Hot Pepper (Capsicum Annuum. L) Agribussiness Expert System Based On Android

(1)

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR AGRIBISNIS CABAI

(CAPSICUM ANNUUM.L) BERBASIS ANDROID

SAFARUDDIN HIDAYAT AL IKHSAN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(2)

ii

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Pengembangan Sistem Pakar Agribisnis Cabai (Capsicum annuumm. L) Berbasis Android” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di Bagian akhir tesis ini.

Bogor, Desember 2012

Safaruddin Hidayat Al Ikhsan G651100251


(3)

ABSTRACT

SAFARUDDIN HIDAYAT AL IKHSAN, Hot Pepper (Capsicum Annuum. L) Agribussiness Expert System Based On Android. Under supervisioning of KUDANG BORO SEMINAR, AZIZ KUSTIYO, and WIDODO.

The objective of the research was to develop a consultation system for

Chili Pepper (Capsicum annuum. L) agribusiness based on android. The method

included problem identification, the search knowledge sources, knowledge acquisition, knowledge representation and consultation system development

based on android. Knowledge from the expert and other’s materials has been

captured and represented to develop the system. The system development was done by using extreme programming (XP) which included the stages of analysis, design and implementation. The results of this research is a chili pepper agribusiness expert system based on android which consists of nine consultation modules like choosing the best cultivar, fertilizing recommendation, land preparation, identified disease, controlling insect pest, farmers income and

profit gain, after harvest’s technique, government policy, and price information

based on user’s location. The system was running well on the android phone. Users can download the application from http://apps.cs.ipb.ac.id or http://appsriset.ipb.ac.id as a mirror link, then install it on their smartphone or computer tablet .

Keyword: Agribussiness, Capsicum annuum. L, Expert System, Android, Extreme programming.


(4)

iv

RINGKASAN

SAFARUDDIN HIDAYAT AL IKHSAN, Pengembangan Sistem Pakar Agribisnis Cabai (Capsicum annuum. L) Berbasis Android. Dibawah bimbingan KUDANG BORO SEMINAR, AZIZ KUSTIYO, dan WIDODO.

Penelitian yang berkaitan dengan teknik penyebarluasan informasi pertanian khususnya agribisnis cabai dilakukan oleh Supriyanto (2011), yaitu Sistem Konsultasi Online Agribisnis cabai (Capsicum annuum L.). Sistem konsultasi tersebut merupakan sistem konsultasi yang berbasis web dan membahas mengenai analisis kebutuhan materi konsultasi sampai dengan perancangan sistem konsultasi secara online. Erlan (2011) juga melakukan penelitian dengan topik yang sama, hanya saja sistem yang dibangun berbasis wap yang diperuntukkan bagi pengguna mobile phone (ponsel).

Akses terhadap sistem konsultasi berbasis web dan wap memerlukan koneksi jaringan/ internet. Kebutuhan akan internet berarti kebutuhan akan biaya akses internet. Penelitian ini dilaksanakan untuk meminimalisasikan penggunaan internet dalam pengaksesan konten informasi yang dibutuhkan sehingga bisa mengurangi biaya. Pengembangan sistem pakar ini dilakukan dengan teknologi

mobile yang saat ini perkembangannya sangat pesat yaitu android. Modul dan

basis data pada aplikasi berbasis Android ini akan diintegrasikan menjadi sebuah kesatuan aplikasi android siap pakai. Calon pengguna aplikasi bisa menginstal sistem ini ke dalam perangkat android kemudian menggunakannya. Koneksi melalui jaringan internet hanya diperlukan ketika pengguna melakukan pengunduhan aplikasi ataupun melakukan proses update sistem. Pada penelitian ini juga dilakukan penambahan fungsi-fungsi yang akan memaksimalkan akses terhadap informasi misalnya akses data real time berbasis lokasi pengguna perangkat Android.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan sistem pakar agribisnis cabai (Capsicum anuum. L) berbasis android. Tahapan penelitian yang


(5)

dilakukan meliputi identifikasi masalah, studi literatur dan konsultasi pakar yang tertuang dalam representasi pengetahuan, dan pengembangan sistem pakar itu sendiri. Penelitian dilaksanakan pada Januari 2012 sampai dengan September 2012 di Departemen Ilmu Komputer dan Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor.

Metode yang digunakan untuk pengembangan sistem pakar dilakukan dengan menggunakan extreme programming (XP). Metode XP ini meliputi tahapan analisis, desain, implementasi, dan pengujian. Hasil dari penelitian ini adalah sistem pakar agribisnis cabai berbasis android yang terdiri dari modul utama dan modul pendukungnya. Modul utama yang dikembangkan adalah pemilihan varietas unggul, penentuan dosis pupuk, pengendalian hama, identifikasi penyakit, teknologi budidaya, kebijakan pemerintah, pascapanen, informasi harga, dan analisis usaha tani. Sistem telah diimplementasikan dengan menggunakan bahasa pemgrograman Java dan basis data SQLite. Sistem sudah

di-upload dan bisa diunduh melalui server Institut Pertanian Bogor dengan


(6)

vi

@ Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh isi karya tulis ini tanpa

mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagain atau seluruh


(7)

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR AGRIBISNIS CABAI

(CAPSICUM ANNUUM.L) BERBASIS ANDROID

SAFARUDDIN HIDAYAT AL IKHSAN

G651100251

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Komputer pada Program Studi Ilmu Komputer

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012


(8)

viii


(9)

Judul Tesis : Pengembangan Sistem Pakar Agribisnis Cabai (Capsicum

annuum. L) Berbasis Android

Nama : Safaruddin Hidayat Al Ikhsan

NRP : G651100251

Disetujui, Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc Ketua

Dr. Widodo, MS Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom

Anggota Anggota

Diketahui,

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana, Ilmu Komputer

Dr. Yani Nurhadryani, S.Si, MT Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr


(10)

x

PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis sebagai syarat dalam menyelesaikan perkuliahan di Program Magister Ilmu Komputer, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Shalawat serta salam semoga senantiasa di berikan kepada Nabi Muhammad, SAW, keluarganya, dan umatnya sampai akhir zaman.

Penulis mengucapkan terima kasih atas bantuan dan dukungan dari semua pihak yang mendukung baik secara langsung maupun tidak langsung dalam pelaksanaan kuliah maupun penelitian yang dilaksanakan. Secara khusus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibunda Tri Waluyi, Ayahanda Sunarno, dan Adinda Muh. Irfan Jaya atas dukungan materil dan non materil selama penulis kuliah di Institut Pertanian Bogor. Nasihat dan bimbingan ketiganya yang tak pernah tergantikan turut menemani langkah penulis.

2. Prof. Dr. Ir. Kudang Boro Seminar, M.Sc atas bimbingan dan arahan kepada penulis. Nasihat dan motivasi beliau yang selalu dinantikan dan menjadi pemicu terselesaikannya penulisan tesis ini.

