Pengetahuan Dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir Di Klinik Ananda Medan

(1)

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TERHADAP

TANDA-TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

DI KLINIK ANANDA MEDAN

NURJANNAH

105102085

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


(2)

(3)

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Nurjannah

Pengetahuan dan sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011

viii + 44 hal + 6 tabel+ 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan suatu gejala yang dapat mengancam kesehatan bayi, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Pola penyakit penyebab kematian neonatal adalah infeksi (32%), asfiksia (29%), komplikasi prematuritas (24%), kelainan bawaan (10%), dan lain-lain (5%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan metode pengambilan sampel accidental sampling, dengan besar sampel sebanyak 84 orang. Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu berumur antara 21-29 tahun yaitu sebanyak 67 orang (79,8%), pendidikan ibu terbanyak SMA yaitu sebanyak 34 orang (40,5%), pekerjaan ibu terbanyak sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 51 orang (60,7%). Berdasarkan pengetahuan ibu primigravida mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 37 orang (44,0%). Berdasarkan sikap, sebagian besar ibu primigravida bersikap positif terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu sebanyak 81 orang (96,4%). Dengan demikian, diharapkan kerjasama yang baik antar tim petugas kesehatan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir untuk memberikan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir Daftar Pustaka : 24 (1998-2010)


(4)

4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat dan Rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan 2011”.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini peneliti mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak sehingga peneliti dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini tepat pada waktunya. Untuk itu peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep, selaku Ketua Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. dr. Sarma N Lumbanraja, SpOG (K) selaku pembimbing penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini yang telah dapat menyediakan waktu, memberikan arahan dan masukan berharga dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

4. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku dosen penguji I yang telah memberikan masukan dalam penelitian ini

5. dr Isti Ilmiati Fujiati, MSc (CM-FM) selaku dosen penguji II yang telah memberikan masukan dalam penelitian ini

6. Seluruh Dosen dan Staf administrasi studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu


(5)

Ilmiah ini.

7. Seluruh keluarga besar yang telah memberikan dukungan serta doa kepada peneliti dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan dukungan dan masukan. 9. Dan semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.

Peneliti menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan dimasa yang akan datang. Akhirnya hanya kepada Allah Peneliti berserah diri, semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua.

Medan, Juni 2011 Peneliti


(6)

6

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR SKEMA ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian... 3

D. Manfaat Penelitian... 4

1. Bagi Pelayanan Kebidanan ... 4

2. Bagi Masyarakat ... 4

3. Bagi Peneliti ... 4

4. Bagi Peneliti selanjutnya ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan ... 5

1. Pengertian Pengetahuan ... 5

2. Tingkat Pengetahuan dalam Domain Kognitif ... 5

3. Cara Mendapatkan Pengetahuan ... 6

B. Sikap ... 7

1. Pengertian Sikap ... 7

2. Tingkatan Sikap ... 8

3. Pengukuran Sikap Model Likert ... 8

C. Neonatus ... 9

D. Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ... 9

E. Masalah-masalah Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir yang Merupakan Tanda-tanda Bahaya ... 10

1. Hipotermi/Suhu Tubuh Dingin ... 10


(7)

5. Muntah ... 18

BAB III KERANGKA PENELITIAN A. Kerangka Konsep ... 21

B. Definisi Operasional ... 22

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 23

B. Populasi dan Sampel ... 23

C. Tempat Penelitian ... 24

D. Waktu Penelitian ... 24

E. Etika Penelitian ... 24

F. Alat Pengumpulan Data ... 25

G. Uji Validitas ... 26

H. Prosedur Pengumpulan Data ... 27

I. Analisis Data ... 28

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 29

1. Karakteristik Responden ... 29

2. Pengetahuan Responden ... 31

3. Sikap responden ... 32

B. Pembahasan ... 35

1. Karakteristik Responden ... 35

2. Pengetahuan Ibu Primigravida ... 37

3. Sikap Ibu Primigravida ... 38

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 41

B. Saran ... 42


(8)

8

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional ... 22 Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Primigravida

Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ... 30 Tabel 5.2 Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Ibu Primigravida Terhadap

Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ... 31 Tabel 5.3 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Primigravida

Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ... 32 Tabel 5.4 Distribusi Pernyataan Sikap Ibu Primigravida Terhadap

Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir ... 33 Tabel 5.5 Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Primigravida


(9)

(10)

10

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 2 : Kuesioner

Lampiran 3 : Lembar Conten Validity Indeks

Lampiran 4 : Surat Pernyataan Editor Bahasa Indonesia Lampiran 5 : Surat Izin Penelitian

Lampiran 6 : Surat Balasan Penelitian Lampiran 7 : Lembar Konsul

Lampiran 8 : Data SPSS Lampiran 9 : Master Tabel


(11)

Karya Tulis Ilmiah, Juni 2011 Nurjannah

Pengetahuan dan sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011

viii + 44 hal + 6 tabel+ 1 skema + 9 lampiran Abstrak

Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan suatu gejala yang dapat mengancam kesehatan bayi, bahkan dapat mengakibatkan kematian. Pola penyakit penyebab kematian neonatal adalah infeksi (32%), asfiksia (29%), komplikasi prematuritas (24%), kelainan bawaan (10%), dan lain-lain (5%). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan metode pengambilan sampel accidental sampling, dengan besar sampel sebanyak 84 orang. Dari hasil penelitian diperoleh mayoritas ibu berumur antara 21-29 tahun yaitu sebanyak 67 orang (79,8%), pendidikan ibu terbanyak SMA yaitu sebanyak 34 orang (40,5%), pekerjaan ibu terbanyak sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 51 orang (60,7%). Berdasarkan pengetahuan ibu primigravida mayoritas berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 37 orang (44,0%). Berdasarkan sikap, sebagian besar ibu primigravida bersikap positif terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu sebanyak 81 orang (96,4%). Dengan demikian, diharapkan kerjasama yang baik antar tim petugas kesehatan untuk mengadakan kegiatan-kegiatan penyuluhan kesehatan tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir untuk memberikan pengetahuan dan sikap yang baik terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir Daftar Pustaka : 24 (1998-2010)


(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Bayi baru lahir biasanya mudah sakit, jika sakit bisa berubah cepat menjadi kondisi yang serius dan berat. Gejala sakit pada bayi baru lahir memang sulit untuk dikenali, untuk itu sudah seharusnya orang tua dapat mengenali tanda-tanda bahaya secara dini pada bayi mereka sebelum keadaan bayi mereka semakin serius karena terlambat membawa ke tempat pelayanan kesehatan dapat berujung kematian. Seorang bayi dengan tanda bahaya merupakan masalah yang serius, bayi dapat meninggal bila tidak ditangani segera (Kosim, 2005, hlm. 1).

Saat ini masalah yang dihadapi adalah masih tingginya angka kesakitan dan kematian anak terutama pada masa perinatal. Pada hakikatnya angka kesakitan dan kematian ini dapat diupayakan pencegahannya sedini mungkin, diantaranya dengan meningkatkan pendidikan kesehatan keluarga terutama ibu. Menurut karakteristik kesehatan ibu sebelum dan ketika hamil, kematian neonatal banyak terjadi pada kelompok umur ibu 20-39 tahun pada anak pertama dan pada paritas ketiga (Djaja, 2003, ¶7).

Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan suatu gejala yang dapat mengancam kesehatan bayi baru lahir, bahkan dapat menyebabkan kematian. Maka dari itu sudah seharusnya orang tua mengetahui tanda-tanda bahaya terhadap bayi mereka agar dapat mengantisipasinya lebih awal. Tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu: bayi tidak mau menyusu atau muntah, kejang, lemah, sesak nafas, rewel, pusar kemerahan, demam, suhu tubuh dingin, mata bernanah, diare, bayi kuning (Muslihatun, 2010, hlm. 46).


(13)

Dengan mengetahui tanda bahaya, bayi akan lebih cepat mendapat pertolongan sehingga dapat mencegahnya dari kematian. Namun apabila terlambat dalam pengenalan dari tanda bahaya tersebut, bayi bisa meninggal. Bayi baru lahir mempunyai masalah berat yang dapat mengancam kehidupannya dan memerlukan diagnosa dan pengelolaan segera, terlambat dalam pengenalan masalah dan manajemen yang tepat dapat mengakibatkan kematian (Kosim, 2003, hlm. 1).

Angka kematian bayi di Indonesia tertinggi di Negara ASEAN yaitu 35 bayi per 1000 kelahiran. Bila dirincikan 157.000 bayi meninggal dunia per hari. Beberapa penyebab kematian bayi baru lahir (neonatus) yang terbanyak disebabkan oleh kegawatdaruratan dan penyulit pada masa neonatus seperti berat bayi lahir rendah, asfiksia neonatorum, syndrome gawat nafas, hiperbilirubenemia, sepsis neonatorum, trauma lahir dan kelainan kongenital. World Health Organization (WHO) dalam pernyataan tentang neonatus dunia tahun 2001 melaporkan bahwa penyebab langsung kematian neonatus adalah infeksi (32%), asfiksia (29%), komplikasi prematuritas (24%), kelainan bawaan (10%), dan lain-lain (5%) (Anik&Nurhayati, 2009, hlm.2).

Penelitian Djaja (2003) mengatakan menurut karakteristik perawatan bayi baru lahir, sekitar 26,7% bayi neonatal dibawa berobat. Pengobatan terbanyak ke rumah sakit 8,3%, ke puskesmas 5,5%. Sekitar 6% bayi dibawa ke pengobatan tradisional. Sebagian besar bayi neonatal meninggal dirumah yaitu 54,2%.

Pengetahuan ibu primigravida tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir merupakan hal yang penting karena tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dapat merupakan gejala dari suatu penyakit yang perlu diwaspadai karena dapat mengakibatkan kematian pada bayi. Oleh sebab itu, sudah seharusnya ibu mengetahui tanda-tanda bahaya bayi baru lahir terutama pada ibu primigravida agar dapat mencegah kematian pada bayi baru lahir.


