Online chili (Capsicum annuum. L) agribusiness consultation based on mobile system

SISTEM KONSULTASI ONLINE AGRIBISNIS CABAI
(Capsicum annuum. L) BERBASIS MOBILE

ERLAN DARMAWAN

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Sistem Konsultasi Online
Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L) Berbasis Mobile adalah karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir
tesis ini.


Bogor, September 2011

Erlan Darmawan
NRP G651090344

ABSTRACT
ERLAN DARMAWAN. Online Chili (Capsicum annuum. L) Agribusiness
Consultation Based On Mobile System. Under direction of KUDANG BORO
SEMINAR, SRIANI SUJIPRIHATI dan HENDRA RAHMAWAN.
A mobile based Chili online agribusiness consultation system is a consultation
system which serves the information and knowledge for farmers and stake holder
involved in chili Agribusiness so they can access all needed information in
processing, marketing, and developing their agricultural products by using
mobile device such as: hand phone, PDA that have GPRS (General Packet Radio
Services). The purpose of the research is to make the farmers as direct
independent users in getting the information, by using information technology, so
the mobile device it can be communication media and knowledge based
consultation devices. The developing of mobile based consultation system is for
supporting the activities of Agribusiness that include market information, weather
information, and government policy about the farm production result that will be

observed to give solution for Agribusiness doers, especially for the chili farmers
in consulting all information needed to develop the result of Agriculture. This
system is built by using System Development Life Cycle (SDLC) approach. It is an
adaptive extreme Programming which is one of Agile’s methodologies that consist
of explorating, planning, iteration launching software. The source of knowledge
is gotten from the experts, police makers, customer, research institution,
University, and from books, research journals, bulletin, and online information
system.
Key words: System, Consultation, Online, Agribusiness, Chili, mobile, Farmer,
Information, Extreme programming, tacit, explicit.

RINGKASAN

ERLAN DARMAWAN. Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum
annuum. L) Berbasis Mobile. Di bawah bimbingan KUDANG BORO SEMINAR,
SRIANI SUJIPRIHATI dan HENDRA RAHMAWAN.
Sistem konsultasi online agribisnis cabai berbasis mobile, merupakan
sebuah sistem konsultasi yang menyediakan informasi dan pengetahuan bagi
petani dan stake holder yang terlibat dalam agribisnis cabai, sehingga mereka
dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam mengelola,

memasarkan, dan mengembangkan hasil pertaniannya melalui mobile device yang
dimilikinya seperti handphone, PDA dan lain sebagainya yang memiliki fasilitas
GPRS (General Packet Radio Services), dengan tujuan menjadikan petani sebagai
pengguna langsung yang independent terhadap informasi yang diperlukan dengan
memanfaatkan teknologi informasi, sehingga mobile device tersebut dapat
dijadikan sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai alat konsultasi berbasis
pengetahuan. pengembangan sistem konsultasi berbasis mobile untuk mendukung
kegiatan agribisnis meliputi informasi pasar, informasi prakiraan cuaca, dan
kebijakan-kebijakan pemerintah mengenai produksi hasil pertanian yang akan
diteliti dengan harapan menjadi solusi bagi para pelaku agribisnis, khususnya
petani cabai untuk dapat melakukan konsultasi terhadap semua informasi yang
dibutuhkan untuk mengembangkan produksi hasil pertaniannya. Sistem ini
dibangun dengan menggunakan pendekatan System Development Life Cycle
(SDLC) adaptif yaitu Extreme Programming yang merupakan salah satu
metodology dari Agile yang terdiri dari tahapan explorasi, tahapan planning,
iterasi peluncuran perangkat lunak dan peluncuran rilis akhir perangkat lunak.
Sumber pengetahuan didapatkan secara tacit dari pakar, police maker, produsen,
lembaga penelitian,perguruan tinggi, dan secara explicit diperoleh dari buku,
jurnal, bulletin, dan sistem informasi online.
Penyampaian informasi tersebut dianalisa ,di desain dan dikemas dalam

sebuah sistem konsultasi online agribisnis cabai (Capsicum annum. L) berbasis
mobile dengan menggunanakan teknologi WAP yang dapat diakses melalui
fasilitas GPRS, mengingat bahwa dari segi biaya teknologi WAP lebih murah
karena memiliki Bandwith yang rendah, kemampuan CPU yang rendah, memori
yang kecil, tampilan yang terbatas, catudaya (baterai) yang minimal, sehingga
lebih cepat diakses dan cocok bagi masyarakat menengah kebawah terutama bagi
petani, sehingga sistem konsultasi agribisnis cabai ini dapat diterapkan, dan dapat
diterima oleh pelaku agribisnis khususnya petani cabai.
Sistem konsultasi online agribisnis cabai ini dibangun dengan prototype
yang terdiri dari desain interface backend yang di kelola melalui web base oleh
administrator dan frontend yang bisa diakses secara mobile oleh user dalam hal

ini petani cabai melalui handphone, PDA, dan lain sebagainya yang memiliki
fasilitas GPRS didalamnya. Sehingga sistem ini dapat menjadikan petani sebagai
pengguna langsung yang independent / tanpa perantara pihak lain terhadap
informasi yang diperlukan dengan memanfaatkan teknologi informasi

© Hak Cipta milik IPB, tahun 2011
Hak Cipta dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan

atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh Karya tulis
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

SISTEM KONSULTASI ONLINE AGRIBISNIS CABAI
(Capsicum annuum. L) BERBASIS MOBILE

ERLAN DARMAWAN

Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Departemen Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

2011

Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Widodo

LEMBAR PENGESAHAN
: Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai (Capsicum
annuum. L) Berbasis Mobile
Nama
: Erlan Darmawan
NRP
: G 651090344
Program Studi : Ilmu Komputer
Judul Tesis

Disetujui
Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kudang B. Seminar, M.Sc.
Ketua


Hendra Rahmawan, S.Kom, MT.
Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi
Ilmu Komputer

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr. Ir. Agus Buono, M. Si, M. Kom

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc.Agr

Tanggal Ujian : 24 September 2011

Tanggal Lulus : 24 September 2011

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat

dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian sebagai salah
satu syarat dalam menyelesaikan perkuliahan di Magister Sains, Ilmu Komputer,
Institut Pertanian Bogor.
Dalam penelitian ini, penulis akan melakukan penelitian mengenai sistem
konsultasi online untuk agrobisnis cabai (capsicum anuum.l) berbasis mobile,
dimana para pelaku bisnis dalam hal ini petani cabai dapat mengakses semua
informasi yang diperlukan dalam rangka meningkatkan dan mengembangkan hasil
produksi pertaniannya melalui perangkat mobile seperti handphone, PDA, dan
lain sebagainya.
Penulis menyadari, dalam penulisan ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun, sangat penulis harapkan
dari berbagai pihak. Dan dengan tersusunnya hasil Tesis ini, tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan berbagi pihak.
Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih dan
penghargaan yang tulus kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Agus Buono, M.Si, M.Kom selaku Ketua Program Studi
Magister Ilmu Komputer IPB.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc selaku ketua komisi
pembimbing yang telah dengan tulus dan sabar membimbing dan
mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian dengan cepat.