3. Aziz Kustiyo, S.Si, M.Kom atas bimbingan dan masukan selama kuliah dan bimbingan di Pascasarjana Ilmu Komputer IPB.

4. Dr. Widodo, MS atas masukan dan diskusinya terkait dengan budidaya dan proteksi tanaman cabai merah. Masukan dan arahan yang diberikan sangat membantu dalam terselesaikannya penelitian ini.

5. Dr. Yani Nurhadryani, S.Si, MT atas dukungannya kepada seluruh mahasiswa pascasarjana Ilmu Komputer IPB untuk segera menyelesaikan pendidikan.

6. Mushthofa, S.Kom, M.Sc selaku penguji luar komisi yang memberikan banyak masukan terhadap tesis yang dilaksanakan.

7. Yang tersayang Endah Pratiwi yang telah mendukung penulis selama melanjutkan pendidikan di S2 Ilmu Komputer IPB.


(11)

8. Rekan-rekan seperjuangan angkatan XII S2 Ilmu Komputer IPB (Pak Kodar, Pak Dedi, Pak Ilyas, Pak Komar, Pak Andi, Pak Fikri, Pak Asep, Pak Imam, Mr. Ghani, Pak Irwan, Bu Anna, Bu Kania, Bu Husna, Bu Sari, Bu Dian, Bu Verra, Mbak Yudith, Mbak Mila, Mbak Gibtha, Mbak Ami, Mbak Yustin, Pritasari) atas kebersamaan dan bantuannya selama kuliah dan penelitian di Pasca Sarjana Komputer IPB.

9. Pak Yadi, Pak Ruhyan, Mbak Ning selaku TU di departeman Ilmu Komputer IPB yang selalu membantu penulis dalam penyelesaian administrasi pendidikan selama penulis menempuh S2.

10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu penyelesaian tesis ini dengan baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini masih banyak kekurangan. Kritik, saran dan masukan dalam penelitian ini sangat penulis harapkan, demi sempurnanya penelitian ini di kemudian hari.

Bogor, Desember 2012


(12)

xii

RIWAYAT HIDUP

Penulis (Safaruddin Hidayat Al Ikhsan) dilahirkan di Klaten pada 4 November 1985 sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sunarno dan Tri Waluyi. Penulis mendapatkan pendidikan dasar di SDN Tibayan II (1992 – 1998). Pendidikan menengah penulis didapatkan di SMP Negeri 2 Jatinom (1998 – 2001) dan SMA Negeri 1 Karanganom Klaten (2001-2004). Setelah lulus SMA pada tahun 2004, penulis melanjutkan jenjang pendidikan S1 di Jurusan Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selanjutnya tahun 2010 – sekarang, penulis melanjutkan ke Magister (S2) Ilmu Komputer, Institut Pertanian Bogor.

Selama kuliah S2 di Institut Pertanian Bogor, penulis bekerja sebagai Dosen di salah satu universitas swasta di Bogor dan di beberapa konsultan IT di Bogor dan Jakarta.


(13)

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tujuan ... 5

1.3. Ruang Lingkup ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sistem Pakar ... 7

2.2. Android... 8

2.1.1. Application Framework ... 8

2.1.2. Android Runtime ... 9

2.1.3. Varian Versi Android ... 10

2.3. Eclipse ... 16

2.4. Location Based ... 17

2.5. SQLite ... 17

2.6. Manajemen Pengetahuan ... 18

2.6.1. Sumber Pengetahuan ... 18

2.6.2. Transformasi Pengetahuan ... 19

2.7. Extreme Programming (XP) ... 20

2.8. Agribisnis ... 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Identifikasi Masalah ... 22

3.2. Studi Literatur dan Konsultasi Pakar ... 22

3.3. Analisis dan Perancangan Sistem ... 22

3.4. Pengujian Sistem di Lapangan ... 26


(14)

xiv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Identifikasi Masalah ... 25

4.2. Studi Literatur dan Konsultasi Pakar... 30

4.2.1. Pencarian Sumber Pengetahuan ... 31

a. Pengetahuan Tacit ... 32

b. Pengetahuan Eksplisit ... 33

4.2.2. Akuisisi Pengetahuan ... 34

4.2.3. Representasi Pengetahuan ... 35

a. Pengetahuan Pemilihan Varietas Unggul ... 35

b. Pengetahuan Dosis Pupuk Dasar ... 36

c. Pengetahuan Standar Operational Procedure (SOP) Budidaya.. 37

d. Diagnosa Penyakit ... 38

e. Identifikasi Pengendalian Hama ... 40

f. Pengetahuan Pascapanen ... 41

g. Pengetahuan Teknik Analisis Usaha Tani ... 42

h. Pengetahuan Harga Pasar Berbasis Lokasi ... 45

i. Kebijakan, Dukungan dan Program-program Pemerintah ... 46

4.3. Analisis ... 46

4.3.1. Analisis Kebutuhan SDM ... 47

4.3.2. Analisis Kebutuhan Pengguna... 48

4.3.3. Analisis Kebutuhan Fungsional Sistem ... 49

4.3.4. Analisis Kebutuhan Non Fungsional Sistem ... 50

4.4. Desain dan Perancangan ... 51

4.4.1. Use Case Diagram ... 51

4.4.2. Aktor ... 52

4.4.3. Class Diagram ... 53

4.4.4. Sequence Diagram (Diagram Sekuensial) ... 54

4.4.5. Activity Diagram (Diagram Aktivitas)... 60

4.4.6. Desain Basis Data ... 67


(15)