(14)

Dari hasil survei awal penelitian yang dilakukan pada November 2010 di Klinik Ananda Medan, banyak ibu primigravida yang memeriksakan kehamilan di Klinik tersebut. Karena itu peneliti tertarik untuk meneliti pengetahuan dan sikap ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir di Klinik Ananda Medan 2010.

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir di Klinik Ananda Medan.

C. Tujuan Penelitian

1.Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir di Klinik Ananda Medan.

2.Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

b. Untuk mengetahui sikap ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.


(15)

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Pelayanan Kebidanan

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan informasi dan masukan bagi klinik maupun tenaga kesehatan lainnya tentang pengetahuan dan sikap ibu terhadap tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.

2. Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi ibu tentang perlunya mengetahui tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir.

3. Peneliti

Untuk menambah wawasan peneliti tentang pentingnya mengetahui tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

4. Peneliti Selanjutnya

Sebagai masukan dan tambahan informasi bagi peneliti berikutnya yang melakukan penelitian dalam ruang lingkup yang sama.


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan (Knowledge)

1. Pengertian

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun orang, media massa, maupun lingkungan (Notoadmodjo, 2007,hlm.139).

2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoadmodjo, 2007, hlm.140) yaitu :

a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya, termasuk ke dalam tingkat pengetahuan ini adalah kembali (recall), sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu


(17)

tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

b. Memahami (comprehantion)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi secara benar. Orang yang telah paham secara objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Aplication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya.

d. Analisis (Analisys)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Syntesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. f. Evaluasi (Evaluasi)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

3. Cara Mendapatkan Pengetahuan

Menurut (Notoadmodjo, 2007) ada dua cara untuk memperoleh pengetahuan, yaitu:


(18)

a. Cara Tradisional untuk Memperoleh Pengetahuan

Cara tradisional ini dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelumnya ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis. Cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi : 1) Cara coba-salah (Trial and Error) adalah cara coba-coba dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. 2) Cara kekuasaan atau otoritas adalah dimana pengetahuan diperoleh berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin agama, maupun ahli ilmu pengetahuan. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu.

b. Cara Moderen Memperoleh Pengetahuan

Cara moderen dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Dilakukan mula-mula dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau masyarakat. Kemudian hasil pengamatan tersebut dikumpulkan dan diklasifikasikan, dan akhirnya diambil kesimpulan umum.

B. Sikap

1. Pengertian

Sikap merupakan kesiapan seseorang dalam melakukan tindakan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau objek ( Syafruddin, 2009, hlm.126). Menurut Maramis (2006, hlm.


(19)

254) sikap merupakan bentuk respon atau tindakan yang memiliki nilai positif atau negatif terhadap suatu objek atau orang yang disertai dengan emosi.

2. Tingkatan Sikap

a) Menerima (Receiving) dapat diartikan bahwa orang (objek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek). b) Merespon (Responding) memberi jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan hal yang dimaksud. c) Menghargai (Valving) mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d) Bertanggung Jawab (responsible) atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko (Syafrudin, 2009, hal.126). 3. Pengukuran Sikap Model Likert

Pengukuran sikap model likert juga dikenal dengan pengukuran sikap dengan skala likert, karena dalam pengukuran sikap juga menggunakan skala (Hidayat, 2007, hal.104). Dalam menciptakan alat ukur likert juga menggunakan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Subjek yang diteliti disuruh memilih salah satu dari empat alternatif jawaban yang disediakan. Alternatif jawaban yang disediakan oleh likert adalah :

a. Sangat setuju (Strogly approve) : 4

b. Setuju (Approve) : 3

c. Tidak setuju (Disapprove) : 2 d. Sangat tidak setuju (Strogly disapprove) : 1


(20)

C. Neonatus

Neonatus yaitu bayi berumur 0 (baru lahir) sampai dengan usia 28 hari, disebut juga bayi baru lahir. Pada masa neonatus, bayi rentan sekali terhadap penyakit yang dapat berpengaruh untuk kelangsungan hidup ke depannya. Bayi baru lahir mudah sakit dikarenakan fisiknya yang masih sulit beradaptasi dengan lingkungan baru di sekitarnya. Periode neonatal terdiri atas 28 hari pertama kehidupan. Dalam hal sehat dan sakit, periode neonatal merupakan periode terpenting masa bayi dan kanak-kanak karena selama waktu tersebut terdapat mortalitas paling tinggi. Kerusakan yang berefek seumur hidup dari peristiwa perinatal juga sering ditemukan (Rudolf, 2006, hlm. 229).

Masa bayi neonatal merupakan periode yang berbahaya, baik secara fisik maupun psikologis. Secara fisik periode ini berbahaya karna sulitnya mengadakan penyesuaian diri secara radikal yang penting pada lingkungan yang sangat baru dan sangat berbeda. Hal ini terbukti dengan tingginya tingkat kematian (Hurlock,1998, hlm. 53).

D. Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir harus diwaspadai, dideteksi lebih dini untuk segera dilakukan penanganan agar tidak mengancam nyawa bayi. Tanda-tanda bahaya baru lahir yang harus diwaspadai pada bayi baru lahir, yaitu: Pernafasan sulit atau lebih dari 60 kali per menit, terlalu panas > 38°C atau terlalu dingin < 36,5°C. Warna kulit atau bibir biru pucat, memar atau sangat kuning. Hisapan lemah, mengantuk berlebihan, banyak muntah. Tali pusat terlihat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau busuk, pernafasan sulit. Tidak berkemih dalam 24 jam, tinja lembek, sering, hijau tua, ada lendir atau darah pada tinja. Aktivitas menggigil atau menangis tidak biasa,


(21)

sangat mudah tersinggung, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang, tidak bisa tenang, menangis terus menerus (Muslihatun, 2008, hlm. 46).

E. Masalah-Masalah Kesehatan Pada Bayi Baru Lahir Yang Merupakan Tanda-tanda Bahaya

1. Hipotermi/Suhu Tubuh Dingin a. Pengertian

Hipotermi yaitu dimana suhu tubuh bayi di bawah 36oC serta kedua tangan dan kaki teraba dingin, sedang suhu normal adalah 36,5oC - 37,5oC. Hipotermi pada bayi baru lahir dapat berakhir dengan kematian karena dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan dapat berujung kematian. Hipotermi dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu: hipotermi sedang, dimana suhu badan bayi berkisar 32oC-36oC dan hipotermi berat yaitu dimana suhu badan bayi mencapai dibawah 32oC.

Untuk dapat mengukur suhu pada hipotermi digunakan termometer yang dapat mengukur sampai suhu 25oC yaitu termometer ukuran rendah (low reading thermometer) ( Syaifuddin, 2006, hlm.373)

b. Gejala Hipotermi

Hipotermi pada bayi baru lahir dapat diketahui dari gejala-gejala sebagai berikut yaitu bayi tidak mau minum/menyusu, tampak lesu dan mengantuk, tubuh bayi teraba dingin, dan dalam keadaan berat denyut jantung bayi bisa menurun dan kulit tubuh bayi mengeras. Hipotermi dikategorikan menjadi 3 yaitu hipotermi sedang, hipotermi berat dan stadium lanjut hipotermi. Hipotermi sedang ditandai dengan aktivitas berkurang, tangisan lemah, kulit berwarna tidak rata, kemampuan hisap lemah, kaki teraba dingin. Hipotermi berat sama dengan hipotermi sedang, bibir dan kuku kebiruan, pernafasan


(22)

lambat dan tidak teratur, bunyi jantung lambat. Dan stadium lanjut hipotermi ditandai dengan muka, ujung kaki dan tangan berwarna merah terang, bagian tubuh lainnya pucat, kulit mengeras merah dan timbul edema terutama pada punggung, kaki dan tangan (Syafuddin, 2003,hlm. 373).

c. Penyebab Hipotermi

Kehilangan panas tubuh pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena lingkungan, udara yang terlalu dingin, pakaian yang basah, dan sebagainya. Mekanisme kehilangan panas pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut: 1) Radiasi yaitu dari objek ke panas bayi misalnya bayi ditimbang tanpa alas 2) Evaporasi yaitu penguapan cairan yang melekat pada kulit misalnya pada air ketuban yang melekat pada tubuh bayi dan tidak cepat dikeringkan. 3) Konduksi yaitu sesuatu yang melekat ditubuh bayi misalnya pakaian bayi yang basah tidak langsung diganti. 4) Konveksi yaitu penguapan dari tubuh ke udara contohnya angin disekitar tubuh bayi (Saifuddin, 2006, hlm. 373).

d. Penanganan Hipotermi

1) Segera menghangatkan bayi di dalam inkubator atau melalui penyinaran lampu. 2) Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu dan Bayi diletakkan telungkup di dada ibu agar terjadi kontak kulit langsung ibu dan bayi. Untuk menjaga agar bayi tetap hangat, tubuh ibu dan bayi harus berada dalam satu pakaian. Sebaiknya ibu menggunakan pakaian longgar berkancing depan. 3) Bila tubuh bayi masih dingin dapat juga menggunakan selimut atau kain hangat yang disetrika terlebih dahulu, yang digunakan untuk menutupi tubuh bayi dan ibu. Lakukanlah berulang kali sampai tubuh bayi hangat (Saifuddin, 2006, hlm.373). 4) Selalu menjaga kehangatan bayi, bungkus bayi dengan kain kering kemudian diselimuti dan pakaikan topi agar terhindar dari kehilangan panas. 5) Beri ASI sesering mungkin, bila bayi tidak dapat menyusu, berikan


(23)

ASI peras sebagai salah satu alternatif lainnya agar bayi tidak kekurangan cairan atau dehidrasi. 6) Pantau terus suhu tubuh bayi setiap jam sampai normal. 7) Ibu harus selalu mengamati tanda kegawatan pada bayi, bila terlihat bayi sakit berat segera bawa ke tempat pelayan kesehatan (Syafuddin, 2002, hlm. M-122).

2.Hipertermi / Demam a. Pengertian

Demam adalah suhu tubuh yang meningkat, dimana tubuh terasa panas dan suhunya naik sampai 38oC, sementara suhu normal berkisar 36,5oC-37,5oC. Menurut Suriadi (2006, hlm. 63) demam adalah meningkatnya temperatur tubuh secara abnormal. Dan menurut Rudolfh (2006, hlm. 592) Berdasarkan pengukuran suhu bayi normal, suhu rektal sebesar 38°C atau lebih harus digunakan sebagai defenisi batas bawah demam.

