Efektivitas Bubu Lipat Modifikasi dengan Jenis Umpan Berbeda pada Penangkapan Lobster di Perairan Pelabuhanratu.
ABSTRAK
MUKHLISH, C44070078. Efektivitas Bubu Lipat Modifikasi dengan Jenis Umpan Berbeda pada Penangkapan Lobster di Perairan Pelabuhanratu. Dibimbing oleh Mulyono S. Baskoro dan Zulkarnain.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas bubu lipat modifikasi dan penggunaan umpan cacing tanah pada penangkapan lobster. Penelitian ini dilaksanakan dengan metode uji coba penangkapan (experimental fishing). Desain penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan dua faktor, yaitu jenis bubu lipat dan jenis umpan dan jumlah ulangan sebanyak 20 trip penangkapan. Faktor jenis bubu lipat terdiri dari bubu lipat rajungan sebagai bubu lipat satandar (S), bubu lipat modifikasi pintu samping satu pintu (PS), dan bubu lipat pintu atas satu pintu (PA). Faktor umpan terdiri dari umpan ikan tembang (Sardinella fimbriata) sebagai umpan standar dan cacing tanah (Lumbricus rubellus) sebagai umpan alternatif. Hasil tangkapan terdiri dari hasil tangkapan utama yaitu spiny lobster (Panulirus spp.) dan hasil tangkapan sampingan (by-catch). Komposisi hasil tangkapan secara total didominasi oleh hasil tangkapan sampingan yaitu sekitar 67,35 %, hasil tangkapan utama sebesar 32,65 %. Hasil tangkapan sampingan didominasi oleh spesies rajungan sebanyak 37 ekor (37,75 %), sotong (Sepiasp.) sebanyak 23 ekor (23,47 %), ikan sebanyak 5 ekor (5,10 %) dan udang mantis 1 ekor (1,02 %). Hasil tangkapan utama terdiri dari 30 ekor (30.61 %) Panulirus homarus, satu ekor (1.02 %) Panulirus versicolor, dan satu ekor (1.02 %) Panulirus ornatus. Perbandingan hasil tangkapan dari kedua jenis umpan memiliki nilai yang tidak berbeda nyata dengan taraf nyata 5 %. Sedangkan dari tiga jenis bubu, hasil tangkapan bubu lipat standar lebih baik dari bubu lipat pintu samping, dan bubu lipat pintu samping lebih baik dari bubu lipat pintu atas (S > PS > PA).
(2)
ABSTRACT
MUKHLISH, C44070078. The Effectiveness of Modification Collapsible Pot with Two Type Different Bite on Lobsters Catches in The of Pelabuhanratu. Mentored by Mulyono s. Baskoro and Zulkarnain.
The purpose of this research is to find out the effectiveness the modified of collapsible pot and the use of bait on catching lobsters. This research is conducted by the experimental fishing method. Design research using the Completely Randomize Design with two factors. The factors is collapsible pot type and type of bait with the number of catching repeats as much as 20 trip. Factors of collapsible pot consists of the swimming crab pots as the standar of collapsible pot (S) and two modified of collapsible pots. The modification is the pot that have one funnel on aside (PS) and the pot that have one funnel on top (PA). The bait factors consists of bait fish Fringescale sardinella (Sardinella fimbriata) as standard bait and worm (Lumbricus rubellus) as an alternative bait. The catch is consist of the main target catches is that the spiny lobster (Panulirus spp.) and sideline catches (by-catch) or total catch. The totally composition of catches dominated by sideline catches (by-catch) about 67,35 %, and target catches about 32,65 %. The by-catch is dominated by species of swimming crabs about 37 (37,75 %), cuttlefish (Sepia sp.) about 23 (23,47 %), fish about 5 (5.10 %) and mantis shrimp (1.02 %). The main target catches consist of scalloped spiny lobsters (Panulirus homarus) about 30 (30.61 %), one painted rock lobster (Panulirus versicolor) (1.02%), and one ornate rock lobster (Panulirus ornatus) (1.02 %). Comparison of two types of catches bait has a value that is not significantly different ( = 5 %). Between three kinds of pots, catches standar collapsible pot better than one funnel aside collapsible pot, and one funnel aside collapsible pot better than one funnel on top collapsible pot (S > PS > PA).
(3)
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sukabumi merupakan salah satu pusat konsentrasi nelayan, dimana di sepanjang teluk Pelabuhanratu merupakan daerah operasi penangkapan ikan. Sebagian besar nelayan merupakan nelayan kecil seperti nelayan buruh dan nelayan tradisional yang menangkap ikan tidak jauh dari sekitar teluk, seperti nelayan bubu, rawai layur, payang, pancing, jaring insang, jaring tiga lapis, bagan dan lain-lain. Nelayan-nelayan tersebut merupakan nelayan yang bekerja mengikuti musim, berganti musim berganti pula pola, cara dan alat tangkap yang digunakan.
Perikanan udang karang seperti lobster (spiny lobster) di Indonesia telah lama dikenal tapi perkembangan alat dan metode penangkapannya sangat minim. Lobster memiliki harga yang cukup tinggi dan memiliki permintaan yang tinggi, baik lokal maupun ekspor. Kebanyakan nelayan teluk Pelabuhanratu menangkap lobster dengan cara menyelam karena lebih mudah dilakukan, mereka hanya membutuhkan kacamata selam untuk menyelam, tetapi hal ini hanya bisa dilakukan di daerah dangkal dan sangat beresiko bagi penyelam itu sendiri, karena karakteristik pantai selatan yang bergelombang yang akan menyeret penyelam dan menghempaskannya ke batu karang.
Menurut Ayodhoya (1981), berhasilnya suatu usaha penagkapan ikan banyak bergantung kepada pengetahuan mengenai tingkah laku ikan agar dapat menemukan keberadaan ikan. Pengetahuan tingkah laku ikan sebagai individu ataupun sebagai kelompok pada suatu saat tertentu ataupun pada suatu periode musim, dan dalam keadaan alamiah ataupun dalam keadaan diberikan perlakuan-perlakuan penangkapan (fishing). Oleh karena itu, dapat diterapkan metode dan desain alat penangkap ikan yang sesuai. Pengetahuan tentang penyebaran ikan merupakan pengetahuan yang tidak kecil artinya bagi perencanaan suatu alat tangkap maupun metode penangkapan ikan yang dilakukan.
Alat yang aman dan mudah dioperasikan di daerah karang yaitu jenis bubu. Menurut Sudirman dan Mallawa (2004), bubu dasar biasa dibuat dari anyaman bambu, anyaman rotan, anyaman kawat dan barang-barang buatan lainnya.
(4)
2
Bentuknya bermacam-macam, ada yang berbentuk silinder, lingkaran, empat persegi panjang, segitiga memanjang dan sebagainya. Dalam pengoperasiannya dapat menggunakan umpan atau tanpa umpan. Bubu dioperasikan dengan cara dipasang secara tetap di dalam air untuk jangka waktu tertentu yang memudahkan ikan masuk dan mempersulit keluarnya. Beberapa nelayan sudah ada yang menggunakan bubu lipat rajungan untuk menangkap lobster.
Penelitian ini menggunakan bubu lipat dari hasil modifikasi bubu lipat rajungan yang memiliki dua buah pintu. Bubu modifikasi hanya memili satu buah pintu masuk yaitu satu jenis bubu lipat dengan pintu masuk berada di samping dan satu jenis lagi berada pada bagian atas bubu, hal ini ditujukan untuk mengoptimalkan penggunaan ruang pada bubu sehingga lebih luas dengan tujuan agar bisa menampung lebih banyak hasil tangkapan (Thomas, 1973 dalam Zulkarnain, 2011). Bubu lobster yang telah ada memili konstruksi dari kayu dan besi yang kaku (fixed), berat dan membutuhkan ruang yang besar pada kapal dalam pengangkutannya. Dengan menggunakan bubu yang bisa dilipat akan membutuhkan ruang dek kapal yang lebih sedikit dan bisa dibawa dalam jumlah yang banyak (Zulkarnain, 2012). Bubu adalah alat tangkap perangkap atau jebakan yang sifatnya pasif. Penggunaan bubu untuk lobster sesungguhnya adalah menggunakan jenis bubu yang digunakan untuk menangkap ikan-ikan karang. Bermacam ukuran yang disesuaikan dengan kedalaman perairan. Bubu dapat dibedakan menjadi dua jenis berdasarkan letak mulutnya, yaitu bubu dengan satu mulut pada bagian atas, dan bubu dengan dua mulut pada bagian samping (Thomas, 1973 dalam Zulkarnain, 2012).
(5)
3
Salah satu faktor penting masuknya ikan kedalam perangkap adalah umpan. Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan (stimulus) yang bersifat fisika dan kimia yang dapat memberikan respons bagi ikan-ikan tertentu pada proses penangkapan ikan. Umpan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan dalam usaha penangkapan, baik masalah jenis umpan, sifat, dan cara pemasangan (Sadhori, 1985).
Menurut Martasuganda (2008), masuknya ikan ke dalam bubu karena tertarik dengan umpan. Sebagian besar nelayan menggunakan ikan sebagai umpan, karena ikan mudah dibeli dari nelayan lainnya, tetapi dengan membeli ikan berarti menambah modal.
Hal tersebut di atas melatar belakangi penulis untuk mengenalkan jenis umpan alternatif yang mudah didapatkan bahkan bisa dikembangkan oleh nelayan dengan mudah yaitu cacing tanah (Lumbricus rubellus). Cacing tanah mampu tumbuh dan berkembang biak pada media yang miskin hara dan dalam jumlah produksi besar yaitu 79 - 106 kokon/tahun, satu kokon berisi 2 - 20 telur dan akan menetas setelah dua sampai lima minggu. Cacing tanah mengandung protein yang lebih tinggi dari kandungan protein yang ada pada mamalia dan ikan (Kumolo, 2011).
Cacing L. rubellus telah dimanfaatkan secara luas seperti penghasil pupuk organik, bahan pakan ternak, umpan pancing, bahan baku obat dan kosmetik, makanan, dan minuman. Secara umum kandungan gizi pada cacing yaitu protein (64 76 %), lemak (7 10 %), Ca (0,55 %), P (1 %) dan serat kasar (1,08 %) (Palungkun, 1999). Komposisi asam amino cacing terdiri dari sembilan asam amino esensial seperti arginin, histidin, leusin, metionin, fenilalanin, treonin, dan valin, dan empat asam amino non esensial yaitu sistein, glisin, serin, dan tirosin (Subandrio, 2004). Menurut Riyanto (2008) kandungan-kandungan tersebut di atas diidentifikasi sebagai perangsang nafsu makan ikan. Menurut pendapat Hansen dan Reutter (2004) bahwa ikan predator (buas) yang memakan makanan yang tidak hidup menggunakan sistem penciuman mereka untuk dapat merangsang makan dan dapat membedakan stimuli asam amino.
Penggunaan alat bantu penangkapan, seperti umpan, pada bubu dasar atau bubu karang merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan efektivitas
(6)
4
penangkapan dan sekaligus dapat mencegah masalah kerusakan terumbu karang. Beberapa ahli perikanan sependapat bahwa umpan merupakan alat bantu perangsang yang mampu memikat sasaran penangkapan dan sangat beengaruh untuk meningkatkan efektivitas alat tangkap (Yudha, 2006). Hal-hal tersebut di atas menunjukkan bahwa dibutuhkan penelitian mengenai penggunaan bubu lipat pintu samping dan pintu atas sebagai modifikasi dari bubu lipat rajungan dan umpan alternatif yang efektif untuk menangkap lobster.
1.2 Tujuan
Tujuan penelitian ini adalah:
1) Membandingkan efektivitas penangkapan bubu lipat modifikasi, yaitu bubu modifikasi pintu atas dan bubu modifikasi pintu samping dengan bubu lipat standar di Desa Kertajaya.
2) Mengetahui pengaruh umpan cacing terhadap hasil tangkapan lobster dibandingkan dengan umpan ikan tembang.
1.3 Manfaat
Semakin mahalnya harga ikan, maka akan menambah pengeluaran bagi nelayan bubu yang menggunakan ikan sebagai umpan utama dalam pengoperasian bubu. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan alternatif umpan selain ikan dalam pengoperasian bubu, dimana umpan alternatif tersebut dapat dibudidayakan dengan biaya yang murah. Selain itu penelitian juga memberikan informasi jenis sumber daya ikan hasil tangkapan bubu lipat.