4.5. Implementasi dan Pengujian ... 69

4.5.1. Implementasi Basis Data ... 71

4.5.2. Implementasi Halaman Utama ... 73

4.5.3. Implementasi Modul Sistem Android ... 74

a. Modul Sekilas Cabai Merah ... 74

b. Modul Kebijakan Pemerintah ... 75

c. Modul Penentuan Varietas Unggul ... 76

d. Modul Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 77

e. Modul Teknik Budidaya Cabai ... 79

f. Modul Identifikasi Penyakit ... 80

g. Modul Pengendalian Hama ... 83

h. Modul Penanganan Pascapanen ... 84

i. Modul Informasi Harga Cabai ... 85

j. Modul Analisis Usaha Tani ... 90

k. Modul Tentang Kami ... 91

l. Modul Umpan Balik Pengguna ... 92

4.5.4. Pengujian Internal ... 92

4.6. Peluncuran Aplikasi ... 94

4.7. Pengujian Lapangan dan Evaluasi ... 95

4.7.1. Proses Pengunduhan ... 95

4.7.2. Proses Instalasi ... 96

4.7.3. Proses Pengujian Modul-modul ... 97

4.7.4. Pemeliharaan Sistem dan Update Konten ... 99

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 101

5.2. Saran ... 102


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

1 Global Smartphone Market (Cumscore 2012) ... 3

2 Struktur Sistem Pakar (Turban 2007) ... 7

3 Arsitektur Android (Safaat 2012) ... 8

4 Tampilan Emulator Android(www.developer.com) ... 9

5 Logo Android Versi 1.1 ... 10

6 Logo Android Versi 1.5 (Cupcake) ... 11

7 Logo Android Versi 1.6 (Donut) ... 12

8 Logo Android Versi 2.0 / 2.1 (Eclair) ... 12

9 Logo Android Versi 2.2 (Froyo) ... 14

10 Logo Android Versi 2.3 (Gingerbread)... 14

11 Logo Android Versi 3.0/ 3.1 (Honeycomb) ... 15

12 Logo Android Versi 4.0 (IceCream) ... 16

13 Logo Eclipse ... 16

14 Metodologi Penelitian ... 23

15 Kegiatan Utama Agribisnis Cabai ... 31

16 Representasi Pengetahuan Pemilihan Benih ... 36

17 Diagram Pohon Konsultasi Teknologi Budidaya Cabai ... 38

18 Skema Diagnosa Penyakit Pada Tanaman Cabai Merah ... 39

19 Skema Penyebab Penyakit Pada Tanaman Cabai ... 39

20 Pohon Keputusan Identifikasi Penyakit Cabai (Widodo, et al., 2012) ... 40

21 Skema Serangan Hama Cabai dan Cara Pengendaliannya ... 41

22 Skema Pengetahuan Kegiatan Pascapanen ... 42

23 Kolaborasi Pengembang Sistem Pakar ... 48

24 Skema Calon Pengguna Sistem Pakar Berbasis Android ... 49

25 Rancangan Use Case Diagram ... 52

26 Class Diagram Sistem Pakar Agribisnis Cabai... 54

27 Diagram Sekuensial Pemilihan Varietas Unggul ... 55

28 Diagram Sekuensial Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 55


(17)

30 Diagram Sekuensial Identifikasi Penyakit ... 57

31 Diagram Sekuensial Pengendalian Hama ... 58

32 Diagram Sekuensial Penanganan Pascapanen ... 58

33 Diagram Sekuensial Analisis Usaha Tani ... 59

34 Diagram Sekuensial Informasi Harga Pasar ... 60

35 Diagram Aktivitas Pemilihan Varietas Unggul ... 61

36 Diagram Aktivitas Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 62

37 Diagram Aktivitas Identifikasi Penyakit ... 63

38 Diagram Aktivitas Penentuan Jenis Hama dan Pengendaliannya ... 64

39 Diagram Aktivitas Teknik Budidaya Cabai ... 64

40 Diagram Aktivitas Penanganan Pascapanen ... 65

41 Diagram Aktivitas Informasi Harga Berbasis Lokasi ... 66

42 Diagram Aktivitas Analisis Usaha Tani ... 67

43 Desain Object Relational Database ... 67

44 Desain Antarmuka Sistem Pakar Berbasis Android ... 68

45 Desain Halaman Konsultasi ... 69

46 Desain Halaman Konsultasi Berbentuk List View Dialog ... 69

47 Implementasi Basis Data Sistem Pakar ... 73

48 Implementasi Halaman Utama Sistem ... 74

49 Pilihan Modul Informasi Umum dan Modul Konsultasi ... 75

50 Halaman Sekilas Tentang Cabai Merah... 75

51 Halaman Kebijakan Pemerintah Tentang Agribisnis Cabai ... 75

52 Halaman Inputan Penentuan Varietas Unggul Cabai... 76

53 Halaman Rekomendasi Varietas Unggul Cabai ... 77

54 Halaman Penentuan Dosis Pupuk Dasar... 78

55 Rekomendasi Pupuk Dasar Untuk Agribisnis Cabai ... 79

56 Halaman Teknik (SOP) Budidaya Cabai ... 79

57 Halaman Rekomendasi SOP Budidaya Cabai Merah ... 80

58 Halaman List View Diagnosa Penyakit ... 82

59 Penggunaan Fasilitas Pencarian ... 82


(18)

xviii

61 Halaman Pemilihan Jenis Hama dan Penggunaan Pencarian ... 83

62 Halaman Penjelasan Jenis Hama dan Cara Pengendaliannya ... 84

63 Halaman Kategori Penanganan Pascapanen Cabai ... 85

64 Halaman Rekomendasi Penanganan Pascapanen Cabai ... 85

65 Halaman Informasi Harga Cabai dan Koordinat GPS ... 86

66 Halaman Informasi Harga Cabai Berdasarkan Lokasi Pengguna ... 89

67 Share Informasi Harga Cabai Melalui Jejaring Sosial ... 89

68 Halaman Input Parameter Analisis Usaha Tani ... 90

69 Halaman Hasil Analisis Usaha Tani ... 91

70 Halaman Tentang Kami ... 92

71 Halaman Umpan Balik Pengguna Sistem Pakar ... 92

72 Pengemasan Paket Sistem Pakar Berbasis Android ... 94

73 Halaman Pengunduhan Sistem Android ... 96

74 Proses Instalasi Sitem Konsultasi Berbasis Android ... 96


(19)

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan Sumber Pengetahuan Tacit ... 32

2 Jenis dan Sumber Pengetahuan Eksplisit ... 33

3 Basis Pengetahuan Penentuan Dosis Pupuk Dasar ... 36

4 Dosis Pupuk Dolomit Berdasarkan pH Tanah... 37

5 Komponen Pembiayaan Produksi Cabai... 43

6 Rumusan Analisis Usaha Tani ... 43

7 Kebutuhan Fungsional Sistem Pakar ... 50

8 Aktor Sistem Pakar ... 53

9 Dasar Penentuan Dosis Pupuk ... 78

10 Hasil Pengujian Internal Sistem Pakar Berbasis Android ... 93

11 Skenario Pengujian ... 98


(20)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Cabai (Capsicum annuum.L) merupakan komoditas yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Cabai juga merupakan komoditas yang keberadaannya diawasi dengan ketat oleh pemerintah Indonesia karena cabai termasuk ke dalam

political comodity. Konsumsi cabai rata-rata penduduk Indonesia adalah 5,21

kg/kapita/tahun. Jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2009 adalah sebanyak 237.641.326 jiwa, yang terdiri dari 119.507.580 laki-laki dan 118.048.783 perempuan. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sebesar 1,49 persen per tahun (Badan Pusat Statistik, 2011). Produksi cabai nasional tahun 2009 adalah 1.378.727 dengan luas panen 233.904 ha dan produktivitas rata-rata sebesar 5,89 ton/ha (Badan Pusat Statistik, 2011). Potensi hasil cabai merah lokal dapat mencapai 12-20 ton/ha dan potensi hasil cabai merah hibrida dapat mencapai 36 ton/ha (Prajnanta, 2007).