Demam pada suhu 37,8oC-40oC tidak berbahaya dan tidak mengakibatkan kerusakan otak, kecuali jika suhunya melebihi 41,7oC yang berlangsung dalam jangka lama. Lebih lanjut, demam yang disebabkan oleh infeksi tidak cepat naik dan suhu tidak akan melebihi 41,2oC (Schwartz, 2005, hlm. 336).

b. Gejala

Sebelumnya kita sudah banyak mengetahui tentang demam yang sering terjadi. Kalau demam tubuh teraba panas, bayi agak rewel, dan biasanya minum kurang. Gejala /demam pada bayi baru lahir yaitu: suhu tubuh bayi lebih dari 37,5°C, Frekuensi pernafasan bayi lebih dari 60/menit, terlihatnya tanda-tanda dehidrasi yaitu berat badan menurun, turgor kulit kurang, banyaknya air kemih berkurang (Syafuddin, 2006, hlm. 375).


(24)

c. Penyebab Hipertermi/Demam

Sebenarnya demam merupakan proses mekanisme tubuh yang sehat ketika melawan penyakit. Demam terjadi karena tubuh sedang melakukan perlawanan terhadap adanya gangguan, baik infeksi maupun gangguan yang lainnya. Semua bayi demam berusia kurang dari 28 hari harus mendapatkan evaluasi lengkap untuk kemungkinan sepsis. Berdasarkan pengalaman dengan lebih dari 1000 bayi demam berusia 60 hari atau kurang, 436 bayi berada pada usia 30 hari atau kurang (142 berusia 14 hari atau kurang) dan 227 memenuhi kriteria yang dipertimbangkan sehingga mengelompokkan mereka sebagai beresiko rendah untuk mengalami infeksi bakteri serius. Hanya 1 dari 227 bayi berusia kurang dari 30 hari yang memenuhi kriteria resiko rendah yang menderita infeksi bakteri serius (Rudolf, 2006, hlm. 585). Menurut Suriadi (2006, hlm. 63) demam sering dikaitkan dengan adanya gangguan pada hipotalamus oleh karena adanya infeksi, alergi, endotoxin, atau tumor.

c. Penanganan Hipertermi/Demam

Penanganan demam dapat dilakukan sebagai berikut: 1) Bayi dipindahkan ke ruangan yang sejuk dengan suhu kamar berkisar 26oC-28°C. 2) Tanggalkan seluruh pakaian dan jangan menggunakan selimut. 3) Kompres dengan cara mencelup handuk kecil ke air hangat terlebih dahulu, tambahkan kehangatan air jika suhu tubuh bayi semakin tinggi. Dengan demikian perbedaan air kompres dengan suhu tubuh tidak terlalu berbeda. Jika air kompres terlalu dingin, hal ini justru akan mengerutkan pembuluh darah bayi akibatnya panas tubuh tidak mau keluar. Bayi jadi semakin menggigil untuk mempertahankan suhu tubuhnya. 4). Memberi ASI sebanyak-banyaknya dan sesering mungkin, masuknya cairan yang banyak kemudian dikeluarkan lagi dalam bentuk urine merupakan salah satu cara untuk menurunkan suhu tubuh.


(25)

Tanda-tanda bahaya demam pada bayi yang perlu diwaspadai dan harus segera mendapat dari petugas kesehatan yaitu jika bayi mengalami salah satu atau beberapa gejala berikut: bernafas cepat secara tidak normal, sulit bernafas atau nafasnya bersuara, mengantuk tidak normal, rewel yang tidak biasa, menolak minuman, muntah terus menerus, suhu tubuh di atas 39oC (Syaffudin, 2006, hlm.377) .

3. Kejang a. Pengertian

Kejang pada bayi baru lahir ialah kejang yang terjadinya pada usia bayi 0-28 hari. Kejang pada bayi baru lahir disebabkan karena gangguan sistem saraf pusat, kelainan metabolik atau penyakit lain yang dapat menyebabkan kerusakan otak. Kejang bukanlah suatu penyakit, tetapi merupakan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik. Kejang pada bayi baru lahir adalah kejang yang timbul dalam masa neonatus atau dalam 28 hari sesudah lahir. Kejang ini merupakan tanda penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang tersebut, yang dapat mengakibatkan gejala sisa yang menetap dikemudian hari (Hasan, 2005, hlm. 1137).

Kejang merupakan tanda bahaya yang sering terjadi pada neonatus yang dapat mengakibatkan hipoksia pada otak yang cukup berbahaya bagi kelangsungan hidup bayi yang dapat mengakibatkan gejala sisa dikemudian hari. Kejang pada bayi bukan merupakan suatu penyakit melainkan gejala dari gangguan saraf pusat, lokal atau sistemik (Ngastiah, 2005, hlm. 146).

b.Gejala Kejang

Kejang pada neonatus sering tidak dikenali karena bentuknya beda dengan kejang pada anak dan dewasa. Karena gejala yang berbeda dan variasi, sering sekali kejang tidak disadari terutama oleh orang yang belum berpengalaman.


(26)

Bentuk kejang pada bayi baru lahir dapat berupa tremor, hiperaktif, kejang-kejang, tiba-tiba menangis melengking, tonus otot menghilang disertai atau tidak dengan hilangnya kesadaran, gerakan tidak menentu, mengedip-ngedipkan mata, gerakan mulut seperti mengunyah dan menelan. Setiap gerakan yang tidak biasa pada bayi baru lahir apabila berlangsung berulang-ulang dan periodik, harus dicurigai kemungkinan merupakan bentuk dari kejang (Saifuddin, 2006, hlm. 391).

c.Penyebab Kejang

Kejang berasal dari setiap gangguan serebrum yang sesaat atau menetap, tetapi hanya beberapa kausa yang secara teratur dijumpai. Pada sekitar 25% bayi dengan kejang, penyebab tidak diketahui (Rudolfh, 2006, hlm. 2151). Sebesar 10%-30% kejang tidak dapat ditemukan penyebabnya dan sebaliknya tidak jarang ditemukan lebih dari satu penyebab kejang pada neonatus. Beberapa yang dapat menyebabkan kejang, yaitu: 1) Gangguan vaskular seperti perdarahan. 2) Gangguan metabolisme. 3) Infeksi seperti meningitis dan sepsis (Hasan, 2005,hlm.1139).

d. Penanganan Kejang

Kejang pada neonatus suatu keadaan darurat dan memerlukan tindakan cepat untuk mencegah bertambahnya kerusakan susunan saraf yang dapat menimbulkan gejala sisa dikemudian hari. Untuk itu sebaiknya bayi harus segera dirawat di rumah sakit dengan sarana yang lengkap (Hasan, 2000, hlm.1144).

Jika bayi kejang jangan tunggu lama, segera bawa ke dokter. Penanganan pertama yang bisa dilakukan yaitu: 1) Buka seluruh pakaian untuk memudahkan sirkulasi panas tubuh bayi. 2) Perlu dilakukan tindakan secepatnya untuk mencegah kerusakan otak lebih lanjut. 3) Orangtua sudah seharusnya perlu lebih mendapat informasi mengenai


(27)

kondisi bayinya ketika kejang dan sebaiknya segera dirawat di rumah sakit dengan fasilitas yang lengkap (Maryunani,A dan Nurhayati, 2009, hlm. 205).

4. Ikterus/Bayi Kuning a. Pengertian

Ikterus adalah kuning pada kulit atau pada bagian putih matanya yang disebabkan oleh kadar bilirubin yang tinggi dalam darah bayi (Simkin, 2008, hlm. 354). Pada bayi baru lahir terbagi menjadi ikterus fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologis timbul pada hari kedua dan ketiga serta tidak mempunyai dasar patologis atau tidak ada potensi menjadi kern ikterus.

Ikterus dianggap patologis jika terdapat salah satu keadaan berikut: Ikterus pada hari pertama kehidupan, kadar bilirubin meningkat lebih cepat dari 5 mg/hari, pada bayi cukup bulan ikterus memanjang hingga melebihi minggu pertama atau lebih dari dua minggu pada bayi prematur (Schwartz, 2005, hlm. 475).

Terdapat beberapa perbedaan tanda dan gejala antara ikterus fisiologis dengan ikterus patologis. Tanda-tanda ikterus fisiologis, adalah timbul pada hari kedua dan ketiga, kadar indirek tidak melebihi 10 mg% pada neonatus cukup bulan dan 12,5 mg% untuk neonatus kurang bulan, kecepatan peningkatan kadar billirubin tidak melebihi 5 mg% perhari, kadar billirubin direk tidak melebihi 1 mg%, serta ikterus menghilang pada hari kesepuluh dan tidak berhubungan dengan keadaan patologis (Hasan, 2005, hlm. 1101).

b. Gejala

Gejala ikterus yaitu: kulit tubuh tampak kuning, bisa diamati dengan cahaya matahari dan menekan sedikit kulit untuk menghilangkan warna karena pengaruh sirkulasi darah. Gejala klinik kern ikterus pada permulaanya tidak jelas yaitu antara lain:


(28)

bayi tidak mau menghisap, letargi, mata berputar, gerakan tidak menentu, kejang, tonus otot meninggi, dan leher kaku (Hasan, 2005, hlm. 1102).

Penyebab

Ikterus disebabkan oleh kadar billirubin yang tinggi dalam darah bayi. Bilirubin berasal dari pemecahan sel-sel darah merah yang tidak diperlukan yang terjadi secara normal pada bayi baru lahir, billirubin diekskresikan dari tubuh bayi melalui tinja. Jika tidak dikeluarkan dapat menyebabkan ikterus.