(7)
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DeskripsiSpiny Lobster(Panulirusspp.) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi
Tubuh lobster diselubungi dengan kerangka kulit yang keras dan mengandung zat kapur serta terdapat duri duri Gambar Pada kerangka terdapat warna warna yang indah Duri duri besar dan kecil yang kuat serta tajam mulai dari ujung sungut kedua kepala bagian belakang badannya ✁ ✂✄ ☎✆ ✝✞✟ ✠ dan lembaran ekornya Subani
Sumber✡http✡ ☛ ☛www☞breef org Desember
Gambar Morfologi
Menurut Holthuis lobster yang terkait dengan Genus diklasifikasikan sebagai berikut
Kingdom✌ Animalia
Phylum✌ Arthropoda
Kelas✌Crustacea
Ordo✌ Decapoda
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DeskripsiSpiny Lobster(Panulirusspp.) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi
Tubuh lobster diselubungi dengan kerangka kulit yang keras dan mengandung zat kapur serta terdapat duri duri ✁Gambar ✍✠✎ Pada kerangka
terdapat warna warna yang indah✎ Duri duri besar dan kecil yang kuat serta tajam
mulai dari ujung sungut kedua ✁ ✏ ✞✑✆ ✟ ☎ ✂✟✒ ✞✟✟ ✂✠✓ kepala✓ bagian belakang
badannya dan lembaran ekornya ✁Subani✓ ✍✔✕ ✖ ✠✎
Sumber http www breef☞org ✗✘ ✘ Desember ✘✙✚✚ ✛☞
Gambar✍ Morfologi✏✜✢✟✣✤✆✄ ✏✒ ✞✥✎
Menurut Holthuis ✁✍✔✔✍✠✓ lobster yang terkait dengan Genus
diklasifikasikan sebagai berikut✌
Kingdom Animalia Phylum Arthropoda
Kelas Crustacea Ordo Decapoda
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DeskripsiSpiny Lobster(Panulirusspp.) 2.1.1 Klasifikasi dan morfologi
Tubuh lobster diselubungi dengan kerangka kulit yang keras dan mengandung zat kapur serta terdapat duri duri Gambar Pada kerangka terdapat warna warna yang indah Duri duri besar dan kecil yang kuat serta tajam mulai dari ujung sungut kedua kepala bagian belakang badannya dan lembaran ekornya Subani
Sumber http www breef org Desember
Gambar Morfologi
Menurut Holthuis lobster yang terkait dengan Genus ✦✂✟✧✤✢ ✥✧✏ ✓
diklasifikasikan sebagai berikut Kingdom Animalia
Phylum Arthropoda Kelas Crustacea
(8)
★
Sub Ordo✩ Macrura Reptantia
Super Family✩ Palinuroidea
Family✩Palinuridae
Genus✩✪✫✬ ✭✮✯✰ ✭ ✱
Menurut Ritonga ✲✳ ✴ ✴★ ✵ lobster memiliki morfologi tubuh yang terbagi dua✶
yaitu bagian depan dan belakang✷ Bagian depan yaitu kepala yang bersatu
dengan dada disebut ✸✹✺ ✻✫✮ ✼✽ ✻✼✰✫ ✾ ✲karapas✵ dan bagian belakang disebut
✫✿ ❀✼❁✹✬✲ekor✵ yaitu dari perut hingga ekor✷
Ciri❂ciri morfologi lobster adalah sebagai berikut✩
❃✵ Badan besar dan dilindungi kulit keras yang mengandung zat kapur❄
Spesies ✩ ✪. ✫✰❅✭✱
✪❆✹✸ ✻✯✬ ✫✽✭✱ ✪❆❅✭ ✽t✫✽✭✱ ✪❆✯✬❇✮✫ ✽✭ ✱ ✪❆❈✫✺✼✬ ✯✸✫ ✱
✪❆✮ ✼✬❅✯✺ ✹ ✱✲Milne Edwards ❃❉★ ❉✵ ✪❆ ✼✰ ✬✫ ✽✭ ✱✲Fabricius ❃❊❋ ❉✵ ✪❆✺✹✬ ✯✸✯✮✮✫✽✭✱✲Olivier ❃❊❋❃✵ ✪❆●✹✰ ✱✯✸ ✼✮ ✼✰✲Latreille ❃❉✴❍✵ ✪❆ ✱✽✯❁✺✱ ✼✬ ✯
✪. ✸❅✬✭✱y ✪. ❅✰ ✫✸✯✮✯ ✱
✪. ✻✼❁✫ ✰ ✭ ✱✲Linnaeus ❃❊■❉✵ ✪. ✯✬ ✽✹✰ ✰✭ ✺✽✭✱
✪❆✮✫✹v✯✸✫ ✭❀✫ ✪❆ ❁✫✰❅✯✬ ✫✽✭✱ ✪❆✺✫✱✸✭ ✹✬ ✱✯ ✱
✪❆✺ ✼✮y✺ ✻✫❅✭ ✱ ✲Herbst ❃❊❋ ❏✵ ✪❆✰✹❅✯✭ ✱
(9)
❑
▲▼ Mempunyai duri◆duri keras dan tajam❖ terutama di bagian atas kepala dan
antena atau sungutP
◗▼ Pasangan kaki jalan tidak punya ❘❙ ❚❯❱ atau capit❖ kecuali pasangan kaki
kelima pada betinaP
❲▼ Dalam periode pertumbuhan lobster selalu berganti kulit ❳❨❩ ❬❯❭❪ ❫t ▼P
❴▼ Memiliki warna bermacam◆macam yaitu❖ ungu❖ hijau❖ merah❖ dan abu◆abu❖
serta membentuk pola yang indahP
❵▼ Antena tumbuh baik❖ ❛erutama antena kedua yang melebihi panjang tubuhnya❜
2.1.2 Jenis lobster di pantai selatan Jawa dan sebarannya di dunia
Perairan Indonesia termasuk daerah penyebaran lobster❜ Penyebarannya
sangat luas diperkirakan mencapai ❵❜❑ ❝ ❝❜❞ ❞❞ km ❡
yang tersebar di ▲❢ provinsi❜
Provinsi◆provinsi yang produktif adalah Sumatra Utara❖ Sumatra Selatan❖
Bengkulu❖ Jawa Tengah❖ Jawa Barat❖ Jawa Timur❖ Bali❖ Kalimantan Timur❖ dan
Sulawesi Selatan❜ Perairan wilayah Indonesia bagian barat meliputi perairan barat
Sumatra❖ sebagian selatan Bengkulu❖ perairan selatan Jawa❖ dan perairan Bali❜
Penyebaran lobster di perairan selatan Jawa meliputi Pangandaran❖ Pamengpeuk❖
dan Pelabuhanratu ❳Permatasari❖ ▲ ❞❞❵▼❜
Menurut ❣illiams ❳❢❝❤ ❵▼❖ jenis◆jenis ✐❥❭❪❦ ❯❩❧ ✐♠❚♥ yang tertangkap di
perairan selatan Jawa adalah♦ ❢▼ Lobster hijau pasir ❳♣❱❪❬❯❭♥❬✐ ❙❩ ❨❱♥❬✐▼P ▲▼
Lobster bunga ❳♣❱ ❪ ❬❯❭♥❬✐ ❯❩ ❪ ❫❭❥❚✐▼P ◗▼ Lobster mutiara ❳♣❱ ❪ ❬❯❭♥❬✐ ❩♥❪❱♠❬✐▼P ❲▼
Lobster batu ❳♣ ❱❪❬❯❭♥❬✐ ❥❚❪❭❘❭❯❯❱♠❬✐▼❖ ❴▼❜ Lobster bambu coklat ❳♣ ❱❪❬❯❭♥❬✐
❥❩❯❥❙❱❫❬✐y ▼P dan ❵▼ Lobster hijau bambu ❳♣❱ ❪ ❬❯❭♥❬✐q❚♥ ✐❭❘❩ ❯❩♥▼❜
Ciri◆ciri khusus lobsteryang hidup di seluruh perairan pantai di Indonesia
adalah ❳Moosa dan Aswandy ❢ ❝❤❲PHolthuis❢ ❝❝ ❢▼ ♦
❢▼ ♣❱ ❪ ❬❯❭♥❬✐❙❩ ❨❱♥❬✐Linnaeus ❳❢❑ ❴❤▼
Lobster ini disebutr❘❱ ❯❯❩❥❚s ✐❥❭❪❦ ❯❩❧ ✐♠❚♥ ❳Inggris▼ atau udang karang atau
udang barong ❳Indonesia▼ ❳Gambar ▲▼❜ Lobster ini mempunyai warna dasar
kehijauan atau kecoklatan dengan dihiasi bintik◆bintik terang tersebar di seluruh
permukaan ✐❚ ❫❨❚❪ ❱❧s❩ ❨❚❪ t Kaki memiliki bercak◆bercak putih❜ Ukuran
panjang tubuh maksimum adalah ◗❢ cm❖ panjang karapas ❢▲ cm dan rata◆rata
(10)
hidup berkoloni✉ Lobster mendiami perairan dangkal antara m kebanyakan
berada pada kedalaman m dan tinggal diantara batu batu di daerah berombak✈ kadang✇kadang di air agak keruh Lobster muda mempunyai toleransi
yang cukup besar terhadap kekeruhan sedangkan lobster dewasa lebih menyukai perairan yang jernih dan bersih
Sumber①Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Linnaeus
Penyebaran secara geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat Afrika Timur ke Jepang✈ Indonesia Australia dan Kaledonia Baru Penyebaran lobster
ini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk✈ ②acitan Tanjung Panaitan n Kepulauan Seribu Gambar
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan①daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran
lobster u u u di seluruh dunia
Gambar③ Penyebaran geografis lobster hijau pas
Linnaeus
hidup berkoloni Lobster mendiami perairan dangkal antara ④ ✇⑤⑥m kebanyakan
berada pada kedalaman ④ ✇ ⑦ m dan tinggal diantara batu✇batu di daerah
berombak kadang kadang di air agak keruh✉ Lobster muda mempunyai toleransi
yang cukup besar terhadap kekeruhan✈ sedangkan lobster dewasa lebih menyukai
perairan yang jernih dan bersih✉
Sumber Moosa dan Aswandi⑧⑨ ⑩❶ ❷❸Holthuis⑨⑩⑩⑨ ❹
Gambar❺ ❻❼ ❽❾ ❿➀➁❾ ➂➃ ➄➅❼ ➁❾ ➂Linnaeus ➆ ④➇ ⑦➈➉ ✉
Penyebaran secara geografis lobster ini berada di Indo✇Pasifik barat Afrika
Timur ke Jepang Indonesia✈ Australia dan Kaledonia Baru✉ Penyebaran lobster
ini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk acitan✈ Tanjung Panaitan✈ ➊➋n Kepulauan Seribu➆Gambar
Sumber①Moosa dan Aswandi⑧⑨ ⑩❶ ❷❸Holthuis⑨⑩⑩⑨ ❹
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran lobster➌ ➍ ➎u➏ ➐ ➑u➒➓ ➔→➍➑u➒ di seluruh dunia❹
Gambar Penyebaran geografis lobster hijau pas➀➁➣❻❼❽❾❿➀➁❾ ➂
Linnaeus✈④➇ ⑦➈➉ ✉
➈
hidup berkoloni Lobster mendiami perairan dangkal antara ⑥m✈ kebanyakan
berada pada kedalaman m dan tinggal diantara batu✇batu✈ di daerah
berombak kadang kadang di air agak keruh Lobster muda mempunyai toleransi yang cukup besar terhadap kekeruhan sedangkan lobster dewasa lebih menyukai perairan yang jernih dan bersih
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Linnaeus
Penyebaran secara geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat✈ Afrika
Timur ke Jepang Indonesia Australia dan Kaledonia Baru Penyebaran lobster ini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu✈
Pameungpeuk acitan Tanjung Panaitan n Kepulauan Seribu➆Gambar ③➉ ✉
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran lobster u u u di seluruh dunia
Gambar Penyebaran geografis lobster hijau pas ❾ ➂➃ ➄➅❼ ➁❾ ➂
(11)
↔↕➙➛ ➜➝ ➞➟➠ ➝ ➡➞➢ ➜➤➟➥ ➦➡ Milne Edwards
Lobster ini disebut Inggris atau lobster bunga
➧Indonesia↕ ➧Gambar Lobster ini berwarna dasar kecoklatan dengan warna
kebiruan pada ruas A berbintik bintik putih Kaki jalan
berbintik➨bintik putih dengan warna pucat memanjang pada tiap tiap ruas kaki
Ukuran panjang tubuh maksimum adalah cm dengan rata rata panjang tubuh antara ↔➩ ➨ ↔➫ cm➭ dan maksimum panjang karapas cm dengan rata rata
panjang karapas antara cm mendiami tempat yang
sedikit terlindung dan menyukai perairan yang bersifat oseanik Lobsterini tinggal di dalam lubang batu atau karang dan pada malam hari naik ke tubir untuk mencari makan➯ Lobster hidup di air yang jernih atau sedikit keruh pada
kedalaman antara ➲ ➨ m meskipun ditemukan juga pada kedalaman perairan
➲↔↔ m↕ di daerah berbatu dan terumbu karang aktif di malam hari dan hidup
soliter➯
Sumber➳Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Milne Edwards
Penyebaran geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat Afrika timur ke Jepang dan Polinesia Dua sub spesies yang dikenali sebagai .
adalah lobster wilayah barat yang mendiami Afrika timur ke Thailand Taiwan Filipina dan Indonesia sedangkan lobster wilayah timur yang dikenali dengan sub➨spesies ➙. ➵➦➸➢ mendiami Jepang Maluku Papua New Guinea
Australia timur➭ Kaledonia baru dan Polinesia Penyebaran lobster ini di wilayah
perairan pulau Jawa adalah di perairan Pangandaran dan Situbondo Gambar
➡ Milne Edwards ➧➲ ➺ ➻➺ ↕
Lobster ini disebut ➼ ➢➜ ➤➞➦➤ ➤➦➽ ➡➥➟ ➜➾ ➞➢➚ ➡➪ ➦➠ ➧Inggris↕ atau lobster bunga
Indonesia Gambar ➶↕➯ Lobster ini berwarna dasar kecoklatan dengan warna
kebiruan pada ruas ➛ ➜➪ ➦➜➜➛ ➹ A➚➽➢➸➦➜ berbintik➨bintik putih Kaki jalan
berbintik bintik putih dengan warna pucat memanjang pada tiap tiap ruas kaki Ukuran panjang tubuh maksimum adalah ➘➩ cm dengan rata➨rata panjang tubuh
antara cm➭ dan maksimum panjang karapas ➲ ↔ cm dengan rata rata
panjang karapas antara ➺ ➨ ➲➩ cm➯ ➙➛ ➜➝ ➞➟➠ ➝➡ ➞➢ ➜➤➟➥ ➦➡ mendiami tempat yang
sedikit terlindung dan menyukai perairan yang bersifat oseanik➯ Lobsterini tinggal
di dalam lubang batu atau karang dan pada malam hari naik ke tubir untuk mencari makan Lobster hidup di air yang jernih atau sedikit keruh pada kedalaman antara ➨ ➲ ➺ m ➧meskipun ditemukan juga pada kedalaman perairan
m di daerah berbatu dan terumbu karang➭ aktif di malam hari dan hidup
soliter
Sumber Moosa dan Aswandi➴➷ ➬➮ ➱✃Holthuis➷➬➬➷ ❐
Gambar➶ ➙➛➜➝➞➟➠ ➝ ➡➞➢ ➜➤➟➥ ➦➡ Milne Edwards ➧➲ ➺ ➻
Penyebaran geografis lobster ini berada di Indo➨Pasifik barat Afrika timur
ke Jepang dan Polinesia➯ Dua sub➨spesies yang dikenali sebagai .
