Analisa Data Rumusan Masalah Perencanaan No Diagnosa

6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan pasien Pasien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari. Perubahan-perubahan yang perlu dikaji antara lain: perubahan pola tidur, pengaruh nyeri pada aktivitas sehari-hari misalnya: makan, minum, mandi, BAK atau BAB, serta perubahan pola interaksi terhadap orang lain. 7. Persepsi pasien tentang nyeri Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi pasien terhadap nyeri, bagaimana pasien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan disekitarnya. 8. Mekanisme adaptasi pasien terhadap nyeri Perawat perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa pasien gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara tersebut dapat digunakan, perawat dapat memasukkannya dalam rencana tindakan.

2.3 Analisa Data

Data yang telah dikumpulkan dari hasil pengkajian kemudian dikelompokkan dan dianalisa untuk menemukan masalah kesehatan pasien. Untuk mengelompokkannya dibagi menjadi dua data yaitu data subjektif yaitu data yang didapat dari pasien lansung dan data objektif yaitu data yang didapat dari observasi perawat langsung kepada pasien dan kemudian ditentukan masalah keperawatan yang timbul.

2.4 Rumusan Masalah

Diagnosa keperawatan yang sering muncul pada pasien dengan penyakit kanker kolon Doenges, 1999 adalah: 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit. 2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisiknyeri. Universitas Sumatera Utara 3. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeriketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas, dan penurunan kekuatantahanan. 4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan. 5. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mualmuntah. 6. Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon. 7. Kurang pengetahuan tentang kondisi luka, prognosis dan pengobaatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif. Universitas Sumatera Utara