Ikterus yang timbul pada hari pertama atau kedua dari kehidupan bahkan lebih serius dan membutuhkan perawatan intensif. Ikterus ini disebabkan oleh infeksi atau ketidakcocokan tertentu seperti ketidakcocokan Rh atau ketidakcocokan ABO. Ketidakcocokan Rh dapat terjadi jika resus darah ibu negatif sementara resus darah bayi positif. Ketidakcocokan ABO terjadi jika darah ibu O sementara ayah A, B, atau AB.

c. Penanganan

Pada bayi baru lahir dengan warna kekuningan karena proses alami (fisiologis), tidak berbahaya dan akan hilang tanpa pengobatan. Prinsip pengobatan warna kekuningan pada bayi baru lahir adalah menghilangkan penyebabnya. Cara lain untuk upaya mencegah peningkatan kadar pigmen empedu (bilirubin) dalam darah, hal ini dapat dilakukan dengan: 1) Susui sesering mungkin sesuai kebutuhannya, ini akan membuatnya sering buang air kecil, membuang sisa kimia dan membersihkan dari sistem tubuhnya. 2) Beri ASI eksklusif 3) Beri paparan sinar matahari pagi di bawah pukul 09.00 sesering mungkin tanpa mengenakan pakaian maksimal 1 jam, ini dapat membantu tubuh bayi mengurai bilirubin.

Ikterus yang muncul lebih dari satu minggu sesudah kelahiran bayi jarang ditemukan. Jenis ikterus ini dapat dikaitkan dengan bayi yang disusui atau disebabkan


(29)

oleh beberapa kondisi tertentu. Orang tua menjadi orang pertama yang menemukan adanya ikterus pada bayi, jika mengkhawatirkan segera hubungi dokter (Simkin, 2008, hlm. 355).

Bayi ikterus dengan riwayat penyakit dalam keluarga atau bayi yang letargi atau muntah atau bayi yang memiliki tangisan tinggi, urin berwarna gelap, atau tinja sedikit memerlukan pemeriksaan lebih lanjut (Schwartz, 2005, hlm. 475).

5. Muntah a. Pengertian

Muntah ada beberapa macam yaitu ada muntah karena kekenyangan susu atau di masyarakat sering disebut ’gumoh’, muntah seperti ini yang keluar hanya sejumlah kecil cairan susu. Namun ada muntah yang cukup serius karena gangguan lambung. Muntah adalah pengeluaran isi lambung melalui mulut dengan bantuan kontraksi otot perut yang dapat dibedakan yaitu, regurgitasi adalah makanan yang dikeluarkan kembali ke mulut akibat gerakan antiperistaltik esofagus. Ruminasi yaitu pengeluaran makanan secara sadar untuk dikunyah kemudian ditelan kembali, sedang refluks esofagus merupakan kembalinya isi lambung ke dalam esofagus dengan cara pasif yang dapat disebabkan oleh hipotoni sfingter esofagus bagian bawah, posisi abnormal sambungan esofagus dengan kardia, atau pengosongan isi lambung yang lambat (Mansjoer, 2003, hlm. 478).

Mengeluarkan susu yang telah diminum dalam jumlah kecil, merupakan hal yang biasa pada bayi, biasanya bersifat sementara dan tidak mengganggu pertumbuhan. Untuk itu sudah seharusnya orang tua dapat mengenali antara mana muntah yang tidak mengkhawatirkan dan muntah yang memerlukan perhatian serius. Menurut Mansjoer (2003, hlm. 478) Perlu dibedakan antara muntah medis dengan muntah yang memerlukan bedah segera.


(30)

b. Gejala

Gejala pada muntah biasa atau gumoh yaitu bayi terlihat sehat, baru selesai menyusui dan muntah hanya berupa cairan susu dalam jumlah kecil. Sebenarnya gumoh adalah bukan muntah jadi tidak perlu dicemaskan pada bayi yang sehat, karena ini hanya disebabkan kekenyangan dan udara yang menyebabkan bayi kembung. Bila bayi terus muntah maka ini akan dapat mengancam kesehatannya, bayi dapat kekurangan cairan, semua isi lambung keluar, kurang gizi, dan sebagainya. Komplikasi dari muntah yaitu dapat mengakibatkan kehilangan cairan dan elektrolit, aspirasi isi lambung, malnutrisi dan gagal tumbuh, sindrom Mallory-Weiss (robekan pada epitel gastroesophageal junction akibat muntah yang berulang), ruptur esofagus dan esofagus peptikum (Mansjoer, 2003,hlm. 479).

c. Penyebab

Ada beberapa penyebab muntah pada bayi yaitu dapat disebabkan karena bayi kekenyangan atau kembung. Penyebab ini hal yang biasa dan tidak perlu di khawatirkan. Namun penyebab lain dari muntah yang mengkhawatirkan dan perlu penanganan segera yaitu muntah yang penyebabnya adalah infeksi. Maka ketika bayi muntah identifikasi dahulu penyebabnya. Muntah dapat merupakan manifestasi dari penyakit. Oleh karena itu pendekatan untuk identifikasi masalah sangat penting, yaitu meliputi: usia dan jenis kelamin, tentukan terlebih dahulu apa yang dihadapi, bagaimana keadaan gizi anak, adakah faktor predisposisi, Apakah ada penyakit yang menyerang, bagaimana bentuk/isi muntahan (apakah seperti susu/makanan asal atau merupakan susu yang menggumpal atau mengandung empedu atau darah), Apakah saat muntah berhubungan dengan saat makan/minum, apakah perubahan posisi tubuh mempengaruhi muntah, bagaimana


(31)

teknik pemberian minum, dan bagaimana kondisi psikososial di rumah (Mansjoer, 2003, hlm. 479).

Selain itu penyebab lazim muntah pada bayi disebabkan karena obstruksi anatomik, gangguan metabolik, infeksi dan makan berlebihan (Schwartz, 2005, hlm. 747).

d. Penanganan

Penanganan muntah atau gumoh pada bayi yaitu: memperhatikan dalam pemberian susu, kemudian bayi disendawakan setiap selesai menyusui dengan meletakkan kepalanya di bahu atau di atas lutut, atau di pangkuan. Sedang penanganan muntah pada bayi yang dicurigai karena infeksi saluran pencernaan atau adanya penyakit lain maka segera bawa ke tempat pelayanan kesehatan terdekat. Penatalaksanaan muntah yaitu mencari dan mengatasi penyebab, menghentikan makanan per oral dibantu dengan pemberian cairan sesuai kebutuhan baik secara oral seperti pemberian teh manis atau oralit untuk sementara waktu ataupun pemberian secara parenteral, pemberian anti muntah (Mansjoer, 2003, hlm. 479)


(32)

BAB III

KERANGKA PANELITIAN

A. Kerangka Konsep

Adapun kerangka konsep penelitian tentang pengetahuan dan sikap ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, yaitu:

Pengetahuan Ibu Primigravida - Baik - Cukup - Kurang

Sikap Ibu Primigravida

- Positif - Negatif

Skema 1 : Kerangka Konsep

Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

- Hipotermi - Hipertermi - Kejang - Ikterus - Muntah


(33)

32

B. Definisi Operasional

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Skala

1. Pengetahuan Ibu

- Pemahaman ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

Kuesioner a. Baik jika total skor 76%-100% (bila responden benar menjawab 19-25 soal)

b. Cukup baik jika total skor

55%-75% (bila responden

menjawab 13-18 soal)

c. Kurang baik jika total skor < 55% (bila responden menjawab <13 soal)

Ordinal

2. Sikap - Pandangan atau respon ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir

Kuesioner a. Sikap positif total skor respon 62-100 (>50%) b. Sikap negatif skor

respon 25-61 (< 50%)


(34)

33

BAB IV

M ETODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan crossectional yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu primigravida tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir di Klinik Ananda Medan.

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh ibu primigravida yang memeriksakan diri di Klinik Ananda Medan, di mana pasien primigravida yang memeriksakan diri di klinik tersebut sebanyak 113 orang.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel dengan menggunakan accidental sampling yaitu pengambilan sampel diambil dari jumlah seluruh populasi Klinik Ananda Medan yaitu sebanyak 113 orang.

Dalam hal ini menentukan ukuran sampel dilakukan dengan menggunakan rumus:

n =

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = ketetapan relatif yang ditetapkan oleh peneliti (0,05) Jumlah populasi dalam penelitian ini sebanyak 113 orang

n =


(35)

=

= 88

Berdasarkan rumus tersebut, diperoleh sampel adalah sebanyak 88 orang

C. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Ananda Medan dengan alamat Jln. Pws no.8 Kelurahan sei Putih Timur II Kecamatan Medan Petisah. Alasan peneliti memilih klinik tersebut karena banyak ibu primigravida yang memeriksakan kehamilannya di klinik ini sehingga mudah mendapat sampel penelitian dan lokasi ini berdekatan dengan tempat tinggal peneliti sehingga mempermudah peneliti dalam melakukan penelitian.

D.Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilakukan mulai pada September 2010 sampai Juni 2011.

E.Etika Penelitian

Semua penelitian yang menggunakan manusia sebagai subjek, harus disertai dengan pernyataan bahwa sudah disetujui oleh komisi etika setempat. Adapun masalah etika yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut: (1) Informed Consent, merupakan bentuk persetujuan antara penelitian responden peneliti dengan memberikan lembar persetujuan, (2) Anonymity (tanpa nama), (3) Confidentiality (kerahasiaan).

Sama halnya dengan penelitian ini, sebelum melakukan penelitian harus terlebih dahulu peneliti mengajukan permohonan izin penelitian kepada Ketua Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan kepada Pimpinan Klinik Ananda Medan. Sedangkan pada responden. peneliti menjelaskan manfaat dan


(36)

35 tujuan serta memberitahukan bahwa tidak ada pengaruh negatif yang akan terjadi selama pengumpulan data. Untuk menjaga kerahasiaan, peneliti tidak akan mencantumkan nama responden pada lembar kuesioner. Semua data yang diperoleh semata-mata digunakan untuk perkembangan ilmu pengetahuan serta tidak akan dipublikasikan pada pihak lain. Setelah responden memahami dan menerima maksud dan tujuan dari penelitian, maka responden menandatangani lembar persetujuan dan dilanjutkan pengisian kuesioner secara sukarela.

F. Alat Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini instrumen yang digunakan adalah dengan menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang responden ketahui. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan alat pengumpul data berupa: demografi responden (meliputi umur, pendidikan dan pekerjaan), kuesioner pengetahuan dan kuesioner sikap.