adalah lobster wilayah barat yang mendiami Afrika timur ke Thailand Taiwan Filipina dan Indonesia➭ sedangkan lobster wilayah timur yang dikenali dengan
sub spesies . ➠ ➟ ➡➪➠➟ ➤➛ mendiami Jepang➭ Maluku➭ Papua New Guinea
Australia timur Kaledonia baru dan Polinesia➯ Penyebaran lobster ini di wilayah
perairan pulau Jawa adalah di perairan Pangandaran dan Situbondo Gambar
❒
Milne Edwards
Lobster ini disebut Inggris atau lobster bunga
Indonesia Gambar Lobster ini berwarna dasar kecoklatan dengan warna kebiruan pada ruas A berbintik bintik putih➯ Kaki jalan
berbintik bintik putih dengan warna pucat memanjang pada tiap➨tiap ruas kaki➯
Ukuran panjang tubuh maksimum adalah cm dengan rata rata panjang tubuh antara cm dan maksimum panjang karapas cm dengan rata➨rata
panjang karapas antara cm mendiami tempat yang
sedikit terlindung dan menyukai perairan yang bersifat oseanik Lobsterini tinggal di dalam lubang batu atau karang dan pada malam hari naik ke tubir untuk mencari makan Lobster hidup di air yang jernih atau sedikit keruh pada kedalaman antara m meskipun ditemukan juga pada kedalaman perairan m di daerah berbatu dan terumbu karang aktif di malam hari dan hidup soliter
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Milne Edwards ➺↕ ➯
Penyebaran geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat➭ Afrika timur
ke Jepang dan Polinesia Dua sub spesies yang dikenali sebagai ➙. ➞ ➢➜ ➤➟➥➦➡
adalah lobster wilayah barat yang mendiami Afrika timur ke Thailand➭ Taiwan➭
Filipina dan Indonesia sedangkan lobster wilayah timur yang dikenali dengan
sub spesies . mendiami Jepang Maluku Papua New Guinea➭
Australia timur Kaledonia baru dan Polinesia Penyebaran lobster ini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan Pangandaran dan Situbondo➧Gambar ➫↕ ➯
(12)
Sumber❮Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan❮daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran
lobster u u di seluruh dunia
Gambar❰ Penyebaran geografis lobster bunga Milne
Edwards
ÏÐÑÒ ÓÔ ÕÖ× Ô ØÙ× ÓÒ ÚÔØFabricius
Lobster ini disebut Inggris atau lobster mutiara
ÛIndonesiaÐ ÛGambar Memiliki warna dasar biru kehijauan sampai biru
kekuninganÜ Ý Þßà Þ berwarna kegelapan pada bagian tengah dan
bagian sisi mempunyai bercak putih Kaki memiliki bercak bercak putih Lobster ini mendiami perairan dangkal di pantai antara m yang kadang kadang sedikit keruhá tetapi juga ditemukan pada kedalaman lebih dari m Hidup di
substrat beasir dan berlumpur kadang kadang di bawah batu dan terumbu karang Lobster ini memiliki ukuran panjang maksimum hingga cm tetapi biasanya ukurannya jauh lebih kecil yaitu antara cm
Sumber❮Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Fabricius
Sumber Moosa dan Aswandiâã äå æçHolthuisãääã è
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran lobsteré ê ëuì í îuï ì ð ëñí òó ïdi seluruh duniaè
Gambar Penyebaran geografis lobster bunga Û ÑÒÓÔÕÖ×ÔØÕÙÓß Milne
Edwardsá ô õö õÐÜ
Fabricius Ûô ÷ ø õÐ
Lobster ini disebut ù× ÓÒ ÚÞ ØúÖ Óû ÕÙü ØÚÞ× ÛInggrisÐ atau lobster mutiara
Indonesia Gambar ö ÐÜ Memiliki warna dasar biru kehijauan sampai biru
kekuningan ÞÓ ÒüýÙà ÞÓ berwarna kegelapan pada bagian tengah dan
bagian sisi mempunyai bercak putihÜ Kaki memiliki bercakþbercak putih Lobster
ini mendiami perairan dangkal di pantai antara ô þ õ m yang kadang kadang
sedikit keruh tetapi juga ditemukan pada kedalaman lebih dari ❰ m Hidup di
substrat beasir dan berlumpurá kadangþkadang di bawah batu dan terumbu karang
Lobster ini memiliki ukuran panjang maksimum hingga ❰ÿ cmá tetapi biasanya
ukurannya jauh lebih kecilá yaitu antara ÏÿþÏ❰cmÜ
Sumber Moosa dan Aswandiâã äå æçHolthuisãääã è
Gambarö ÑÒ ÓÔ ÕÖ× Ô ØÙ× ÓÒÚÔ Ø Fabricius Ûô÷øõÐÜ
ôÿ
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan derah sebaran
lobster u u di seluruh dunia
Gambar Penyebaran geografis lobster bunga ÓßÖúÞØ Milne
Edwards Fabricius
Lobster ini disebut Inggris atau lobster mutiara
Indonesia Gambar Memiliki warna dasar biru kehijauan sampai biru
kekuningan berwarna kegelapan pada bagian tengah dan
bagian sisi mempunyai bercak putih Kaki memiliki bercak bercak putihÜ Lobster
ini mendiami perairan dangkal di pantai antara m yang kadangþkadang
sedikit keruh tetapi juga ditemukan pada kedalaman lebih dari ❰ÿ mÜ Hidup di
substrat beasir dan berlumpur kadang kadang di bawah batu dan terumbu karangÜ
Lobster ini memiliki ukuran panjang maksimum hingga cmá tetapi biasanya
ukurannya jauh lebih kecil yaitu antara cm
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
(13)
Penyebaran geografis lobster ini berada di Indo Pasifik barat dari Laut Merah dan Afrika timur ke selatan Jepang Kepulauan Solomon Papua New Guinea Australia Kaledonia Baru dan Fiji Tahun lobster ini ditemukan di pantai timur Israel di Mediterania Penyebaran lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu ameungpeuk Tanjung Panaitan n kepulauan Seribu Gambar
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran lobster u u tu di seluruh dunia
Gambar Penyebaran geografis lobster mutiara Fabricius
Olivier
Lobster ini disebut Inggris atau lobster batu
Indonesia Gambar Lobster ini berwarna dasar hijau muda sampai hijau kecoklatan Lobste rjantan biasanya berwarna lebih gelap Kaki berwarna putih Mendiami perairan dangkal antara m dengan substrat berbatu Kondisi air jernih tidak dipengaruhi oleh sungai seringkali dalam zona dan dalam perairan bergelombang Oleh karena itu sering berada di dekat pantai dan pulau pulau kecil Lobster ini aktif pada malam hari dan hidup soliter Panjang tubuh maksimum sekitar cm panjang tubuh lobster dewasa sekitar cm Lobster jantan biasanya jauh lebih besar dibandingkan betina
(14)
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Olivier
Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat dan Pasifik timur yaitu Laut Merah✁ timur Afrika ke Jepang Hawaii Samoa dan Kepulauan Tuamotu dan
lebih ke timur ke pulau pulau lepas pantai barat Amerika Pulau Clipperton Kepulauan Revillagigedo Pulau Cocos Kepulauan Galapagos dan di beberapa daerah dekat pantai Meksiko Sinaloa Nayarit dan Guerrero Penyebaran lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu✁ ✂ameungpeuk acitan n Tanjung Panaitan Gambar
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran lobster✄☎ ✆u u tu di seluruh dunia
Gambar✝ Penyebaran geografis lobster batu
Olivier
✞✟✠✡ ☛☞ ✌✍✎ ☞ ✏✑✒ ✌y✑✓✡ ✔ Herbst
Lobster ini disebut Inggris atau lobster bambu coklat
✕Indonesia✟ ✕Gambar Lobster ini memiliki warna dasar hijau muda kebiruan
dengan garis putih melintang terdapat pada setiap segmen Kaki memiliki bercak
Sumber Moosa dan Aswandi✖✗ ✘✙ ✚✛Holthuis✗✘✘✗ ✜
Gambar✢ ✠✡ ☛☞ ✌✍✎ ☞ ✏✑✣☛✍✤✍ ✌✌✡✥☞ ✏Olivier ✕✦ ✧✝✦✟★
Penyebaran geografis berada di Indo✩Pasifik barat dan Pasifik timur yaitu
Laut Merah timur Afrika ke Jepang✁ Hawaii✁ Samoa dan Kepulauan Tuamotu dan
lebih ke timur ke pulau✩pulau lepas pantai barat Amerika ✕Pulau Clipperton
Kepulauan Revillagigedo✁ Pulau Cocos✁ Kepulauan Galapagos✟ dan di beberapa
daerah dekat pantai Meksiko ✕Sinaloa✁ Nayarit dan Guerrero✟ Penyebaran
lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu ameungpeuk✁ ✂acitan✁✪ ✫n Tanjung Panaitan✕Gambar
Sumber Moosa dan Aswandi✖✗ ✘✙ ✚✛Holthuis✗✘✘✗ ✜
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran lobster ☎✆u✬ ✭✮✯u ✰ ✱ ✆✭✲ ✭ ✬ ✬☎tu✯ di seluruh dunia✜
Gambar Penyebaran geografis lobster batu ✕✠✡☛☞ ✌✍✎ ☞ ✏✑✣☛
Olivier✁ ✦ ✧✝✦✟★
y ✔☞✏ Herbst ✕✦ ✧✝✳✟
Lobster ini disebut ✴☞✵ ✏ ✑✍ ☛✶ ✌✒✷✏✥✣✎ ✕Inggris✟ atau lobster bambu coklat
Indonesia Gambar ✦ ✸✟★ Lobster ini memiliki warna dasar hijau muda kebiruan
dengan garis putih melintang terdapat pada setiap segmen★ Kaki memiliki bercak ✦✹
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Olivier
Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat dan Pasifik timur yaitu Laut Merah timur Afrika ke Jepang Hawaii Samoa dan Kepulauan Tuamotu dan lebih ke timur ke pulau pulau lepas pantai barat Amerika Pulau Clipperton✁
Kepulauan Revillagigedo Pulau Cocos Kepulauan Galapagos dan di beberapa daerah dekat pantai Meksiko Sinaloa Nayarit dan Guerrero✟★ Penyebaran
lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu ameungpeuk acitan n Tanjung Panaitan Gambar ✝✟★
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran lobster u u tu di seluruh dunia
Gambar Penyebaran geografis lobster batu ☛✍✤✍ ✌✌✡✥☞ ✏
Olivier
y Herbst
Lobster ini disebut Inggris atau lobster bambu coklat Indonesia Gambar Lobster ini memiliki warna dasar hijau muda kebiruan dengan garis putih melintang terdapat pada setiap segmen Kaki memiliki bercak✩
(15)
bercak putih✺ ✻ ✼✽ ✾✿ y mendiami perairan yang keruh dan sering
ditemukan hidup pada dasar laut yang berlumpur dengan kisaran kedalaman perairan antara ❀❁ ❂ ❃ m tapi biasanya pada kedalaman di bawah m Panjang
tubuh maksimum dapat mencapai cm dengan rata rata panjang tubuh antara
❁ ❄ ❅ cm✺ Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat mulai dari pantai
Pakistan dan India hingga Vietnam Filipina Indonesia barat laut Australia dan teluk Papua✺ Penyebaran lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah
di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk dan Tanjung Panaitan Gambar
❆❆❇ ✺
Sumber❈Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar y Herbst
Sumber❈Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan❈daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran
lobster❉❊ ❋u u u di seluruh dunia
Gambar❆ ❆ Penyebaran geografis lobster bambu coklat y
Herbst
bercak putih ✿●❍ ✾■ ❏❑✿y❏▲ ✼▼ ✾■ mendiami perairan yang keruh dan sering
ditemukan hidup pada dasar laut yang berlumpur dengan kisaran kedalaman perairan antara ❃ m◆ tapi biasanya pada kedalaman di bawah m Panjang
tubuh maksimum dapat mencapai ❖ ❃ cm dengan rata❁rata panjang tubuh antara
cm Penyebaran geografis berada di Indo❁Pasifik barat◆ mulai dari pantai
Pakistan dan India hingga Vietnam◆ Filipina◆ Indonesia◆ barat laut Australia dan
teluk Papua Penyebaran lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu◆ Pameungpeuk◆ dan Tanjung Panaitan Gambar
