang menderita kanker kronis dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan semakin meningkatkan persepsi nyerinya.
8. Keletihan
Keletihan/kelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping individu.
9. Pengalaman Sebelumnya
Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti
(18)
bahwa individu tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa yang mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri. 10.Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain atau teman terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh pasien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan ketakutan.
2.2Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang faktual, lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok dan memudahkan perawat dalam mengevaluasi respon pasien terhadap terapi yang diberikan (Prasetyo, 2010).
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut (Prasetyo, 2010) adalah:
1. Mengkaji perasaan pasien (respon psikologi yang muncul)
2. Menetapkan respon fisiologis pasien terhadap nyeri dan lokasi nyeri 3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri
Pengkajian selama nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat pasien dalam keadaan waspada (perhatian penuh dalam nyeri), sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan pasien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi pasien terhadap nyeri (Prasetyo, 2010).
(19)
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi perilaku, afektif, kognitif (NIH, 1986; Mc Guire, 1992).
Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang perawat dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami pasien. Donovan & Girton (1984) mengidentifikasi komponen-komponen tersebut, antara lain:
1. Penentuan ada tidaknya nyeri
Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka. Setiap nyeri yang dilaporkan oleh pasien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa nyerinya untuk menghindari pengobatan.
2. Karakteristik nyeri (Metode P, Q, R, S, T) a. Faktor pencetus (P: Provocate)
Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri pada pasien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.
b. Kualitas (Q: Quality)
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh pasien, sering kali pasien mendeskripsikan nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih tertusuk dan lain-lain, dimana tiap-tiap pasien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c. Lokasi (R: Region)
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta pasien untuk menunjukkan semua bagian/daerah yang dirasakan tidak nyaman oleh pasien. Dalam mendokumentasikan hasil
(20)
pengkajian tentang lokasi nyeri, perawat perlu menggunakan bahasa anatomi, contohnya pernyataan “Nyeri terdapat dikuadran abdomen kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibandingkan “pasien menyatakan bahwa nyeri terasa pada abdomen”.
d. Keparahan (S: Severe)
Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik yang paling subjektif. Pada pengkajian ini pasien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan, nyeri sedang atau berat.
Gambar Skala Intensitas Nyeri Numerik (0-10) e. Durasi (T: Time)
Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan durasi dan rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?”, “seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata-kata lain yang semakna.
3. Respon fisiologis
Perawat perlu mengkaji pasien berkaitan dengan adanya perubahan-perubahan pada respon fisiologis terhadap nyeri untuk mendukung diagnosa dan membantu dalam memberikan terapi yang tepat (Prasetyo, 2010).
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
nyeri ringan nyeri sedang nyeri paling
(21)
Respon fisiologis terhadap nyeri
Respon simpatik Peningkatan frekuensi pernapasan Dilatasi saluran bronkiolus
Peningkatan frekuensi denyut jantung
Vasokontriksi perifer (pucat, peningkatan tekanan darah)
Peningkatan kadar glukosa darah Diaforesis
Peningkatan tegangan otot Dilatasi pupil
Penurunan motilitas saluran cerna Respon
parasimpatik
Pucat
Ketegangan otot
Penurunan denyut jantung atau tekanan darah Pernafasan cepat dan tidak teratur
Mual dan muntah
Kelemahan atau kelelahan
4. Respon perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang nyeri, menopang bagian yang nyeri, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung dan lain-lain. 5. Respon afektif
Ansietas (kecemasan) perlu digali dengan menanyakan pada pasien seperti “Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga adanya depresi, ketidaktertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku menarik diri dari lingkungan perlu diperhatikan.
(22)
6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan pasien
Pasien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari. Perubahan-perubahan yang perlu dikaji antara lain: perubahan pola tidur, pengaruh nyeri pada aktivitas sehari-hari misalnya: makan, minum, mandi, BAK atau BAB, serta perubahan pola interaksi terhadap orang lain.
7. Persepsi pasien tentang nyeri
Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi pasien terhadap nyeri, bagaimana pasien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya.
8. Mekanisme adaptasi pasien terhadap nyeri
Perawat perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa pasien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara tersebut dapat digunakan, perawat dapat memasukkannya dalam rencana tindakan.
2.3 Analisa Data
Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan pasien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu data subjektif yaitu data yang didapat dari pasien lansung dan data objektif yaitu data yang didapat dari observasi perawat langsung kepada pasien dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.
2.4 Rumusan Masalah
Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan penyakit kanker kolon (Doenges, 1999) adalah:
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
(23)
3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatan/tahanan.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan mual/muntah.
6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon. 7. Kurang pengetahuan tentang kondisi luka, prognosis dan
pengobaatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif.
(24)
2.5 Perencanaan No Diagnosa
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
Intervensi Rasional
1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang.
Kriteria hasil :
Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakkan yang berarti sesuai toleransi.
1. Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensitas (0-10).
2. Catat munculnya rasa cemas/takut dan hubungkan dengan lingkungan dan persiapan untuk prosedur.
3. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit.
4. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan.
5. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi fowler dan miring.
1. Sediakan informasi mengenai
kebutuhan/ efektivitas intervensi.
2. Perhatikan hal-hal yang tidak diketahui dan/atau persiapan
inadekuat (misalnya apendikstomi darurat) dapat
memperburuk persepsi pasien akan rasa sakit.
3. Dapat mengindikasikan rasa
sakit akut dan ketidaknyamanan
4. Pahami penyebab
ketidaknyamanan, sediakan jaminan emosional.
5. Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – Fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot pungguung artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal.
(25)
6. Observasi efek analgesik
7. Kolaborasi, pemberian analgetik IV sesuai kebutuhan.
6. Respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek efek sinergistik dengan zat-zat anastesi.
7. Analgetik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa
sakit, menimbulkan penghilang yang lebih efektif
dengan obat dosis kecil. 2 Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik/nyeri.
Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. Kriteria hasil: 1. Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. 2. Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
1. Rencanakan periode istirahat yang cukup.
2. Berikan latihan aktivitas secara bertahap.
3. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
4. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
1.Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal.
2.Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini.
3.Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali.
4.Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
(26)
3. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik. 3 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri/ketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas dan penurunan kekuatan/ tahanan. Tujuan : Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal.
Kriteria hasil :
1. Penampilan yang seimbang. 2.Melakukan pergerakkan dan perpindahan. 3.Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik : 0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat bantu.
2= memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan,
pengawasan, dan pengajaran.
1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.
2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas.
3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu.
4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif.
5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi.
1.Mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi.
2.Mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas
apakah karena ketidakmampuan ataukah
ketidakmauan.
3.Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal.
4.Mempertahankan/
meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot.
5.Sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan
dan mempertahankan/ meningkatkan mobilitas pasien.
(27)
3 = membutuhkan
bantuan dari orang
lain dan alat bantu
4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas. 4 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan. Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai.
Kriteria Hasil :
1.Tidak ada tanda tanda infeksi seperti pus.
2.Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor.
3.Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi
1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka.
2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka.
3. Pantau peningkatan suhu tubuh.
4. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas.
5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement.
1. Mengetahui sejauh mana
perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat.
2. Mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi.
3. Suhu tubuh yang meningkat
dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan.
4. Tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi.
5. Agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya.
(28)
6. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan.
7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
6. Balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah/ tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi.
7. Antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi.
5 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual/muntah. Tujuan : Klien mampu mempertahankan dan meningkatkan intake nutrisi.
Kriteria hasil :
1.Klien akan
memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal.
2.Klien mengerti dan mengikuti anjuran diet.
3.Melaporkan
1.Kaji sejauh mana
ketidakadekuatan nutrisi klien 2.Perkirakan/hitung pemasukan
kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal.
3.Timbang berat badan sesuai indikasi.
4.Anjurkan makan sedikit tapi sering.
5.Anjurkan kebersihan oral sebelum makan.
6.Tawarkan minum saat makan bila toleran.
7.Konsultasi tentang kesukaan/ ketidaksukaan klien yang menyebabkan distress
1.menganalisa penyebab melaksanakan intervensi.
2.Mengidentifikasi
kekurangan/kebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan. 3.Mengawasi keefektifan secara
diet.
4.Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan.
5.Mulut yang bersih
meningkatkan nafsu makan. 6.Dapat mengurangi mual dan
menghilangkan gas.
7.Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan.
(29)
peningkatan intake makanan.
4.Tidak ada
mual/muntah
8.Kolaborasi ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi.
9.Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen dan obat-obatan, serta kebutuhan nutrisi parenteral dan pemasang pipa lambung.
8.Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien.
9.menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat
6 Konstipasi berhubungan
dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon. Tujuan : Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; feses
lembut dan berbentuk.
Kriteria hasil :
1. klien akan
menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang dibutuhkan. 2. Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan.
1. Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri tekan abdomen.
2. Pantau tanda gejala ruptur usus dan/atau peritonitis.
3. Kaji faktor penyebab konstipasi.
4. Ajarkan klien dalam bantuan eleminasi defekasi.
5. Anjurkan klien untuk menghindari mengejan selama defekasi.
6. Konsultasikan pada ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet.
1.Penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana selanjutnya.
2.Keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan peristaltik usus, yang dapat.
3.Mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat. 4.Akan meningkatkan pola
defekasi yang optimal.
5.Mencegah terjadi perubahan tanda vital, sakit kepala atau perdarahan.
6.Pada keadaan kekurangan serat dan cairan
(30)
7. Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan bantuan eleminasi, seperti : diet, pelembut feses, enema dan laksatif.
7.Merupakan tindakan
dependent perawat dalam memberikan bantuan defekasi kepada klien.
7 Kurang pengetahuan
tentang kondisi luka, prognosis dan pengobaatan berhubungan
dengan kurang terpajan informasi, keterbatasan
kognitif.
Tujuan :
Klien dan keluarga mengerti tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan.
Kriteria hasil :
Klien dan keluarga menyatakan
pemahaman tentang proses penyakit dan kebutuhan
pengobatan.
1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan kebutuhan pengobatan.
2. Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi keadaan sakit.
3. Diskusikan kebutuhan terapi selanjutnya, serta keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan.
1.Klien dapat memahami penyakit dan dapat merencanakan pengobatan.
2.Mengurangi kecemasan dan memberikan penerimaan pada diri sendiri.
3.Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan.
(31)
2.6 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I.BIODATA
Identitas Pasien
Nama : Tn. M
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 37 tahun
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Kristen Protestan Pendidikan : S1 (Sarjana)
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Perumahan Milala Tengah Blok B 6 No. 5 P. Batu
Tanggal Masuk RS : 16 Juni 2013 No. Register : 49.30.70 Ruangan/Kamar : RB2A/III2
Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013 Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Kanker Kolon Rektum
II. KELUHAN UTAMA :
Tn. M mengatakan mengeluh nyeri pada bagian perut bawahnya sejak 2 minggu yang lalu. Nyeri semakin berat 1 minggu terakhir. Nyeri semakin terasa saat ingin BAK.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya :
Tn. M mengatakan nyeri saat ingin BAK dan hasil Laboratorium menunjukkan massa di rectum dan
(32)
rectosigmoid yang menginfiltrasi ke vesika urinaria (ca rectum).
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan :
Tn. M hanya memegang perut bagian bawah yang terasa nyeri dan sesekali menggosok bagian yang nyeri.
B. Quantity/quality 1. Bagaimana dirasakan
Tn. M mengatakan rasa nyeri yang dialami seperti perih tertusuk.
2. Bagaimana dilihat
Tn. M tampak meringis kesakitan, memegang perut bagian bawah dan sesekali teriak karena nyeri yang hebat.
C.Region
1. Dimana lokasinya
Tn. M mengatakan lokasi nyeri berada di bagian perut bawahnya
2. Apakah Menyebar.
Tn. M mengatakan nyeri yang dirasakan tidak menyebar. D.Severity
Tn. M mengatakan merasa nyeri pada skala 7 dan saat ingin BAK rasa nyeri Tn. M akan bertambah dengan skala 9.
E. Time
Tn. M mengatakan nyeri semakin terasa saat ingin BAK.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A.Penyakit yang pernah dialami
Tn. M mengatakan pernah mengalami penyakit kanker kolon rektum tahun 2010.
(33)
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Tn. M mengatakan pernah kemoterapi, operasi pengangkatan kanker kolon rectum dan dilakukan kolostomi.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Tn. M mengatakan pernah diopname di RS Advent selama proses kemoterapi, operasi dan kolostomi.
D. Lama dirawat
Tn. M mengatakan dirawat selama 2 bulan E. Alergi
Tn. M mengatakan tidak ada alergi terhadap obat-obatan dan makanan
F. Imunisasi -
V.RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua
Istri Tn. M mengatakan orang tua pasien sehat dan belum pernah mengalami penyakit yang serius.