Kuesioner pengetahuan yaitu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir meliputi pertanyaan tertulis dengan jawaban pilihan. Setiap item pertanyaan yang benar akan diberi skor 1 dan untuk setiap pertanyaan yang salah akan diberi skor 0.

Kuesioner sikap yaitu tentang sikap responden terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir meliputi pernyataan tertulis dengan jawaban pilihan, yaitu pernyataan positif sangat setuju diberi skor 4, setuju diberi skor 3, tidak setuju diberi skor 2, dan sangat tidak setuju diberi skor 1. Dan pernyataan negatif, sangat setuju diberi skor 1, setuju diberi skor 2, tidak setuju diberi skor 3, dan sangat tidak setuju diberi skor 4. Untuk


(37)

menetukan panjang kelas (interval), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (hidayat, 2007, hlm. 102)

P=

P = panjang kelas interval

Rentang = nilai tertinggi – nilai terendah Banyak kelas = Jumlah kategori

Di mana diketahui skor maksimum diperoleh dari jumlah nilai jawaban yang tertinggi dikali jumlah pertanyaan (4x25) dan skor minimum jumlah nilai jawaban yang terendah dikali jumlah pertanyaan (1x25). Rentang kelas sebesar 45 (selisih nilai tertinggi dan terendah) dan banyak kelas 2 kelas (positif dan negatif) maka didapat panjang kelas sebesar 38. Jika skor maksimal adalah 100 dan skor minimum adalah 25 dengan interval 38 dapat dikategorikan:

a. Positif : apabila mendapat skor 62 - 100 b. Negatif : apabila mendapat skor 25- 61

G.Validitas

Uji Validitas yang dilakukan adalah isi (Content validity) di mana substansi pengukuran itu betul-betul mewakili konsep yang sudah dirumuskan dalam definisi operasional, yang didasarkan pada landasan teori. Pada setiap instrument terdapat pertanyaan atau pernyataan. Untuk menguji validitas instrument, maka perlu dikonsultasikan dengan orang yang ahli, maka selanjutnya diujicobakan dan dianalisis dengan analisis item (pertanyaan atau pernyataan). Analisis item dilakukan dengan menghitung korelasi skor pertanyaan dengan skor total (Sugyono, 2009, hlm. 353).


(38)

37 Menurut Davies dan Hodnett (2002, dalam Williams & Wilkins, 2004, hal. 312), besarnya sebuah koefisien menunjukkan bagaimana kesahan sebuah instrument. Rentang koefisien antara 0,00 sampai 1,00 dengan nilai yang lebih tinggi menunjukkan kriteria kevalidan yang lebih besar. Nilai koefisien yang diharapkan adalah 0,70 atau lebih. Dan kuesioner lembar observasi pada penelitian ini sudah dilakukan uji validitas kepada ahli yaitu Betty Mangkuji, S.ST, M.Keb. Nilai Content Validity Indeks 0,79.

H.Prosedur Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti setelah mendapat surat izin penelitian dari Program D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara di Klinik Ananda Medan dan mengajukan surat permohonan izin melaksanakan penelitian di Klinik Ananda Medan.

Setelah mendapat izin, peneliti melaksanakan pengumpulan data pada ibu primigravida. Pada saat pengumpulan data peneliti menjumpai responden yang memeriksakan diri di Klinik Ananda. Dengan cara, peneliti meninggalkan nomor handphone dan menyimpan nomor handphone asisten klinik untuk memperlancar proses pengumpulan data. Bila peneliti sudah menjumpai responden, maka peneliti menjelaskan tujuan, manfaat penelitian, prosedur penelitian serta cara pengisian kuesioner. Kemudian peneliti meminta kesediaan responden untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian., bagi yang bersedia dan memenuhi kriteria penelitian diminta untuk menanda tangani lembar persetujuan (informed consent). Teknik kuesioner untuk pengumpulan data akan dilakukan setelah selesainya responden memeriksakan diri di klinik tersebut, responden akan diberi waktu untuk pengisian kuesioner. Oleh karena keterbatasan waktu, untuk itu peneliti meminta pertolongan asisten klinik untuk membantu dalam


(39)

menyebarkan kuesioner pada ibu primigravida tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir. Setelah kuesioner selesai diisi kemudian dikumpulkan kembali dan bila terdapat kerusakan data maka akan diperbaiki dan dilengkapi dengan melakukan pendataan ulang.

I. Analisis Data

Setelah semua data terkumpul, dilakukan analisis data kembali dengan memeriksa semua kuesioner apakah jawaban sudah lengkap dan benar (editing). Kemudian data diberi kode (coding) untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan data yang dimasukkan ke dalam bentuk tabel. Entry data dilakukan dengan menggunakan teknik komputerisasi. Tahap terakhir dilakukan cleaning dan entry yakni pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer guna menghindari terjadinya kesalahan.

Analisis data dilakukan dengan menggunakan program yang disesuaikan yaitu secara univariat. Analisis data dalam penelitian ini bersifat deskriptif dengan melakukan pengukuran terhadap masing-masing jawaban responden, lalu ditampilkan dalam tabel distribusi frekuensi, kemudian dicari besarya persentase untuk masing-masing jawaban responden. Selanjutnya dengan membahas hasil penelitian dengan menggunakan teori dan kepustakaan yang ada.


(40)

39

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 84 orang ibu primigravida mengenai ‘Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011 diperoleh sebagai berikut:

1. Karakteristik Responden

Berdasarkan karakteristik distribusi ibu primigravida, responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah ibu primigravida sebanyak 84 orang dengan umur, pendidikan dan pekerjaan yang berbeda-beda.

Berdasarkan golongan umur didapat bahwa responden yang berumur kurang dari 20 tahun, yaitu sebanyak 11 orang (13,1%), sebanyak 67 orang (79,8%) responden berumur antara 21-29 tahun dan sebanyak 6 orang (7,1%) responden berumur di atas 30 tahun.

Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 34 orang (40,5%), kemudian yang berpendidikan Diploma sebanyak 21 orang (25,0%), sebanyak 15 orang (17,9%) responden berpendidikan S1 dan minoritas responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 14 orang (16,7%).

Berdasarkan pekerjaan responden dapat diketahui bahwa pada umumnya \responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 51 orang (60,7%), sebagai wiraswasta sebanyak 16 orang (19,0%) dan bekerja sebagai PNS sebanyak 17 orang (20,2%). Hal ini dapat dilihat dalam tabel 5.1


(41)

Tabel 5.1

Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011

Karakteristik Frekuensi(n) Persentase(%)

Umur <20 tahun 21-29 tahun >30 tahun 11 67 6 13,1 79,8 7,1 Pendidikan SMP SMA Diploma S1 14 34 21 15 16,7 40,5 25,0 17,9 Pekerjaan IRT Swasta PNS 51 16 17 60,7 19,0 20,2

2. Pengetahuan Responden

Berdasarkan hasil pilihan jawaban pengetahuan ibu primigravida, didapat bahwa ibu primigravida yang banyak menjawab pertanyaan yang benar pada pertanyaan nomor 6 ada 59 orang (70,2%), pertanyaan nomor 10 ada 59 orang (70,2%), pertanyaan nomor


(42)

41 16 ada 60 orang (71,4%), pertanyaan nomor 17 ada 57 orang (67,9%) dan pertanyaan nomor 21 ada 69 orang (82,1%). Sedangkan ibu primigravida yang banyak menjawab salah pada pertanyaan nomor 3 ada 70 orang (83,3%), pertanyaan nomor 12 ada 62 (73,8%) orang, pertanyaan nomor 22 ada 62 orang (73,8%). Hal ini dapat dilihat dalam tabel 5.2.

Tabel 5.2

Distribusi Pertanyaan Pengetahuan Ibu Primigravida Tentang Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011

No. Pertanyaan Benar Salah

F % F %

1. Suhu tubuh dingin pada bayi 45 53,6 39 46,4

2. Suhu tubuh normal bayi 40 47,6 44 52,4

3. Akibat dari suhu tubuh dingin pada bayi 14 16,7 70 83,3 4. Penyebab suhu tubuh dingin pada bayi 60 71,4 24 28,6 5. Penanganan suhu tubuh dingin pada bayi 55 65,5 29 34,5

6. Suhu demam pada bayi 59 70,2 25 29,8

7.. Akibat dari demam pada bayi 34 40,5 50 59,5

8. Penyebab demam tinggi 43 51,2 41 48,8

9. Penanganan demam pada bayi 39 46,4 45 53,6

10. Komplikasi demam 59 70,2 25 29,8

11. Tanda-tanda kejang 50 59,5 30 40,5

12. Penyebab kejang 22 26,2 62 73,8

13. Akibat dari kejang 55 65,5 29 34,5

14. Bahaya kejang pada bayi baru lahir 39 46,4 45 53,6

15. Penanganan segera kejang 46 54,8 38 45,2

16. Pengertian bayi kuning 60 71,4 24 28,6

17. Tanda gejala bayi kuning patologi 57 67,9 27 32,1

18. Penyebab bayi kuning 51 60,7 33 39,3

19. Bahaya bayi kuning 45 53,6 39 46,4

20. Penanganan bayi kuning lebih dari 10 hari 46 54,8 38 45,2

21. Pengertian muntah yang bahaya 69 82,1 15 17,9

22. Penyebab muntah 22 26,2 62 73,8

23. Akibat muntah terus menerus 47 56,0 36 42,9

24. Bahaya muntah pada bayi 49 58,3 35 41,7


(43)

Dari hasil penelitian, pengetahuan ibu primigravida secara keseluruhan diketahui bahwa mayoritas responden berpengetahuan kurang yaitu sebanyak 37 orang (44,0%), minoritas responden berpengetahuan baik yaitu sebanyak 19 orang (22,6%), sedangkan responden yang berpengetahuan cukup berjumlah 28 orang (33,3%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011

Pengetahuan Frekuensi Persentase

Baik Cukup Kurang

19 28 37

22,6 33,3 44,0

Total 84 100

3. Sikap Responden

Berdasarkan hasil pilihan jawaban ibu primigravida mengenai pernyataan sikap tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahiir didapatkan hasil bahwa ibu yang banyak menjawab sangat setuju pada pernyataan nomor 10 ada 58 orang (69,0%), nomor 12 ada 56 orang (66,7%), nomor 25 ada 53 orang (63,1%), ibu primigravida yang banyak menjawab setuju pada pernyataan nomor 8 ada 56 orang (66,7%), nomor 17 ada 55 orang (65,5%), nomor 22 ada 62 orang (73,8%), ibu primigravida yang banyak menjawab tidak setuju pada pernyataan nomor 13 ada 47 orang (56,0%), nomor 18 ada 49 orang (58,3%), nomor 23 ada 51 orang (60,7%), ibu primigravida yang banyak menjawab sangat tidak setuju pada pernyataan nomor 13 ada 23 orang (27,4%), nomor


(44)

43 18 ada 27 orang (32,1%), nomor 19 ada 37 orang (44,0%). Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4

Distribusi Pernyataan Sikap Ibu Primigravida Tentang Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011

No .