Sumber Moosa dan AswandiP◗ ❘❙ ❚❯Holthuis◗❘❘◗ ❱
Gambar❆❃ ✻✼✽✾✿●❍ ✾■ ❏❑ ✿y❏ ▲✼ ▼✾■ Herbst ❲ ❆❳❂❀❇✺
Sumber Moosa dan AswandiP◗ ❘❙ ❚❯Holthuis◗❘❘◗ ❱
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran lobster ❊❋u❨ ❩❬❭u ❪ ❫ ❨❴❪ ❵❊❛u❭ di seluruh dunia❱
Gambar Penyebaran geografis lobster bambu coklat ❲✻✼✽✾✿ y
Herbst◆❆❳ ❂ ❀ ❇✺
❆ ❀
bercak putih y mendiami perairan yang keruh dan sering ditemukan hidup pada dasar laut yang berlumpur dengan kisaran kedalaman perairan antara m tapi biasanya pada kedalaman di bawah ❖❃m✺ Panjang
tubuh maksimum dapat mencapai cm dengan rata rata panjang tubuh antara ❄❃
cm Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat mulai dari pantai Pakistan dan India hingga Vietnam Filipina Indonesia barat laut Australia dan teluk Papua Penyebaran lobsterini di wilayah perairan selatan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk dan Tanjung Panaitan ❲Gambar
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar y Herbst
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran
lobster u u u di seluruh dunia
Gambar Penyebaran geografis lobster bambu coklat ●❍ ✾■ ❏❑✿y❏ ▲✼ ▼✾■
(16)
❜❝❞❡ ❢❣ ❤✐❥ ❣ ❦❧♠❥ ❦✐♥♦ ❤♦ Latreille
Lobster ini disebut Inggris atau lobster hijau bambu
♣Indonesia❝ ♣gambar q Lobster ini memiliki warna warni yang indah A
berwarna merah jambu di bagian dasarnya dan warna yang serupa juga terlihat pada bagian sisi karapas arna dasar lobsteradalah hijau terang dengan garis putih melintang yang diapit oleh garis hitam Pada lobsteryang masih muda warna dasarnya adalah kebiruan atau keunguan v mendiami perairan dangkal dari sublitoral hingga ke kedalaman m di daerah terumbu karangr di perairan yang jernih dan daerah Lobster ini aktif pada malam
hari dan hidup soliter Panjang tubuh maksimum dapat mencapai cm dan rata rata panjang tubuh adalah kurang dari cm
SumbersMoosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Latreille
Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat mulai dari Laut Merah dan seluruh pantai timur Afrika ke selatan Jepang Mikronesia Melanesia Australia utara dan Polinesia Penyebaran lobsterini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk Tanjung Panaitan kepulauan Seribur t ✉n Situbondo Gambar
♦ ❥ Latreille ♣q✈✇ ①❝
Lobster ini disebut ②❡✐ ❢③ ♠④ ❦ ②✐ ❢⑤ ❤♦ ⑥ ❦③ ♠❥ ♣Inggris❝ atau lobster hijau bambu
Indonesia gambar q⑦❝ ⑧ Lobster ini memiliki warna⑨warni yang indah A
berwarna merah jambu di bagian dasarnya dan warna yang serupa juga terlihat pada bagian sisi karapas⑧ ⑩arna dasar lobsteradalah hijau terang dengan garis
putih melintang yang diapit oleh garis hitam⑧ Pada lobsteryang masih muda
warna dasarnya adalah kebiruan atau keunguan⑧ ❞❡ ❢❣ ❤✐❥ ❣❦ v♠❥ ❦✐♥ mendiami
perairan dangkal dari sublitoral hingga ke kedalaman q❶ mr di daerah terumbu
karang di perairan yang jernih dan daerah ❦❣ ❥ ❷✐ ❢❸⑧ Lobster ini aktif pada malam
hari dan hidup soliter⑧ Panjang tubuh maksimum dapat mencapai cm dan rata
rata panjang tubuh adalah kurang dari ❹✇cm⑧
Sumber Moosa dan Aswandi❺❻ ❼❽ ❾❿Holthuis❻❼❼❻ ➀
Gambarq⑦ ❞❡ ❢❣ ❤✐❥ ❣ ❦❧♠❥ ❦✐♥♦ ❤♦ ❥ Latreille ♣q ✈✇①❝⑧
Penyebaran geografis berada di Indo⑨Pasifik baratr mulai dari Laut Merah
dan seluruh pantai timur Afrikar ke selatan Jepangr Mikronesia Melanesia
Australia utara dan Polinesia⑧ Penyebaran lobsterini di wilayah perairan pulau
Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratur Pameungpeukr Tanjung Panaitan
kepulauan Seribu n Situbondo♣Gambar q❹ ❝⑧
q ①
Latreille
Lobster ini disebut Inggris atau lobster hijau bambu
Indonesia gambar Lobster ini memiliki warna warni yang indah⑧ A❢③ ♠❢❢❡
berwarna merah jambu di bagian dasarnya dan warna yang serupa juga terlihat pada bagian sisi karapas arna dasar lobsteradalah hijau terang dengan garis putih melintang yang diapit oleh garis hitam Pada lobsteryang masih muda warna dasarnya adalah kebiruan atau keunguan v ♥♦❤♦❥ mendiami
perairan dangkal dari sublitoral hingga ke kedalaman m di daerah terumbu karang di perairan yang jernih dan daerah Lobster ini aktif pada malam hari dan hidup soliter Panjang tubuh maksimum dapat mencapai ①✇cm dan rata⑨
rata panjang tubuh adalah kurang dari cm
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Gambar Latreille ⑧
Penyebaran geografis berada di Indo Pasifik barat mulai dari Laut Merah dan seluruh pantai timur Afrika ke selatan Jepang Mikronesiar Melanesiar
Australia utara dan Polinesia Penyebaran lobsterini di wilayah perairan pulau Jawa adalah di perairan teluk Pelabuhanratu Pameungpeuk Tanjung Panaitanr
(17)
Sumber Moosa dan Aswandi Holthuis
Keterangan daerah yang diarsir dengan warna merah pada gambar merupakan daerah sebaran lobster u u v di seluruh dunia
Gambar Penyebaran geografis lobster hijau bambu Latreille
2.1.3 Indera lobster
Lobster dapat merespon bubu atau umpan dengan panca inderanya Lobster mempunyai indera penglihatan dan penciuman yang sangat tajam Permatasari
alaupun penglihatan secara tidak langsung tidak penting untuk pergerakan lobster akan tetapi sebagai tambahan untuk pergerakannya pada jarak yang pendek Cobb Phillips
Cobb and Phillips menjelaskan beberapa alat indera lobster yang dipakai untuk mencari makan antaranya
Penglihatan
Mata lobster merupakan t ty yang secara khusus ditemukan pada arthropoda dewasa yang aktif pada malam hari atau hidup di dasar laut Mata ini terbuka hanya untuk intensitas cahaya yang rendah Mata lobster bekerja sangat baik untuk mengamati objek dibawah intensitas cahaya yang rendah Penerimaan bayangan objek pada mata lobster sangat mungkin diperkirakan Mata lobster ini beradaptasi dengan baik untuk menangkap adanya gerakan
Kemoreseptor
Lobster dapat membedakan bau dan bau yang paling merangsang lobster adalah kombinasi dari beberapa zat kimia Kemoreseptor ini berupa bulu bulu
organ yang terletak di permukaan utama bagian mulut dan
(18)
➁➂
2.1.4 Makanan dan cara makan
Menurut Moosa dan Aswandy ➃➁➄➅ ➆➇ ➈ lobster merupakan hewan nokturnal
yang aktif pada malam hari➉ Binatang ini keluar atau meninggalkan tempat
persembunyiannya untuk mencari makan➈ beijah➈ atau bertelur yang umumnya
dilakukan pada waktu terjadi perubahan kekeruhan air➉
Lobster memangsa organisme dasar➈ yaitu binatang➊binatang kecil➈ seperti
krustasea kecil➈ ikan➈ cacing➈ gastropoda➈ dan bangkai binatang yang sangat
tergantung pada kondisi perairan➉ Makanan lainnya adalah ikan dan sejenis hewan
lain yang mengandung protein dan lemak➉ Lobster menggunakan kukunya yang
lancip untuk mencengkram mangsanya dan kemudian dimasukkan ke dalam mulut
➃Subani➈➁➄➋➅➇➉
Mata bertangkai lobster digunakan hanya untuk melihat jarak➊jarak pendek➈
karena keruhnya daerah pinggiran pantai yang mengakibatkan mata tidak bisa berfungsi secara penuh dan sangat mempengaruhi jarak pandang ➃Cobb and
Phillips➈ ➁➄➅ ➌➇➉ Shelton dan Laverack ➃➁➄➋➌ ➇ dalam Cobb and Phillips ➃➁➄➅ ➌➇
menerangkan tingkah laku lobster saat pertama kali mendeteksi zat terlarut yang terbawa oleh arus➈ yaitu menyatukan ➍➎ ➏➐➎ ➎ ➑➒ ➍➐-nya secara cepat ➃perilaku ini
bertujuan untuk memperjelas reseptor dan membukanya terhadap volume air yang lebih besar➈ serta mempertinggi respon dari sel kemoreseptor➇➉ Diikuti dengan
gerakan ➓➍➔→➒➒→➣➐↔ ➃tungkai maksila yang berfungsi sebagai alat bantu makan➇
dengan penuh semangat saat konsentrasi kimia dari makanan yang dideteksi meningkat➉ Respon terbesar dari lobster adalah ketika menerima bermacam➊
macam gabungan bau organik➉
2.1.5 Habitatspiny lobstersecara umum
Secara umum habitat ↕ ➣→➎➙ ➒ ➛➜↕➏➐➝ memiliki karakteristik yang sama➈ baik
jenis lobster yang berada di pantai selatan Jawa dan sebarannya di dunia➉ Habitat
lobster adalah daerah➊daerah yang banyak terdapat karang➊karang➈ terumbu
karang➈ batuan granit➈ atau batuan vulkanis ➃Subani➈ ➁➄➅➞➇➉ Umumnya mereka
hidup pada tempat yang dalam dan bersembunyi di sarangnya yang berupa celah dan lubang➊lubang karang pada siang hari➉ Pada malam hari akan menuju
(19)
➟➠
perairan yang lebih dangkal sampai kedalaman ➟ meter untuk mencari makan
➡Direktorat Jendral Perikanan➢ ➟➤ ➥➤ ➦➧
Umumnya lobster tidak menyukai tempat➨tempat terbuka dan perairan yang
arusnya kuat➧ Tempat yang disukai lobster adalah perairan yang tenang➢ tempat➨
tempat yang terlindung dari arus dan gelombang yang kuat➢ serta memiliki dasar
berupa pasir atau pasir berkarang ➡Budiharjo➢ ➟➤➥➟ dalam Ritonga➢➩ ➫ ➫➭➦➧
2.2 Alat Tangkap
Kegiatan penangkapan lobster di Indonesia masih menggunakan teknologi alat tangkap sederhana ➡tradisional➦ dengan usaha penangkapan sekala kecil➧
Operasi penangkapan dilakukan dengan menggunakan perahu bercadik➢ mesin
penggerak mengunakan kombinasi motor tempel dengan layar ➡Zulkarnain➢➩➫➟ ➟➦➧
Nelayan tradisional identik dengan perikanan pesisir dengan berbagai macam alat yang mereka ciptakan sendiri di antaranya adalah perangkap yang terdiri dari beragam jenis➧ Menurut Subani dan Barus ➡➟➤ ➥➤ ➦➢ alat➨alat yang
termasuk ke dalam kategori perangkap ➡➯ ➲➳ ➵t ➦ dan penghadang ➡➸ ➺➻➼➻ ➽➸ ➾ ➲➯➯ ➻ ➚➯ ➵ ➦
adalah semua alat tangkap yang bersifat sebagai jebakan➧ Alat tangkap seperti ini
bersifat pasif➢ dibuat dari anyaman bambu ➡➾ ➲➪➾➶ ➶➵ ➽ ➚➻ ➽➸tt ➦➢ anyaman rotan ➡➯➶➹t➲➽ ➽ ➚tt➻ ➽➸ ➦➢ anyaman kawat ➡w➻➯ ➚ ➽➚tt➻ ➽➸ ➦➢ misalnya bubu ➡➘➻ ➵➴ ➳➶➹ ➦➢ sero ➡➸➺ ➻➼ ➻ ➽➸ ➾➲➯ ➯ ➻ ➚➯ ➦➢ dan lain➨lain➧ Alat➨alat tersebut baik dipasang dengan batasan
waktu tertentu atau temporer➢ semi permanen maupun secara permanen➢
diapungkan atau dihanyutkan➢ ikan➨ikan teerangkap karena tertarik oleh umpan
maupun tidak➧ Bubu merupakan alat tangkap yang umum dikenal di kalangan
nelayan➧ Variasi bentuknya banyak sekali➢ hampir setiap daerah perikanan
memiliki bentuk model sendiri➧ Bentuk bubu ada yang seperti sangkar ➡➷➲➸ ➚➦➢
silinder ➡➷y➬➻ ➽➼➯ ➻ ➷➲➬ ➦➢ gendang➢ segitiga➢ memanjang➢ kubus➢ atau segi banyak ➡➳➶➬➸➶➽y ➦➢ bulat setengah lingkaran dan lain➨lain➧ Secara garis besar bubu terdiri
dari bagian badan ➡➾➶➼y➦➢ mulut ➡➘➺ ➽ ➽➚➬ ➦➧ Badan berupa rongga atau ruang
dimana tempat ikan terkurung➧ Mulut bubu berbentuk seperti corong➢ merupakan
pintu dimana ikan dapat masuk tetapi dipersulit bahkan tidak dapat keluar➧ Bubu