B. Saudara kandung
Istri pasien mengatakan saudara kandung pasien sehat dan belum pernah mengalami penyakit yang serius.
C. Penyakit keturunan yang ada
Tn. M mengatakan tidak ada penyakit keturunan di keluarga pasien.
D. Anggota keluarga yang meninggal
Tn. M mengatakan belum ada keluarga pasien yang meninggal. E. Penyebab meninggal
(34)
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya:
Tn. M mengatakan penyakitnya masih bisa disembuhkan. B. Konsep Diri:
Gambaran diri : Tn. M mengatakan merasa terganggu dan tidak menyukai kantong stoma yang ada di perutnya.
Ideal diri : Tn. M mengatakan ingin cepat sembuh dan bisa beraktivitas kembali seperti biasanya.
Harga diri : Tn. M mengatakan merasa malu dan rendah diri dengan stoma yang ada di perut pasien.
Peran diri : Tn. M mengatakan bertugas mencari nafkah untuk keluarganya.
Identitas : Tn. M merupakan kepala keluarga dari istri dan anak-anak pasien.
C. Keadaan emosi : Tn. M tidak dapat mengontrol emosinya karena nyeri yang dirasakan pasien tidak dapat ditahan.
D. Hubungan sosial
Orang yang berarti : Pasien mengatakan orang yang berarti dalam hidup pasien adalah anak-anak dan istri pasien.
Hubungan dengan keluarga : Pasien mengatakan hubungan pasien dengan keluarga pasien baik-baik saja.
Hubungan dengan orang lain : Pasien mengatakan hubungan pasien dengan orang lain baik-baik saja.
(35)
Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Pasien mengatakan tidak ada hambatan berhubungan dengan orang lain.
E.Spiritual
Nilai dan keyakinan : Tn. M mengatakan percaya bahwa Tuhan Itu tetap bersamanya dan akan menyembuhkannya.
Kegiatan ibadah : Pasien sering beribadah setiap minggu dan selalu mengikuti perayaan agama di gereja.
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Tingkat kesadaran pasien Composmentis, pasien terlihat lemah dan tampak meringis kesakitan pada daerah suprapubik skala 9.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 37,6oC
- Tekanan darah : 130/80 mmHg - Nadi : 110 x/menit - Pernafasan : 24 x/menit - Skala nyeri : 9
- TB : 170 cm
- BB : 60 kg
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut
- Bentuk : Bulat
- Ubun-ubun : Tertutup dan tidak ada kelainan - Kulit kepala : Bersih dan berminyak
(36)
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut : Lebat, hitam dan menyebar merata
- Bau : Tidak berbau khas
- Warna kulit : Coklat
Wajah
- Warna kulit : Coklat
- Struktur wajah : Lonjong Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan: Kedua mata lengkap dan keduanya simetris - Palpebra : Normal dan tidak ada
pembengkakan
- Konjungtiva dan sklera : Konjungtiva pucat dan sklera tidak ikterus
- Pupil : Isokor kanan dan kiri masing- masing 3 mm
- Kornea dan iris : Refleks terhadap cahaya (+), iris coklat dan simetris - Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan
visus mata
- Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan tekanan bola mata.
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi:
Tulang hidung dan posisi septum nasi normal, letaknya medial dan simetris.
- Lubang hidung: Bersih, simetris dan normal
- Cuping hidung: Tn. M tidak bernapas menggunakan cuping hidung.
(37)
Telinga
- Bentuk telinga : Telinga kanan dan kiri bentuknya normal dan simetris.
- Ukuran telinga : Normal dan telinga kanan dan kiri sama
- Lubang telinga : Normal dan bersih
- Ketajaman pendengaran : Normal dan dapat mendengar dengan baik dalam sekali pembicaraan
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : Mukosa bibir lembab dan simetris
- Keadaan gusi dan gigi : Gusi berwarna pink dan tidak ada pembengkakan gusi - Keadaan lidah : Saat dijulurkan lidah medial
dan berwarna pink
- Orofaring : Norma
Leher
- Posisi trachea : Medial
- Thyroid : Normal, tidak ada pembesaran kelenjar thyroid
- Suara : Normal, jelas dan tidak serak
- Kelenjar limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe - Vena jugularis : Normal dan tidak ada pembengkakan - Denyut nadi karotis: Teraba kuat dan regular (110 x/menit) Pemerikasaan integumen
- Kebersihan : Kulit pasien tampak bersih - Kehangatan : Kulit pasien terasa dingin - Warna : Coklat
- Turgor : Turgor kembali < 2 detik - Kelembaban : Kulit pasien lembab
(38)
- Kelainan pada kulit: Terlihat ruam kehitaman pada daerah aksila dan gluteus maximus, bekas luka operasi (+), stoma (+) berada pada kuadran 4, benjolan (-).
Pemeriksaan payudara dan ketiak
- Ukuran dan bentuk : Normal dan simetris - Warna payudara dan areola : Coklat dan areola
berwarna coklat kehitaman
- Kondisi payudara dan putting : Tidak ada
pembengkakan dan simetris
- Aksila dan clavikula :
Normal, tidak ada pembesaran kelenjar pada aksila, terdapat ruam kehitaman pada aksila, clavikula normal. Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks (normal, burrel chest, funnel chest, pigeon chest, flail chest, kifos koliasis) : Bentuk thoraks normal - Pernafasan (frekuensi, irama): Frekuensi 24 x/menit, irama
teratur
- Tanda kesulitan bernafas : Tidak ada tanda-tanda kesulitan bernafas.
Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara : Normal dan getaran suara teraba
- Perkusi : Paru-paru kanan resonan dan paru-paru kiri redup
- Auskultasi (suara nafas, suara ucapan, suara tambahan) : Suara nafas ronchi (+), suara ucapan jelas, suara tambahan tidak ada
Pemeriksaan jantung
(39)
- Palpasi : Pulsasi teraba jelas dan kuat - Perkusi :Dullness
- Auskultasi : Normal, tidak ada bunyi tambahan, tidak ada murmur, reguler.
Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi (bentuk, benjolan) : Simetris, tidak terlihat adanya berjolan/massa, stoma (+) berada di kuadran 4, terlihat gerakan pembuluh darah di perut
- Auskultasi : Peristaltik (+) 7 x/menit - Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien) :
Nyeri tekan pada suprapubik, distensi abdomen, benjolan (-), ascites (-(-), tidak ada pembengkakan hepar.