Pertanyaan SS S TS STS

F % F % F % F %

1. Bila suhu tubuh bayi dingin ibu dapat

menghangatkannya dengan meletakkan bayi di atas dada ibu dan berada dalam satu pakaian

29 34,5 34 40,5 19 22,6 2 2,4

2. Bila suhu tubuh bayi dingin ibu akan segera membawa bayi ke pelayanan kesehatan terdekat

38 45,2 44 52,4 1 1,2 1 1,2 3. Suhu tubuh dingin pada bayi baru lahir

merupakan hal yang biasa, jadi ibu tidak perlu khawatir

10 11,9 22 26,2 37 44,0 15 17,9

4. Jika pakaian bayi basah ibu akan segera menggantinya

48 57,1 32 40,5 2 2,4 0 0 5. Bila tubuh bayi teraba dingin ibu tidak perlu

membungkus bayi dengan pakaian dan selimut yang tebal

16 19,0 25 29,8 26 31,0 17 20,2

6. Bila bayi demam ibu mengompresnya dengan air dingin

24 28,6 20 23,8 34 40,5 6 7,1 7.. Jika bayi demam ibu akan menyelimuti dan

memakaikan pakaian tebal pada bayi

15 17,9 30 35,7 31 36,9 8 9,5 8. Ibu akan memberikan ASI (Air Susu Ibu)

sesering mungkin jika bayinya demam

19 22,6 56 66,7 9 10,7 0 0 9. Bila bayi demam ibu akan membuka seluruh

pakaian dan menggunakan pakaian yang tipis pada bayi

12 14,3 36 42,9 30 35,7 6 7,1

10. Ibu akan segera membawa bayi ke pelayanan kesehatan terdekat bila panas tidak turun

58 69,0 21 25,0 4 4,8 1 1,2

11. Bila bayi kejang ibu akan memberinya minum 8 9,5 29 34,5 43 51,2 4 4,8 12. Apabila bayi kejang ibu akan segera membawa

bayi ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut

56 66,7 25 29,8 2 2,4 1 1,2

13. Kejang biasa terjadi pada bayi baru lahir, jadi ibu tidak akan khawatir

3 3,6 11 13,1 47 56,0 23 27,4 14. Bila bayi baru lahir bergerak tidak biasa seperti

tiba-tiba menangis melengking, gerakan tidak


(45)

menentu, tubuh kaku, gerakan mulut seperti mengunyah dan menelan maka ibu segera menyimpulkan bahwa itu adalah kejang

15. Jika bayi kejang disertai demam tinggi ibu akan menyelimuti bayi dengan selimut tebal

10 11,9 31 36,9 34 40,5 9 10,7 16. Jika bayi kuning ibu akan menjemur bayi di

bawah sinar matahari pagi

19 22,6 44 52,4 19 22,6 2 2,4 17. Jika bayi kuning ibu akan memberi ASI sesering

mungkin pada bayi

23 27,4 55 65,5 4 4,8 2 2,4 18. Ibu akan waspada bila bayi kuning timbul pada

minggu pertama

1 1,2 7 8,3 49 58,3 27 32,1

19. Ibu akan mengonsultasikan bayi jika kuning pada mata dan kulit bayi tidak menghilang setelah 10 hari

2 2,4 10 11,9 35 41,7 37 44,0

20. Bila bayi kuning kotorannya berwarna pucat, ibu merasa ini gejala biasa dan tidak perlu

penanganan serius

6 7,1 23 27,4 37 44,0 18 21,4

21 Bila bayi banyak muntah ibu takut memberi minum banyak pada bayi

23 27,4 34 40,5 26 31,0 1 1,2 22. Saat bayi muntah ibu akan segera memperhatikan

bentuk muntah bayi

12 14,3 62 73,8 9 10,7 1 1,2 23. Muntah pada bayi hal yang biasa jadi ibu tidak

akan khawatir, cukup hanya mengganti baju bayi yang basah terkena muntah

7 8,3 22 26,2 51 60,7 4 4,8

24. Untuk mencegah muntah pada bayi, selesai menyusu ibu selalu menyendawakan bayi

28 33,3 39 46,4 17 20,2 0 0 25. Bila bayi muntah terus menerus ibu akan segera

membawanya ke pelayanan kesehatan

53 63,1 28 32,3 2 2,4 1 1,2

Dari hasil penelitian, dari 84 responden diketahui hampir keseluruhan ibu primigravida bersikap positif terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu sebanyak 81 orang (96,4%) dan hanya 3 orang (3,6%) yang sikapnya negatif. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.5.


(46)

45

Tabel 5.5

Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011

Sikap Frekuensi Persentase

Positif Negatif

81 3

96,4 3,6

Total 84 100

B. Pembahasan

Dari hasil penelitian yang diperoleh, pembahasan untuk menjawab penelitian mengenai pengetahuan dan sikap ibu primigravida terhadap tanda-tanda bahaya bayi baru lahir di Klinik Ananda Medan Tahun 2011 yaitu:

1. Karakteristik Responden

Dari hasil penelitian karakteristik terhadap usia responden dapat disimpulkan bahwa pada umumnya responden berada pada kelompok usia 21-29 tahun yaitu sebanyak 67 orang (79,8%). Di mana usia antara 21-29 tahun kemungkinan ibu masih memiliki pengetahuan yang sedikit dikarenakan pengalamannya yang masih kurang, semakin muda seseorang belum banyak pengalaman hidup yang dapat dijadikan pedoman menjadi lebih baik, responden belum memahami tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir oleh karena pengalaman hidup dan pengetahuan yang masih relatif muda. Djaja (2003) mengungkapkan pada hakikatnya angka kesakitan dan kematian dapat diupayakan pencegahannya sedini mungkin, diantaranya dengan meningkatkan pendidikan kesehatan keluarga terutama ibu. Menurut karakteristik kesehatan ibu


(47)

sebelum dan ketika hamil, kematian neonatal banyak terjadi pada kelompok umur ibu 20-39 tahun pada anak pertama dan pada paritas ketiga. Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa usia merupakan kategori tingkat pengetahuan dalam hal pemahaman terhadap sesuatu hal. Pemahaman terhadap resiko dan gejala yang terjadi pada bayi baru lahir belum sepenuhnya dapat dipahami responden. Seseorang memperoleh pengetahuan dari pengalaman pada keadaan sebelumnya tentang pengalamannya. Semakin sering seseorang mengalaminya semakin tinggi pengetahuan orang tersebut.

Bila dilihat dari tingkat pendidikan, mayoritas responden memiliki pendidikan SMA yaitu sebanyak 34 orang (40,5%). Hal ini Sesuai pendapat Notoadmodjo (2007) yang mengatakan bahwa, pendidikan mempunyai peranan penting dalam menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Ungkapan ini dapat dipahami bahwa dengan adanya pendidikan akan diperoleh ilmu pengetahuan atau semakin tinggi pendidikan semakin banyak ilmu pengetahuan yang akan didapat. Responden pada umumnya sulit untuk dapat memahami adanya tanda-tanda bahaya bayi baru lahir, Hal ini kemungkinan masih kurangnya ibu mendapatkan sumber informasi tentang bagaimana cara mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir karena sumber informasi juga dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Dilihat dari pekerjaan pada umumnya responden memiliki pekerjaan sebagai Ibu Rumah tangga (IRT) yaitu sebanyak 51 orang (60,7%). Pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan tanggung jawab. Pada umumnya responden bekerja sebagai ibu rumah tangga, hal ini sangat berhubungan dengan besarnya perhatian responden terhadap keluarga terutama kesejahteraan keluarga termasuk kesehatan anggota keluarga


(48)

47 terutama kesehatan bayi dan balita. Responden harus dapat mengamati hal-hal yang dapat mengganggu kesehatan bayinya, tanda-tanda bahaya kesehatan yang akan dialami anggota keluarga merupakan tanggung jawab responden yang fokus sebagai ibu rumah tangga, berbeda dengan responden yang bekerja karena banyak waktu yang terpakai hanya untuk tanggung jawab pekerjaan. Namun di sisi lain responden yang memiliki pekerjaan selain ibu rumah tangga akan lebih banyak pengalaman yang didapat dengan bergaul di lingkungan kerja, kesehatan keluarga sering menjadi pembicaraan di lingkungan kerja, sehingga sedikit lebih memiliki pengalaman untuk berbagi cerita seputar kesehatan yang dialami anggota keluarga khususnya bayi dan balita sering menjadi pembicaraan antar teman di lingkungan pekerjaan.

2. Pengetahuan Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Dilihat secara rinci dari kuesioner pengetahuan sebagian besar responden menjawab benar pada pertanyaan nomor 21 yaitu tentang pengertian muntah yang bahaya sebanyak 69 orang (82,1%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu primigravida mengetahui bahwa muntah merupakan salah satu tanda bahaya pada bayi baru lahir. Sedangkan pada pertanyaan nomor 3 sebagian besar menjawab salah yaitu tentang akibat suhu tubuh dingin pada bayi baru lahir sebanyak 70 orang (83,3%). Hal ini kemungkinan masih kurangnya pengetahuan ibu bahwa suhu tubuh dingin pada bayi baru lahir dapat berujung pada kematian.