Indonesia masuk ke dalam 10 besar negara produsen cabai segar dunia (FAOSTAT 2012), namun kenyataannya produktivitas cabai di Indonesia saat ini masih tergolong rendah. Hal ini bisa ditunjukkan dengan adanya impor cabai yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia pada tahun 2011 lalu. Faktor yang menyebabkan produktivitas cabai rendah di Indonesia adalah kurangnya informasi tentang varietas berdaya hasil tinggi, penerapan teknologi budidaya yang sesuai, kurang optimalnya penanganan pasca panen, penanganan serangan hama penyakit, dan kurangnya akses terhadap informasi dan sumber pengetahuan terkait agribisnis cabai bagi petani (Tamba 2007).

Pemerintah Indonesia melalu Kementerian Komunikasi dan Informatika pada tahun 2009 mencanangkan Program Kebijakan Pelayanan Umum atau

Universal Service Obligation (dikenal dengan program KPU/USO). Program ini

merupakan program peningkatan pelayanan akses informasi untuk daerah/ desa terpencil. Ada tiga jenis kegiatan dalam program KPU/USO ini yaitu Program Desa Dering, Desa Pintar, dan Penyedia Layanan Internet Kecamatan (PLIK). Desa dering merupakan program penyediaan fasilitas telepon bagi masyarakat


(21)

pedesaan, sedangkan desa pintar merupakan program penyediaan fasilitas komputer beserta printer yang bisa dipergunakan oleh masyarakat pedesaan untuk mencetak informasi-informasi yang ada. Program PLIK merupakan program penyediaan fasilitas internet beserta aksesorisnya yang ditempatkan pada setiap kecamatan di Indonesia khusus nya kecamatan-kecamatan pada daerah yang terpencil. Program pemerintah dalam bentuk KPU/USO ini bisa menjadi sarana penyebar luasan informasi termasuk informasi bidang pertanian.

Penelitian yang berkaitan dengan pengemasan informasi kegiatan agribisnis cabai bagi pelaku agribisnis (dalam hal ini adalah petani) dilakukan oleh Supriyanto (2011), yaitu Sistem Konsultasi Online Agribisnis cabai (Capsicum

annuum L.). Sistem konsultasi tersebut merupakan sistem konsultasi yang

berbasis web dan membahas mengenai analisis kebutuhan materi konsultasi sampai dengan perancangan sistem konsultasi secara online. Erlan (2011) juga melakukan penelitian dengan topik yang sama, hanya saja sistem yang dibangun berbasis wap yang diperuntukkan bagi pengguna mobile phone (ponsel). Kedua penelitian ini merujuk pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Faihah et al. (1999) tentang Sistem Pakar Identifikasi Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai Merah. Selain itu juga terdapat penelitian terkait lainnya seperti penelitian Ya-Feng et al. (2007) mengenai pembuatan sistem pakar untuk diagnosa kebutuhan nutrisi tanaman cabai. Gonzalez-Diaz et al. (2009) juga membuat sistem pakar untuk pengambilan keputusan dalam proteksi tanaman cabai merah.

Perkembangan teknologi khususnya teknologi smartphone (telepon pintar) berbasis android sangat pesat dalam dua tahun terakhir sejak tahun 2010. Hal ini dikarenakan teknologi android adalah teknologi yang bersifat open source

sehingga ruang lingkup pengembangannya juga lebih luas dan lebih banyak. Apabila dibandingkan dengan teknologi telepon pintar pendahulunya seperti

Symbian, RIM, Windows Phone, dan iOS, pangsa pasar (market share) untuk

telepon pintar yang berbasis android meningkat lebih cepat dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Lembaga survei internasional cumScore dalam situs resminya

(www.cumscore.com) pada tahun 2012 menyajikan data mengenai pangsa pasar

untuk telepon pintar dalam Global Smartphone Market yang ditunjukkan pada Gambar 1.


(22)

3

Gambar 1 Global Smartphone Market (Cumscore 2012)

Pada Gambar 1 diperlihatkan bahwa jumlah pengguna telepon pintar berbasis android di seluruh dunia semakin meningkat setiap tahunnya. Peningkatan jumlah pengguna android yang sangat tinggi terjadi pada bulan pertama tahun 2011. Peningkatan pangsa pasar telepon pintar berbasis android yang sangat pesat tersebut menyebabkan adanya peningkatan jumlah pihak ketiga

(third party) dalam menyediakan dan mengembangkan layanan aplikasi yang

berjalan pada platform teknologi berbasis android. Namun sampai saat ini, belum banyak aplikasi berbasis android yang berhubungan dengan kegiatan agribisnis dan pertanian, khususnya di Indonesia. Oleh karena itu penelitian ini bermaksud mengangkat topik yang berkaitan dengan hal tersebut.

Pengguna telepon secara keseluruhan di Indonesia mencapai 159.248.000 orang. Pada perkembangan teknologi pada akhir tahun 2012 ini, jeni telepon pintar yang mendominasi pasar penjualan perangkat komunikasi di Indonesia adalah android, blackberry, dan iPhone (www.teknojurnal.com). Sangat disayangkan bahwa perangkat dengan berbagai fitur canggih tersebut di Indonesia sebagian besar masih digunakan hanya untuk penggunaan standar seperti berkirim pesan maupun memutar musik (hasil survei dari www.discovermobilelife.com).

Pada penelitian ini, sistem yang dibangun merupakan pengembangan dari penelitian sebelumnya. Kebaruan dari penelitan ini adalah sistem akan diimplementasikan berbasis android, berbeda dengan model sebelumnya yang

0,0% 10,0% 20,0% 30,0% 40,0% 50,0% 60,0%

2010 -12 2011 - 3 2011 - 6 2011 - 9 2011 - 12 2012 - 3

P e r c e n t o f M a r ke t Time Periode


(23)

dibangun berbasis web dan wap. Akses terhadap sistem konsultasi berbasis web dan wap memerlukan koneksi jaringan agar bisa terhubung ke jaringan internet. Pengembangan modul dan basis data pada aplikasi berbasis android ini akan diintegrasikan menjadi sebuah kesatuan aplikasi android siap pakai. Calon pengguna aplikasi bisa menginstalasi sistem ini ke dalam perangkat android, kemudian menggunakannya. Koneksi melalui jaringan internet hanya diperlukan ketika pengguna melakukan pengunduhan aplikasi ataupun melakukan proses update basis data. Selain itu, kebaruan penelitian juga dilakukan pada penambahan fungsi-fungsi yang akan memaksimalkan akses terhadap informasi misalnya akses data real time berbasis lokasi pengguna perangkat android.

Modul konsultasi yang dikembangkan dalam penelitian ini merujuk pada modul-modul konsultasi agribisnis cabai (Capsicum annuum. L) yang dilakukan pada penelitian sebelumnya oleh Supriyanto (2011) dengan melakukan penambahan modul dan fasilitas track back (pencarian). Modul utama tersebut meliputi konsultasi pemilihan varietas unggul, penentuan dosis pupuk, pengendalian hama, identifikasi penyakit, teknologi budidaya, analisis usaha tani, informasi harga, dan informasi kebijakan pemerintah terkait kegiatan agribisnis cabai. Modul-modul tersebut diintegrasikan dengan basis data dalam sebuah aplikasi android sehingga dapat langsung dipergunakan (dalam hal ini adalah pelaku agribisnis).

