kebutuhan dasar nyeri dalam pelayanan kesehatan keperawatan dapat dilakukan dengan pemberian obat analgesik dan sejenisnya Prasetyo,
2010.
1.2 Tujuan
Tujuan pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini adalah 1.
Untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan prioritas masalah kebutuhan dasar nyeri di Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik. 2.
Mengetahui prioritas masalah kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan oleh pasien.
3. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien dengan masalah
kebutuhan dasar nyeri. 4.
Mampu menganalisa dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
5. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan pada pasien dengan
masalah kebutuhan dasar nyeri. 6.
Mampu mengevaluasi asuhan keperawatan yang diberikan pada pasien dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
1.3 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Memperluas ilmu pengetahuan dan meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan pada pasien kanker kolon dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
b. Agar lebih memahami cara perawatan yang spesifik pada pasien
dengan masalah kebutuhan dasar nyeri.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Universitas Sumatera Utara
Untuk dijadikan sebagai bahan umpan balik terhadap peran secara terpadu tentang proses keperawatan dalam teori yang didapat
mahasiswa yang berada di institusi pendidikan sehingga berguna untuk meningkatkan mutu pelayanan pendidikan keperawatan.
3. Bagi Pasien
Untuk memenuhi kebutuhan dasar pasien dengan gangguan rasa nyaman nyeri.
BAB II
Universitas Sumatera Utara
PENGELOLAAN KASUS
2.1 Konsep Nyeri
2.1.1 Pengertian Nyeri
Nyeri sebagai suatu sensori subjektif dan pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang bersifat aktual, potensial atau yang dirasakan dalam kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan International
Association for Study of Pain, 1979, dalam Prasetyo, 2010. Nyeri sebagai suatu keadaan yang tidak menyenangkan
akibat terjadinya rangsangan fisik maupun dari serabut saraf dalam tubuh ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologi dan emosional
Hidayat, Aziz, 2005. Mengatakan nyeri merupakan suatu perasaan menderita
secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan Feusest dalam Potter Perry, 2006.
Nyeri adalah segala sesuatu yang dikatakan seseorang tentang nyeri tersebut dan terjadi kapan saja seseorang mengatakan
bahwa ia merasa nyeri Mc Caffery dalam Potter Perry, 2006. Jadi kesimpulannya adalah mengidentifikasi nyeri sebagai
suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang yang keberadaannya diketahui hanya jika orang tersebut pernah mengalaminya.
2.1.2 Gejala Klinis Nyeri
Gejala klinis Tamsuri, 2007 yang timbul saat nyeri adalah: 1.
Tekanan darah meningkat 2.
Nadi meningkat 3.
Pernafasan meningkat 4.
Raut wajah kesakitan
Universitas Sumatera Utara
5. Menangis, merintih
6. Posisi berhati-hati
2.1.3 Klasifikasi Nyeri
1. Nyeri Akut
Merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang tidak melebihi 6 bulan dan ditandai dengan
adanya peningkatan tegangan otot berbatasan karakteristik. a.
Mayor: Komunikasi verbal atau penggunaan kode tentang nyeri yang dideskripsikan.
b. Minor:
1. Mengatup rahang atau pergelangan tangan
2. Perubahan kemampuan untuk melanjutkan aktivitas
3. Agirasikegelisahan
4. Peka rangsangan
5. Menggosok bagian nyeri
6. Mengerok
7. Postur tidak biasa
8. Ketidakefektifan fisik dan mobilitas
9. Perubahan pada pola tidur
10. Rasa takut mengalami cedera tulang
11. Mata terbuka lebar dan sangat tajam
12. Mual muntah.
2. Nyeri Kronis
Merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan. Biasanya berlangsung dalam waktu yang cukup lama lebih dari 6 bulan.
a. Mayor: Nyeri telah ada lebih dari 6 bulan.
b. Minor:
1. Gangguan hubungan social dan keluarga
2. Peka rangsangan
Universitas Sumatera Utara
3. Ketidakefektifan fisik dan mobilitas
4. Menggosok bagian yang nyeri
5. Tampilan yang meringis
6. Keletihan
Klasifikasi nyeri menurut tempatnya: 1.
Perifer Pain Pinggiran Nyeri yang rasakan pada permukaan tubuh daerah perifer.
Contoh: Nyeri pada kaki, tangan, permukaan kulit. 2.