Berdasarkan hasil penelitian dari 84 responden menunjukkan sebagian besar responden berpengetahuan kurang yaitu 37 orang (44%). Ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu memiliki pengetahuan kurang terhadap pengenalan tanda-tanda bahaya pada bayi baru lahir. Pendidikan juga mempunyai peranan penting dalam


(49)

menentukan kualitas manusia. Tingkat pendidikan masyarakat dikaitkan dengan kemampuan dalam menyerap dan menerima informasi dalam bidang kesehatan dan keluarga. Hal ini bertujuan melihat semakin tinggi pendidikan yang dimiliki ibu, maka semakin mudah dan berwawasan luas mengetahui tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

Dari penelitian Djaja, menurut karakteristik kesehatan ibu sebelum dan ketika hamil, kematian neonatal banyak terjadi pada kelompok umur ibu 20-39 tahun pada anak pertama dan pada paritas ketiga. Hal ini dikarenakan seorang ibu primigravida belum pernah mengalami memiliki bayi, jadi belum ada pengalaman dalam merawat bayi. Padahal semakin banyak pengalaman maka akan semakin banyak pengetahuan yang didapat. Begitu pula pada umur, dapat dikatakan responden memiliki usia yang relatif muda. Jadi semakin muda seseorang maka pengalaman hidupnya masih sedikit, sebaliknya semakin banyak usia maka semakin banyak pengalaman hidupnya.

Peneliti berasumsi pengetahuan yang baik bisa diperoleh dari pengalaman, usia dan berdasarkan tingkat pendidikan.

3. Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-tanda Bahaya Bayi Baru Lahir

Jika dilihat secara rinci dari kuesioner sikap, sebagian besar responden menjawab sangat setuju pada pernyataan nomor sepuluh mengenai ibu akan segera membawa bayi ke pelayanan kesehatan terdekat bila panas tidak turun, sebagian besar responden menjawab sangat setuju sebanyak 58 orang (69,0%). Hal ini sesuai dengan pendapat Saifuddin (2006) bahwa demam pada bayi baru lahir perlu diwaspadai dan harus segera mendapat penanganan dari petugas kesehatan yaitu jika mengalami salah satu atau beberapa gejala seperti pernafasan tidak normal, mengantuk tidak normal, rewel, menolak minum, muntah terus menerus dan suhu tubuh di atas 39ºC.


(50)

49 Dalam proses merawat bayi, seorang ibu dapat menghadapi hal yang tidak terduga pada bayinya yang menuntut dia untuk dapat bersikap terhadap segala sesuatu yang muncul saat memiliki bayi baru lahir. Kemampuan seorang ibu untuk bersikap baik terhadap orang disekelilingnya akan berpengaruh terhadap hasil dari respon yang diberikannya.

Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2007) bahwa aspek yang tercakup dalam sikap adalah menerima orang atau subjek dan mau memperhatikan stimulus yang diberikan objek. Respon hanya akan timbul apabila individu dihadapkan pada stimulus yang menghendaki adanya reaksi individu. Reaksi evaluatif berarti bahwa bentuk reaksi yang dinyatakan sebagai sikap itu timbulnya didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan terhadap stimulus (Azwar, 2005). Dari hasil penelitian ada beberapa responden yang memiliki pengetahuan baik tetapi memliki sikap negatif tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir dan sebagian besar responden yang memiliki pengetahuan kurang tetapi memiliki sikap positif tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir. Menurut kreech tidak selamanya orang yang mempunyai pengetahuan baik akan memiliki sikap yang positif, atau sebaliknya yang mempunyai pengetahuan kurang akan memiliki sikap yang negatif. Karena dalam pembentukan sikap ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi yaitu : media massa, lembaga pendidikan, lembaga agama dan orang lain yang dianggap penting (Azwar,2005, hal 30).

Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi pembentukan sikap kita. Seseorang yang biasanya dianggap penting bagi invidu adalah orangtua, keluarga, orang yang status sosialnya lebih tinggi, teman sebaya, teman dekat, dan lain-lain. Dan dalam penelitian ini orang tua, keluarga, dan teman sebaya merupakan orang yang sangat mempengaruhi sikap responden tentang


(51)

tanda-tanda bahaya bayi baru lahir. Pengetahuan responden yang sebagian besar kurang dan sikap responden sebagian besar positif kemungkinan dikarenakan orangtua dan keluarga yang telah memiliki pengalaman dalam hal merawat bayi. Kemungkinan sebelumnya responden pernah melihat orang tua, keluarga atau temannya merawat bayi, jadi sikap positif responden dapat diperoleh dari responden melihat pengalaman orang-orang terdekatnya.


(52)

51

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Berdasarkan karakteristik ibu dilihat dari golongan umur didapat bahwa responden yang berumur kurang dari 20 tahun, yaitu sebanyak 11 orang (13,1%), sebanyak 67 orang (79,8%) responden berumur antara 21-29 tahun dan sebanyak 6 orang (7,1%) responden berumur di atas 30 tahun. Berdasarkan tingkat pendidikan diketahui bahwa mayoritas responden berpendidikan SMA yaitu sebanyak 34 orang (40,5%), kemudian yang berpendidikan Diploma sebanyak 21 orang (25,0%), sebanyak 15 orang (17,9%) responden berpendidikan S1 dan minoritas responden berpendidikan SMP yaitu sebanyak 14 orang (16,7%). Berdasarkan pekerjaan responden dapat diketahui bahwa pada umumnya responden bekerja sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 51 orang (60,7%), sebagai wiraswasta sebanyak 16 orang (19,0%) dan bekerja sebagai PNS sebanyak 17 orang (20,2%)

2. Berdasarkan kategori pengetahuan ibu primigravida secara keseluruhan diketahui sebanyak 37 orang (44,0%) berpengetahuan kurang, sebanyak 28 orang (33,3%) berpengetahuan cukup, dan 19 orang (22,6%) berpengetahuan baik.

3. Berdasarkan kategori sikap diketahui hampir seluruh ibu primigravida bersikap positif dalam mengenali tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yaitu berjumlah 81 orang (96,4%) dan 3 orang (3,6%) bersikap negatif atau kurang baik.


(53)

B.Saran

1. Pelayanan kebidanan

Tenaga kesehatan harus lebih meningkatkan pemahaman dan informasi mengenai tanda-tanda bahaya bayi baru lahir melalui penyuluhan-penyuluhan yang dilakukan di lingkungan tempat tinggal masyarakat untuk menambah pengetahuan dan pemahamannya tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

2. Masyarakat

Penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan dan informasi kepada masyarakat untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir. Terutama pada ibu primigravida berusaha menggali informasi sebanyak mungkin mengenai pengetahuan tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir melalui media massa maupun langsung kepakarnya sehingga pengetahuannya dapat bertambah.

3. Peneliti

Dalam melaksanakan penelitian ini, peneliti berharap untuk penelitian selanjutnya dapat meneliti tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir yang lainnya agar dapat ditangani dengan segera dan masyarakat memiliki wawasan yang luas tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir.

4. Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat bermanfaat sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya dan dapat dikembangkan pada penelitian berikutnya dalam lingkup yang lebih luas.


(54)

53

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2007). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya, adisi 2, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Djaja, Sarimawar. (2003). Penyakit Penyebab Kematian Bayi Baru Lahir (Neonatal)

dan Sistem Pelayanan Kesehatan yang Berkaitan di Indonesia,

http://digilib.litbang.depkes.go.id/go.php?id=jkpkbppk-gdl-res-2003-sarimawar-881-neonatal.

Hasan, Rusepno. (2005). Ilmu Kesehatan Anak 3. Jakarta: Info Medika .

Hidayat, A. Aziz. Alimul. (2007). Metode Penelitian Kebidanan dan Teknik Analisis

Data. Jakarta: Salemba Medika.

. (2008). Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta:

Salemba Medika.

Hurlock, B. Elisabeth. (1998). Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.

Kosim, Sholeh. M. (2003). Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru Lahir Untuk

Dokter, Perawat, Bidan di Rumah Sakit Rujukan Dasar. Jakarta.: JNPK

Manik, M., Asnah., dan Asiah. (2010). Panduan Penulisan Karya Tulis Ilmiah. Medan: Program D-IV Bidan Pendidik FK. USU.

Mansjoer, Arief. M. (2003). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius. Maramis, Willy. F. (2006). Ilmu Perilaku Dalam Pelayanan Kesehatan. Surabaya:

Airlangga University Press.

Maryunani, Anik dan Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyulit Pada


(55)

Muslihatun, Wafi. Nur. (2010). Asuhan Neonatus Bayi dan balita. Yogyakarta: Fitramaya.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta.

Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Rudolf, Abraham. M. (2006). Buku Ajar Pediatri Volume 1. Jakarta: EGC. . (2006). Buku Ajar Pediatri Volume 3. Jakarta: EGC.

Saifuddin, Abdul Bahri. (2002). Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

. (2006). Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Schwartz, M.William. (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Jakarta: EGC

Simkin, Penny. (2008). Panduan Lengkap Kehamilan, Melahirkan,& Bayi.Jakarta: Arcan.

Siregar, S. (2010). Statistika Deskriptif untuk Penelitian. Jakarta: Rajawali Pers. Sugiyono. (2009). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Sunaryo. (2004). Psikologi Untuk Keperawatan.. Jakarta: EGC

Syafrudin, dan Fratudhina, Yudia. (2002). Promosi Kesehatan Untuk Mahasiswa Kebidanan. Jakarta: Trans Info Medika


(56)

55

Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Nurjannah/105102085 adalah mahasiswa Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini sedang melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap Ibu Primigravida Terhadap Tanda-Tanda Bahaya Bayi Baru Lahir.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan ibu-ibu untuk menjadi responden dalam penelitian ini, dalam memberikan jawaban atas wawancara sesuai dengan pendapat ibu tanpa di pengaruhi oleh orang lain. Jika bersedia, silahkan menandatangani lembar persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan ibu. Partisipasi ibu-ibu dalam penelitian ini bersifat sukrela, sehingga bebas mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apa pun. Identitas pribadi ibu dan semua informasi yang ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan untuk keperluan ini saja. Terimakasih atas partisipasi ibu dalam penelitian ini.