terbagi menjadi tiga jenis berdasakan atas daerah dioperasikannya➢ yaitu bubu
(20)
➮➱
dioperasikannya di daerah dasar perairan✃ bubu diberi pemberat secukupnya agar
tenggelam dan tidak mudah teengaruh arus❐ Bubu apung adalah bubu yang
dioperasikan di atas permukaan air✃ bubu dapat mengapung karena diberi
pelampung atau berupa rakit dari bambu✃ dan disesuaikan supaya tidak hanyut❐
Bubu hanyut✃ prinsipnya sama seperti bubu apung✃ hanya saja bubu ini dibiarkan
hanyut mengikuti arus❐ Menurut Mallawa dan Sudirman ❒ ❮❰❰ Ï Ð✃ bubu terdiri dari
tiga bagian utama yaitu✃ badan bubu✃ lubang tempat mengeluarkan hasil
tangkapan✃ ÑÒn mulut bubu❐
Bubu biasanya digunakan oleh nelayan untuk menangkap dan mempertahankan kualitas target tangkapan yang diinginkan yaitu lobster dan jenis krustasea lainnya yang juga target yang baik✃ seperti halnya ikan bersirip✃
gastropoda dan moluska ❒Miller✃ ➮Ó Ó❰ dalam Zulkarnain,❮❰ ➮ ➮Ð❐ Selain itu bubu
adalah alat tangkap yang selektif✃ hasil tangkapan yang tidak layak atau di bawah
ukuran ekonomis bisa dilepaskan kembali ke alam tanpa melukainya✃ sedikit hasil
tangkapan sampingan atau Ô Õ-Ö×ØÖÙ dan mempunyai dampak minimum terhadap
kerusakan dasar perairan❐
Menurut Zulkarnain ❒ ❮❰➮ ➮Ð✃ sementara ini di Indonesia penggunaan bubu
untuk menangkap lobster secara komersial belum banyak dilakukan✃ karena bubu
yang digunakan oleh nelayan selama ini hanya untuk menangkap ikan✃ rajungan✃
dan kepiting bakau❐ Jika dibandingkan dengan negaraÚnegara lain✃ di mana alat
tangkap bubu merupakan alat tangkap utama untuk menangkap lobster dan telah berkembang menjadi usaha perikanan tangkap yang berkelanjutan❐ Namun bubu
yang mereka gunakan umumnya berukuran besar panjang x lebar x tinggi adalah
❒➮Ú ➮✃❮mÐ x ❒❰✃Û Ú❰✃➱ mÐ x ❒❰✃ÏÚ ❰✃Û mÐ✃ bentuknya masif atau besar✃ kaku dan
terlalu berat✃ sangat sulit untuk digunakan di perahu berukuran kecil seperti yang
digunakan nelayan tradisional Indonesia❐ Kegiatan penangkapan yang dilakukan
oleh nelayan selama ini tidak memperhatikan efektivitas dari alat tangkap bahkan menggunakan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan atau merusak alam tempat di mana alat tersebut dioperasikan yang merupakan habitat bagi lobster atau ikan tujuan penangkapan dan banyak menangkap atau membunuh hewan lain yang bukan menjadi target penangkapan❐
(21)
ÜÝ
Menurut Zulkarnain Þ ßàÜ Üá efektivitas pada alat tangkap adalah suatu
kemampuan alat tangkap untuk mendapatkan hasil tangkapan yang optimum sesuai dengan tujuan penangkapanâ Tujuan tersebut dimaksudkan harus
mempertimbangkan adanya upaya menjaga keberlangsungan sumber daya perikananã yaitu penggunaan teknologi alat tangkap yang ramah lingkungan yang
sesuai denganCäå æäç Cäèå é êt çäëìæí î äèíïðñ æòïíó æë ïæí ÞCCRFáâ
2.2.1 Hasil tangkapan
Hasil tangkapan utama bubu umumnya terdiri dari jenisôjenis ikanã dan
udang kualitas baikã seperti kwe ÞCõëõèö sppâáã baronang Þ ÷ïø õèéí sppâáã kerapu ÞEîïèæîóæñé í sppâáã kakap Þùúõèéítu sppâáã kakatua Þ ÷êõëéí sppâáã ekor kuning ÞCõæíïä sppâáã ikan kaji Þû ïõøëõüüõ sppâáã lencam Þù ætñ ë ïíèéí sppâáã udang
paneidãudang barong Þlobsteráãdan lainôlain ÞSubani dan BarusãÜÝ ýÝáâ Ikanôikan
yang menjadi target utama penangkapan biasanya ikanôikan yang memiliki nilai
ekonomis tinggi sepertiã rajunganã lobsterã kerapu ÞEîïèæîóæñé í sppâáã kakap Þùutúõèéí sppâá dan lainôlainâ Ikanôikan tersebut memiliki harga yang tinggiã
permintaan yang banyak karena rasanya yang enakâ Permintaan hasil tangkapan
yang segar dan bahkan masih hidup merupakan tantangan yang besar bagi nelayanâ Bubu adalah salah satu alat tangkap yang ideal untuk memenuhi
permintaan tersebutã karena ikanôikan yang tertangkap pada bubuã tidak
mengalami kerusakan atau kecacatanãþ ÿbagian besar masih hidupâ
Seekor lobster akan memiliki harga penuh atau tinggi berdasarkan ukuran dan kualitasãjika masih dalam keadaan hidup dan tidak ada bagian tubuhnya yang
lepasâ Kecacatan sebagian besar karena alat tangkap dan penangananâ Jika
lobster tertangkap pada jaringã kemungkinan lobster tersebut mati karena tercekik
dan terbelitã bagianôbagin tubuh seperti kakiôkaki dan antenanya rentan sekali
lepas dari badannyaã dan pada saat pengambilan hasil tangkpan dari alat tangkap
akan sangat sulitã hasil tangkapan akan rusak parah dan nelayan tidak akan
mendapatkan harga yang diingainkanã kecuali nelayan tersebut mau merusak
jaring atau alat tangkapnya demi mempertahankan keutuhan atau mutu hasil tangkapanâ
(22)
✁
Menurut Gasperz ✂ ✄☎☎ ✆ mutu adalah totalitas keistimewaan dan
karakteristik suatu produk atau jasa yang berhubungan dengan kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan atau kepuasan tertentu✝ Mutu adalah hal yang
berkaitan dengan kepuasan konsumen✝ Jika mutu bagus konsumen tidak akan
takut untuk mengeluarkan biaya yang mahal untuk mendapatkannya✝
2.3 Umpan
Salah satu faktor penting masuknya ikan kedalam perangkap adalah umpan✝
Umpan merupakan salah satu bentuk rangsangan ✂stimulus✆ yang bersifat fisika
dan kimia yang dapat memberikan respons bagi ikan✞ikan tertentu pada proses
penangkapan ikan✝ Umpan merupakan salah satu faktor yang memiliki pengaruh
yang besar terhadap keberhasilan dalam usaha penangkapan✟ baik masalah jenis
umpan✟ ✠ ✡fat✟ ☛☞n cara pemasangan ✂Sadhori✟ ✄☎✌ ✍✆✝
Menurut Martasuganda ✂ ✁ ✁✌✆✟ proses teerangkapnya ikan✟ udang dan
kepiting ke dalam bubu antara lain dikarenakan oleh faktor sebagai berikut✎
✄ ✆ Biota perairan mencari makan atau dalam perjalanan beindah tempat✟
mencium bau umpan✟ mendekati atau menuju ke arah datangnya bau umpan✟
menyentuh bubu✟ mencari jalan untuk memasuki bubu✟ menemukan pintu
masukkemudian memasuki bubu ✂teerangkap✆✏
✆ Biota perairan dalam perjalanan beindah tempat✟ ✑emudian menemukan bubu✟ ✒ ✓✔✕ ✖✗ ✘✙✚✛ ✜t menemukan pintu masuk kemudian memasuki bubu✏
✢✆ Dalam perjalanan beindah tempat✟ kemudian menemukan bubu✟ t✣ ✙✤ ✥✚ ✓✗ ✦ ✙✒ ✜
menemukan pintu masuk kemudian memasuki bubu✏
✧ ✆ Dalam perjalanan beindah tempat✟ kemudian menemukan bubu✟ menemukan
pintu masuk kemudian memasuki bubu dijadikan tempat berlindung✏
✍✆ Dalam perjalanan beindah tempat✟ kemudian menemukan bubu✟ menemukan
pintu masuk kemudian memasuki bubu dijadikan sebagai✒ ✣★✩t★✪ ✫
Menurut Leksono ✂ ✄☎✌ ✢✆ diacu dalam Riyanto ✂ ✁✁ ✌✆✟ beberapa
pertimbangan dalam menentukan alternatif umpan yaitu✎
✄ ✆ Umpan harus dapat digunakan pada alat tangkap yang telah ada✏
✆ Umpan dapat memenuhi selera ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan✏ ✢✆ Umpan mudah didapat dalam jumlah banyak serta kontinuitas yang baik✏
(23)
✬✭
✮✯ Lokasi sumberdaya relatif dekat serta mudah dalam penanganannya✰dan ✱✯ Biaya Pengadaan relatif murah✲
Djatikusumo ✳✭ ✴✵✱✯ diacu dalam Riyanto ✳✬✶ ✶✷✯ menyatakan bahwa umpan
yang baik harus memenuhi syarat sebagai berikut✸
✭ ✯ Tahan lama ✳tidak cepat busuk✯ ✰
✬✯ Mempunyai warna yang mengkilap sehingga mudah terlihat dan menarik bagi
ikan yang menjadi tujuan penangkapan✰
✹✯ Mempunyai bau yang spesifik untuk merangsang ikan datang✰ ✮✯ Harga terjangkau✰
✱✯ Mempunyai ukuran memadai✰ dan
✺✯ Disenangi oleh ikan yang menjadi tujuan penangkapan✲
Umpan yang biasa digunakan dalam pengoperasian krendet berupa potongan✻potongan ikan rucah✼ jenis moluska✼✽✾✿✾❀y✽❁❂ ❃ ✼kekerangan✼ bulu babi✼
teripang✼dan jenis hewan lain yang banyak mengandung protein✼lemak✼ dan kitin
✳❀❄❅❅❆✾t ✯✲ Ada juga yang menggunakan bau dari kelapa yang dibakar untuk
menarik lobster atau ikan✻ikan untuk memasuki perangkap ✳Febrianti✼ ✬ ✶✶ ✶✯✲
Menurut Ryanto ✳✬✶ ✶✷✯ kandungan alanin✼ glisin✼ prolin✼ tirosin✼ phenilalanin✼
lisin✼ dan histidin serta triptophan dan valin pada asam amino✼ diidentifikasi
sebagai perangsang nafsu makan ikan✲
2.3.1 Umpan ikan tembang (Sardinella fimbriata)
Jenis umpan ikan tembang sudah lazim digunakan oleh nelayan dalam operasi penangkapan menggunakan perangkap seperti bubu✲ Ciri khas ikan
tembang adalah bentuknya yang memanjang✼ perut agak menipis✼ dengan sisi
perut tajam✼ dengan sisi✻sisi duri yang menonjol✲ ❇arna badan bagian atas biru
kehijauan✼ sedangkan bagian bawah putih keperakan ✳Gambar ✭ ✮✯✲ Ikan ini
mempunyai sisik yang khas yaitu bagian belakang sisik yang berjumbai
✳❈❅❉❊❋❅❃●✾❂ ✯✲ Di wilayah Indonesia ikan tembang tersebar di seluruh perairan ✳Dwipongo✼ ✭✴✷ ✬ dalam Munzilin✼ ✬ ✶✶ ✶✯✲ Ikan tembang mengandung beberapa
komposisi kimia yang dibutuhkan sebagai umpan seperti yang tertera pada Tabel
(24)
Sumber www fishbase us
Gambar Ikan tembang
Tabel Komposisi kimia ikan tembang Sardinella fimbriata per gr
Komposis Jumlah
Energi Air Protein Lemak Kalsium ❍Ca■
Fosfor ❍P■
Besi ❍Fe■
❏❑ ▲ Kal ▼ ◆ gr ❖◆ gr ❖▼ gr ❏❑ mg ❏❑❑ mg
❏ mg
Sumber Hardiansyah
Berikut klasifikasi ikan tembang menurut Saanin Pilum Chordata
Sub Filum Vertebrata Kelas Pisces
Sub kelas Teleostei
Ordo Malacopterygii
Sub ordo Clupeiformes Genus
Spesies
2.3.2 Umpan alternatif cacing tanah (Lumbricus rubellus)
Cacing tanah menjadi umpan alternatif karena cacing tanah memiliki kandungan asam amino paling lengkap dan protein yang merupakan kandungan kimia yang merangsang napsu makan ikan Cacing tanah
berasal dari Eropa sehingga sering dikenal dengan sebutan cacing Eropa atau cacing introduksi Di Indonesia cacing ini disebut juga dengan nama cacing Jayagiri Gambar Cici ciri fisik cacing ini yaitu bentuk tubuh gilig dengan
(25)
bagian ventral pipih panjang tubuh cm warna tubuh bagian punggung dorsal coklat cerah sampai ungu kemerahan warna tubuh bagian ventral krem dan bagian ekor kekuningan jumlah segmen klitelum berbentuk sadel dan menonjol jumlah segmen pada klitelum antara segmen yang berada pada segmen ke lubang kelamin jantan terdapat pada segmen ke dan lubang kelamin betina pada segmen ke bergerak kurang aktif dan kadar air berkisar antara % Rukmana
Sumber Kumolo Hal
Gambar Anatomi cacing tanah
Secara umum cacing tanah memiliki sifat hermafrodit biparental nocturnal peka terhadap cahaya sentuhan dan getaran Tidak memiliki klitelum tidak memiliki gigi dan rentan terhadap berbagai jenis minyak dan deterjen Palungkun
Hagner dan Engemann mengklasifikasikan cacing tanah .