- Perkusi (suara abdomen) : Dullness Pemeriksaan kelamin dan daerah sekitarnya
- Genitalia (rambut pubis, lubang uretra) : Rambut pubis ada, lubang uretra normal
- Anus dan perineum (lubang anus, kelainan pada anus, perineum) : Lubang anus (+), teraba massa 2 cm dari anak verge berbenjol-benjol, sirkuler.
Pemeriksaan muskuloskeletal/ekstremitas (kesimetrisan, kekuatan otot, edema) : Ekstremitas atas dan bawah pasien simetris antara kanan dan kiri, tidak ada edema, kekuatan otot pasien penuh dengan nilai 5 dan tidak ada kelainan pada ekstremitas atas dan bawah pasien dan muskuloskeletal.
Pemeriksaan neurologi (Nervus cranialis):
(40)
- Meningeal sign : Tidak ada tanda-tanda meningitis - Nervus Cranialis :
a. Nervus Olfaktorius/N I
Tn. M mampu menyebutkan jenis bau-bauan yang diberikan (jeruk dan parfum).
b. Nervus Optikus/N II
Tn. M tidak mampu membaca dengan jarak 30 cm karena pasien membaca menggunakan kacamata dengan positif 2, lapangan pandang pasien normal.
c. Nervus Okulomotorius/N III, Troclearis/N IV, Abdusen/N VI
Kontriksi pupil pasien baik, refleks cahaya (+) dan bola mata pasien mampu bergerak ke segala arah.
d. Nervus Trigeminus/N V
Tn. M mampu membedakan panas/dingin, rasa raba, nyeri dan getar. Mampu menyebutkan area yang disentuh dan ada refleks kornea.
e. Nervus Vasialis/N VII
Tn.M mampu membedakan rasa manis, asam, asin, pahit serta mampu memperagakan berbagai ekspresi wajah. f. Nervus Vestibulococlearis/N VIII
Tn. M masih mampu mendengar berbagai jenis suara. g. Nervus Glossofaringeus/N IX, Vagus/N X
Ada refleks tersedak, pita suara normal, pallatum terangkat ke atas dan uvula relative di tengah.
h. Nervus Assesorius/N XI
Tn. M masih mampu menahan tahanan di bahu dan sejajar antara bahu kiri dan kanan.
(41)
i. Nervus Hypoglosus/N XII
Kekuatan otot lidah pasien normal dan mampu menggerakkan lidah kesegala arah.
Fungsi motorik
- Cara berjalan : Tn. M tidak mampu berjalan ke kamar mandi karena nyeri pada suprapubik skala 9.
- Romberg test : Tn. M tidak mampu berdiri dan berjalan tegak.
- Tes jari-hidung : Tn. M mampu merasakan sensasi jari- hidung.
- Pronasi-supinasi test: Tn. M dapat melakukan pronasi-supinasi bagian ekstremitas
Fungsi sensorik (identifikasi sentuhan, tes tajam tumpul, panas dingin, getaran) :
- Identifikasi sentuhan : Tn. M mampu menyebutkan lokasi sentuhan ringan
- Tes tajam tumpul : Tn. M mampu menyebutkan bagian yang tajam atau tumpul
- Panas dingin : Tn. M masih mampu membedakan rasa dingin dan panas
- Getaran : Tn. M mampu merasakan getaran di kepalanya saat digetarkan garputala.
Refleks (bisep, trisep, brachioradialis, patelar, tenson achiles, plantar):
- Refleks bisep : Mampu berkontraksi dengan baik saat tendon bisep dipukul menggunakan hammer.
- Refleks trisep : Mampu berkontraksi dengan baik saat tendon trisep dipukul menggunakan
(42)
hammer.
- Refleks brachioradialis: Mampu berkontraksi saat tendon brachioradialis dipukul menggunakan hammer.
- Refleks patellar : Tungkai bawah bergerak ke depan saat patella dipukul menggunakan hammer. - Refleks achiles : Berkontraksi dengan sentakan kaji ke
bawah saat tendon achiles dipukul menggunakan hammer.
- Refleks plantar : Berkontraksi saat tendon plantar dipukul menggunakan hammer.
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : 3 kali sehari
- Nafsu/selera makan : Tn. M mengatakan sebelum masuk rumah sakit nafsu makannya baik, tetapi setelah masuk rumah sakit nafsu makan pasien menurun karena makanan Rumah Sakit tidak disukai pasien.
- Nyeri ulu hati : Tn. M mengatakan tidak ada nyeri ulu hati
- Alergi : Tn. M mengatakan tidak ada alergi makanan atau obat-obatan.
- Mual dan muntah : Tn. M mengatakan tidak ada rasa mual dan muntah
- Waktu pemberian makan: Pagi 08.00 WIB, siang 12.00 WIB dan malam 18.00 WIB.
- Jumlah dan jenis makan : Jenis makanan Tn. M seperti biasa yaitu nasi, ikan dan sayur. Jumlah masing-masing 1 porsi, tetapi sering tersisa ¼-½ porsi.
- Waktu pemberian cairan/minum: Tn.M minum saat makan nasi saja, cairan lainnya diberikan IVFD RL 500 ml 20 tetes/menit.
(43)
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah): Tn. M mengatakan tidak terdapat kesulitan menelan atau mengunyah, tetapi pasien sering tidak menghabiskan makanannya karena tidak nafsu makan.
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : Tn. M mandi dibantu oleh istri pasien.
- Kebersihan gigi dan mulut : Tn. M mengatakan masih mampu menggosok gigi tetapi dibantu oleh istri pasien.
- Kebersihan kuku kaki dan tangan: Selama Tn. M di rumah sakit, kuku kaki dan tangan dibersihkan oleh istri Tn. M. III.Pola kegiatan/aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.
Tn. M tidak mampu melakukan mandi dan makan secara mandiri, pasien masih sering dibantu oleh istri pasien karena masih terpasang kateter dan infus. Dalam mengganti pakaian, pasien juga tidak bisa melakukannya secara mandiri, karena masih terpasang kateter dan infus, terkadang dibantu oleh perawat.
- Uraikan aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit: Selama dirawat di rumah sakit, pasien sering berdo’a demi kesembuhan penyakitnya.