Peneliti Medan, Februari 2011

Responden


(57)

Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU PRIMIGRAVIDA TERHADAP TANDA-TANDA BAHAYA BAYI BARU LAHIR

DI KLINIK ANANDA MEDAN TAHUN 2011

Kode Responden: (diisi oleh peneliti)

I. Data Demografi

1. Umur :

2. Pendidikan : 3. Pekerjaan :

II. Petunjuk Pengisian

1. Pertanyaan diisi oleh responden

2. Lingkari atau silang salah satu jawaban yang benar pada pertanyaan pengetahuan

III. Pengetahuan

1. Suhu normal pada bayi baru lahir adalah? 36 o C b. 37o C c. 38o C

2. Suhu berapa dikatakan bayi mengalami suhu tubuh dingin? a. 36o C b. 37o C c. 38o C

3. Suhu tubuh dingin pada bayi dapat menyebabkan…. a. Bayi kejang

b. Bayi sakit c. Bayi meninggal

4. Apa penyebab suhu tubuh dingin pada bayi? a. Udara yang dingin

b. Kurang minum c. Terlalu banyak tidur

5. Apa yang harus segera dilakukan bila suhu tubuh bayi dingin? a. Membawa bayi langsung ke pelayanan kesehatan terdekat b. Segera menghangatkan bayi

c. Memanggil petugas kesehatan 6. Suhu berapa bayi dikatakan demam?

a. 360 C b. 370 C c. 380 C

7. Demam yang terlalu tinggi pada bayi dapat mengakibatkan…. a. Kerusakan pada otak

b. Bayi muntah c. Bayi rewel

8. Apa penyebab bayi demam tinggi? a. Kurang minum

b. Infeksi c. Kejang


(58)

57 9. Pertolongan pertama apa yang bisa dilakukan ketika bayi demam?

a. Kompres bayi dengan air dingin

b. Pakaikan pakaian yang tebal dan Selimuti bayi c. Kompres bayi dengan air hangat

10.Tanda bahaya demam yang harus diwaspadai yaitu… a. Tubuh bayi sangat panas

b. Bayi rewel dan muntah

c. Tubuh sangat panas, muntah, tidak mau minum dan rewel 11.Apa tanda-tanda kejang pada bayi?

a. gerakan yang tidak beraturan pada bayi seperti gerakan tidak menentu dan mengedip-ngedipkan mata

b. tubuh bayi kaku

c. gerakan yang berulang-ulang.

12.Apa penyebab kejang pada bayi baru lahir? a. Infeksi

b. Suhu tubuh yang panas c. Muntah

13.Kejang pada bayi baru lahir dapat menyebabkan... a. Bayi demam

b. Kerusakan otak c. Bayi lemah

14.Apa bahaya kejang pada bayi baru lahir? a. Bayi sakit

b. Bayi meninggal

c. Bayi tidak sadarkan diri

15.Apa yang harus dilakukan ketika bayi kejang? a. Selimuti bayi

b. Memanggil petugas kesehatan

c. Segera bawa bayi ke pelayanan kesehatan terdekat 16.Apa yang dimaksud dengan bayi kuning?

a. Mata dan seluruh kulit bayi kuning b. Tubuh bayi terlihat kuning

c. Mata bayi terlihat sangat kuning

17.Bagaimana kita menilai bayi kuning merupakan gejala suatu penyakit? a. Mata dan kulit yang kuning pada bayi tidak menghilang dalam 10 hari b. Bayi terlihat lemah, pucat dan sakit

c. Mata dan kulit yang kuning pada bayi menghilang setelah 10 hari 18.Apa penyebab bayi kuning yang merupakan gejala suatu penyakit?

a. Kurang minum dan kebanyakan tidur b. Kelainan darah pada bayi


(59)

19.Apa bahaya bayi kuning yang merupakan suatu penyakit? a. Bayi meninggal

b. Bayi cacat c. Bayi sakit

20.Apa yang harus dilakukan bila bayi kuning lebih dari 10 hari? a. Jemur bayi di bawah sinar matahari pagi

b. Beri bayi ASI sesering mungkin c. Konsulkan bayi pada dokter anak

21.Muntah yang bagaimana yang harus diwaspadai?

a. Keluarnya seluruh isi lambung selesai bayi menyusu b. Muntah menyembur

c. Muntah terus menerus dan suhu tubuh panas 22.Apa penyebab muntah pada bayi yang bahaya?

a. Bayi demam b. Bayi infeksi c. Bayi kekenyangan

23.Muntah terus menerus pada bayi dapat mengakibatkan… a. Bayi kekurangan cairan

b. Bayi lemah c. Bayi demam

24.Apa bahaya muntah pada bayi yang terus menerus? a. Bayi sangat haus

b. Bayi meninggal c. Bayi sangat rewel

25.Apa yang harus dilakukan bila bayi muntah terus menerus? a. Memperhatikan pemberian susu pada bayi

b. Beri bayi minum sesering mungkin dan segera bawa ke pelayanan kesehatan c. Jangan memberi banyak minum bayi

IV. Sikap

No Hipotermi SS S TS STS

1 2..

3. 4. 5.

Bila suhu tubuh bayi dingin ibu dapat menghangatkannya dengan meletakkan bayi di atas dada ibu dan berada dalam satu pakaian. Bila suhu tubuh bayi dingin ibu akan segera membawa bayi ke pelayanan kesehatan terdekat.

Suhu tubuh dingin pada bayi baru lahir merupakan hal yang biasa, jadi ibu tidak perlu khawatir.

Jika pakaian bayi basah ibu akan segera menggantinya

Bila tubuh bayi teraba dingin ibu tidak perlu membungkus bayi dengan pakaian dan selimut yang tebal

.No Hipertermi/demam SS S TS STS


(60)

59 7.

8. 9. 10.

Jika bayi demam ibu akan menyelimuti dan memakaikan pakaian tebal pada bayi

Ibu akan memberikan ASI (Air Susu Ibu) sesering mungkin jika bayinya demam

Bila bayi demam ibu akan membuka seluruh pakaian dan menggunakan pakaian yang tipis pada bayi

Ibu akan segera membawa bayi ke pelayanan kesehatan terdekat bila panas tidak turun.

No Kejang SS S TS STS

11. 12. 13. 14.

15.

Bila bayi kejang ibu akan memberinya minum

Apabila bayi kejang ibu akan segera membawa bayi ke rumah sakit untuk mendapat perawatan lebih lanjut.

Kejang biasa terjadi pada bayi baru lahir, jadi ibu tidak akan khawatir Bila bayi baru lahir bergerak tidak biasa seperti tiba-tiba menangis melengking, gerakan tidak menentu, tubuh kaku, gerakan mulut seperti mengunyah dan menelan maka ibu segera menyimpulkan bahwa itu adalah kejang.

Jika bayi kejang disertai demam tinggi ibu akan menyelimuti bayi dengan selimut tebal.

No Ikterus/Kuning SS S TS STS

16. 17. 18. 19. 20.

Jika bayi kuning ibu akan menjemur bayi di bawah sinar matahari pagi

Jika bayi kuning ibu akan memberi ASI sesering mungkin pada bayi Ibu akan waspada bila bayi kuning timbul pada minggu pertama Ibu akan mengonsultasikan bayi jika kuning pada mata dan kulit bayi tidak menghilang setelah 10 hari.

Bila bayi kuning kotorannya berwarna pucat, ibu merasa ini gejala biasa dan tidak perlu penanganan serius.

No Muntah SS S TS STS

21. 22. 23. 24. 25.

Bila bayi banyak muntah ibu takut memberi minum banyak pada bayi Saat bayi muntah ibu akan segera memperhatikan bentuk muntah bayi Muntah pada bayi hal yang biasa jadi ibu tidak akan khawatir, cukup hanya mengganti baju bayi yang basah terkena muntah.

Untuk mencegah muntah pada bayi, selesai menyusu ibu selalu menyendawakan bayi.

Bila bayi muntah terus menerus ibu akan segera membawanya ke pelayanan kesehatan

Keterangan:

SS : Sangat Setuju S : Setuju

TS : Tidak Setuju


(61)

KUNCI JAWABAN

1. B 11. A 21. C

2. A 12. A 22. B

3. C 13. B 23. A

4. A 14. B 24. B

5. B 15. C 25. B

6. C 16. A

7. A 17. A

8. B 18. C

9. C 19. A


(62)

(63)

(64)

(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama : Nurjannah

Tempat/ Tanggal lahir : Sei Rampah, 30 Januari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 4 dari 5 bersaudara Agama : Islam

Alamat : Dsn II Desa Cemp Lobang Kec. Sei Rampah Kab. Serdang Bedagai

DATA ORANG TUA

Nama ayah : Alm. Sutrisno Pekerjaan : -

Nama ibu : Hj. Mestika Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : Dsn II Desa Cemp Lobang Kec. Sei rampah Kab. Serdang Bedagai

PENDIDIKAN

Tahun 1993-1999 : SD Negeri 104302 Cempedak Lobang Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 1 Sei Rampah

Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 1 Sei Rampah

Tahun 2005-2008 : Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai Tahun 2010-2011 : Mahasiswa D-IV Bidan Pendidik Fkep USU Medan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

68

DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI

Nama : Nurjannah

Tempat/ Tanggal lahir : Sei Rampah, 30 Januari 1987 Jenis Kelamin : Perempuan

Anak ke : 4 dari 5 bersaudara Agama : Islam

Alamat : Dsn II Desa Cemp Lobang Kec. Sei Rampah Kab. Serdang

Bedagai DATA ORANG TUA

Nama ayah : Alm. Sutrisno

Pekerjaan : -

Nama ibu : Hj. Mestika

Pekerjaan : Pensiunan PNS

Alamat : Dsn II Desa Cemp Lobang Kec. Sei rampah Kab. Serdang

Bedagai PENDIDIKAN

Tahun 1993-1999 : SD Negeri 104302 Cempedak Lobang

Tahun 1999-2002 : SLTP Negeri 1 Sei Rampah

Tahun 2002-2005 : SMA Negeri 1 Sei Rampah

Tahun 2005-2008 : Akademi Kebidanan Kholisatur Rahmi Binjai