Android merupakan salah satu sistem operasi baru yang sekarang ini sangat popular di kalangan pengembang aplikasi untuk telepon pintar dan komputer tablet. Di samping itu, android juga terkenal karena fitur-fitur program yang ditawarkan. Pengetahuan-pengetahuan yang sudah didefinisikan sebelumnya akan disimpan ke dalam basis pengetahuan dengan menggunakan basis data.

Keuntungan dari sistem yang dibangun dengan android adalah dukungan perangkat keras yang sangat banyak di pasaran dan mudah didapatkan. Banyak pelaku agribisnis (petani dan penyuluh pertanian) di Indonesia sekarang ini sudah tidak asing lagi dengan telepon pintar dan komputer tablet. Pengembangan dengan

platform android akan menghasilkan sebuah aplikasi yang bisa diinstalkan ke

komputer tablet dan tidak harus terhubung ke internet untuk menggunakannya. Koneksi ke internet diperlukan ketika dibutuhkan proses update sistem sesuai


(24)

5

dengan versi pengembangannya. Frekuensi yang tidak terlalu sering akan koneksi internet melalui komputer tablet ataupun perangkat android lainnya akan menghemat biaya. Sistem berbasis android ini juga akan menjadi solusi bagi pengguna yang berada pada wilayah yang koneksi jaringan internetnya kurang baik. Dengan platform android, pengguna bisa mengakses informasi dan pengetahuan mengenai kegiatan agribisnis cabai setiap saat, kapan pun dan dimana pun.

1.2. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Melakukan evaluasi terhadap sistem yang sudah dibuat sebelumnya. 2. Mengembangkan sistem pakar agribisnis cabai berbasis android. 3. Mengimplementasikan layanan data berbasis lokasi (location based).

1.3. Ruang Lingkup

Sistem pakar berbasis android yang dikembangkan pada penelitian ini merujuk pada modul-modul konsultasi agribisnis cabai (Capsicum annuum. L) yang sudah dikembangkan sebelumnya oleh Supriyanto (2011). Dari modul-modul tersebut dilakukan penambahan modul-modul yaitu modul-modul informasi harga cabai pada daerah tertentu sehingga bisa menjadi panduan bagi pengguna untuk keperluan kegiatan agribisnisnya. Modul-modul konsultasi yang dikembangkan pada penelitian ini adalah:

1. Pemilihan varietas unggul 2. Penentuan dosis pupuk dasar 3. Pengendalian hama

4. Identifikasi penyakit 5. Teknologi budidaya cabai 6. Penanganan pasca panen 7. Informasi harga

8. Analisis usaha tani


(25)

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini mempunyai manfaat sebagai berikut:

1. Menjadi solusi blank spot terhadap akses informasi agribisnis cabai. 2. Menjadi solusi kepada pelaku agribisnis dan para penyuluh sehingga

bisa lebih memaksimalkan akses informasi dalam bidang agribisnis cabai.


(26)

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Pakar

Sistem pakar adalah sistem informasi berbasis komputer yang memanfaatkan pengetahuan dari pakar untuk melakukan pengambilan keputusan pada permasalahan khusus. Sementara itu expert (pakar) adalah orang yang memiliki pengetahuan khusus, pengalaman, cara-cara pengambilan keputusan, dan metode yang digunakan untuk memberikan saran dan pemecahan masalah (Turban 2007). Sementara keahlian (expertise) adalah pengetahuan khusus yang dimiliki oleh pakar. Tujuan perancangan sistem pakar adalah untuk memudahkan pekerjaan, penggabungan ilmu dan pengalaman beberapa ahli (Marimin 2005).

Modul pakar dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam sistem konsultasi. Pada sistem pakar, sistem pakar agribisnis berbasis android pada telepon pintar diposisikan sebagai pakar. Pengguna sistem pakar dapat berkonsultasi layaknya berkonsultasi dengan pakar. Pada Gambar 2 diperlihatkan struktur sistem pakar (Turban 2007).

PENGGUNA

Antarmuka Fasilitas Penjelas

Mesin Inferensi Interpreter

Scheduller Consistency Enfocer

Basis Pengetahuan Fakta : Apa yang diketahui Logika : Logical Inference

Rekayasa Pengetahuan

Pengetahuan Ahli

Penyaring Penegetahuan

Blackboard

Rencana Agenda Solusi Deskripsi Aksi yang

direkomendasikan

Lingkungan Konsultasi Lingkungan Pengembangan


(27)

2.2 Android

Android adalah perangkat lunak yang menyertakan sistem operasi,

middleware, dan kunci aplikasi ponsel dengan sekumpulan Application

Programming interface (API) library untuk pembuatan aplikasi ponsel yang

sesuai kebutuhan (Meier 2009). Android awalnya dikembangkan oleh android Inc., kemudian perusahaan ini dibeli oleh perusahaan Google pada tahun 2005. Android dibuat berdasarkan kernel linux yang dimodifikasi. Aplikasi android ditulis dengan bahasa pemrograman Java, menggunakan Java Core Libraries. Aplikasi android dijalankan di atas mesin virtual (VM) bernama Dalvik Virtual

Machine. Pada Gambar 3 diperlihatkan arsitektur android(Safaat 2012).

Gambar 3 Arsitektur Android (Safaat 2012)

Komponen utama seperti terlihat pada arsitektur android tersebut adalah sebagai berikut:

Applications

Application Framework

Libraries

Runtime Android

Linux Kernel

2.2.1 Application Framework

Android menggunakan SDK (Software Development Kit) sebagai


(28)

9

mengembangkan aplikasi berbasis android menggunakan bahasa pemrograman Java. Pada saat ini android SDK telah menjadi alat bantu dan API (Application

Programming Interface) untuk mengembangkan aplikasi bebasis android.

Pengembang akan memiliki akses penuh framwork API yang sama yang digunakan oleh aplikasi inti. Arsitektur aplikasi dirancang agar komponen dapat digunakan kembali (reuse) dengan mudah. Setiap aplikasi dapat memanfaatkan fasilitas tersebut. Aplikasi lain juga bisa memanfaatkan fasilitas tersebut (sesuai dengan batasan keamanan yang didefinisikan oleh framework). Mekanisme yang sama memungkinkan komponen untuk diganti oleh pengguna.

Komponen yang sangat penting dalam android SDK adalah emulator. Emulator merupakan tools yang memiliki antarmuka yang persis sama dengan tampilan android pada telepon pintar maupun komputer tablet. Pada emulator ini terdapat fitur yang sama pula seperti tombol navigasi, tombol keypad, dan layar antarmuka untuk menampilkan beragam aplikasi android. Satu kekurangan dari emulator ini adalah tidak bisa menerima panggilan seperti layaknya perangkat android sesungguhnya. Emulator ini akan sangat memudahkan pengembang aplikasi android dalam mengimplementasikan programnya. Pengembang tidak harus memiliki perangkat android untuk melihat hasil programnya, tetapi bisa langsung dilihat menggunakan emulator. Pada Gambar 4 diperlihatkan tampilan emulator android.