3. Ibu Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, M.Sc dan Bapak Hendra Rahmawan,
S.Kom., MT selaku komisi pembimbing yang telah membantu dan telah
memberi banyak petunjuk – petunjuk yang berharga demi terwujudnya
laporan penelitian Tesis ini.
4. Bapak Eko Nugroho dari Ministry of Agriculture Center For Agricultural
Data and Information System yang telah memberikan kemudahan kepada
penulis dalam mendapatkan data dan informasi yang diperlukan dalam
penelitian ini.
5. Untuk kedua orang tua penulisyang telah tenang di Surga, kakak, serta
keluarga besar yang telah memberikan doa dan dorongan dalam penyusunan
laporan penelitian ini.
6. Sahabat dan rekan – rekan mahasiswa Program pendidikan Magister Sains
Mayor Ilmu Komputer yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang
telah memberikan sumbangan bahan yang diperlukan dan berbagai
pengetahuan serta pengalaman dalam penyusunana laporan ini.
Dan semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah
membantu dalam penyusunan Tesis ini.

Bogor, September 2011


Erlan Darmawan

RIWAYAT HIDUP

Penulis (Erlan Darmawan) dilahirkan di Kuningan pada
tanggal5 September 1980 sebagai anak ke enam dari
enam bersaudara dari pasangan Alm. Uka Sukari dan
Alm. Siti Chodidjah. Pendidikan yang pernah ditempuh
yaituSDN Kedungarum 1 Kuningan(1987-1993), SMPN
1 Kuningan (1993-1996) dan SMUN 2 Kuningan (19961999). Pada tahun 2004 penulis melanjutkan studi di
Fakultas Ilmu Komputer Universitas Kuningan (UNIKU)
jurusan Teknik Informatika dan lulus pada tahun 2008.
Selama menempuh pendidikan S1, penulis mendapat beasiswa Peningkatan
Prestasi Akademik (PPA), karena memperoleh penghargaan sebagai mahasiswa
terbaik dengan yudisium Cum Laude. Selain itu penulis pernah mendapatkan
penghargaan sebagai Juara Pertama Lomba Karya Tulis Ilmiah Tingkat Kopertis
Wilayah IV Jawa Barat & Banten dengan judul Aplikasi Situs Portal Berbasis
WAP dengan PHP, WML, dan MySQL untuk Perguruan Tinggi. Pada Tahun
2009 Penulis melanjutkan studi ke jenjang pascasarjana(S2) Ilmu Komputer
(ILKOM), Institut Pertanian Bogor sampai dengan sekarang.

Pada tahun 2008 sampai sekarang penulis bekerja sebagai dosen di Fakultas Ilmu
Komputer Universitas Kuningan, dan pernah menduduki jabatan struktural
sebagai Kepala Lab FKOM UNIKU (2008-2009) dan sebagai Sekretaris Program
Studi Sistem Informasi FKOM UNIKU dari tahun 2009 sampai dengan sekarang.

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………… iii
DAFTAR TABEL ………………………………………………………….. vi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ………………………………………………………. 1
B. RuangLingkup ………………………………………………………. 4
C. Tujuan ……………………………………………………………….. 4
D. Manfaat ……………………………………………………………… 4
TINJAUAN PUSTAKA
A. Agribisnis …………………………………………………………….. 6
B. Tanaman Cabai……………………………………………………….. 9
C. Terminologi Data, Informasi, danPengetahuan ……………………… 9
D. Sistem Informasi……………………………………………………… 10
E. Manajemen Pengetahuan ……………………………………………. 12
F. Kebutuhan Informasi Agribisnis …………………………………….. 15
G. System Development Life Cycle …………………………………….. 16
H. Wireless Application Protocol (WAP) ………………………………. 24
I. Penelitian Terdahulu …………………………………………………. 30
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Pemikiran …………………………………………………. 31
B. Waktu dan Tempat ………………………………………………….. 33
C. Metodologi Penelitian ……………………………………………….. 33
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Tahapan Eksplorasi…………………………………………………… 37
1. Dokumentasi atas Visi dan Ruang Lingkup Pekerjaan …………… 37
2. Dokumentasi Struktur Proyek Yang Akan Dikembangkan ………. 42
3. Dokumentasi Teknologi Yang Digunakan ………………………. 62

i

B. Tahapan Planning...…………………………………………………… 62
C. Iterasi Peluncuran Perangkat Lunak

……………………………… 65

1. Tahap analisis………………………………………………………65
2. Tahap Desain …………………………………………………….. 75
D. Tahap Pengujian (testing) ……………………………………………. 80
E. Peluncuran Rilis Akhir Perangkat Lunak …………………………….. 88
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………..101
B. Saran…………………………………………………………………..101

DAFTAR PUSTAKA

ii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1

: Lima Sub Sistem Kegiatan Agribisnis ……………………….. 6

Gambar 2

: Hubungan antara Data, Informasi, dan Pengetahuan ………… 10

Gambar 3

: Komponen Sistem Informasi (Mannino, 2001) …………........ 11

Gambar 4

: Strategi Transformasi Pengetahuan ………………………….. 14

Gambar 5

: Metode Waterfall (Satzinger. et.al,2007) ……………………. 18

Gambar 6

: Model Pendekatan Spiral (Satzinger et al. 2007) ……………. 19

Gambar 7

: Tahapan Extreme Programming(Abrahamsson, 2002) ……… 22

Gambar 8

: Wireless Aplication Protocol (WAP) …………….................. 26

Gambar 9

: Protokol WAP ……………………………………………….. 28

Gambar 10 : Kebutuhan Informasi Agribisnis …………………………….. 33
Gambar 11 : Tahapan Pengembangan Sistem ……………………………… 34
Gambar 12 : Susunan Fisik Sistem…………………………………………. 64
Gambar 13 : Hierarki Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai
Merah ………………………………………………………… 66
Gambar 14 : Use Case Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai 68
Gambar 15 : Activity Diagram Sistem Konsultasi Online Agribisnis Cabai
Besar Merah…………………………………………………… 72
Gambar 16 : Class Diagram Konsultasi Online Agribisnis Cabai ………… 74
Gambar 17 : Desain Interface Halaman Menu Login ……………………… 76