Deep Pain Dalam Nyeri yang dirasakan dari stuktur tubuh yang lebih dalam.
Contoh: Nyeri sendi, otot, nyeri lambung. 3.
Reffered Pain Alihan Nyeri akibat penyakit organ tubuh yang ditransmisikan
kebagian tubuh yang lain yang bukan merupakan asal nyeri.
Klasifikasi nyeri menurut sifatnya: 1.
Insidental : Nyeri yang datang secara tidak menentu. 2.
Steody : Rasa nyeri yang terus menerus.
3. Proximal : Rasa nyeri yang dapat diketahui nyerinya
Tamsuri, 2007.
2.1.4 Fisiologi Nyeri
Beberapa tahap terjadinya nyeri Prasetyo, 2010, antara lain: 1.
Stimulus Nyeri selalu dikaitkan dengan adanya stimulus rangsang nyeri
dan reseptor. Reseptor yang dimaksud adalah nosiseptor, yaitu ujung-ujung saraf bebas pada kulit yang berespon terhadap
stimulus yang kuat. Munculnya nyeri dimulai dengan adanya stimulus nyeri. Stimulus-stimulus tersebut dapat berupa biologis,
Universitas Sumatera Utara
zat kimia, panas, listrik serta mekanik. Terdapat beberapa jenis stimulus nyeri, diantaranya:
Faktor Penyebab Contoh
Mikroorganisme virus, bakteri, jamur,
dll Kimia
Tumor Iskemi jaringan
Listrik Spasme
Obstruksi Panas
Fraktur Radiasi
Psikologis Meningitis
Tersiram air keras Ca mamae
Jaringan miokard yang mengalami iskemi karena gangguan aliran darah
pada arteri koronaria Terkena sengatan listrik
Spasme otot Batu ginjal, batu ureter, osbtruksi usus
Luka bakar Fraktur femur
Radiasi untuk pengobatan kanker Berduka, konflik, dll
2. Reseptor Nyeri
Reseptor merupakan sel-sel khusus yang mendeteksi perubahan- perubahan particular disekitarnya, kaitannya dengan proses
terjadinya nyeri maka reseptor-reseptor inilah yang menangkap stimulus-stimulus nyeri. Reseptor ini dapar terbagi menjadi:
a. Exteroreseptor yaitu reseptor yang berpengaruh terhadap
perubahan pada lingkungan eksternal, seperti untuk merasakan stimulus taktil sentuhrabaan, merasakan rangsang dingin dan
panas. b.
Telereseptor merupakan reseptor yang sensitive terhadap stumulus yang jauh.
Universitas Sumatera Utara
c. Propioseptor merupakan reseptor yang menerima impuls primer
dari organ otot, spindle dan tendon golgi. d.
Interoseptor merupakan reseptor yang sensitif terhadap perubahan pada organ-organ visceral dan pembuluh darah.
Beberapa penggolongan lain dari reseptor sensoris: a.
Termoreseptor: reseptor yang menerima sensasi suhu b.
Mekanoreseptor: reseptor yang menerima stimulus-stimulus mekanik.
c. Nosiseptor: reseptor yang menerima stimulus-stimulus nyeri
d. Kemoreseptor: reseptor yang menerima stimulus kimiawi.
3. Pathways Nyeri
Secara singkat proses terjadinya nyeri dapat dilihat pada skema Prasetyo, 2010.
Pathways
Stimulus nyeri: biologis, zat kimia, panas, listrik serta mekanik
Stimulus nyeri menstimulus nosiseptor di perifer
Impuls nyeri diteruskan oleh serat saraf afferent A-delta C ke medulla spinalis melalui dorsal horn
Impuls bersinapsis di subtansia gelatinosa lamina II dan III
Impuls melewati traktus spinothalamus
Impuls masuk ke formation retikularis Impuls langsung masuk ke thalamus
Universitas Sumatera Utara
Sistem limbik Fast
pain
Slow pain Timbul respon emosi
Respon otonom: TD meningkat, keringat dingin
2.1.5 Tingkatan Nyeri
Beberapa teori yang membagi tingkatan nyeri Tamsuri, 2007 menjadi:
1. Menurut Kozier : tidak nyeri
1, 2, 3, 4 : ringan 5, 6
: sedang 7, 8, 9
: berat 10
: sangat 2. Menurut Meizak dan Rogerson 1991
1 : tidak nyeri 2 : ringan
3 : tidak nyaman 4 : Distressing
5 : Novible berat
6 : exeros clating sangat berat 3. Menurut Maxwell 1989
1 : tidak nyeri 2 : ringan
3 : sedang
4 : berat
Universitas Sumatera Utara
2.1.5 Upaya Mengatasi Nyeri
Upaya untuk mengatasi nyeri Tamsuri, 2007 yaitu antara lain: 1.