2.5 Perencanaan No Diagnosa

Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional 1 Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan proses penyakit. Tujuan : pasien mengatakan bahwa rasa nyeri telah terkontrol atau hilang. Kriteria hasil : Pasien tampak rileks, dapat beristirahattidur dan melakukan pergerakkan yang berarti sesuai toleransi. 1. Evaluasi rasa sakit secara reguler, catat karakteristik, lokasi dan intensitas 0-10. 2. Catat munculnya rasa cemastakut dan hubungkan dengan lingkungan dan persiapan untuk prosedur. 3. Kaji tanda-tanda vital, perhatikan takikardia, hipertensi dan peningkatan pernapasan, bahkan jika pasien menyangkal adanya rasa sakit. 4. Berikan informasi mengenai sifat ketidaknyamanan, sesuai kebutuhan. 5. Lakukan reposisi sesuai petunjuk, misalnya semi fowler dan miring. 1. Sediakan informasi mengenai kebutuhan efektivitas intervensi. 2. Perhatikan hal-hal yang tidak diketahui danatau persiapan inadekuat misalnya apendikstomi darurat dapat memperburuk persepsi pasien akan rasa sakit. 3. Dapat mengindikasikan rasa sakit akut dan ketidaknyamanan 4. Pahami penyebab ketidaknyamanan, sediakan jaminan emosional. 5. Mungkin mengurangi rasa sakit dan meningkatkan sirkulasi. Posisi semi – Fowler dapat mengurangi tegangan otot abdominal dan otot pungguung artritis, sedangkan miring mengurangi tekanan dorsal. Universitas Sumatera Utara 6. Observasi efek analgesik 7. Kolaborasi, pemberian analgetik IV sesuai kebutuhan. 6. Respirasi mungkin menurun pada pemberian narkotik, dan mungkin menimbulkan efek efek sinergistik dengan zat-zat anastesi. 7. Analgetik IV akan dengan segera mencapai pusat rasa sakit, menimbulkan penghilang yang lebih efektif dengan obat dosis kecil. 2 Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisiknyeri. Tujuan : pasien memiliki cukup energi untuk beraktivitas. Kriteria hasil: 1. Perilaku menampakan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan diri. 2. Pasien mengungkapkan mampu untuk melakukan beberapa aktivitas tanpa dibantu. 1. Rencanakan periode istirahat yang cukup. 2. Berikan latihan aktivitas secara bertahap. 3. Bantu pasien dalam memenuhi kebutuhan sesuai kebutuhan. 4. Setelah latihan dan aktivitas kaji respons pasien. 1. Mengurangi aktivitas yang tidak diperlukan, dan energi terkumpul dapat digunakan untuk aktivitas seperlunya secara optimal. 2. Tahapan-tahapan yang diberikan membantu proses aktivitas secara perlahan dengan menghemat tenaga namun tujuan yang tepat, mobilisasi dini. 3. Mengurangi pemakaian energi sampai kekuatan pasien pulih kembali. 4. Menjaga kemungkinan adanya respons abnormal dari tubuh sebagai akibat dari latihan. Universitas Sumatera Utara 3. Koordinasi otot, tulang dan anggota gerak lainya baik. 3 Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeriketidak nyamanan, terapi pembatasan aktivitas dan penurunan kekuatan tahanan. Tujuan : Pasien akan menunjukkan tingkat mobilitas optimal. Kriteria hasil : 1. Penampilan yang seimbang. 2. Melakukan pergerakkan dan perpindahan. 3. Mempertahankan mobilitas optimal yang dapat di toleransi, dengan karakteristik : 0 = mandiri penuh 1 = memerlukan alat bantu. 2= memerlukan bantuan dari orang lain untuk bantuan, pengawasan, dan pengajaran. 1. Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan. 2. Tentukan tingkat motivasi pasien dalam melakukan aktivitas. 3. Ajarkan dan pantau pasien dalam hal penggunaan alat bantu. 4. Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif. 5. Kolaborasi dengan ahli terapi fisik atau okupasi. 1. Mengidentifikasi masalah, memudahkan intervensi. 2. Mempengaruhi penilaian terhadap kemampuan aktivitas apakah karena ketidakmampuan ataukah ketidakmauan. 3. Menilai batasan kemampuan aktivitas optimal. 4. Mempertahankan meningkatkan kekuatan dan ketahanan otot. 5. Sebagai suaatu sumber untuk mengembangkan perencanaan dan mempertahankan meningkatkan mobilitas pasien. Universitas Sumatera Utara 3 = membutuhkan bantuan dari orang lain dan alat bantu 4 = ketergantungan; tidak berpartisipasi dalam aktivitas. 4 Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan. Tujuan : Mencapai penyembuhan luka pada waktu yang sesuai. Kriteria Hasil : 1. Tidak ada tanda tanda infeksi seperti pus. 2. Luka bersih tidak lembab dan tidak kotor. 3. Tanda-tanda vital dalam batas normal atau dapat ditoleransi 1. Kaji kulit dan identifikasi pada tahap perkembangan luka. 2. Kaji lokasi, ukuran, warna, bau, serta jumlah dan tipe cairan luka. 3. Pantau peningkatan suhu tubuh. 4. Berikan perawatan luka dengan tehnik aseptik. Balut luka dengan kasa kering dan steril, gunakan plester kertas. 5. Jika pemulihan tidak terjadi kolaborasi tindakan lanjutan, misalnya debridement. 1. Mengetahui sejauh mana perkembangan luka mempermudah dalam melakukan tindakan yang tepat. 