iii

Gambar 18 : Desain Interface Menu Home Administrator ………………… 76
Gambar 19 : Desain Interface Manajemen Menu …………………………. 77
Gambar 20 : Desain Interface Halaman Menu Page ………………………. 77
Gambar 21 : Desain Interface Menu Informasi Pasar………………………. 78
Gambar 22 : Desain iInterface Menu Prakiraan Cuaca …………………….. 78
Gambar 23 : Rancangan Output Halaman Menu Utama ………………….. 79
Gambar 24 : Rancangan Output Halaman Cabai…………….………………79
Gambar 25 : Rancangan Output Halaman Informasi Harga Pasar …………. 79
Gambar 26 : Rancangan Output Halaman Informasi Prakiraan Cuaca ……. 80
Gambar 27 : Rancangan Output Kebijakan/ Kemitraan ……………………. 80
Gambar 28 : Rancangan Output Teknologi Pra Dan Pasca Panen …………. 80
Gambar 29 : Halaman Menu Login Admin ……………………………….. 88
Gambar 30 : Halaman Menu Admin ……………………………………….. 89
Gambar 31 : Halaman Input Data…………………………………………... 89
Gambar 32 : Halaman Laporan Hasil Input Data……………………………90
Gambar 33 : Halaman Menu Utama pada Browser ……………………….. 90
Gambar 34 : Menu Sejarah Pada Sub Menu Cabai ………………………… 91
Gambar 35 : Menu Klasifikasi Pada Sub Menu Cabai ……….…………….. 91
Gambar 36 : Menu Morfologi Pada Sub Menu Cabai……….……………... 92
Gambar 37 : Menu Syarat Tumbuh Pada Sub Menu Cabai………………… 92
Gambar 38 : Halaman Menu Analisis Usaha Tani….……………………….93
Gambar 39 : Halaman Menu Persiapan Lahan …………………………….. 93

iv

Gambar 40 : Halaman Menu Penentuan Dosis Pupuk...…………………… 94
Gambar 41 : Halaman Menu Pemilihan Benih…..…………………………. 95
Gambar 42 : Halaman Menu Pengendalian Hama ………….. …………….. 96
Gambar 43 : Halaman Menu Pengendalian Penyakit ……………………… 97
Gambar 44 : Halaman Menu Informasi Harga Pasar ………………………. 98
Gambar 45 : Halaman Menu Informasi Cuaca ……………………………. 98
Gambar 46 : Halaman Menu Kebijkan ……………………………………. 99
Gambar 47 : Halaman Menu Kemitraan …………………………………..100
Gambar 48 : Halaman Menu Teknologi Pra dan Pasca Panen ……………..100
.

v

DAFTAR TABEL

Tabel 4.2

: Perkembangan Harga Pokok Cabai Merah Per BulanMaret
2010 Sampai Maret 2011 Di 33 Provinsi Di Indonesia ……… 50

Tabel 4.2

: Rata-Rata Perkembangan Harga Cabai Merah Nasional Maret
2010-Maret 2011……………………………………………… 52

Tabel 4.3

: Produktivitas Cabai Merah Menurut Provinsii, 2005-2009…... 53

Tabel 4.4

: Produksi Cabai Merah menurut Provinsi, 2005-2009 ………. 54

Tabel 4.5

: Skenario User Mengakses Sistem Konsultasi Online Cabai …. 69

Tabel 4.6

: Pengujian Black Box Sistem Konsultasi Agribisnis Cabai ….. 81

Tabel 4.7

: Komponen Analisis Usaha Tani ……………………………… 93

vi

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kebutuhan informasi sangat penting pada era informasi sekarang ini.
Informasi sama pentingnya dengan faktor produksi utama seperti tanah,
tenaga kerja, dan modal. Informasi merupakan salah satu syarat yang
diperlukan bagi pembangunan pertanian atau agribisnis, karena sumber daya
yang ada tanpa didukung oleh informasi tidak akan memberikan hasil yang
optimal. Selain itu informasi juga mempunyai efek ganda yang besar terhadap
efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya lainnya.
Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua
kegiatan utama, yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities) dan kegiatan
luar usaha tani (off farm activities) seperti pengadaan sarana produksi,
agribisnis pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa penunjang. Setidaknya
terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu :
1. Sub sistem faktor input pertanian (input factor sub-system)
2. Sub sistem produksi pertanian (production sub-system)
3. Sub sistem pengolahan hasil pertanian (processing sub-system)
4. Sub sistem pemasaran (marketi sub-system)
5. Sub sistem penunjang kelembagaan (supporting institution sub-system)
Kegiatan agribisnis itu sendiri bertujuan untuk meningkatkan taraf
hidup pelaku agribisnis. Salah satu komoditas agribisnis yang sangat
dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia adalah cabai.
Konsumsi

cabai

rata-rata

penduduk

Indonesia

adalah

5.21

Kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010 adalah
sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan
118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49
% per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan

kondisi tersebut dapat diketahui

bahwa konsumsi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.378.727 ton
dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5.89 ton/ha
(BPS, 2011). Angka konsumsi cabai jika dibandingkan dengan produksinya

1

maka terjadi surplus sebesar 141.058 ton (10.23% dari total produksi). Oleh
karena itu perlu dilakukan langkah antisipasi agar produksi cabai dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi nasional. Salah satu langkah yang dapat
dilakukan adalah dengan melakukan intensifikasi kegiatan agribisnis cabai.
Tantangan yang dihadapi petani dalam rangka mengoptimalkan
kegiatan agribisnis cabai adalah kurangnya informasi dan pengetahuan terkait
dengan kegiatan agribisnis cabai. Secara umum informasi yang dibutuhkan
masyarakat terdiri dari empat bagian yaitu perencanaan usaha tani,
pelaksanaan usaha tani, evaluasi usaha tani, dan mengatasi masalah usaha tani
(Tamba, 2007).
Pertama, informasi perencanaan usaha tani terdiri dari:
1. Peningkatan produksi dan mutu sayuran
2. Ketersediaan sarana produksi
3. Ketersediaan permodalan
4. Teknologi pengolahan hasil pertanian, dan
5. Analisis usaha tani.
Kedua, informasi yang terkait dengan pelaksanaan usaha tani adalah
1. Cara pengorganisasian penyediaan sarana produksi
2. Pengorganisasian penyediaan dan penggunaan permodalan
3. Teknologi budidaya/produksi
4. Teknologi panen dan pasca panen, dan
5. Pengawasan produksi
Ketiga, informasi yang terkait dengan evaluasi usaha tani meliputi
1. Prosedur kerja usaha tani
2. Cara menilai proses pelaksanaan usaha tani
3. Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan usaha tani.
Keempat, informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
usaha tani yaitu
1. Teknik manajerial usaha tani
2. Rantai pemasaran sayuran
3. Proses produksi, dan
4. Perusahaan mitra