sebagai berikut
Kingdong Animalia Divisi Vermes
Filum Annelida
Kelas Oligochaeta
Ordo Opisthopora
Family Lumbricidae Genus
(26)
P◗
Cacing ❘. ❙ ❚❯ ❱❲❲ ❚❳ telah dimanfaatkan secara luas untuk berbagai
keperluan❨ seperti❩ penghasil pupuk organik❬ bahan pakan ternak dan ikan❬umpan
pancing❬ bahan baku obat dan kosmetik❬ dan bahan baku makanan dan minuman❭
Cacing dapat dijadikan bahan baku untuk pakan ternak dan ikan sehubungan dengan kandungan protein yang tinggi ❪ ❫◗ ❴❵ ❫%❛❭ Kandungan gizi lainnya yaitu
mengandung lemak ❪ ❵ ❴ ❜ ❝ %❛❨ Ca ❪ ❝❨❞❞ %❛❨ P ❪❜ %❛❨ dan serat kasar ❪❜❨❝❡ %❛
❪Palungkun❨ ❜❢ ❢❢❛❭ Kandungan gizi yang terkandung dalam cacing tanah ❪ ❘❚❣❯❙ ❤✐❚ ❳❙ ❚❯❱❲❲ ❚ ❳❛sebagai berikut tersaji dalam Tabel P❭
TabelP Tabel kandungan gizi cacing tanah ❪❘❚❣❯❙ ❤✐❚ ❳❙ ❚❯❱❲❲ ❚ ❳❛
Zat Gizi Komposisi (%)
Protein ❥❦❧♠ ❥
Asam amino esensial
Arginin ❦♥ ♦♣
Histidin ♦♥q❥
Isoleusin r♥qs
Lisin ❦♥s ❦
Leusin ❦♥♣ ♣
SumbertPalungkun♥♦✉✉ ✉ ✈
Menurut Kumolo ❪ P ❝❜ ❜❛ berkat kandungannya tersebut cacing tanah dapat
dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti unggas❨ ikan❨ udang❨ dan kodok❭
Sedangkan menurut penelitian para ahli❨cacing tanah bisa dijadikan bahan pangan
ternak dan ikan❭ Kandungan protein cacing tanah lebih tinggi dari tepung ikan❭
Kandungan asam aminonya juga paling lengkap❨ tidak berlemak❨ mudah dicerna❨
dan tidak bertulang sehingga seluruh jasadnya dipakai❭ Penelitian sebelumnya
Asam amino esensial
Metionin r♥♦s
Fenilalanin r♥ rq
Treonin r♥ ✉q
Valin ♣♥♦✇
Asam amino nonesensial
Sistin r♥ r✉
Glisin r♥ ✉r
Serin r♥ ss
Tirosin ♦♥ ♣ ❥
Lemak ✇♠❧Oct
Serat kasar ♦♥✇s
Fosfor ①P② ♦♥✇✇
(27)
③④
menunjukkan bahwa ekstrak cacing⑤. ⑥ ⑦⑧ ⑨⑩⑩⑦❶ mengandung berbagai jenis enzim
pada substrat tertentu antara lain yaitu❷ protease❷ ❸amilase❷ lipase❷
amiloglukosidase❷❹❺tinase❷❻ ❼n selulase ❽Subandrio❷③❾❾ ❿ ➀➁
2.3 Analisis Statistika
Transformasi akar kuadrat biasanya digunakan untuk data yang mengandung semua nilai❸nilai yang kecil❷ misalnya data yang diperoleh melalui
penghitungan kejadian❸kejadian yang jarang➁ Untuk data ini❷ ragam cenderung
menjadi proporsional terhadap nilai tengah➁ Transformasi ini juga cocok
digunakan untuk data persentase dengan wilayah data berkisar antara ❾ ➂ ➃❾ %➁
Jika sebagian besar data bernilai kecil❷ khususnya bernilai nol❷ maka transormasi
yang digunakan adalah ❽➄➅➆ ➀ ➇ ➈➉
(28)
O
m
2011 2011,
, , ,
. ishing ,
, ,
, .
3 .
,
16 .
30 20 .
: , 2012.
1 .
- un l 19 .
. 4
(29)
27
➋➌➍➎➏1 ➐➏➌ ➑➒➌➓➍➌ ➔➌➓→➎➓ ➎➏➣ ➑➣➌➓
↔↕ ➙➛➜➝➞➜ ➟➠➜ ➡➜ ➟ ➢ ➤ ➥➦➧➨ ➧➩➜ ➦➧ ➫➥➭➯➟➜ ➜➟
1 ➲➥➳➜ ➡➯ ➲ ➜➟ ➵➜ ➟ ➭ 8,5 ➸, ➞➥➤➝ ➡ 40 ➺➸, ➛ ➥➠➜➳ 90 ➺ ➸.
➻➥➞ ➧➜➜ ➟ ➭➩ ➯➝➞ ➜➟ ➝ ➳➜➟ ➦➤ ↕➳➝ ➜ ➦➧➤➥➟ ➥➛ ➧➝ ➧➜➟
2 ➙➛➜➝➝➜ ➟ ➭➩➜➤➠➯➠➯➛ ➧➤ ➜➝18 ➠➯➜ ➡: 6 ➠➯ ➜ ➡➠➯ ➠➯➛ ➧➤➜ ➝ ➳➜ ➵➯➟➭➜➟➦➥➠➜ ➭➜ ➧➠➯ ➠➯➢ ➼➢ ➝➜➟ ➞➜➳ ➽, 6 ➠➯➜➡➠➯ ➠➯➲ ➢ ➼➲➧➟ ➝➯➢➜ ➸➤ ➧➟➭➽➞ ➜➟ 6 ➠➯➜ ➡ ➠➯ ➠➯➲ ➙➼➲➧➟➝ ➯➙➝➜➦➽.
➲ ➜➟ ➵➜ ➟ ➭ 60 ➺➸, ➛ ➥➠➜➳ 45 ➺➸, ➞ ➜➟➝ ➧➟ ➭ ➭➧30 ➺ ➸.➾➚ ➪➶r ➠ ➥➦➧➭➜ ➛ ➹➜➟ ➧ ➦➞➧➜➸ ➥➝ ➥➳ 6 ➸➸.➘ov➶r n➶t ➲ ➴➪➶sh siz➶
1,5 ➧➟ ➺ ➧210 ➷➬ ➮8.
➲➥➟ ➭➜ ➸ ➠➧ ➛➜➟➞➜➝ ➜➡➜ ➦➧ ➛ ➝ ➜➟ ➭➩➜➤ ➜➟
3 ➱ ➥➸ ➠➜ ➟ ➭➼ ➦➥➭➜➳ ➽ 3-4 ➥➩ ↕➳➤ ➜➞ ➜➸➜ ➦➧➟➭ -➸➜ ➦➧➟➭➠➯ ➠➯
✃➸➤➜ ➟➦➝ ➜➟ ➞➜➳
4 ❐➜➺ ➧➟ ➭➝ ➜➟➜➡➼ ➡ ➧➞ ➯➤➽ ❒➥➳➜ ➝± 50 ➭➳/➩ ➜➟➝ ↕➟➭/➠➯ ➠➯ ✃➸➤➜ ➟➜ ➛➝ ➥➳➟ ➜➝ ➧➨
5 ➫➜➟➝ ↕ ➟ ➭➯➸➤ ➜➟ ➫➜ ❮➜ ➝➩➜ ➦➜ ➻➥➟ ➥➸➤ ➜➝ ➩➜ ➟➯ ➸➤➜➟ ➤ ➜➞➜ ➠➯ ➠➯
6 ➲➥➛➜➸➤➯ ➟➝ ➜➟ ➞➜ ➲➛➜ ➦➝ ➧➩➞ ➧➜ ➸➥➝ ➥➳ 30 ➺ ➸➞➜➟
20 ➺➸
➲➥➟➜➟ ➞➜➛↕ ➩➜ ➦➧ ➤➥➳ ➥➟➞ ➜➸➜➟➠➯ ➠➯
7 ➱ ➜➸ ➠➜ ➟ ➭ ➱ ➜ ➛ ➧➤➥➛➜➸➤➯ ➟ ➭ 50 ➸➞➜ ➟ 20 ➸, ➝➜➛➧➯ ➝ ➜➸➜ 154 ➸, ➞➜➟➝ ➜ ➛ ➧ ➺➜➠➜➟➭ 3 ➸➦➥➠➜➟❰➜➩ 18.
➻➥➳➜➟ ➭➩➜ ➧➩➜ ➟➠➯ ➠➯ ➞ ➜ ➛➜ ➸sysÏ➶m longlin➶
8 ➱ ➧➸➠➜➟➭➜➟ ➫➜➤ ➜ ➦➧➝ ➜ ➦ 2 ➩ ➭➞➜ ➟ 5 ➩ ➭ ➲➥➟ ➭➯ ➩➯ ➳➜➟➠ ➥➳➜➝ ➼ ➭➳➜ ➸➽➡➜ ➦➧ ➛➝ ➜➟➭➩➜ ➤➜➟
9 ➲➥➟ ➭➭➜➳ ➧ ➦➞ ➜➟➵➜ ➟ ➭➩ ➜➦↕ ➳↕ ➟ ➭ ➢ ➩➜ ➛➜ 30 ➺➸➞ ➜➟ 20 ➺➸ ➲➥➟ ➭➯ ➩➯ ➳➜➟➤ ➜➟ ➵➜ ➟ ➭ ➩➜➳➜ ➤➜ ➦, ➤➜ ➟ ➵➜➟ ➭➝ ↕➝ ➜ ➛ ➡➜ ➦➧ ➛➝ ➜➟➭➩➜ ➤➜ ➟
10 ➲➥➳➩➜➩ ➜ ➦ ➱ ➜➟➭, ➤➧ ➦➜➯, ➭➯ ➟➝ ➧➟➭, ➺↕ ➠➜➟, ➵➜➳➯ ➸➞➜ ➟➛➜ ➧➟-➛➜ ➧➟
➻➥➸➤ ➥➳ ➠➜ ➧➩ ➧➜ ➛➜➝❰➜➟ ➭ ➳➯ ➦➜ ➩
11 ➙➛➜➝➝ ➯ ➛ ➧ ➦ ➢ ➤ ➧➞ ↕ ➛Ð➤ ➯ ➛➤ ➥➟, ➩ ➥➳➝➜➦ÑÒ➢ ➞ ➜➟➛➜ ➧➟-➛➜ ➧➟.
➻➥➟➺➜➝ ➜➝➞ ➜➝ ➜➡➜➦➧ ➛ ➝ ➜➟ ➭➩➜➤ ➜➟❰➜➟➭ ➞➧➠➯➝ ➯ ➡➩ ➜➟
12 ➫➜➸ ➥➳➜➞ ➧ ➭➧➝ ➜ ➛ 10 ➻➲ ➷↕➩ ➯➸ ➥➟➝ ➜ ➦➧➩ ➥ ➭➧➜➝ ➜➟
13 Ó➜ ➤➝ ↕➤/➲❐ ➻➥➟❰➧➸➤ ➜➟➞➜➟
➸ ➥➟➭↕ ➛➜➡➞ ➜➝ ➜
➋➌➍➎➏2 Ô→ ➎Õ➣Ö➣×➌Õ➣➍Ø➍Ø➏➣→➌ ➑ÙÚ➒➣Ö➣×➌Õ➣→ ➣➓ ➑ØÕ➌Ù→➣➓Û ↔↕. ❒➜ ➭ ➧➜ ➟➫↕ ➟ ➦➝ ➳➯➩➦➧ ➢ ➤ ➥➦➧➨ ➧➩➜ ➦➧
1 ↔➜ ➸➜: ❒➯ ➠➯Ó➧➤ ➜➝➻↕➞➧➨ ➧➩➜➦➧➲➧➟ ➝ ➯➢ ➜➸➤➧➟➭➼➲ ➢ ➽
2 ❒➥➟ ➝➯ ➩➠➯ ➠➯ ➲➥➳ ➦➥➭➧➤ ➜➟ ➵➜ ➟ ➭➼ Üox typ➶ ➽
3 ✃➩ ➯➳➜➟➠➯ ➠➯ 60 ➺➸Ý 45 ➺ ➸Ý 30 ➺➸➼➤Ý➛Ý➝ ➽
4 Þ➯ ➸ ➛➜➡➤➧➟➝ ➯➸➜ ➦➯➩ 1 ➤ ➧➟➝ ➯;➤➧➟ ➝ ➯➦➜ ➸➤ ➧➟ ➭
5 Þ➥➟ ➧ ➦➻↕ ➞ ➧➨ ➧➩➜ ➦➧ß -✃➩➯ ➳➜➟➠➯ ➠➯➛ ➥➠ ➧ ➡➠ ➥➦➜➳➞ ➧ ➠➜➟ ➞ ➧➟ ➭➠➯➠➯❰➜ ➟ ➭➠ ➧➜ ➦➜ ➞➧↕ ➤ ➥➳➜ ➦➧➩➜➟➟ ➥➛➜❰➜➟;
- àlop➶ n➶t ➼ ➦➯➞➯ ➝➩ ➥➸ ➧➳ ➧➟ ➭➜➟➤ ➧➟➝ ➯➸➜ ➦➯ ➩ ➽➜ ➝➜ ➦➞➜➟➠➜❮➜ ➡ :
22,5á ; -✃➩ ➯➳➜ ➟➤➧➟ ➝ ➯➸➜➦➯➩➺➯➩ ➯➤➛ ➥➠➜➳; - ➱ ➥➳➞➜➤ ➜➝➸↕➞➧➨ ➧➩ ➜ ➦➧➠ ➥➳➯➤ ➜➤➛➜➦➝ ➧➩➠➥➳ ➠ ➥➟➝ ➯ ➩➩➧➦ ➧-➩ ➧ ➦➧➤➜➞ ➜ ➤➧➟ ➝➯➸➜ ➦➯➩➠➯ ➠➯❰➜➟➭➛ ➥➠ ➧ ➡➸ ➥➟❰➯➛➧➝ ➩➜ ➟➡➜➦➧ ➛➝➜ ➟ ➭➩➜➤ ➜➟ ➯ ➟➝ ➯➩➛↕➛↕ ➦;
- ➢ ➯➸ ➠➯➛➧➤ ➜➝➜ ➟➠➯ ➠➯➝ ➥➳ ➛ ➥➝ ➜➩ 20 ➺➸➞ ➜➳ ➧➠➜➭➧➜➟➞➥➤ ➜➟➠➯ ➠➯;
- â ➯➜➟➭➞ ➜ ➛➜➸➠➯ ➠➯➛ ➥➠ ➧➡➠➥ ➦➜➳.
6 ❒➧➟ ➭➩➜ ➧➼ ãä➚➪➶ ➽ ❒➥➦➧➭➜➛➹➜➟ ➧ ➦, ➞ ➧➜ ➸➥➝ ➥➳ 6 ➸➸
7 ❒➜➞ ➜➟➵➜➳ ➧➟ ➭➼➺ ↕ ➹➥➳n➶t ➽ ➲➴➪➶sh siz➶ 1,5 ➧➟➺➧Ð 210 ➷➬ ➮8
(30)
28
2 .
3
æ ç.