Distraksi : mengalihkan perhatian, misalnya : nonton TV, baca majalah, mengajak bicara pasien.
2. Relaksasi : nafas dalam, kompres, messase 3. Akupuntur: tusuk jarum pada daerah nyeri
4. Hipnosa : teknik membuat orang tidak sadar diri 5. Analgesik : mengurangi persepsi tentang nyeri
6. Daya kerja: sistem syaraf sentral
2.1.6 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Reaksi
Nyeri
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan reaksi masing-masing individu terhadap nyeri Prasetyo, 2010.
Faktor-faktor terebut antara lain: 1.
Usia Usia merupakan variabel yang penting dalam
mempengaruhi nyeri pada individu. Anak yang masih kecil mempunyai kesulitan dalam memahami nyeri dan prosedur
pengobatan yang dapat menyebabkan nyeri. Anak kecil yang belum dapat mengucapkan kata-kata juga mengalami kesulitan
dalam mengungkapkan secara verbal dan mengekspresikan nyeri kepada orang tuanya ataupun pada perawat. Sebagian anak-anak
terkadang segan untuk mengungkapkan keberadaan nyeri yang ia alami, mereka takut akan tindakan perawatan yang harus mereka
terima nantinya Prasetyo, 2010. Pada pasien lansia seorang perawat harus melakukan
pengkajian lebih rinci ketika seorang lansia melaporkan adanya nyeri. Seringkali lansia memiliki sumber nyeri lebih dari satu.
Terkadang penyakit yang berbeda-beda yang diderita lansia
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan gejala yang sama, sebagai contoh nyeri dada tidak selalu mengindikasikan serangan jantung, nyeri dada dapat timbul
karena gejala arthtritis pada spinal dan gejala gangguan abdomen. Sebagian lansia terkadang pasrah terhadap apa yang mereka
rasakan dan menganggap bahwa hal tersebut merupakan konsekuensi penuaan yang tidak bisa dihindari .
2. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara signifikan dalam berespon terhadap nyeri. Hanya beberapa
budaya yang menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus lebih berani dan tidak boleh menangis dibandingkan anak
perempuan dalam situasi yang sama ketika merasakan nyeri. 3.
Kebudayaan Perawat seringkali berasumsi bahwa cara berespon pada
setiap individu dalam masalah nyeri adalah sama, sehingga mereka mencoba mengira bagaimana pasien berespon terhadap
nyeri. Sebagai contoh, apabila seorang perawat yakin bahwa menangis dan merintih mengindikasikan suatu ketidakmampuan
dalam mengontrol nyeri, akibatnya pemberian terapi bisa jadi tidak cocok untuk pasien berkebangsaan Meksiko-Amerika.
Seorang pasien berkebangsaan Meksiko-Amerika yang menangis keras tidak selalu mempersepsikan pengalaman nyeri sebagai
suatu yang berat atau mengharapkan perawat melakukan intervensi Calvillo dan Flaskerud, 1991.
4. Makna Nyeri
Makna nyeri pada seseorang mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Seorang
wanita yang merasakan nyeri saat bersalin akan mempersepsikan nyeri secara berbeda dengan wanita lainnya yang nyeri karena
dipukul suaminya.
Universitas Sumatera Utara
5. Lokasi dan Tingkat Keparahan Nyeri
Nyeri yang dirasakan bervariasi dalam intensitas dan tingkat keparahan pada masing-masing individu. Nyeri yang
dirasakan mungkin terasa ringan, sedang atau bisa jadi merupakan nyeri yang berat. Dalam kaitannya dengan kualitas nyeri, masing-
masing individu juga bervariasi, ada yang melaporkan nyeri seperti tertusuk, nyeri tumpul, berdenyut, terbakar dan lain-lain.
Sebagai contoh individu yang tertusuk jarum akan melaporkan nyeri yang berbeda dengan individu yang terkena luka bakar.