2

Untuk menyediakan informasi dan pengetahuan bagi petani dan stake
holder yang terlibat dalam bidang pertanian maka perlu dibangun sebuah
sistem konsultasi online agribisnis berbasis mobile. Hal ini dikarenakan
semua lapisan masyarakat khususnya para pelaku agribisnis dalam hal ini
adalah para petani cabai, rata- rata telah memiliki perangkat mobile seperti
handphone. Sehingga sistem konsultasi ini dikembangkan untuk dapat
memenuhi kebutuhan informasi dan pengetahuan (knowledge) dalam kegiatan
agribisnis dengan harapan dapat menjadi media diseminasi informasi dan
pengetahuan agribisnis kapan saja dan dimana saja.
Ide dasarnya adalah merancang dan membuat sebuah aplikasi berbasis
mobile yang digunakan

khusus bagi para petani cabai, dimana mereka

nantinya dapat mengakses berbagai informasi yang dibutuhkan dalam
mengelola, memasarkan, dan mengembangkan hasil pertaniannya dimana pun
mereka berada tidak terbatas dengan waktu dan tempat, sehingga telepon
celuller tersebut dapat dijadikan sebagai alat komunikasi sekaligus sebagai
alat konsultasi berbasis pengetahuan. Hal ini di dasarkan untuk menjawab
hasil penelitian sebelumnya oleh Mariati Tamba dalam disertasinya mengenai
kebutuhan informasi pertanian dan aksesnya bagi petani sayuran. Salah satu
kelemahan dalam analisis SWOT mengenai faktor-faktor internal dan
eksternal yang berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis sayuran dalam
penyediaan informasi yang dibutuhkan petani sayuran adalah (Tamba, 2007)
1. Ketersediaan informasi pertanian sesuai kebutuhan petani sayuran masih
terbatas
2. Kesadaran petani akan pentingnya informasi masih kurang
3. Kurangnya komitmen pemerintah daerah menyediakan informasi pertanian
bagi petani
4. Pengelola sistem informasi pertanian kurang tanggap terhadap informasi
yang dibutuhkan petani, dan
5. Kondisi faktor-faktor fisik yang kurang mendukung seperti : luas lahan,
modal, sarana dan prasarana, serta sistem pemasaran belum tertata dengan
baik.

3

B. Ruang Lingkup
Pada penelitian ini, ruang lingkup yang membatasinya adalah
pengembangan sistem konsultasi berbasis mobile untuk mendukung kegiatan
agribisnis meliputi informasi pasar, informasi prakiraan cuaca, dan kebijakankebijakan pemerintah mengenai produksi hasil pertanian yang akan diteliti.
Sistem konsultasi yang akan dibangun lebih spesifik pada komoditas cabai
(Capsicum annuum. L.), Sehingga informasi yang tersedia dalam sistem ini
dapat langsung diterima oleh petani sebagai pelaku bisnis tanpa harus melalui
perantara atau pihak lain.
Adapun perangkat mobile yang akan digunakan sebagai alat konsultasi
tentunya harus memiliki fasilitas akses internet seperti GPRS dan WAP
(Wireless Application Protocol)

C. Tujuan
Tujuan utama penelitian ini adalah merancang sebuah konsep
pendistribusian informasi kepada para pelaku usaha tani khususnya petani
cabai

dalam

mengembangkan

produksi

hasil

pertaniannya

dengan

memanfaatkan fasilitas teknologi informasi, secara lebih spesifik tujuan
penelitian ini adalah :
1. Menganalisa dan mendesain sistem konsultasi online agribisnis cabai
(Capsicum annum.L.) berbasis mobile
2. Rancang bangun prototype sistem konsultasi online agribisnis cabai
berbasis mobile

D. Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk :
1. Menjadi solusi bagi para pelaku agribisnis, khususnya petani cabai untuk
dapat melakukan konsultasi terhadap semua informasi yang dibutuhkan
untuk mengembangkan produksi hasil pertaniannya dengan memanfaatkan
fasilitas teknologi informasi seperti handphone, PDA, dan lain sebagainya.

4

2. Petani dapat langsung menerima informasi yang diperlukannya melalui
perangkat teknologi informasi tanpa harus melalui perantara pihak lain
dalam mengembangkan produksi hasil pertaniannya
3. Penyuluh

pertanian

dapat

memanfaatkan

sistem

untuk

kegiatan

penyuluhan, sehingga para pelaku agribisnis dapat secara langsung
membuktikan melalui perangkat mobile yang mereka miliki

5

TINJAUAN PUSTAKA

A. Agribisnis
Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua
kegiatan utama, yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities), dan kegiatan
luar usaha tani (off farm activities) seperti pengadaan sarana produksi,
agribisnis pengolahan, pemasaran, dan jasa-jasa penunjang. Setidaknya
terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu Sub
sistem faktor input pertanian (input factor sub-system),Sub sistem produksi
pertanian (production sub-system), Sub sistem pengolahan hasil pertanian
(processing sub-system), Sub sistem pemasaran (marketi sub-system), Sub
sistem penunjang kelembagaan (supporting institution sub-system).
Faktor Input
Pertanian

Faktor Input
Penunjang
Kelembagaan

Faktor
Pemasaran

Agribisnis

Faktor Produksi
Pertanian

Faktor Pengolahan
hasil Pertanian

Gambar 1 Lima Sub Sistem Kegiatan Agribisnis

Faktor-faktor yang mendukung dalam kegiatan agribisnis baik pada
kegiatan on-farm maupun off-farm diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Faktor ketersediaan sumber informasi (Agricultural Information Source
Factor).
Ketersediaan informasi menjadi faktor penting dalam kegiatan
agribisnis. Jika dikaitkan dengan berbagai sub-sistem kegiatan agribisnis,
maka seluruh kegiatan agribisnis membutuhkan faktor informasi dan