è éêë éìíçì îïðñ ò îë ó ôõ îë öë òé îë
1 æé÷é: èñøñùë ôé ïú çûë öë òéîëüë ì ïñýïé îþüýÿ
2 èõìïñòøñøñ ð éôõ îë ñ÷þ✁✂rp✄zo☎✆ ✂l ✁yp✄ ÿ
3 ✝òñð éìøñøñ 60 ✞÷✟ 45 ✞÷✟ 30 ✞ ÷þô✟✠✟ïÿ
4 ✡ñ÷✠é☛ôë ì ïñ÷éîñ ò 1 ôëìïñ ; ôë ì ïñéï éî
5 ✡õ ìë îú çûë öë òéîë☞ - ✝òñð éìøñøñ✠õøë ☛øõîéðûëøéìûë ì êøñøñ✌éìêøë é îé ûëçôõð éîë òéììõ✠é✌éì;
- ✍lop✄ n✄t þîñûñ ïòõ÷ëðë ìêéìôë ìïñ÷é îñ òÿ: 70 ✎
; - ✝òñð éìôëìïñ÷é îñ ò✞ñòñ ô✠õøéð;
- õðûéô éï÷ çûë öë ò éîëøõ ðñ ôéô✠éîïë òøõðøõì ïñ òòë îë -òë îëôéûéôë ì ïñ÷é îñ òøñøñ✌éì ê✠õøë ☛÷õ ì✌ñ✠ë ï ò éì ☛ éîë✠ï éìêòéô éìñìïñ ò✠ ç✠ çî;
- óñ÷øñ✠ë ô éï éìøñøñïõð✠õ ï é ò 15 ✞÷þ✏✄n✑✄r ÿûéðë øéêë éìûõ ôéìøñøñ;
- ✒ñéìêûé✠é÷øñøñ✠õøë☛øõîéð.
6 èë ì ê òéëþ✓✔✂✕✄ ÿ èõîëêé✠✖ éìë î, ûë é÷õ ïõð 6 ÷÷
7 è éûéì✗ éðë ì êþ✏✄ovr n✄t ÿ ü✘✕✄sh siz✄ 1,5 ë ì✞ë ✙ 210 ✚✛✜8
: , 2012
(31)
29
4 - un l
x rimnt ish
in
g .
12 ing , tting
16.30 , ing 07.00 .
lo n g li
154 , - 8 ,
3 .
-5 ,
, 20 50
.
- , ,
-,
-, .
(32)
30
✢✣✤✥✥ ✦ ✤✧ ✧✤ ✦★✩ ✧✤ ✪ ✫✥ ✦✤ ✧✬✧✤ ✭✣✮✦✬✦✩✤✯✧, ✩✧✪✧ ✩✣✤✣✰✫✱✫✧✤ ✫✤✫ ✪✫✥ ✦ ✤✧✬✧✤ ✭✣✲✧✤✯✧✬✬✦✳✧✤✥✰✣✲✫✴50✥✳✧★✮✧✮ ✫✤✥✩✣✳✬✧✤✱✵✤✥ ✦ ★✩✧✤✶ ✷✣★✦✪ ✫✧✤✬✧✸✧✱✬✧✭✧ ✱✣✳✭✣✲✦✱✪✫✱✦✭✦✬✬✧✤✩✧✪✧✲✣✭ ✫✯✧✤✥✪✫✥ ✦ ✤✧✬✧✤✦✤✱✦✬ ✩✣★✧✭✧✤✥ ✧✤✦★✩ ✧✤✶ ✹✳✦✱✧✤ ✩✣✤✣★✩ ✧✱✧✤✲✦✲✦✯✧✤✥✪✫✳✧✤✥✬✧✫✬✧✤✩ ✧✪✧✱✧✰✫✦✱✧★✧, ✪ ✫✱✣★✩ ✧✱✬✧✤✩ ✧✪✧✩✵✭ ✫✭ ✫✤✯✧ ✪✣✤✥✧✤ ✮✧✳✧✩✣✤✥✦✤✪ ✫✧✤✺ ✬✣★✦✪ ✫✧✤✪✫✧★✲✫✰ ✭✧✱✦ ✩✣✳✭✧✱✦ ✪✧✤✪✫✱✣★✩✧✱✬✧✤ ✭✣✭✦ ✧✫ ✦✳✦✱✧✤ ✧✤✥✬✧ ✤✵★✵✳ ✦✳✦✱ ★ ✦✰✧✫ ✪✧✳✫ ✤✵★✵ ✳ 1 ✴✫✤✥ ✥ ✧ 18. ✻✣✰✣✤✥✬✧✩✤✯✧ ✪✧✩✧✱ ✪✫✰✫✴✧✱✩✧✪✧✼✧✲✣✰ 6 ✲✣✳✫✬✦✱.
✼✧✲✣✰4 ✹✳✦✱✧✤✪✧✤✩✣✤✣ ★✩✧✱✧✤✲✦✲✦✩ ✧✪✧✱✧✰✫✦✱✧★✧
✽✾. ✿❀❁ ❂ ❃✾ ❄❅❆❁ ❇❁ ❈❅ ❉❊ ❋✿●❍ ■ ❉
1 ❏2 ❑■❑❊ ❉▲
2 ▼❏4 ❑■❑❊ ❉▲
3 ❏4 ❑■❑❊ ❉▲
4 ▼◆6 ❑■❑❊ ❉▲
5 ▼❏6 ❑■❑❊ ❉▲
6 ▼❏1 ❊ ❖ ■❉
7 ❏5 ❊ ❖ ■❉
8 ▼❏3 ❊ ❖ ■❉
9 ▼◆3 ❊ ❖ ■❉
10 ❏1 ❊ ❖ ■❉
11 ▼◆4 ❑■❑❊ ❉▲
12 ▼❏2 ❑■❑❊ ❉▲
13 ❏3 ❊ ❖ ■❉
14 ▼◆2 ❑■❑❊ ❉▲
15 ▼◆1 ❊ ❖ ■❉
16 ▼❏5 ❊ ❖ ■❉
17 ▼◆5 ❊ ❖ ■❉
18 ❏6 ❑■❑❊ ❉▲
❃❅ ❂❅❀ ■ ❉▲ ■ ❉: ❏P❈❅ ❉❊ ❋❇❁❇ ❁❋❂■ ❉❄■❀;
▼❏P❈❅ ❉❊ ❋❇ ❁❇ ❁●✾❄❊ ◗❊ ❖ ■❋❊❍ ❊ ❉❂❁❋■●❍❊ ❉▲; ▼◆P❘ ❅ ❉❊ ❋❇ ❁❇ ❁●✾❄❊ ◗❊ ❖ ■❋❊❍ ❊ ❉❂❁■ ❂■ ❋.
✢✳ ✵✭✣✭ ❙ ❚tting ✱✫✪✧✬✪✫✴✧✳✦✭✧✤✲✦✲✦✪✫✩ ✧✭✧✤✥✪✧✳✫ ✦✳✦✱✧✤✤✵★✵✳✭✧✱✦✺ ✱✣✱✧✩✫ ✲✫✭✧ ✪ ✫✰✧✬✦✬✧✤✭✣✲✧✰✫✬✤✯✧ ✯✧✫✱✦ ✯✧✤✥ ✩✣✳✱✧★ ✧ ✪ ✫✱✦✳✦ ✤✬✧✤ ★ ✦✰✧✫ ✪✧✳✫ ✤✵★✵ ✳ ✦✳✦✱
18, ✱✣✱✧✩✫ ✦✳✦✱✧✤ ✲✦✲✦ ✱✫✪✧✬ ✧✬✧✤ ✲✫✭✧ ✱✣✳✱✦✬✧✳ ✬✧✳✣✤ ✧ ✲✦✲✦ ✱✣✰✧✴ ✪ ✫✳✧✤✥✬✧✫✬✧✤
✲✣✳✪✧✭✧✳✬✧✤ ✦✳✦✱✧✤ ✩ ✧✪✧ ✱✧✰✫ ✦✱✧★ ✧. ❯ ✦✲✦ ✧✬✧✤ ✭✣✰✧✰✦ ✱✣✳✧✤✥✬✧✫ ✭✣✭✦✧✫ ✪✣✤✥✧✤ ✦✳✦✱✧✤✩✣✤✣★✩ ✧✱✧✤✲✦✲✦✺ ✸✧✰✧✦✩✦✤✩✧✪✧✭✧✧✱ ✱✫✪✧✬✪ ✫✵✩ ✣✳✧✭ ✫✬✧✤❱ ❲✧★✲✧✳ 20❳.
(33)
31
5 .
m
x rimnt ishing . l
20
, :
1
h .
sp in
y l r ,
. 2
-3
(34)
32
,
- 21 .
:
-- .
6 ,
,
,
h .
.
.
, 1989 .
(35)
-33
❨❩❬❭❪ ❫❴ ❵❩❛❜❩❝❫ ❫❞ ❪ ❫❡❭❬ ❝❫❛❭ ❵❩❛❬ ❫❢❣❫❞ ❝❭❤❣❞❫❢❫❞ ❫❵❬❭❢❫❡❭ ❡❴❫❴❭❡❴❭❢ ✐❥ ✐ 9.1. ❦❫❛❩❞❫ ❵❫❝❫ ❝❫❴❫ ❵❩❞❫❞❤❢❫❵❫❞ ❜❫❞❧❫❢ ❝❫❴❫ ❧❫❞❤ ❢♠ ❡♠❞❤ ❫❴❫❣ ❜❩❛❞❭❬ ❫❭ ❞ ♠❬ ♥❝❫❴❫ ❴❭❝❫❢ ❨❩❞ ❧❩❜❫❛ ❞ ♠ ❛❨❫❬ ♦ ❨ ❫❢❫ ❴❭❝❫❢ ❝❫❵❫❴ ❝❭❬ ❫❢❣❢❫❞ ❵❩❞❫❛❭❢❫❞ ❫❡❣❨❡❭. ♣❬❩❪ ❢❫❛❩❞❫ ❭ ❴❣ ❪❫❛❣❡ ❝❭❬ ❫❢❣ ❢❫❞ ❴❛❫❞ ❡q♠❛❨ ❫❡❭ ❝❫❴❫ ❧❫❭ ❴❣ ❝❩❞❤❫❞ ❴❛❫❞q♠❛❨ ❫❡❭ ❝❫❴❫ ❫❢❫❛ ❢❣❫❝❛❫❴, ♥r s t ♦
1/2
, ❝❩❞❤❫❞ r ❫❝❫❬ ❫❪ ❞❭❬ ❫❭ ❧❫❞❤ ❫❢❫❞ ❝❭ ❴❛❫❞ ❡q♠❛❨ ❫❡❭ ❧❫❭ ❴❣ ❝❫❴❫
❵❩❞❫❞❤❢❫❵❫❞❴♠❴❫❬.
✉✈❭ ❧❫❞❤ ❢❩ ❝❣❫ ❫❝❫❬ ❫❪ ❣✈❭ ❞♠ ❞❵❫❛❫❨❩ ❴❛❭❢ ❧❫❭ ❴❣ ❨❩ ❴♠ ❝❩ ❦❛❣ ❡ ❢❫❬-✇❫❬❬❭❡① ②❭❤❣❞❫❢❫❞❣✈❭❭❞❭❢❫❛❩❞❫❝❫❴❫❪ ❫❡❭❬❴❫❞❤❢❫❵❫❞❬♠❜❡❴❩❛❴❩ ❴❫❵❴❭❝❫❢❨❩❞❧❩❜❫❛❞♠❛❨❫❬ ❡❩ ❴❩❬ ❫❪ ❝❭❬ ❫❢❣❣❢❫❞ ❴❛❫❞ ❡q♠❛❨❫❡❭ ❝❩❞ ❤❫❞ ❨❩ ❴♠ ❝❩ ❴❛❫❞❡q♠ ❛❨ ❫❡❭ ❝❫❴❫ ❫❢❫❛ ❢❣❫❝ ❛❫❴ ❡❩❪❭❞❤❤❫❴❭❝❫❢❜❭❡❫❝❭❬ ❫❢❣ ❢❫❞❵❩❞❤❣✈❭ ❫❞❝❩❞❤❫❞❣✈❭❵❫❛❫❨❩ ❴❛❭❢①
③④ ⑤④ ③ ⑥⑦⑧⑨ ⑩❶❷❸⑧❹⑦⑧ ❺❻m❸❼ ❸⑧⑨❸❼ ❸❽
✐❧❫❛❫❴❝❫❴❫ ❧❫❞❤ ❫❢❫❞❝❭❣ ✈❭❝❩❞ ❤❫❞ ❨❩❞ ❤ ❤❣ ❞❫❢❫❞ ❡❴❫❴❭❡❴❭❢❵❫❛❫❨❩ ❴❛❭❢ ❧❫❭ ❴❣ ❝❫❴❫ ❪❫❛❣❡ ❨❩❞❧❩❜❫❛ ❞♠❛❨❫❬. ❾❩❞❤❣✈❭ ❫❞ ❢❩❞♠❛❨ ❫❬ ❫❞ ❝❭❬ ❫❢❣ ❢❫❞ ❝❩❞❤❫❞ ❨❩❞ ❤ ❤❣❞❫❢❫❞ ❣ ✈❭ ❡❫❨❵❩❬ ❴❣❞❤❤❫❬ ❢❩❞♠❛❨ ❫❬ ❫❞ ❦♠❬ ❨♠ ❤♠ ❛♠ ❿-✐❨❭❛❞ ♠❿. ✉✈❭ ❢❩❡❩❬ ❫❛❫❡❫❞ ❡❫❨❵❩❬ ❴❣❞❤❤❫❬ ❦♠❬ ❨♠❤♠❛♠ ❿-✐❨❭❛❞ ♠ ❿ ❫❝❫❬ ❫❪ ❨❩❞❩❤❫❡❢❫❞ ❜❫❪➀❫ ❢❣ ❛❫❞ ❤❞❧❫❢❩➁♠➁♠ ❢❫❞ ❫❞❴❫❛❫➂0♥x♦❝❫❞➃♥x♦❨❩ ❨❫❝❫❭❣ ❞❴❣❢ ❨❩❞❧❫❴❫❢❫❞ ❢❩❛❫❤❣❫❞ ❴❩❛❪❫❝❫❵❪ ❭❵♠❴❩❡❭❡❞♠❬❧❫❞❤❨❩❞❤❫❴❫❢❫❞ ❜❫❪➀❫➂♥x♦➄➂0♥x♦❫❴❫❣ ❡❩❜❫❛❫❞❢♠❞❴❭❞ ❧❣ ♥ ②❫❞❭❩❬, 1990♦.