Gambar 4 Tampilan Emulator Android(www.developer.com)

2.2.2 Android Runtime

Android tidak berjalan pada Java Virtual Machine (JVM) tetapi di dalam


(29)

dibandingkan dengan JVM untuk perangkat mobile. Perbedaan utamanya adalah DVM dirancang untuk perangkat yang memiliki memori rendah, sehingga sangat cocok diimplementasikan untuk perangkat mobile seperti telepon pintar dan komputer tablet. DVM didesain dan ditulis Dan Bornsten dan beberapa

Engineers Google lainnya. Dalam mengatasi fungsionalitas tingkat rendah,

DVM menggunakan kernel Linux untuk keamanan, threading, proses dan manajemen memori. Hal tersebut memungkinan developer bisa menggunakan bahasa C/ C++ dalam membuat aplikasi sama halnya dengan sistem operasi Linux pada umumnya.

Para pengembang tidak perlu khawatir apabila tidak memiliki perangkat android, karena android memiliki virtual machine untuk melakukan eksekusi aplikasi. DVM bisa mengeksekusi berkas executeable, artinya sebuah format yang dioptimalkan untuk memastikan memori yang digunakan sangatlah kecil. Hal ini dimungkinkan karena berkas executeable mengubah kelas bahasa pemrograman Java dan dikompilasi dengan menggunakan tools yang sudah ada.

2.2.3 Varian Versi Android

Android memiliki beragam versi sistem operasi sejak awal perkembangannya. Berikut adalah perkembangan versi android:

 Android versi 1.1

Android versi 1.1 dirilis oleh Google pada Februari 2009. Android versi ini dilengkapi dengan fitur-fitur seperti: Estetika pada aplikasi, Alarm, Voice

search (pencarian suara), Pengiriman pesan dengan Gmail, dan Pemberitahuan

email (notifikasi email). Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Logo Android Versi 1.1

 Android versi 1.5 (Cupcake)

Versi cupcake ini dirilis Google tidak berselang lama dari versi sebelumnya, tepatnya dua bulan setelah versi pertamanya yaitu pada April 2009. Versi ini


(30)

11

dirilis bersamaan dengan penggunaan SDK (Software Development Kit) yang dibangun di atas Linux berkernel 2.6.27. Pada versi cupcake ini terdapat beberapa pembaruan termasuk juga penambahan beberapa fitur yaitu:

 Kemampuan merekam dan menonton video dengan modus kamera

 Mengunggah video ke Youtube dan gambar ke Picasa langsung dari ponsel

 Dukungan bluetooth A2DP

 Kemampuan terhubung secara otomatis ke headset bluetooth, animasi layar, dan keyboard (papan ketik) pada layar yang dapat disesuaikan dengan sistem

 Adanya dukungan 27 bahasa.

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6Logo Android Versi 1.5 (Cupcake)

 Android versi 1.6 (Donut)

Versi donut ini dirilis Google pada tahun yang sama, tepatnya pada September 2009. Android versi ini dikembangkan di atas Linux dengan Kernel 2.6.29. Kebaruan dari versi donut ini adalah:

 Menampilkan proses pencarian yang lebih baik dibanding sebelumnya

 Penggunaan baterai indikator dan kontrol applet VPN

 Galeri yang memungkinkan pengguna untuk memilih foto yang akan dihapus.

 Kamera, video rekaman dan galeri yang diintegrasikan.

 CDMA / EVDO, 802.1x, VPN, gestures, dan text-to-speech engine

 Kemampuan dial contact

 Teknologi text to change speech

 Pengaturan resolusi VWGA.


(31)

Gambar 7Logo Android Versi 1.6 (Donut)

 Android versi 2.0 / 2.1 (Eclair)

Pada oktober 2009, kembali dirilis android dengan versi 2.0/2.1 (Eclair) yang dibangun di atas Linux berkernel 2.6.29. Perubahan yang dilakukan dan penambahan fiturnya adalah:

 Pengoptimalan hardware (perangkat keras)

 Peningkatan Google maps 3.1.2

 Perubahan User Interface (UI) dengan browser baru dan dukungan HTML5

 Daftar kontak yang baru

 Dukungan flash untuk kamera 3,2 MP

 Digital zoom, dan bluetooth 2.1.

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 8.

Gambar 8Logo Android Versi 2.0 / 2.1 (Eclair)

 Android versi 2.2 (Froyo)

Android 2.2 atau yang biasa dikenal dengan Froyo dirilis Mei 2010. Froyo

dibangun di atas Linux kernel 2.6.32. Froyo memang merupakan versi dari sistem operasi android yang dirilis oleh Google untuk melengkapi versi sebelumnya. Meskipun telah dirilis oleh Google secara resmi, tidak semua ponsel android dapat menggunakan Froyo. Pengguna masih harus menunggu notifikasi resmi yang dikeluarkan masing-masing vendor ponsel. Berikut ini adalah peningkatan performa dari android 2.2 (Froyo):


(32)

13

 Peningkatan performa meningkat sampai dengan dua kali lipat dari sistem sebelumnya (Eclair). Pengujian kinerja prosesor dalam mengolah multimedia, hingga kemampuan grafis untuk menangani konten 3D.

Free memory yang ada juga lebih besar dari sebelumnya. Jika biasanya

pengguna hanya mendapatkan sekitar 100 MB, kini dapat menggunakan sekitar 250 MB dari total 512 MB memory yang ada. Otomatis hal tersebut semakin meningkatkkan performa meskipun pengguna menjalankan beragam aplikasi sekaligus (multitasking).

 Penyimpanan aplikasi pada kartu penyimpanan eksternal (SD Card). Hal ini berbeda dengan sitem operasi terdahulu yang hanya dapat meletakkan semua aplikasi pada memory utama. Dengan sistem operasi Froyo, pengguna dapat meletakkan seluruh berkas instalasi pada media penyimpanan eksternal.

 Merekam video dengan kualitas High Definition (HD). Jika sebelumnya pengguna hanya dapat merekam gambar bergerak pada resolusi maksimal 800x480 piksel, kini dengan Froyo, resolusi pengambilan video dapat ditingkatkan hingga 1280x720 piksel yang setara dengan kualitas HD.

 Setelah upgrade ke Froyo, pengguna akan menemukan icon baru pada deretan aplikasi yang ada yaitu Wi-Fi Hotspot. Seperti namanya, aplikasi ini memungkinkan ponsel pengguna dijadikan sebagai access point.

 Selain itu masih ada lagi aplikasi tambahan seperti Flashlight, App

Sharing, dan Navigation. Khusus untuk navigasi peta, baru tersedia

dalam versi beta dan belum dapat digunakan di beberapa lokasi. Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 9.