IV.Pola eliminasi 1. BAB
- Pola BAB : Tn. M menggunakan stoma, dalam sehari pasien mengganti kantong stoma 2 x/sehari
(44)
- Karakter feses : Cair, kuning kecoklatan - Riwayat perdarahan : Tidak ada tanda-tanda
perdarahan
- BAB terakhir : Pagi pukul 06.00 WIB - Diare : Tn. M diare
- Penggunaan laksatif : Tn. M tidak menggunakan laktasif
2. BAK
- Pola BAK : 2-3 x/hari - Karakter urin : Kuning jernih - Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK :
Tn. M merasa sangat nyeri saat ingin mengeluarkan urinnya, nyeri yang dirasakan pasien tepat di atas kemaluan pasien.
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih :
Tn. M mengatakan tidak memiliki penyakit ginjal/kandung kemih.
- Penggunaan diuretik : Tn. M tidak
menggunakan diuretik - Upaya mengatasi masalah : Menggunakan kateter V. Mekanisme koping
- Adaptif
Menggunakan teknik relaksasi - Maladaptif
(45)
IX. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dilakukan tanggal 12 Juni 2013
Jenis Pemeriksaan Hematologi
Hasil Rujukan
Hemoglobin (HGB) Eritrosit (RBC) Leukosit (WBC) Hematokrit Trombosit (PLT)
9,00 gr % 3,18 106/mm3 15,24 103/mm3 26,20 % 471 103/mm3
13,2-17,3 gr % 4,20-4,87 106/mm3 4,5-11,0 103/mm3 43-49 %
150-450 103/mm3
Jenis Pemeriksaan Kimia Klinik
Hasil Rujukan
- Metabolisme Karbohidrat
Glukosa Darah (sewaktu)
- Ginjal Ureum Kreatinin - Elektrolit
Natrium (Na) Kalium (K) Klorida (Cl)
88 mg/dl
21,60 mg/dl 0,83 mg/dl
123 mEq/L 3,5 mEq/L 98 mEq/L
< 200 mg/dl
< 50 mg/dl 0,70-1,20 mg/dl
135-155 mEq/L 3,6 mEq/L 96-106 mEq/L
(46)
Kimia Klinik Analisa Gas Darah
Hasil Rujukan
PH PCO2 PO2
Bikarbonat (HCO3) Total CO2
Kelebihan Basa (BE) Saturasi O2
7,573 22,4 mmHg 163,6 mmHg 20,2 mmol/L 20,9 mmol/L -1,3 mmol/L 99,1 %
7,35-7,45 38-42 mmHg 85-100 mmHg 22-26 mmol/L 19-25 mmol/L (-2)-(+2) 95-100 %
Laboratorium Klinik RSU Bunda Thamrin
Hasil Pemeriksaan CT Scan Whole Abdomen irisan axial dengan kontras IV dengan ketebalan potongan 7 mm.
- Tampak massa heterogen di colon rectosigmoid dan rectum yang ada pada pemberian zat kontras tampak enhancement yang heterogen. - Lesi tersebut tampak menginfiltrasi ke vesika urinaria
- Liver ukuran normal, permukaan rata, parenchyme homogen dan tidak tampak focal liver mass di dalamnya.
- Kandung empedu ukuran normal, dinding rata, tidak menebal dan tidak tampak batu di dalamnya.
- Pancreas dan spleen tampak normal.
- Kedua ginjal membesar terutama kiri, tampak pelebaran pelvio calyceal system dan ureternya tidak tampak batu di kedua ginjal. - Tampak effuse di kedua lapangan paru terutama kiri.
Kesimpulan:
- Massa di rectum dan rectosigmoid yang menginfiltrasi ke vesika urinaria (ca rectum).
- Hydronephrosis bilateral - Pleural effuse bilateral
(47)
X. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS: Pasien mengatakan nyeri pada perut bagian bawahnya
DO: Nyeri berada pada suprapubik dan tidak menyebar Skala nyeri 9 Pasien tampak meringis kesakitan
Adenokarsinoma muncul dari epitel sel usus
Menyusup dan merusak jaringan normal
Sel kanker terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian vesika urinaria
Sel-sel kanker menekan jaringan disekitarnya
Merangsang reseptor nyeri
Nyeri
Nyeri
2 DS: Pasien mengatakan akhir-akhir ini fesesnya cair
DO: Feses berwarna kuning kecoklatan Konsistensi cair Bising usus 7 x/menit
Distensi abdomen
Proses penyakit kanker kolon
Terjadi produksi mukus yang berlebihan, eksudasi air dan elektrolit ke dalam
lumen
Gangguan absorbsi air-elektrolit
Feses cair (air lebih besar daripada ampas)
Diare
(48)
3 DS: Pasien mengatakan sulit melakukan aktifitas mandiri
DO: Pasien terlihat dibantu beraktifitas oleh keluarganya Pasien terlihat kesulitan bergerak Kemandirian tingkat 2
Kanker kolon menginfiltrasi vesika urinaria
Nyeri skala 9
Pasien mengatakan Pasien terlihat sulit melakukan kesulitan aktivitas mandiri bergerak
Pasien dibantu beraktivitas oleh keluarga (kemandirian tingkat 2)
Intoleransi aktivitas
Intoleransi Aktifitas
Masalah keperawatan: 1. Nyeri
2. Diare
3. Intoleransi aktifitas Diagnosa Keperawatan:
1. Nyeri berhubungan dengan invasi jaringan akibat kanker kolon ditandai dengan skala nyeri 9, pasien tampak meringis kesakitan, TTV meningkat RR: 24 x/menit, HR: 110 x/menit, TD: 130/80 mmHg, T: 37,60C.
2. Diare berhubungan dengan inflamasi kanker kolon ditandai dengan konsistensi feses cair, berwarna kuning kecoklatan 7 x/menit.
(49)
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik ditandai dengan pasien dibantu keluarga dalam beraktifitas, tampak lemah, kemandirian tingkat 2.
XI. Perencanaan Keperawatan dan Rasional Hari/
Tanggal No. Dx
Perencanaan Keperawatan
Senin 17/06/13
1 Tujuan:
Pasien mengatakan bahwa rasa nyeri dapat terkontrol atau hilang.
Kriteria Hasil:
1.Melaporkan penghilangan nyeri maksimal atau dapat terkontrol.
2. Pasien dapat mengikuti aturan farmakologis yang ditentukan
3. Pasien tampak rileks, dapat beristirahat/tidur dan melakukan pergerakan yang berarti sesuai toleransi.
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri
1.Tentukan riwayat nyeri (lokasi nyeri, frekuensi, durasi dan intensitas skala 0-10).