➅❫❞❤❢❫❪-❬ ❫❪❢❫❪ ❣ ✈❭ ❡❫❨❵❩❬ ❴❣ ❞ ❤ ❤❫❬ ❢❩❞ ♠ ❛❨ ❫❬ ❫❞ ❦♠❬ ❨♠ ❤♠❛♠ ❿-✐❨❭❛❞ ♠❿ ❡❩❜❤❫❭❜❩❛❭❢❣❴:
1♦ ❥ ❡❣❨❡❭-❫❡❣❨❭ ❧❫❞❤ ❴❩❛❝❭❛❭ ❫❴❫❡ ❪ ❫❡❭❬ ❵❩❞ ❤❫❨ ❫❴❫❞ ❜❩❜❫❡ x1, x2, , xn ❧❫❞❤❨❩❛❣ ❵❫❢❫❞ ❡❫❨❵❩❬❫➁❫❢❜❩❛❣ ❢❣❛❫❞❞ ❝❫❛❭ ❡❣❫❴❣ q❣❞❤❡❭❝❭❡❴❛❭❜❣❡❭ ❧❫❞❤ ❜❩❬❣❨❝❭❢❩ ❴❫❪❣❭❝❫❞❝❭❞❧❫❴❫❢❫❞❝❩❞ ❤❫❞ ➂♥x♦.
2♦ ➆❭❵ ♠❴❩❡❭❡ ❧❫❞❤ ❜❩❛❬ ❫❢❣ ❧❫❭ ❴❣ ✈❭❢❫ ❨❩❞❤❫❞ ❝❫❭❢❫❞ ➂0♥x♦ ❡❩❜❫❪❤❫❭ q❣❞❤❡❭ ❝❭❡❴❛❭❜❣❡❭ ❧❫❞❤❝❭❪❭❵ ♠❴❩❡❭❡❭❢❫❞ ♥q❣❞❤❡❭❵❩❬❣❫❞❤❢❣❨❣❬ ❫❴❭q ♦, ❨❫❢❫❢❭ ❴❫❝❫❵❫❴ ❨❩❞ ❧❫❴ ❫❢❫❞ ❪ ❭❵♠❴❩❡❭❡-❪❭❵ ♠❴❩❡❭❡ ❞♠❬ ❝❫❞ ❪ ❭❵ ♠❴❩❡❭❡-❪ ❭❵♠❴❩❡❭❡ ❡❫❭❞ ❤❫❞ ❞❧❫ ❨ ❫❡❭❞❤-❨❫❡❭❞ ❤❡❩❜❫❤❫❭❜❩❛❭❢❣❴:
1♦ ②❣❫❡❭❡❭
➇0:➂♥x♦➈ ➂0♥x♦❣❞❴❣❢❡❩❨❣❫❞❭❬ ❫❭ x
➇1:➂♥x♦ ➂0♥x♦❣❞❴❣❢❡❩❢❣❛❫❞❤-❢❣ ❛❫❞ ❤❞❧❫❡❩❜❣❫❪❞❭❬ ❫❭ x
(36)
34
➉0:➊ ➋x➌ ➊0➋x➌➍ ➎➏➍ ➐➑ ➒➓➍ ➔➎→➣➔→x
➉1:➊↔x↕ ➙➊0➋x➌➍ ➎➏➍➐➑ ➒➐➍➛➔ ➎➜-➐➍➛➔ ➎➜➎➝➔➑ ➒➞➍ ➔➟➎→➣➔→x
3➌ ➠➔➏➍➑→➑→
➉0:➊↔x↕ ➊0➋x➌➍ ➎➏➍ ➐➑ ➒➓➍ ➔➎→➣➔→x
➉1:➊ ➋x➌➡➊0➋x➌➍ ➎➏➍➐➑ ➒➐➍➛➔ ➎➜-➐➍➛➔ ➎➜➎➝➔➑ ➒➞➍ ➔➟➎→➣➔→x
3➌ ➠➏➔➏→➑ ➏→➐➍ ➢→
➤➎➥➔→➐ ➔ ➎ ➦➋x➌ ➓ ➒➎➝➔➏➔➐ ➔ ➎ ➧➍ ➎➜➑→ ➥ →➑ ➏➛ →➞➍➑→ ➑➔ ➓➨➒➣ ➋➒➓➨ →➛ →➐ ➌. ➩➒➎➜➔ ➎ ➐ ➔➏➔ ➣➔→➎➫ ➦➋x➌ ➔➥➔➣➔➟ ➧➍➎➜➑→ ➨➒➣➍➔ ➎➜ ➐➍ ➓➍➣➔➏→➧ ➝➔➎➜ ➥ →➟ →➏➍➎➜ ➥➔➛→ ➥➔➏➔ ➑ ➔➓➨➒➣. ➭➒➜➔➑ ➎➝➔:
➦➋x➌ ➯ ➨➛ ➲ ➨➲➛➑→➎→➣➔→-➎→➣➔→ ➨➒➎➜➔➓➔➏➔ ➎➥➔➣➔➓➑ ➔➓➨➒➣ ➝➔ ➎➜➐→➛➔ ➎➜➥➔➛ →➔➏➔➍ ➑ ➔➓➔➥➒➎➜➔ ➎x
➯➋➞➔ ➎➝➔➐➎➝➔➎→➣➔→➨➒➎➜➔ ➓➔➏➔ ➎➥➔➣➔ ➎➑ ➔➓➨➒➣➝➔➎➜ x➌/n ➠➏➔➏→➑ ➏→➐➍ ➢→➍➎➏➍➐→➎→➏ ➒➛➜➔ ➎➏➍ ➎➜➥➔➛ → ➟→➨ ➲➏ ➒➑→➑➝➔ ➎➜➥→➓→➎➔➏→:
1➌ ➳ ➎➏➍ ➐➍➢→➥➍➔➑→➑→➑ ➏➔➏→➑➏→➵➍➢→➝➔ ➎➜➥ →➨➔➐➔→➔➥➔➣➔➟:
➸➺ sup x ➦➋x➌➻➊0➋x➌
➸ ➯ supr➼mum ➍ ➎➏➍ ➐ ➑ ➒➓ ➍➔ x ➥➔➛ → ➎→➣➔→ ➓➍ ➏➣➔➐ ➦➋x➌ ➻ ➊0➋x➌, ➔➨➔➞→➣➔ ➏ ➒➛➑ ➔ ➢→➥➔➣➔➓ ➑ ➒➞➍ ➔➟➜➛➔➧→➐ ➩ ➔➥➔➣➔➟ ➢➔➛➔➐ ➽➒➛➏→➐ ➔➣➏ ➒➛➢➔➍➟➔ ➎➏➔➛➔ ➦➋x➌ ➥➔ ➎➊0➋x➌
2➌ ➳ ➎➏➍ ➐➍ ➢→➑➔➏➍➑→➑→➥➒➎➜➔ ➎➟ →➨➲➏ ➒➑→➑➏➔ ➎➥ →➎➜➔ ➎➝➔ ➎➜➓ ➒➎ ➒➏➔➨➐ ➔ ➎➞➔➟➾➔
➊ ➋x➌➙➊0➋x➌, ➑ ➏➔➏→➑➏→➐➍➢→➐→➏➔➔➥➔➣➔➟: ➸
➚
➺ sup x ➪➊0➋x➌-➦➋x➌ ➶
➩➔➣➔➓➞➒➏➍➐➜ ➛➔➧→➐➑ ➏➔➏→➑➏→➐ →➎→➓ ➒➛➍➨➔➐➔ ➎➢➔➛➔➐➽➒➛➏→➐➔➣➏ ➒➛➢➔➍➟➔ ➎➏ ➔➛➔ ➊0➋x➌➥➔ ➎➦➋x➌, ➥→➓➔ ➎➔➧→➎➜➑→➝➔ ➎➜➥ →➟ →➨➲➏ ➒➑→➑ ➐ ➔ ➎➊0➋x➌➏➒➛➣➒➏➔➐➥→➔➏➔➑ ➧➍➎➜➑→➑ ➔➓➨➒➣➦➋x➌.
3➌ ➳ ➎➏➍ ➐➍ ➢→➑➔➏➍➑→➑→➥➒➎➜➔ ➎➟ →➨➲➏ ➒➑→➑➏➔ ➎➥ →➎➜➔ ➎➝➔ ➎➜➓ ➒➎ ➒➏➔➨➐ ➔ ➎➞➔➟➾➔
➊ ➋x➌ ➡➊0➋x➌, ➑ ➏➔➏→➑➏→➵➍ ➢→➐→➏➔➔➥➔➣➔➟: ➸
➹
➺ sup x ➪➦➋x➌-➊0➋x➌ ➶
➘→➣➔ ➥→➑ ➔ ➢→➐➔ ➎ ➥➔➣➔➓ ➞➒➎➏➍ ➐ ➜ ➛➔➧→➐➫ ➑ ➏➔➏→➑ ➏→➐ →➎→ ➓ ➒➛➍➨➔➐➔ ➎ ➢➔➛➔➐ ➽➒➛➏→➐ ➔➣ ➏ ➒➛➢➔➍➟ ➔ ➎➏➔➛➔ ➦➋x➌ ➥➔ ➎ ➊0➋x➌ ➓ ➔ ➎➔➐ ➔➣➔ ➦➋x➌ ➏ ➒➛ ➣➒➏➔➐ ➥→ ➔➏➔➑ ➊0➋x➌.
(1)
ikan pa 14 0 IkanPA
ikan pa 15 0 IkanPA
ikan pa 16 0 IkanPA
ikan pa 17 1 IkanPA
ikan pa 18 0 IkanPA
ikan pa 19 0 IkanPA
ikan pa 20 0 IkanPA
Catatan : interaksi men✸atakan interaksi jenis bubu dengan jenis umpan, IkanPA berarti interaksi
(2)
Lampiran 3 (Lanjutan)
Hasil
Session
pada lembar hasil MINITAB.
✹rus✺✻✼ ✽W✻✼ ✼ ✾ ✿❀est❁✼ ❂ ❃stere✺❂r ❄ersus ❃u❃u
Kruskal-Wallis Test on lobsterekor bubu N Median Ave Rank Z pa 40 0.000000000 49.4 -2.46 ps 40 0.000000000 60.9 0.10 s 40 0.000000000 71.1 2.37 Overall 120 60.5
H = 7.78 DF = 2 P = 0.020
H = 15.59 DF = 2 P = 0.000* ❅adjusted for ties)
✹rus✺✻✼ ✽W✻✼ ✼ ✾ ✿❀est❁✼ ❂ ❃stere✺❂r ❄ersus u❆❇✻❈
Kruskal-Wallis Test on lobsterekor umpan N Median Ave Rank Z Cacing 60 0.000000000 64.2 1.16 ikan 60 0.000000000 56.8 -1.16 Overall 120 60.5
H = 1.35 DF = 1 P = 0.246
H = 2.70 DF = 1 P = 0.101 (adjusted for ties)
✹rus✺✻✼ ✽W✻✼ ✼ ✾ ✿❀est❁✼ ❂ ❃stere✺❂r ❄ersus i❈ter✻ ✺si
Kruskal-Wallis Test on lobsterekor interaksi N Median Ave Rank Z CacingPA 20 0.000000000 48.0 -1.76 CacingPS 20 0.000000000 65.3 0.67 CacingS 20 0.500000000 79.3 2.65 IkanPA 20 0.000000000 50.9 -1.36 IkanPS 20 0.000000000 56.6 -0.55 IkanS 20 0.000000000 63.0 0.35 Overall 120 60.5
H = 10.68 DF = 5 P = 0.058
(3)
Pemasangan umpan cacing.
Pemasangan umpan tembang.
(4)
Lampiran 4 (Lanjutan)
Proses pengangkatan bubu (haul
ing
).
Proses pengambilan hasil tangkapan dari bubu.
(5)
Nama lokal : Udang Barong Nama Indonesia : Lobster Hijau Pasir Nama Inggris :Scalloped Spiny Lobster
Nama Latin :Panulirus homarus
Nama lokal : Udang Barong Nama Indonesia : Lobster Mutiara Nama Inggris :Ornate Rock Lobster
Nama Latin :Panulirus ornatus
Nama lokal :Udang Barong Nama Indonesia : Lobster Hijau Bambu
Nama Inggris :Painted Rock Lobster
Nama Latin :Panulirus versicolor
Nama lokal : Rajungan macan Nama Indonesia : Rajungan
Nama Inggris :Crucifix Crab(Swimming crab)
Nama Latin :Charybdis feriatus
Nama lokal : Kerapu Balong Nama Indonesia : Kerapu Lumpur Nama Inggris :Orange-spotted grouper
Nama Latin :Epinephelus maculatus
Nama lokal : Udang Mantis Nama Indonesia : Udang Mantis
Nama Inggris :Mantis Shrimp
(6)
Nama lokal : Rajungan batu Nama Indonesia : Rajungan Nama Inggris :Ridged Swimming Crab
(Swimming crab)
Nama Latin :Charybdis natator
Nama lokal : Rajungan Nama Indonesia : Rajungan Nama Inggris :Blue Swimming Crab
Nama Latin :Portunus pelagicus
Nama lokal : -Nama Indonesia : Rajungan
Nama Inggris :Blood-spotted swimming crab (Three Spotet Swimming carab)
Nama Latin :Portunus sanguinolentus
Nama lokal : Cumi Batok Nama Indonesia : Sotong Nama Inggris :Cuttlefish