6. Perhatian
Tingkat perhatian seseorang terhadap nyeri akan mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat terhadap
nyeri akan meningkatkan respon nyeri sedangkan upaya pengalihan distraksi dihubungkan dengan penurunan respon
nyeri, seperti relaksasi, teknik imajinasi terbimbing guided imagery dan masase.
7. Ansietas Kecemasan
Hubungan antara nyeri dan ansietas bersifat kompleks, ansietas yang dirasakan seseorang seringkali meningkatkan
persepsi nyeri, tetapi nyeri juga dapat menimbulkan perasaan ansietas. Sebagai contoh seseorang yang menderita kanker kronis
dan merasa takut akan kondisi penyakitnya akan semakin meningkatkan persepsi nyerinya.
8. Keletihan
Keletihankelelahan yang dirasakan seseorang akan meningkatkan sensasi nyeri dan menurunkan kemampuan koping
individu. 9.
Pengalaman Sebelumnya Setiap individu belajar dari pengalaman nyeri, akan tetapi
pengalaman yang telah dirasakan individu tersebut tidak berarti
Universitas Sumatera Utara
bahwa individu tersebut akan mudah dalam menghadapi nyeri pada masa yang mendatang. Seseorang yang terbiasa merasakan
nyeri akan lebih siap dan mudah mengantisipasi nyeri daripada individu yang mempunyai pengalaman sedikit tentang nyeri.
10. Dukungan Keluarga dan Sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali membutuhkan dukungan, bantuan, perlindungan dari anggota keluarga lain atau
teman terdekat. Walaupun nyeri masih dirasakan oleh pasien, kehadiran orang terdekat akan meminimalkan kesepian dan
ketakutan.
2.2 Pengkajian Nyeri
Pengkajian nyeri yang faktual, lengkap dan akurat akan memudahkan perawat di dalam menetapkan data dasar, dalam
menegakkan diagnosa keperawatan yang tepat, merencanakan terapi pengobatan yang cocok dan memudahkan perawat dalam
mengevaluasi respon pasien terhadap terapi yang diberikan Prasetyo, 2010.
Tindakan perawat yang perlu dilakukan dalam mengkaji pasien selama nyeri akut Prasetyo, 2010 adalah:
1. Mengkaji perasaan pasien respon psikologi yang muncul
2. Menetapkan respon fisiologis pasien terhadap nyeri dan lokasi nyeri
3. Mengkaji tingkat keparahan dan kualitas nyeri
Pengkajian selama nyeri akut sebaiknya tidak dilakukan saat pasien dalam keadaan waspada perhatian penuh dalam nyeri,
sebaiknya perawat berusaha untuk mengurangi kecemasan pasien terlebih dahulu sebelum mencoba mengkaji kuantitas persepsi pasien
terhadap nyeri Prasetyo, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Untuk pasien yang mengalami nyeri kronis maka pengkajian yang lebih baik adalah dengan memfokuskan pengkajian pada dimensi
perilaku, afektif, kognitif NIH, 1986; Mc Guire, 1992. Terdapat beberapa komponen yang harus diperhatikan seorang
perawat dalam memulai mengkaji respon nyeri yang dialami pasien. Donovan Girton 1984 mengidentifikasi komponen-komponen
tersebut, antara lain: 1.
Penentuan ada tidaknya nyeri Dalam melakukan pengkajian terhadap nyeri, perawat harus
mempercayai ketika pasien melaporkan adanya nyeri, walaupun dalam observasi perawat tidak menemukan adanya cedera atau luka.
Setiap nyeri yang dilaporkan oleh pasien adalah nyata. Sebaliknya, ada beberapa pasien yang terkadang justru menyembunyikan rasa
nyerinya untuk menghindari pengobatan. 2.
Karakteristik nyeri Metode P, Q, R, S, T a.