2.Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan peningkatan
pernafasan.
1. Informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan/ keefektifan intervensi.
2. Dapat mengindikasikan rasa nyeri akut dan ketidaknyamanan.
(50)
3.Berikan tindakan kenyamanan dasar (reposisi: semi fowler atau miring kanan dan kiri) dan aktifitas hiburan (musik atau televisi).
4.Dorong penggunaan
keterampilan manajemen nyeri (teknik relaksasi, visualisasi, bimbingan imajinasi), tertawa, musik dan
sentuhan terapeutik.
5.Observasi penggunaan efek analgesik.
Kolaborasi
1.Kembangkan rencana
manajemen nyeri dengan pasien dan dokter.
2.Berikan analgesik IV sesuai kebutuhan.
3. Meningkatkan relaksasi
dan membantu memfokuskan kembali
perhatian.
4. Memungkinkan pasien untuk berpartisipasi secara aktif dan meningkatkan rasa kontrol.
5. Dapat menghilangkan atau mengkontrol nyeri.
1.Rencana terorganisasi mengembangkan
kesempatan untuk mengontrol nyeri. Pada
pasien/keluarga terdekat yang harus aktif menjadi
partisipan dalam manajeman nyeri di rumah.
2.Nyeri adalah komplikasi sering dari kanker, meskipun respon individual berbeda. Saat
(51)
pengobatan terjadi, penilaian dosis dan
pemberian akan diperlukan.
Senin 17/06/13
2 Tujuan:
Untuk mempertahankan konsistensi dan pola defekasi
normal, menghindari kekurangan cairan.
Kriteria Hasil:
1.Konsistensi feses lunak 2.Bising usus normal
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri
1. Pastikan kebiasaan eliminasi umum
2. Kaji bising usus dan pantau/catat gerakan usus
termasuk frekuensi, konsistensi
3. Pantau masukan dan haluaran serta BB
4. Berikan makan sedikit dan sering, mempertahankan kebutuhan protein dan karbohidrat (misalnya, telur, sereal, sayur).
1. Dapat diperlukan sebagai dasar untuk evaluasi masa datang
2. Mendefinisikan masalah misalnya diare
3. Dehidrasi, penurunan BB dan ketidakseimbangan elektrolit adalah
komplikasi dari diare. 4. Munurunkan iritasi
gaster. Penggunaan makanan rendah serat dapat menurunkan iritabilitas dan memberikan istirahat pada usus bila ada diare
(52)
5. Pastikan diet yang tepat; hindari makanan yang tinggi lemak (misalnya, mentega, makanan gorengan, kacang); makanan dengan kandungan serat tinggi yang diketahui menyebabkan diare dan gas (misalnya, kol, buncis, cabai); makanan/cairan dengan kafein tinggi atau sangat panas/dingin.
6. Periksa terhadap infeksi bila pasien tidak defekasi dalam 3 hari atau ada distensi abdomen, kram, sakit kepala
Kolaborasi
1. Berikan cairan IV
5. Stimulan GI yang dapat meningkatkan
motilitas/frekuensi defekasi
6. Intervensi
lanjut/perawatan usus alternatif mungkin diperlukan
1. Mencegah dehidrasi, mengencerkan agen kemoterapi untuk
menurunkan efek samping Senin
17/06/13
3 Tujuan:
Pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas.
Kriteria Hasil:
4. Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri.
5. Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu.
(53)
6. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik.
Rencana Tindakan Rasional
Mandiri
5. Rencanakan periode istirahat yang cukup
6.Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan keletihan dan kelemahan yang berlebihan
7.Instruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktifitas dengan perlahan
8.Berikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Berikan bantuan
5. Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal. 6. Menyebutkan parameter
membantu dalam mengkaji respon fisiologi terhadap stres aktifitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dengan tingkat aktifitas
7. Teknik menghemat energi mengurangi penggunaan energi
8. Kemajuan aktifitas secara bertahap dapat membantu
mobilisasi dini. Memberikan bantuan
(54)
sesuai kebutuhan
9. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
10.Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien.
hanya sebatas kebutuhan
akan mendorong kemandirian dalam aktifitas
9.Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
10. Menjaga
kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan.
X. Implementasi Keperawatan Hari/
Tanggal No.
Dx
Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
Senin 17/06/13
1 1.Menentukan Lokasi nyeri:
Suprapubik dan tidak menyebar Durasi:
Nyeri semakin terasa saat ingin BAK
Intensitas nyeri: Skala 9 2.Mengkaji tanda-tanda vital
HR: 110 x/menit TD: 130/80 mmHg RR: 24 x/menit T : 37,6 0C
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol
O: HR: 84 x/ menit TD: 120/80 mmHg RR: 22 x/menit T : 36, 80C Nyeri 4
Pasien terlihat rileks
A:Masalah teratasi sebagian
(55)
3. Memberikan tindakan kenyamanan reposisi miring ke
kiri
4. Mengajarkan dan menganjurkan pasien untuk mengikuti teknik relaksasi
5. Memberikan medikasi kepada pasien sesuai dengan kolaborasi dengan dokter:
Ketorolac 30 mg/ml 3x1 Ranitidine 25 mg/ml 3x1 Senin
17/06/13
2 1.Mengkaji bising usus dan memantau gerakan usus termasuk frekuensi, konsistensi 2.Memantau masukan dan
haluaran serta BB
3.Memberikan makan sedikit dan
sering, mempertahankan kebutuhan protein dan karbohidrat.
4.Memastikan diet yang tepat; menghindari makanan yang tinggi lemak, makanan dengan kandungan serat tinggi yang diketahui menyebabkan diare dan gas, makanan/cairan dengan kafein tinggi atau sangat panas/dingin.
S: Pasien mengatakan fesesnya sudah lunak
dan berwarna kuning kecoklatan
O: Konsistensi lunak, berwarna kuning kecoklatan
Tidak ada distensi abdomen
Bising usus 6 x/menit A: Masalah teratasi P: Intervensi dihentikan
(56)
5.Memberikan cairan IV RL 500 20 tetes/menit
Senin 17/06/13
3 1.Merencanakan periode istirahat yang cukup
2.Mengkaji respon pasien terhadap
aktivitas, memperhatikan keletihan dan kelemahan yang
berlebihan
3.Menginstruksikan pasien tentang teknik penghematan energi, misalnya menggunakan kursi saat mandi, duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan aktifitas dengan perlahan
4.Memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi. Memberikan bantuan sesuai kebutuhan
5.Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
6.Mengkaji respon pasien latihan dan aktivitas.