6

pengetahuan (knowledge) dalam setiap kegiatan. Informasi yang
dibutuhkan petani meliputi berbagai kegiatan agribisnis dari Hulu sampai
Hilir. Kebutuhan informasi dan pengetahuan itu adalah (Margaret J. et.al,
2007) :
a. Teknik pengolahan tanah, teknik pengolahan tanah menjadi penting
bagi petani. Pengolahan tanah yang baik menjadi faktor utama
suksesnya kegiatan budidaya pertanian
b. Benih, informasi mengenai benih meliputi benih apa yang harus
digunakan untuk spesifikasi lokasi
c. Cuaca dan Iklim, kondisi cuaca dan iklim yang berubah-ubah saat ini
menjadikan petani sulit untuk memprediksi cuaca dan iklim pada
spesifik lokasi. Petani membutuhkan informasi yang real time terkait
dengan cuaca dan iklim untuk merencanakan kegiatan budidaya.
d. Nutrisi yang dibutuhkan tanaman, informasi kebutuhan nutrisi
tanaman dibutuhkan oleh petani untuk memproyeksikan kebutuhan
dari tanaman. Petani saat ini hanya mengira-ngira dosis pupuk yang
dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tanaman. Hal ini
menjadikan kegiatan pertanian tidak presisi dan terasa tidak efektif.
Hasil yang diperoleh tidak sesuai dengan yang diinginkan karena
nutrisi yang dibutuhkan tanaman tidak terpenuhi
e. Informasi dan pengetahuan terkait past management. Penggunaan
pestisida akhir-akhir ini menjadi pilihan utama bagi petani dalam
kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penggunaan yang
berlebih akan merusak lingkungan dan akan meninggalkan residu
pada tanaman yang ditanam. Hal ini akan membahayakan bagi
konsumen

akhir

produk

pengendalian hama yang

pertanian.

Pengetahuan

mengenai

ramah lingkungan dan tepat sasaran

diperlukan oleh petani agar dapat mengendalikan hama dan penyakit
dengan meminimalkan penggunaan pestisida.
f. Informasi harga pertanian. Informasi harga pertanian pada berbagai
pasar disekitar spesifik lokasi diperlukan oleh petani dalam rangka
mendapatkan harga yang baik. Harga pertanian saat ini umumnya

7

ditentukan oleh tengkulak. Hal ini menjadikan hasil yang diperoleh
kurang optimal.
g. Informasi dan pengetahuan mengenai analisis usaha tani. Analisis
usaha tani diperlukan
dibutuhkan

dan

untuk menentukan biaya investasi yang

strategi

penyediaannya.

Kegiatan

agribisnis

merupakan kegiatan yang membutuhkan modal yang besar. Informasi
mengenai kebutuhan pendanaan (investasi) dan sumber kredit dengan
bunga ringan bagi petani dibutuhkan untuk mengembangkan kegiatan
agribisnis agar dapat bersaing.

2. Faktor kesediaan peralatan (Agricultural Equipment Factor)
Kesediaan

peralatan

pendukung

kegiatan

pertanian

sangat

dibutuhkan oleh petani agar kegiatan budidaya dapat berjalan dengan
baik. Mekanisasi pertanian menjadi kebutuhan utama bagi petani agar
kegiatan budidaya dapat berjalan dengan baik. Informasi dan pengetahuan
mengenai ketersediaan peralatan pertanian mulai dari alat dan mesin
pengolahan lahan, aplikator pestisida, alat dan mesin pemanenan, serta
alat dan mesin pada kegiatan pasca panen pertanian.
Kebutuhan informasi dan pengetahuan pada berbagai kegiatan
agribisnis pertanian tersebut sulit didapatkan oleh petani. Petani umumnya
mendapatkan informasi dari mulut ke mulut antar petani yang pernah
melakukan budidaya yang sama. Hal ini tentu menjadi tidak efektif,
sehingga perlu dibuat sebuah sistem konsultasi agribisnis online berbasis
mobile serta bebasis pengetahuan. Penyediaan akses informasi ini
dilakukan seiring dengan perkembangan Teknologi Informasi yang begitu
pesat.
Salah satu dari berbagai kebutuhan akan informasi yang dibutuhkan
oleh masyarakat adalah dapat berkomunikasi dan mendapatkan informasi
yang di inginkan dengan adanya pemanfaatan teknologi seperti telepon
celuller, dimana pada saat ini penggunaan telepon celuller sudah memasuki
semua kalangan masyarakat luas, mulai dari anak-anak, orang dewasa,
bahkan para orang tua pun sudah tidak asing lagi dengan adanya penggunaan

8

telepon celuller, tentunya dengan fasilitas-fasilitas yang lebih canggih yang
tersedia di setiap perangkat telepon celuller seperti halnya fasilitas Internet,
GPRS, dan lain sebagainya.

B. Tanaman Cabai
Tanaman cabai diklasifikasikan kedalam spesies Capsicum anuum. L.
Berikut adalah penjelasan taksonomi tanaman cabai secara detail (USDA,
2011) :
Kingdom

: Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi

: Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi

: Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas

: Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo

: Tubiflorae

Famili

: Solanaceae

Genus

: Capsicum

Species

: Capsicum annuum dan lain-lain

Varietas

: Capsicum annuum L. var. annuum

Cabai (Capsicum annum. L) merupakan komoditas yang sangat penting
bagi masyarakat Indonesia. Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia
adalah 5.21 Kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2010
adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan
118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1.49
% per tahun (BPS, 2011). Berdasarkan

kondisi tersebut dapat diketahui

bahwa konsumsi cabai dalam negeri pada tahun 2010 mencapai 1.378.727 ton
dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5.89 ton/ha
(BPS, 2011).

C. Terminology Data, Informasi, dan Pengetahuan
Pengetahuan (Knowledge) dibangun dari data, data sendiri merupakan
fakta hasil observasi atau persepsi. Data belum mempunyai arti bagi
penerimanya dan masih memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa
berwujud suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, matematika, bahasa,

9

ataupun simbol-simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk
melihat lingkungan, obyek, kejadian, ataupun suatu konsep. Misalkan data
jam kerja bagi karyawan perusahaan. Data ini kemudian perlu diproses dan
diubah menjadi informasi. informasi sendiri adalah data yang sudah diproses,
di kumpulkan, dan memiliki makna dalam suatu konteks tertentu.

DATA
Proses

INFORMATION

KNOWLEDGE
Informasi
yang relevan

Data yang dapat digunakan untuk aksi

Sumber : Turban, 2007 .

Gambar 2 Hubungan antara Data, Informasi, dan Pengetahuan

Pengetahuan sendiri merupakan hasil internalisasi dari informasi
ataupun data yang tersimpan yang menjadi dasar untuk melakukan aksi.
Skema hubungan antara data, informasi, dan pengetahuan dapat dilihat pada
Gambar 2.

