misalnya: menggendong, memandikan, memasang popok dan sebagainya. Pada masa ini, ibu biasanya agak sensitif dan merasa tidak mahir dalam melakukan hal-
hal tersebut. Pada tahap ini, harus tanggap terhadap kemungkinan perubahan yang terjadi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat untuk memberikan bimbingan cara
perawatan bayi, namun harus selalu diperhatikan teknik bimbingannya jangan sampai menyinggung perasaan atau membuat perasaan ibu tidak nyaman karena ia
sangat sensitif. Hindari kata “jangan begitu” atau “kayak gitu salah” pada ibu karena hal itu akan sangat menyakiti perasaannya dan akibatnya ibu akan putus
asa untuk mengikut i bimbingan yang berikan. Periode “letting go” meliputi: periode ini biasanya terjadi setelah ibu
pulang ke rumah. Periode ini pun sangat berpengaruh terhadap waktu dan
perhatian yang diberikan oleh keluarga. Ibu mengambil tanggung jawab terhadap perawatan bayi dan ia harus beradaptasi dengan segala kebutuhan bayi yang
sangat tergantung padanya. Hal ini menyebabkan berkurangnya hak ibu, kebebasan dan hubungan sosial. Depresi post partum umumnya terjadi pada
periode ini Hutahaean, 2009; Rukiyah, dkk, 2011.
2.4 Masalah Yang Sering Muncul Pada Masa Puerperium
2.4.1 Masalah Traktus Urinarus
Dalam 6 jam pertama postpartum, pasien sudah harus dapat buang air kecil. Semakin lama urine tertahan dalam kandung kemih maka dapat
mengakibatkan kesulitan pada organ perkemihan, misalnya infeksi. Biasanya, pasien menahan air kencing karena takut akan merasakan sakit pada luka jalan
lahir. Harus dapat meyakinkan pada pasien bahwa kencing sesegera mungkin
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
setelah melahirkan akan mengurangi komplikasi postpartum. Berikan dukungan mental pada pasien bahwa ia pasti mampu menahan sakit pada luka jalan lahir
akibat terkena air kencing karena ia pun berhasil berjuang melahirkan bayinya. Pada 24 jam pertama pasca persalinan, pasien umumnya menderita keluhan miksi
akibat depresi pada reflek aktivitas detrusor yang disebabkan oleh tekanan dasar vesica urinaria saat persalinan. Keluhan ini bertambah hebat oleh karena adanya
fase diuresis pasca persalinan, bila perlu retensio urine dapat diatasi dengan melakukan kateterisasi Hutahaean; Sulistyawati, 2009.
2.4.2 Masalah Pencernaan
Dalam 24 jam pertama, pasien juga sudah harus dapat buang air besar karena semakin lama feses tertahan dalam usus maka akan semakin sulit baginya
untuk buang air besar secara lancar. Sejumlah pasien pasca persalinan mengeluh konstipasi yang biasanya tidak memerlukan intervensi medis. Bila perlu dapat
diberi obat pencahar supo sitoria ringan dulcolax. Haemorrhoid yang diderita selama kehamilan akan menyebabkan rasa sakit pasca persalinan dan keadaan ini
memerluka n intervensi medis Hutahaean; Sulistyawati, 2009. 2.4.3
Nyeri Punggung Nyeri punggung sering dirasakan pada trimester ketiga kehamilan dan
menetap setelah persalinan dan pada masa nifas. Kejadian ini terjadi pada 25 wanita dalam masa puerperium namun keluhan ini dirasakan oleh 50 dari
mereka sejak sebelum kehamilan. Keluhan ini menjadi semakin hebat bila mereka harus merawat anaknya sendiri Hutahaean, 2009.
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
2.4.4 Anemia
Risiko anemia ini dapat terjadi bila ibu mengalami perdarahan yang banyak, apalagi bila sudah sejak masa kehamilan ada riwayat kekurangan darah.
Di masa nifas, anemia bisa menyebabkan rahim sudah berkontraksi. Ini karena darah tak cukup memberikan oksigen ke rahim. Ibu yang mengidap anemia
dengan kondisi membahayakan, apabila mengalami perdarahan post partum, maka harus segera diberi transfusi darah. Jika kondisinya tidak berbahaya maka cukup
ditolong dengan pemberian obat-obatan penambah darah yang mengandung zat besi Hutahaean, 2009.
2.4.5 Eklampsia dan Pre-eklampsia
Eklampsia dan pre-eklampsia biasanya disebut keracunan pada kehamilan. Hal ini ditandai
dengan munculnya tekanan darah tinggi, oedema atau pembengkakan pada tungkai, dan bila diperiksa di laboratorium terlihat
mengandung protein. Dikatakan eklampsia bila sudah terjadi kejang. Kalau hanya gejala atau tanda-tandanya saja dikatakan pre-eklampsia. Gangguan ini
merupakan penyebab kematian ibu yang nomor satu. Penyebab dari eklampsia dan pre-eklampsia belum dapat diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan
akibat kekurangan asam arakidonat, seperti kacang-kacangan, ada juga yang menduga akibat stress pada ibu dan faktor emosional lainnya Hutahaean, 2009.
2.4.6 Perdarahan Postpartum
Perdarahan bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di dua jam pertama yang kemungkinan sangat tinggi. Dalam hal ini dianjurkan agar selama 2
jam setelah bersalin, ibu belum boleh keluar dari kamar bersalin dan masih dalam
Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara
pengawasan. “Yang diperhatikan adalah tinggi rahim, ada perdarahan atau tidak, lalu tekanan darah dan nadinya” Hutahaean, 2009.
2.4.7 Infeksi Masa Nifas
Infeksi nifas mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman-kuman kedalam alat genital pada waktu persalinan dan nifas.
Menurut John Committee on Maternal Welfare Amerika Serikat, definisi morbiditas puerpuralis adalah kenaikan suhu sampai 38°C atau lebih selama 2
hari dalam 10 hari pertama post partum, dengan mengecualikan hari pertama. Suhu harus diukur dari mulut setidaknya 4 kali sehari Sulistyawati, 2009.
2.4.8 Masalah Psikologi: Depresi Masa Nifas
Depresi yang terjadi pada masa nifas biasanya dapat dilihat dari minggu- minggu pertama setelah melahirkan, dimana kadar hormon masih tinggi.
Gejalanya adalah gelisah, sedih, dan ingin menangis tanpa sebab yang jelas. Tingkatannya pun bermacam-macam, mulai dari neurosis gelisah saja yang
disertai kelainan tingkah laku, sampai psikosis seperti penderita sakit jiwa dan kadang-kadang sampai tak sadar, seperti meracau, mengamuk, dan skizofrenia.
Situasi depresi ini akan sembuh bila ibu bisa beradaptasi dengan situasi nyatanya Hutahaean, 2009.
2.5 Penanganan Pada Masa Nifas