Faktor pencetus P: Provocate Perawat mengkaji tentang penyebab atau stimulus-stimulus nyeri
pada pasien, dalam hal ini perawat juga dapat melakukan observasi bagian-bagian tubuh yang mengalami cedera.
b. Kualitas Q: Quality
Kualitas nyeri merupakan sesuatu yang subjektif yang diungkapkan oleh pasien, sering kali pasien mendeskripsikan
nyeri dengan kalimat-kalimat: tajam, tumpul, berdenyut, berpindah-pindah, seperti tertindih, perih tertusuk dan lain-lain,
dimana tiap-tiap pasien mungkin berbeda-beda dalam melaporkan kualitas nyeri yang dirasakan.
c. Lokasi R: Region
Untuk mengkaji lokasi nyeri maka perawat meminta pasien untuk menunjukkan semua bagiandaerah yang dirasakan tidak
nyaman oleh pasien. Dalam mendokumentasikan hasil
Universitas Sumatera Utara
pengkajian tentang lokasi nyeri, perawat perlu menggunakan bahasa anatomi, contohnya pernyataan “Nyeri terdapat dikuadran
abdomen kanan atas” adalah pernyataan yang lebih spesifik dibandingkan “pasien menyatakan bahwa nyeri terasa pada
abdomen”. d.
Keparahan S: Severe Tingkat keparahan pasien tentang nyeri merupakan karakteristik
yang paling subjektif. Pada pengkajian ini pasien diminta untuk menggambarkan nyeri yang ia rasakan sebagai nyeri ringan,
nyeri sedang atau berat.
Gambar Skala Intensitas Nyeri Numerik 0-10 e.
Durasi T: Time Perawat menanyakan pada pasien untuk menentukan durasi dan
rangkaian nyeri. Perawat dapat menanyakan: “Kapan nyeri mulai dirasakan?”, “Sudah berapa lama nyeri dirasakan?”, “Apakah
nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama setiap hari?”, “seberapa sering nyeri kambuh?” atau dengan kata-kata lain yang
semakna. 3.
Respon fisiologis Perawat perlu mengkaji pasien berkaitan dengan adanya perubahan-
perubahan pada respon fisiologis terhadap nyeri untuk mendukung diagnosa dan membantu dalam memberikan terapi yang tepat
Prasetyo, 2010.
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 nyeri ringan
nyeri sedang nyeri paling
hebat
Universitas Sumatera Utara
Respon fisiologis terhadap nyeri
Respon simpatik Peningkatan frekuensi pernapasan
Dilatasi saluran bronkiolus Peningkatan frekuensi denyut jantung
Vasokontriksi perifer pucat, peningkatan tekanan darah
Peningkatan kadar glukosa darah Diaforesis
Peningkatan tegangan otot Dilatasi pupil
Penurunan motilitas saluran cerna Respon
parasimpatik Pucat
Ketegangan otot Penurunan denyut jantung atau tekanan darah
Pernafasan cepat dan tidak teratur Mual dan muntah
Kelemahan atau kelelahan
4. Respon perilaku
Respon perilaku terhadap nyeri yang biasa ditunjukkan oleh pasien antara lain: merubah posisi tubuh, mengusap bagian yang nyeri,
menopang bagian yang nyeri, menggeretakkan gigi, menunjukkan ekspresi wajah meringis, mengerutkan alis, ekspresi verbal
menangis, mengerang, mengaduh, menjerit, meraung dan lain-lain. 5.
Respon afektif Ansietas kecemasan perlu digali dengan menanyakan pada pasien
seperti “Apakah anda saat ini merasakan cemas?”. Selain itu juga adanya depresi, ketidaktertarikan pada aktivitas fisik dan perilaku
menarik diri dari lingkungan perlu diperhatikan.
Universitas Sumatera Utara
6. Pengaruh nyeri terhadap kehidupan pasien
Pasien yang merasakan nyeri setiap hari akan mengalami gangguan dalam kegiatan sehari-hari. Perubahan-perubahan yang perlu dikaji
antara lain: perubahan pola tidur, pengaruh nyeri pada aktivitas sehari-hari misalnya: makan, minum, mandi, BAK atau BAB, serta
perubahan pola interaksi terhadap orang lain. 7.
Persepsi pasien tentang nyeri Dalam hal ini perawat perlu mengkaji persepsi pasien terhadap
nyeri, bagaimana pasien menghubungkan antara nyeri yang ia alami dengan proses penyakit atau hal lain dalam diri atau lingkungan
disekitarnya. 8.
Mekanisme adaptasi pasien terhadap nyeri Perawat perlu mengkaji cara-cara apa saja yang biasa pasien
gunakan untuk menurunkan nyeri yang ia alami, mengkaji keefektifan cara tersebut dapat digunakan, perawat dapat
memasukkannya dalam rencana tindakan.
2.3 Analisa Data