D. Sistem Informasi
Definisi sistem adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan
dan bekerja bersama untuk mencapai suatu tujuan dengan cara menerima
masukan (input) dan menghasilkan keluaran (output) di dalam suatu proses
yang terorganisasi (Satzinger, 2007). Sistem Informasi merupakan suatu
kumpulan komponen yang bekerja sama untuk mengatur perolehan,
penyimpanan, manipulasi, dan distribusi informasi. Sistem Informasi dapat
didefinisikan pula sebagai sebuah sistem terintegrasi, sistem manusia-mesin,
untuk menyediakan informasi untuk mendukung operasi, manajemen, dan
fungsi

pengambilan

keputusan

dalam

suatu

organisasi.

Sistem

ini

memanfaatkan perangkat keras dan perangkat lunak komputer, prosedur
manual, model manajemen, dan pengambilan keputusan serta basis data.
Sistem informasi secara umum memiliki tiga fungsi utama yaitu mengambil

10

data (capturing/input), mengolah, mentransformasikan, dan mengkonversikan
data

menjadi

informasi,

serta

mendistribusikan

informasi

(reporting/disseminating) kepada para pemakai sistem informasi. Database
dan sistem informasi mempunyai unsur-unsur yang saling terkait seperti pada
Gambar 3.
DATAWARE

BRAINWARE

Performance
Control System
S
O
F
T
W
A
R
E

Data

Process

Data Store

Info

H
A
R
D
W
A
R
E

NETWARE

Gambar 3 Komponen Sistem Informasi (Mannino, 2001)

Berikut adalah tipe-tipe sistem yang digunakan dalam suatu organisasi
(Satzinger et al. 2007) :
a. Transaction Processing System (TPS) merupakan sistem informasi yang
menangkap dan mengumpulkan informasi tentang segala transaksi pada
suatu organisasi
b. Management Information System (MIS) merupakan sistem informasi yang
bertugas mengolah data yang dikumpulkan oleh TPS. Hasil yang
diperoleh dari MIS adalah laporan-laporan yang berguna bagi manajemen
untuk perencanaan dan kontrol bisnis.
c. Decision Support and Knowledge – Base System (DSS/KBS) adalah
sistem yang digunakan sebagai penunjang pengambilan keputusan. Sistem
ini akan membantu user dalam mengambil keputusan yang cermat, namun
pengambilan keputusan tetap kepada pengguna sistem. Sistem akan

11

membantu dalam membuat pilihan-pilihan keputusan dan akibat-akibat
yang akan ditimbulkan dari keputusan yang akan diambil. Sistem ini juga
memungkinkan otomatisasi terhadap pengambilan keputusan yang
sifatnya rutin.
d. Enterprise Application System adalah sistem yang terintegrasi guna
melakukan operasi terhadap data yang besar. Umumnya sistem ini
merupakan kombinasi dari TPS, MIS, dan DSS/KBS.
e. Communication Support System merupakan sistem yang memfasilitasi
komunikasi antara pelanggan dan produsen
f. Office Support System merupakan sistem yang memungkinkan pekerja
pada suatu perusahaan untuk membuat dan membagi dokumen.

E. Manajemen Pengetahuan
Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) atau KM adalah
konsep yang telah muncul dalam beberapa tahun terakhir. KM merupakan
suatu

disiplin

yang

mengidentifikasi,

mempromosikan

menangkap,

dan

pendekatan

mengevaluasi

integrasi
pengambilan

untuk
dan

penggunaan bersama (sharing) seluruh asset informasi dari suatu organisasi.
Asset tersebut mencakup database, dokumen, kebijakan, prosedur, dan
keahlian yang telah diperoleh dari pengalaman individu yang telah bekerja
(T.Kanti Srikantatiah & Michael E.D. Koenis).
1. Sumber Pengetahuan
Terdapat dua jenis sumber pengetahuan yang dapat digunakan suatu
organisasi untuk melakukan kegiatannya yaitu :
a. Tacit

Knowledge

adalah

pengetahuan

yang

sifatnya

belum

terdokumentasi karena pengetahuan ini masih ada pada keahlian atau
pengalaman seseorang. Pada umumnya, Tacit Knowledge masih
berhubungan dengan hal–hal yang bersifat praktek, dimana transfer
knowledge tersebut masih dilakukan dengan cara sosialization (orang
ke orang).

Tacit

Knowledge

dapat

didokumentasikan, tetapi

membutuhkan penjelasan rinci agar tidak terjadi kesalahpahaman
kepada orang yang membaca dokumentasi dari tacit knowledge

12

tersebut. Jadi adakalanya Tacit Knowledge tidak dapat digantikan
dengan dokumentasi atau teknologi.
Yang menjadi tacit knowledge dalam penelitian ini adalah pakar,
policy maker, produsen, lembaga penelitian, dan perguruan tinggi
b. Explicit Knowledge: pengetahuan yang formal, sistematis dan mudah
untuk ditransfer atau dibagikan ke orang lain dalam bentuk
dokumentasi. Pada umumnya, Explicit Knowledge merupakan
pengetahuan yang bersifat teori dimana memudahkan para ahli untuk
membagi pengetahuannya kepada orang lain melalui buku, artikel dan
jurnal tanpa harus datang langsung untuk mengajari orang tersebut.
Asalkan para ahli dapat dengan jelas dalam mendokumentasikan
pengetahuannya, maka kemungkinan untuk terjadi kesalapahaman
dalam transfer knowledge akan kecil sekali.
Yang menjadi explicit knowledge dalam penelitian ini adalah buku,
jurnal, bulletin, proceeding, dan sistem informasi online.
2. Strategi Transformasi Pengetahuan
Akhir-akhir ini asset terpenting dari suatu industri adalah knowledge.
Menurut Nonaka dan Takeuci (1995) keberhasilan perusahaan di Jepang
ditentukan oleh keterampilan dan kepakaran mereka dalam penciptaan
pengetahuan dalam organisasinya (organizational knowledge creation).
Penciptaan knowledge tercapai melalui pemahaman atau pengakuan
terhadap hubungan synergistic dari tacit dan explicit knowledge dalam
organisasi, serta melalui desain dari

proses sosial yang menciptakan

knowledge baru dengan mengalihkan tacit knowledge ke explicit
knowledge.
Knowledge adalah pengetahuan, pengalaman, informasi factual, dan
pendapat para pakar yang digunakan untuk aksi. Organisasi perlu terampil
dalam mengalihkan tasit ke eksplisit dan kemudian ke tasit kembali yang
dapat mendorong inovasi dan pengembangan produk baru. Menurut
Nonaka dan Takeuchi (1995) perusahaan Jepang mempunyai daya saing
karena memahami knowledge merupakan sumber daya.