(33)

Gambar 9 Logo Android Versi 2.2 (Froyo)

 Android versi 2.3 (Gingerbread)

Desember 2010, Google merilis Android 2.3 dengan sebutan Gingerbread, yang dibangun di atas Linux dengan kernel 2.6.35. Android versi ini memiliki beberapa pembaharuan diantaranya adalah sebagai berikut:

 Perubahan User Interface (UI)

 Mendukung ukuran layar WXGA

 Mendukung nativ SIP VoIP

 Mendukung WebM/ VP8 playback video, dan AAC audio encoding

 Audio efek baru seperti equalization, headphone virtualization, dan

bass boost.

 Peningkatan grafis, suara dan input untuk pengembang game

 Mendukung Near Field Communication (NFC)

 Peningkatan fungsi copy-paste

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10 Logo Android Versi 2.3 (Gingerbread)

Tidak semua perangkat dapat di-upgrade ke versi 2.3 ini. Spesifikasi minimum agar dapat di-upgrade ke versi Gingerbread adalah kapasitas CPU 1 GHz, Ram 512 MB, diagonal layar minimal 3.5”. Dalam persaingan generasi perangkat selanjutnya, Google melakukan investasi dengan mengadakan kompetisi aplikasi mobile terbaik (killer apps atau aplikasi unggulan). Dengan semakin berkembangnya dan semakin bertambahnya jumlah handset android, semakin banyak pihak ketiga yang berminat untuk menyalurkan aplikasi untuk sistem


(34)

15

operasi android. Aplikasi terkenal yang diubah ke dalam sistem operasi android adalah Shazam, Backgrounds, dan WeatherBug.

 Android versi 3.0/ 3.1 (Honeycomb)

Android Honeycomb dirilis pada maret 2011 dan dirancang khusus untuk tablet. Android versi ini mendukung ukuran layar yang lebih besar. User

Interface (UI) pada Honeycomb juga berbeda karena sudah didesain untuk

tablet. Honeycomb juga mendukung multi prosesor dan juga akselerasi perangkat keras (hardware) untuk grafis. Tablet pertama yang dibuat untuk menjalankan Honeycomb adalah Motorola Xoom.

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 11.

Gambar 11Logo Android Versi 3.0/ 3.1 (Honeycomb)

 Android versi 4.0 (IceCream)

Android IceCream dirilis pada Oktober 2011. IceCream merupakan penyempurnaan dari android untuk tablet versi sebelumnya (Honeycomb). Berikut adalah pembaharuan fitur pada IceCream:

 Jenis huruf (font) baru yang diadaptasi sistem operasi android terbaru ini adalah font roboto, dimana font ini tampak lebih bagus karena bentuk hurufnya yang bulat-bulat dan sesuai dengan kualitas HD pada layar Nexus. Meskipun hanya sekadar sebuah font baru, perbedaannya terasa lebih nyaman di mata.

Widget di homescreen disempurnakan. Selain menyediakan widget yang

bisa dikecil-besarkan ukurannya, IceCream memberikan fitur membuat

new folder dan kustomisasi action bar. Hal ini tentunya akan semakin memudahkan pengguna.

 Pengambilan foto dengan kamera semakin cepat dan bisa langsung diedit. Meskipun ponsel dalam keadaan terkunci, pengguna bisa langsung mengaktifkan kamera dengan tombol kamera. Sebelum


(35)

dibagikan ke jejaring sosial seperti facebook, pengguna juga bisa langsung mengedit foto dengan aplikasi bernama Instagram.

 Terintegrasi Google Plus (Google+). Google+, situs jejaring sosial yang baru diluncurkan Google dan disebut-sebut sebagai pesaing terbesar

facebook ini sudah ditanamkan dalam android IceCream. Fitur hangout

yang menjadi andalan Google+ bisa dinikmati pengguna android

IceCream ini. Selain hangout, fitur-fitur standar seperti di facebook

juga bisa ditemukan di Google+.

Android versi ini ditandai dengan logo seperti terlihat pada Gambar 12.

Gambar 12 Logo Android Versi 4.0 (IceCream)

2.3 Eclipse

Eclipse merupakan Integrated Development Environment (IDE) yang sering

dipergunakan pengembang perangkat lunak termasuk android. IDE sendiri adalah program komputer yang memiliki beberapa fasilitas yang diperlukan dalam membangun perangkat lunak. Eclipse merupakan perangkat lunak berbasis Open

Source yang tersedia secara bebas. Eclipse merupakan IDE yang paling populer di

kalangan pengembang aplikasi android karena Eclipse memiliki android plugin

lengkap yang tersedia untuk pengembangan aplikasi android. Selain itu, Eclipse

juga mendapat dukungan langsung dari Google untuk menjadi IDE pengembangan android dan pembuatan proyek android. Pada Gambar 13 diperlihatkan logo dari Eclipse.


(36)

17

Sampai saat ini Eclipse memiliki 4 versi package, yaitu: Indigo Package,

Helios Package, Galileo Package, Ganymade Package, dan Europa Package.

Dari total pengunduh pada situs resmi Eclipse (http://www.eclipse.org), terdapat sebanyak 988.945 pengunduh Eclipse Classic Indigo per tanggal 20 Agustus 2011.

2.4 Location Based Services

Location Based Services (layanan berbasis lokasi/ LBS) adalah teknologi

yang digunakan untuk menemukan lokasi suatu perangkat yang digunakan oleh pengguna. Ada dua unsur utama layanan berbasis lokasi yaitu (Safaat 2011):

1. Location Manager (API Maps)

Location Manager menyediakan layanan sumber untuk LBS, Application

Programming Interface (API) Maps yang menyediakan fasilitas untuk

menampilkan, memanipulasi peta beserta fitur-fitur lain seperti tampilan satelit, jalan, maupun kombinasi keduanya. Paket ini berada pada com.google.android.maps.

2. Location Providers (API Location)

Location Providers menyediakan teknologi pencarian lokasi yang digunakan

oleh perangkat. API Location berhubungan dengan data GPS (Global

Positioning System) dan data lokasi real time. API Location berada pada

paket android yaitu paket android.location. Dengan API Location kita dapat menentukan lokasi kita saat ini, perpindahannya (trackback), serta kedekatan dengan lokasi tertentu dengan mendeteksi perpindahan.

2.5 SQLite

SQLite merupakan sebuah sistem manajemen basis data relasional yang

bersifat ACID-compliant (mempunyai handler tabel BerkeleyDB dan InnoDB

sehingga bisa mendukung transaksi) dan memiliki ukuran pustaka kode yang relatif kecil (Owens 2010). Paradigma SQLite berbeda dengan client-server.