2. Mengidentifikasi tingkat keparahan luka akan mempermudah intervensi. 3. Suhu tubuh yang meningkat dapat diidentifikasikan sebagai adanya proses peradangan. 4. Tehnik aseptik membantu mempercepat penyembuhan luka dan mencegah terjadinya infeksi. 5. Agar benda asing atau jaringan yang terinfeksi tidak menyebar luas pada area kulit normal lainnya. Universitas Sumatera Utara 6. Setelah debridement, ganti balutan sesuai kebutuhan. 7. Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi. 6. Balutan dapat diganti satu atau dua kali sehari tergantung kondisi parah tidak nya luka, agar tidak terjadi infeksi. 7. Antibiotik berguna untuk mematikan mikroorganisme pathogen pada daerah yang berisiko terjadi infeksi. 5 Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mualmuntah. Tujuan : Klien mampu mempertahankan dan meningkatkan intake nutrisi. Kriteria hasil : 1. Klien akan memperlihatkan perilaku mempertahankan atau meningkatkan berat badan dengan nilai laboratorium normal. 2. Klien mengerti dan mengikuti anjuran diet. 3. Melaporkan 1. Kaji sejauh mana ketidakadekuatan nutrisi klien 2. Perkirakanhitung pemasukan kalori, jaga komentar tentang nafsu makan sampai minimal. 3. Timbang berat badan sesuai indikasi. 4. Anjurkan makan sedikit tapi sering. 5. Anjurkan kebersihan oral sebelum makan. 6. Tawarkan minum saat makan bila toleran. 7. Konsultasi tentang kesukaan ketidaksukaan klien yang menyebabkan distress 1. menganalisa penyebab melaksanakan intervensi. 2. Mengidentifikasi kekurangankebutuhan nutrisi berfokus pada masalah membuat suasana negatif dan mempengaruhi masukan. 3. Mengawasi keefektifan secara diet. 4. Tidak memberi rasa bosan dan pemasukan nutrisi dapat ditingkatkan. 5. Mulut yang bersih meningkatkan nafsu makan. 6. Dapat mengurangi mual dan menghilangkan gas. 7. Melibatkan pasien dalam perencanaan, memampukan pasien memiliki rasa kontrol dan mendorong untuk makan. Universitas Sumatera Utara peningkatan intake makanan. 4. Tidak ada mualmuntah 8. Kolaborasi ahli gizi pemberian makanan yang bervariasi. 9. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian suplemen dan obat- obatan, serta kebutuhan nutrisi parenteral dan pemasang pipa lambung. 8. Makanan yang bervariasi dapat meningkatkan nafsu makan klien. 9. menstimulasi nafsu makan dan mempertahankan intake nutrisi yang adekuat 6 Konstipasi berhubungan dengan penurunan asupan cairan dan serat, kelemahan otot abdomen sekunder akibat mekanisme kanker kolon. Tujuan : Pola eleminasi dalam rentang yang diharapkan ; feses lembut dan berbentuk. Kriteria hasil : 1. klien akan menunjukkan pengetahuan akan program defekasi yang dibutuhkan. 2. Melaporkan keluarnya feses dengan berkurangnya nyeri dan mengejan. 1. Kaji warna dan konsistensi feses, frekuensi, keluarnya flatus, bising usus dan nyeri tekan abdomen. 2. Pantau tanda gejala ruptur usus danatau peritonitis. 3. Kaji faktor penyebab konstipasi. 4. Ajarkan klien dalam bantuan eleminasi defekasi. 5. Anjurkan klien untuk menghindari mengejan selama defekasi. 6. Konsultasikan pada ahli gizi untuk meningkatkan serat dan cairan dalam diet. 1. Penting untuk menilai keefektifan intervensi, dan memudahkan rencana selanjutnya. 2. Keadaan ini dapat menjadi penyebab kelemahan otot abdomen dan penurunan peristaltik usus, yang dapat. 3. Mengetahui dengan jelas faktor penyebab memudahkan pilihan intervensi yang tepat. 4. Akan meningkatkan pola defekasi yang optimal. 5. Mencegah terjadi perubahan tanda vital, sakit kepala atau perdarahan. 6. Pada keadaan kekurangan serat dan cairan Universitas Sumatera Utara 7. Konsultasikan dengan dokter untuk memberikan bantuan eleminasi, seperti : diet, pelembut feses, enema dan laksatif. 7. Merupakan tindakan dependent perawat dalam memberikan bantuan defekasi kepada klien. 7 Kurang pengetahuan tentang kondisi luka, prognosis dan pengobaatan berhubungan dengan kurang terpajan informasi, keterbatasan kognitif. Tujuan : Klien dan keluarga mengerti tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan. Kriteria hasil : Klien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang proses penyakit dan kebutuhan pengobatan. 1. Jelaskan pada klien dan keluarga tentang penyakit dan kebutuhan pengobatan. 2. Menganjurkan aktivitas yang progresif dan sabar menghadapi keadaan sakit. 3. Diskusikan kebutuhan terapi selanjutnya, serta keuntungan dan kerugian dari tindakan yang akan dilakukan. 1. Klien dapat memahami penyakit dan dapat merencanakan pengobatan. 2. Mengurangi kecemasan dan memberikan penerimaan pada diri sendiri. 3. Mengerti dan mau bekerja sama melalui teraupeutik dapat mempercepat proses penyembuhan. Universitas Sumatera Utara

2.6 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I.