S: Pasien mengatakan mulai mampu
melakukan aktivitas kecil seperti duduk O: Pasien masih dibantu oleh keluarga pasien
seperti latihan berjalan Pasien terlihat sudah tidak kesulitan untuk bergerak
Kemandirian tingkat 2 A: Masalah belum teratasi P: Intervensi dilanjutkan
(57)
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
1.1Kesimpulan
Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah suatu kebutuhan individu. Kebutuhan terbebas dari rasa nyeri itu merupakan salah satu kebutuhan dasar yang merupakan tujuan diberikannya asuhan keperawatan pada seseorang di rumah sakit (Prasetyo, 2010).
Nyeri adalah suatu mekanisme nyeri proteksi bagi penderita yang timbul bila jaringan sedang dirusak dan menyebabkan individu tersebut bereaksi untuk menghilangkan rasa nyeri (Potter & Perry, 2006).
Kenyamanan atau rasa nyaman adalah suatu keadaan telah terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan akan ketentraman (suatu keputusan yang meningkat penampilan sehari-hari), kelegaan (kebutuhan telah terpenuhi) dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi masalah dan nyeri). Kenyamanan harus dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek yaitu fisik, sosial, psikospiritual dan lingkungan (Kolcaba, 1992, dalam Potter & Perry, 2006).
Dalam memberikan asuhan keperawatan berguna untuk mengatasi rasa nyeri pada pasien, perawat harus selalu berusaha untuk mengembangkan strategi penatalaksanaan nyeri, sehingga lebih dari sekedar pemberian obat-obatan analgesik.
Seorang pasien yang sedang dirawat di rumah sakit tidak bisa dipisahkan dari fenomena nyeri. Tugas dari seorang perawat adalah mengkaji keberadaan nyeri tersebut, menegakkan diagnosa,
(58)
merencanakan tindakan keperawatan untuk mengatasi nyeri, melakukan implementasi serta mengevaluasi dari tindakan yang telah diberikan.
1.2Saran
Dengan adanya Karya Tulis Ilmiah ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada pembaca tentang asuhan keperawatan dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nyeri mengenai pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
(59)
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. A. (2005). Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta
Brunner & Suddarth, Smeltzer, S. C., Bare, G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. EGC: Jakarta
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Geissler, A. C. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC: Jakarta
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu: Yogjakarta
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta.
Sudoyo, W. A, Setiyohadi, B, Alwi, I, Simadibrata, K. M. Setiati, S (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Interna Publishing: Jakarta
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC: Jakarta
Wilkinson, J. M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta
(60)
Lampiran
Catatan Perkembangan
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx Hari/ Tanggal Pukul (WIB)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Selasa 18/06/13 20.30 20.45 20.50 21.00 21.30 24.00
1.Mengkaji skala nyeri (skala 5)
2.Mengkaji tanda-tanda vital
HR: 96 x/menit TD: 120/80 mmHg RR: 20 x/menit T : 37,4 0C
3. Mengatur posisi miring kiri (posisi nyaman untuk pasien)
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti teknik relaksasi
5. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan tidur 6. Memberikan medikasi
kepada pasien sesuai dengan kolaborasi dengan dokter:
Ketorolac 30 mg/ml 3x1 Ranitidine 25 mg/ml 3x1
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol
O: HR: 93 x/ menit TD: 120/80 mmHg RR: 20 x/menit T : 370C
Pasien terlihat rileks Nyeri skala 2
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu intervensi 1, 2, 3,4,6
(61)
No. Dx Hari/ Tanggal Pukul (WIB)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Rabu 19/03/16 20.00 20.20 20.30 21.30 24.00
1. Mengkaji skala nyeri (skala 4)
2. Mengkaji tanda-tanda vital
HR: 94 x/menit TD: 120/80 mmHg RR: 20 x/menit T : 37,5 0C
3. Mengatur posisi miring kiri (posisi nyaman untuk pasien)
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti teknik relaksasi
5. Memberikan medikasi kepada pasien sesuai dengan kolaborasi dengan dokter:
Ketorolac 30 mg/ml 3x1 Ranitidine 25 mg/ml 3x1
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol
O: HR: 88 x/ menit TD: 120/70 mmHg RR: 20 x/menit T : 370C
Pasien terlihat rileks Nyeri skala 2
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu intervensi 1, 2, 3, 4, 5
No. Dx Hari/ Tanggal Pukul (WIB)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Kamis 20/06/13
20.00
20.15
1.Mengkaji skala nyeri (skala 7)
2.Mengkaji tanda-tanda
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol
(62)
20.30
21.30
24.00
vital
HR: 86 x/menit TD: 130/80 mmHg RR: 22 x/menit T : 37,7 0C
3. Mengatur posisi miring kiri (posisi nyaman untuk pasien)
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti teknik relaksasi
5. Memberikan medikasi kepada pasien sesuai dengan kolaborasi dengan dokter:
Ketorolac 30 mg/ml 3x1 Ranitidine 25 mg/ml 3x1
TD: 120/80 mmHg RR: 19 x/menit T : 37,2 0C
Pasien terlihat rileks Nyeri skala 3
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu intervensi 1, 2, 3, 4, 5
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No. Dx Hari/ Tanggal Pukul (WIB)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
3 Selasa 18/16/13
06.30
06.40
1.Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas, memperhatikan keletihan
dan kelemahan yang berlebihan
2.Menginstruksikan pasien melakukan aktifitas dengan perlahan
S: Pasien mengatakan mulai mampu
melakukan aktivitas kecil seperti duduk dan berdiri
O: Pasien masih dibantu oleh keluarga pasien
seperti latihan berjalan Pasien terlihat sudah
(63)
06.50
07.10
3.Memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri secara bertahap.
4.Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan
tidak kesulitan untuk bergerak
Kemandirian tingkat 2 A: Masalah belum teratasi P: Tindakan keperawatan
dilanjutkan yaitu intervensi 2, 3, 4
3 Rabu 19/06/13
06.30
06.40
06.50
1.Menginstruksikan pasien melakukan aktifitas dengan perlahan
2.Memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri secara bertahap..