13

Gambar 4 Strategi Transformasi Pengetahuan
Pendekatan dan strategi pengalihan pengetahuan tentu perlu
dilakukan organisasi agar dapat bersaing dengan perusahaan lainnya. Perlu
langkah-langkah strategis untuk mentransformasikan dan mengubah
berbagai bentuk pengetahuan yang ada. Gambar 4 menggambarkan secara
skematis teknik konversi (pengalihan) knowledge. Proses pengalihan
pengetahuan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan dan strategi
yang meliputi :
a. Tacit menjadi Tacit (Socialization)
Teknik yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau organisasi
adalah dengan melakukan diskusi informal seperti brainstorming
secara periodik untuk mendiskusikan tentang produksi, pemasaran,
pengiriman, dan keuangan. Hasil dari diskusi ini masing-masing
karyawan dalam satu perusahaan akan memiliki knowledge yang lebih
banyak. Strategi bagi perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang
maka dapat dilakukan melalui teleconference antar cabang untuk
membahas topik tertentu.
b. Tacit menjadi Explicit (Externalization)
Transformasi knowledge dari tacit menjadi explicit

dapat

dilakukan dengan merekam atau mencatat hasil diskusi. Membuat
elektronik blackboard

sehingga pakar dibidangnya (produksi,

pemasaran, pengiriman, dan keuangan ) dapat memposting knowledge
tacit yang dimilikinya ke elektronik blackboard
14

c. Explicit menjadi Explicit (Combination)
Mentransfer laporan atau dokumen yang berbasis kertas dapat
digitalisasi misalnya dalam bentuk format PDF atau file DOC dan
lain-lain. File-file yang berisikan pengetahuan eksplisit dikumpulkan
dalam satu server sehingga mempermudah manajemen pengetahuan
dan dapat berbentuk website
d. Explicit menjadi Tacit (Internalization)
Menyediakan sistem yang mendokumentasikan semua keluhan
konsumen kemudian membuat jawaban terhadap keluhan konsumen,
sehingga operator bisa memberikan tanggapan terhadap keluhan
konsumen pada masa lalu. Menyediakan ruang baca yang berisikan
dokumen dan report dimana pegawai dapat menyerap knowledge dan
diolah berdasarkan situasi dan kondisi.

F. Kebutuhan Informasi Agribisnis
Tantangan yang dibutuhkan petani adalah informasi mengenai
berbagai informasi yang terkait dalam kegiatan agribisnis. Aspek-aspek
informasi yang dibutuhkan pada kegiatan usaha tani (merencanakan,
melaksanakan, mengevaluasi, dan mengatasi masalah usaha tani). Secara
umum informasi yang dibutuhkan oleh masyarakat terdiri dari empat bagian
yaitu perencanaan usaha tani, pelaksanaan usaha tani, evaluasi usaha tani, dan
mengatasi masalah usaha tani (Tamba, 2007).
Kebutuhan informasi dari keempat bagian tersebut adalah sebagai
berikut:
Pertama, informasi perencanaan usaha tani terdiri dari:
1. Peningkatan produksi dan mutu sayuran
2. Ketersediaan sarana produksi
3. Ketersediaan permodalan
4. Teknologi pengolahan hasil pertanian, dan
5. Analisis usaha tani.
Kedua, informasi yang terkait dengan pelaksanaan usaha tani adalah
1. Cara pengorganisasian penyediaan sarana produksi

15

2. Pengorganisasian penyediaan dan penggunaan permodalan
3. Teknologi budidaya/produksi
4. Teknologi panen dan pasca panen, dan
5. Pengawasan produksi
Ketiga, informasi yang terkait dengan evaluasi usaha tani meliputi
1. Prosedur kerja usaha tani
2. Cara menilai proses pelaksanaan usaha tani
3. Hambatan-hambatan yang mungkin terjadi selama pelaksanaan usaha tani.
Keempat, informasi yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah
usaha tani yaitu
1. Teknik manajerial usaha tani
2. Rantai pemasaran sayuran
3. Proses produksi, dan Perusahaan mitra

G. System Development Life Cycle
Sebelum membangun sistem informasi, kita harus mengetahui
metodologi pengembangan yang tepat bagi sistem. Pendekatan yang dapat
digunakan untuk melakukan pengembangan sistem informasi adalah
pendekatan System Development Life Cycle (SDLC) prediktif, pendekatan
adaptif dan Unified Process (UP). Selain itu berkembang paradigma baru
dalam pengembangan sistem informasi yaitu Agile Methodology yang terdiri
dari Extreme Pragramming (XP) dan Scrum (Satzinger, et, al, 2007). Berikut
adalah penjelasan singkat dari metode-metode tersebut :
1. Pendekatan Prediktif (Tradisional)
Pendekatan prediktif adalah sebuah SDLC dengan pendekatan yang
mengasumsikan

bahwa

pembangun

proyek

dapat

merencanakan,

mengorganisasikan dan membangun sistem informasi baru sesuai dengan
perencanaan. SDLC prediktif sangat baik digunakan dalam membangun
sistem yang sudah dapat diprediksi dan dapat didefinisikan dengan baik.
Terdapat lima tahapan yang sama dengan tahapan umum pemecahan
masalah yang ada pada pendekatan prediktif. Setiap proses dilaksanakan

16

secara sekuensial yang merupakan ciri utama pendekatan sistem prediktif.
Berikut adalah tujuan dari masing-masing tahapan :
a. Project Planning, tujuannya adalah untuk mengidentifikasi skup dari
sistem baru, menjamin proyek agar visible, dan membuat jadwal
perencanaan sumber daya, dan anggaran yang dibutuhkan dalam
pelaksanaan proyek.
b. Analysis, bertujuan untuk memahami dan mendokumentasikan detail
dari kebutuhan bisnis dan kebutuhan proses dari sistem baru
c. Design, bertujuan untuk mendesain solusi sistem berbasis pada
kebutuhan yang didefinisikan dan pembuatan keputusan terhadap
hasil analisis
d. Implementation, bertujuan membangun, menguji, dan menginstall
sebuah sistem informasi yang dapat dipercaya. Sistem sudah siap
ditrainingkan terhadap pengguna untuk mendapatkan keuntungan
yang diharapkan bagi pengguna sistem
e. Support, bertujuan untuk menjaga agar sistem tetap berjalan dengan
produktif dan sistem dapat memiliki daya tahan selama bertahuntahun.
jika dipandang dari resiko teknis dalam pengembangan sistem dengan
pendekatan prediktif maka resikonya tidak besar, hal ini karena pada tahap
perencanaan seorang analis dapat melakukan perencanaan dengan presisi.
Salah satu pendekatan SDLC yang digunakan dalam pendekatan prediktif ini
adalah waterfall seperti terlihat pada Gambar 5. Ciri khusus dari pendekatan
ini adalah suatu proses harus sudah selesai dilaksanakan sebelum
melaksanakan proses selanjutnya (sekuensial)

17

Gambar 5 Metode Waterfall (Satzinger. et.al,2007)

2. Pendekatan Adaptif
Pendekatan adaptif adalah SDLC dengan pendekatan yang lebih
fleksibel, diasumsikan bahwa proyek tidak dapat direncanakan secara
lengkap diawal pelaksanaan proyek. Pemecahan masalah didasarkan pada
progress proyek yang telah dihasilkan. Developer dapat memberikan
solusi terhadap suatu masalah cenderung fleksibel dan adaptif terhadap
hasil yang didapatkan, sehingga pada setiap tahapan dapat dilakukan
penyesuaian. Artinya, seorang analis tidak dapat membuat perencanaan di
awal proyek secara tepat dikarenakan sistem yang akan dibangun bersifat
adaptif.
Lebih jauh pendekatan ini dikenal dengan spiral model. Model spiral
memiliki banyak elemen adaptif dalam pengembangan sistem. Daur hidup
direpresentasikan dalam bentuk spiral, dimulai dari tengah keluar, iterasi,
dan iterasi lagi, sampai proyek selesai. Proyek ini sangat berbeda dengan
pendekatan

waterfall

yang

statik.

Pendekatan

spiral

dapat

di

implementasikan dengan berbagai cara. Gambar 6 memperlihatkan model
pendekatan spiral.

18

Gambar 6 Model Pendekatan Spiral (Satzinger et al. 2007)

Pada pengembangan dengan pendekatan spiral, setelah planning
awal selesai, pekerjaan dimulai dengan membuat prototype. Sebuah
prototype adalah model sebagai persiapan pekerjaan suatu sistem yang
lebih besar. Dalam setiap prototype, proses pengembangannya terdiri dari
sebuah garis edar sekuensial analisis, design, konstruksi, pengujian,
integrasi dengan prototype sebelumnya, dan daurnya berulang lagi.
Ketika perencanaan pada prototype selanjutnya telah selesai maka iterasi
aktivitas dimulai lagi sampai didapatkan sistem yang diinginkan.

3. Unified Process
Ciri utama (fitur) UP didefinisikan dalam empat fase iterasi yaitu
inception, elaboration, construction, dan transition. UP sendiri adalah
sebuah metodologi dalam pengembangan sistem dengan pendekatan
Object Oriented yang ditawarkan oleh IBM (Satzinger et al 2007).
Unifield Modelling Language (UML) sering digunakan dalam permodelan
pada metode ini. UML adalah model notasi standar untuk pendekatan

19

Object Oriented (OO), UP adalah pengembangan sistem OO yang tidak
standar dan merupakan salah satu penggunaan SDLC yang berada
diantara prediktif dan adaptif (Satzinger et al 2007).

4. Metode Agile
Metodologi pengembangan agile adalah proses yang digunakan
untuk meminimalkan jeda waktu antara analisis kebutuhan sistem dengan
pekerjaan desain dan implementasi (coding). Metode ini dipopulerkan
oleh Scott Ambler. Pengguna mendefinisikan kebutuhan dari sistem yang
akan dibangun dalam bentuk narasi. Setelah dilakukan satu iterasi maka
dilakukan pengujian terhadap sistem yang dibangun (Caserio, 2011).
Metode Agile umumnya dilaksanakan dalam potongan-potongan kecil.
Satu iterasi setidaknya mengandung satu aspek fungsional yang signifikan
dari aplikasi. Hal ini dilakukan agar team dapat berkonsentrasi untuk
mengerjakan pembangunan sistem secara optimal dan cepat. Berikut
adalah model praktek dari Agile :
a. Iterative
b. Teamwork
c. Simplicity
d. Validation

5. Extreme Programming
Extreme Programming (XP) merupakan salah satu metode adaptif
yang merupakan metode Agile yang diperkenalkan pada pertengahan
1990an. Terdapat empat nilai utama pada XP yang mendasar pada setiap
tahapan proses pengembangan sistem informasi yaitu (Satzinger,
et.al,2007) ;
a. Komunikasi
XP memfokuskan pada hubungan komunikasi yang baik antar
anggota tim. Para anggota tim harus membangun saling pengertian,
mereka juga wajib saling berbagi pengetahuan dan keterampilan
dalam mengembangkan perangkat lunak. Ego dari para programmer

20

yang biasanya cukup tinggi harus ditekan dan mereka harus
membuka diri untuk bekerjasama dengan programmer lain dalam
menuliskan kode program.
b. Courage
Para anggota tim dan penanggungjawab pengembangan
perangkat lunak harus selalu memiliki keyakinan dan integritas dalam
melakukan tugasnya. Integritas ini harus selalu dijaga bahkan dalam
kondisi adanya tekanan dari situasi sekitar ( misalnya oleh klien atau
pemilik perusahaan), untuk dapat melakukan sesuatu dengan penuh
integritas para anggota tim harus terlebih dahulu memiliki rasa saling
percaya. Rasa saling percaya inilah yang coba dibangun dan
ditanamkan oleh XP pada berbagai aspeknya.
c. Simplicity
Lakukan semua dengan sederhana. Hal tersebut adalah salah
satu nilai dasar dari XP. Gunakan method yang pendek dan simple,
jangan terlalu rumit dalam membuat desain, hilangkan fitur yang
tidak ada gunanya, dan berbagai proses penyederhanaan lain akan
selalu menjadi nilai utama dari setiap aspek XP.
d. Umpan balik (feedback)
Berikan selalu feedback kepada sesama anggota tim maupun
pihak-pihak lain yang terlibat dalam pengembangan perangkat lunak.
Utarakan selalu pikiran anda dan diskusikan kesalahan-kesalahan
yang muncul selama proses pengembangan. Dengarkan selalu
pendapat rekan yang lain, dengan adanya feedback inilah seringkali
kita menyadari bagian mana yang salah atau bisa ditingkatkan lagi
dari perangkat lunak yang dikembangkan.

6. Tahapan SDLC Extreme Programming
Terdapat lima tahapan utama dalam pengembangan sistem
informasi dengan menggunakan Extreme programming (XP) yaitu
(Abrahamson, 2002) : Eksplorasi, planning, iterasi pengembangan sistem
(analisisi,desain, testing), produksi, maintenance, dan mengakhiri proyek

21

dengan

mengeluarkan

final

release.

Akhir

disetiap

fase