3.Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
S: Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas kecil seperti duduk dan berdiri O: Pasien masih dibantu oleh keluarga pasien
seperti latihan berjalan Pasien terlihat sudah tidak kesulitan untuk bergerak
Kemandirian tingkat 1 A: Masalah belum teratasi P: Tindakan keperawatan
dilanjutkan yaitu intervensi 1, 2, 3 3 Kamis
20/06/13
14.30
14. 40
1.Menginstruksikan pasien melakukan aktifitas dengan perlahan
2.Memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri
S: Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas kecil seperti duduk, berdiri dan jalan
perlahan
(64)
15.00
secara bertahap..
3.Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
oleh keluarga pasien seperti latihan berjalan Pasien terlihat sudah tidak kesulitan untuk bergerak
Kemandirian tingkat 1 A: Masalah belum teratasi P: Tindakan keperawatan
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A. A. (2005). Kebutuhan Dasar Manusia. EGC: Jakarta Brunner & Suddarth, Smeltzer, S. C., Bare, G. B. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume 2. EGC: Jakarta
Doenges, M. E., Moorhouse, M. F., Geissler, A. C. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. EGC: Jakarta
Prasetyo, S. N. (2010). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Graha Ilmu: Yogjakarta
Potter, P. A. & Perry, A. G. (2005). Fundamental Keperawatan. EGC: Jakarta.
Sudoyo, W. A, Setiyohadi, B, Alwi, I, Simadibrata, K. M. Setiati, S (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Edisi V. Interna Publishing: Jakarta
Tamsuri, A. (2007). Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. EGC: Jakarta Wilkinson, J. M. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC. EGC: Jakarta
(2)
Lampiran
Catatan Perkembangan
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.
Dx
Hari/ Tanggal
Pukul (WIB)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Selasa 18/06/13
20.30
20.45
20.50
21.00
21.30
24.00
1.Mengkaji skala nyeri (skala 5)
2.Mengkaji tanda-tanda vital
HR: 96 x/menit TD: 120/80 mmHg RR: 20 x/menit T : 37,4 0C
3. Mengatur posisi miring kiri (posisi nyaman untuk pasien)
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti teknik relaksasi
5. Menganjurkan pasien untuk istirahat dan tidur 6. Memberikan medikasi
kepada pasien sesuai dengan kolaborasi dengan dokter:
Ketorolac 30 mg/ml 3x1 Ranitidine 25 mg/ml 3x1
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol
O: HR: 93 x/ menit TD: 120/80 mmHg RR: 20 x/menit T : 370C
Pasien terlihat rileks Nyeri skala 2
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu intervensi 1, 2, 3,4,6
(3)
No. Dx
Hari/ Tanggal
Pukul (WIB)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Rabu 19/03/16
20.00
20.20
20.30
21.30
24.00
1. Mengkaji skala nyeri (skala 4)
2. Mengkaji tanda-tanda vital
HR: 94 x/menit TD: 120/80 mmHg RR: 20 x/menit T : 37,5 0C
3. Mengatur posisi miring kiri (posisi nyaman untuk pasien)
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti teknik relaksasi
5. Memberikan medikasi kepada pasien sesuai dengan kolaborasi dengan dokter:
Ketorolac 30 mg/ml 3x1 Ranitidine 25 mg/ml 3x1
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol
O: HR: 88 x/ menit TD: 120/70 mmHg RR: 20 x/menit T : 370C
Pasien terlihat rileks Nyeri skala 2
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu intervensi 1, 2, 3, 4, 5
No. Dx
Hari/ Tanggal
Pukul (WIB)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1 Kamis 20/06/13
20.00
20.15
1.Mengkaji skala nyeri (skala 7)
2.Mengkaji tanda-tanda
S: Pasien mengatakan nyeri berkurang dan dapat dikontrol
(4)
20.30
21.30
24.00
vital
HR: 86 x/menit TD: 130/80 mmHg RR: 22 x/menit T : 37,7 0C
3. Mengatur posisi miring kiri (posisi nyaman untuk pasien)
4. Menganjurkan pasien untuk mengikuti teknik relaksasi
5. Memberikan medikasi kepada pasien sesuai dengan kolaborasi dengan dokter:
Ketorolac 30 mg/ml 3x1 Ranitidine 25 mg/ml 3x1
TD: 120/80 mmHg RR: 19 x/menit T : 37,2 0C
Pasien terlihat rileks Nyeri skala 3
A: Masalah teratasi sebagian
P: Tindakan keperawatan dilanjutkan yaitu intervensi 1, 2, 3, 4, 5
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan No.
Dx
Hari/ Tanggal
Pukul (WIB)
Tindakan Keperawatan Evaluasi (SOAP)
3 Selasa 18/16/13
06.30
06.40
1.Mengkaji respon pasien terhadap aktivitas, memperhatikan keletihan
dan kelemahan yang berlebihan
2.Menginstruksikan pasien melakukan aktifitas dengan perlahan
S: Pasien mengatakan mulai mampu
melakukan aktivitas kecil seperti duduk dan berdiri
O: Pasien masih dibantu oleh keluarga pasien
seperti latihan berjalan Pasien terlihat sudah
(5)
06.50
07.10
3.Memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri secara bertahap.
4.Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan
tidak kesulitan untuk bergerak
Kemandirian tingkat 2 A: Masalah belum teratasi P: Tindakan keperawatan
dilanjutkan yaitu intervensi 2, 3, 4
3 Rabu 19/06/13
06.30
06.40
06.50
1.Menginstruksikan pasien melakukan aktifitas dengan perlahan
2.Memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri secara bertahap..
3.Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
S: Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas kecil seperti duduk dan berdiri O: Pasien masih dibantu oleh keluarga pasien
seperti latihan berjalan Pasien terlihat sudah tidak kesulitan untuk bergerak
Kemandirian tingkat 1 A: Masalah belum teratasi P: Tindakan keperawatan
dilanjutkan yaitu intervensi 1, 2, 3 3 Kamis
20/06/13
14.30
14. 40
1.Menginstruksikan pasien melakukan aktifitas dengan perlahan
2.Memberikan dorongan untuk melakukan aktifitas/perawatan diri
S: Pasien mengatakan mampu melakukan aktivitas kecil seperti duduk, berdiri dan jalan
perlahan
(6)
15.00
secara bertahap..
3.Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan.
oleh keluarga pasien seperti latihan berjalan Pasien terlihat sudah tidak kesulitan untuk bergerak
Kemandirian tingkat 1 A: Masalah belum teratasi P: Tindakan keperawatan