SQLite bukanlah sebuah sistem yang mandiri yang berkomunikasi dengan sebuah

program, melainkan bagian integral dari sebuah program secara keseluruhan. Oleh karena itu, protokol komunikasi utama yang digunakan SQLite adalah melalui pemanggilan API secara langsung melalui bahasa pemrograman. Mekanisme


(37)

seperti ini akan memberikan keuntungan karena dapat mereduksi overhead,

latency times, dan secara keseluruhan lebih sederhana. Seluruh elemen basisdata

(definisi data, tabel, indeks, dan data) disimpan sebagai sebuah berkas. Kesederhanaan dari sisi desain tersebut bisa dicapai dengan cara mengunci keseluruhan berkas basis data pada saat sebuah transaksi dimulai.

SQLite mengimplementasikan hampir seluruh elemen-elemen standar yang

berlaku pada SQL-92 (SQL standar yang berlaku secara umum), termasuk transaksi yang bersifat atomic, konsistensi basisdata, isolasi, dan durabilitas (ACID), trigger, dan kueri-kueri yang kompleks. Pada SQLite tidak ada pengecekan tipe data sehingga data bisa dientrikan dalam bentuk string untuk sebuah kolom bertipe integer. Hal ini bisa merupakan sebuah inovasi yang menambah nilai guna dari sebuah basisdata, utamanya ketika digunakan dalam bahasa pemrograman berbasis script (PHP, Perl). Di sisi lain, kondisi tersebut merupakan sebuah kekurangan. Beberapa proses ataupun thread dapat berjalan secara bersamaan dan mengakses basisdata yang sama tanpa mengalami masalah. Hal ini dikarenakan akses pembacaan data dilakukan secara paralel. Sementara itu akses penulisan data hanya bisa dilakukan jika tidak ada proses penulisan lain yang sedang dilakukan.

2.6 Manajemen Pengetahuan

Manajemen pengetahuan (Knowledge Management) atau KM adalah konsep yang telah muncul dalam komunitas bisnis beberapa tahun terakhir. KM merupakan suatu disiplin yang mempromosikan pendekatan integrasi untuk mengidentifikasi, menangkap, dan mengevaluasi pengambilan dan penggunaan bersama (sharing) seluruh aset informasi dari suatu organisasi. Aset tersebut mencakup database, dokumen, kebijakan, prosedur dan keahlian yang telah diperoleh dari pengalaman individu yang telah bekerja (Srikantaiah, et al., 2000).

2.6.1. Sumber Pengetahuan

Terdapat dua jenis sumber pengatahuan yang dapat digunakan suatu organisasi untuk melakukan kegiatannya yaitu :

1. Explicit: adalah pengetahuan yang diperoleh dari repositori dari berbagai media.


(38)

19

2. Tacit: Pengetahuan yang diperoleh dari keahlian organisasi dalam menggunakan berbagai peralatan dan metodologi. Developer knowledge

mengumpulkan pengetahuan tacit dalam rangka membangun basis pengetahuan.

2.6.2. Transformasi Pengetahuan

Proses pengalihan pengetahuan dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan dan strategi yang meliputi:

1. Tacit menjadi Tacit

Teknik yang dapat dilakukan oleh perusahaan atau organisasi adalah dengan melakukan diskusi informal seperti brainstorming secara periodik untuk mendiskusikan tentang produksi, pemasaran, pengiriman dan keuangan. Hasil dari diskusi ini masing-masing karyawan dalam satu perusahaan akan memiliki knowledge yang lebih banyak. Strategi bagi perusahaan yang memiliki banyak kantor cabang maka dapat dilakukan melalui teleconference

antar cabang membahas topik tertentu. 2. Tacit menjadi Eksplisit

Transformasi knowledge dari tacit manjadi eksplisit dapat dilakukan dengan merekam atau mencatat hasil diskusi, membuat electronic blackboard

sehingga pakar dibidangnya (produksi, pemasaran, pengiriman dan keuangan) dapat memposting knowledge tacit yang dimilikinya ke papan elektronik. 3. Eksplisit menjadi Eksplisit

Teknik ini adalah mentransfer laporan atau dokumen yang berbasis kertas dapat digitalisasi misalnya dalam bentuk format PDF atau file DOC dan lain-lain. File-file yang berisikan pengetahuan eksplisit dikumpulkan dalam satu

server sehingga mempermudahkan manajemen pengetahuan dan dapat

berbentuk website. 4. Eksplisit menjadi Tacit

Teknik ini adalah menyediakan sistem yang mendokumentasikan semua keluhan konsumen kemudian membuat jawaban terhadap keluhan konsumen, sehingga operator bisa memberikan tanggap terhadap keluhan konsumen berdasarkan jawaban-jawaban keluhan konsumen pada masa lalu. Di samping itu bisa juga dilakukan dengan menyediakan ruang baca yang berisikan


(39)

dokumen dan report dimana pengawai dapat menyerap knowledge dan diolah berdasarkan kondisi dan situasi.

2.7 Extreme Programming (XP)

Extreme Programming (XP) merupakan salah satu metode Agile yang cocok

digunakan untuk pengembangan sistem secara cepat. Pengembangan sistem dengan menggunakan metode ini dilakukan ketika data, informasi dan gambaran sistem yang akan dibangun sistem telah tersedia. Menurut Satzinger, et al. (2007) terdapat empat nilai utama pada XP yang mendasar pada setiap tahapan proses pengembangan sistem Informasi yaitu communication (komunikasi), courage

(kepercayaan), simplicity (kesederhanaan), dan feedback (umpan balik). XP memiliki empat tahapan utama yaitu:

1) Tahap analisis

Tahap ini merupakan tahap yang penting sebelum program atau sistem dibuat atau dibangun. Tahap analisis meliputi beberapa aspek bagi kebutuhan sistem seperti lingkungan organisasi, analisis sistem untuk memenuhi kebutuhan waktu sekarang, analisis system requirement

(input, output, proses, storage, dan kontrol). 2) Tahap desain

Tahap desain melibatkan rancangan antarmuka dan prosedur yang mendukung fungsional sistem. Tahap desain memiliki tiga kegiatan utama yaitu:

 Desain antarmuka. Desain antarmuka fokus pada interaksi sistem dengan pengguna, yaitu bagaiamana merancang komponen input

dan output yang interaktif serta efisien bagi penggunanya.

 Desain fisik. Desain fisik sistem adalah desain basis data dan berkas. Desain fisik ini fokus pada struktur dan data yang digunakan sistem secara terinci. Data yang terkumpul akan disusun berdasarkan atributnya dan relasi yang dibutuhkan.

 Desain logika. Desain logika adalah desain sistem bagaimana mengembangkan input, proses pengolahan informasi, output,


(40)

21

penyimpanan database, aktivitas kontrol secara umum, sesuai dengan yang direncanakan pada tahap analisis.

3) Tahap Pengujian

Pada tahapan in sistem yang akan diluncurkan di uji terlebih dahulu. Pengujian dilakukan terhadap fungsionalitas sistem dan terkait dengan hal-hal teknis sistem secara internal.

4) Rilis Akhir Perangkat Lunak

Tahapan ini merupakan tahap akhir dalam pengembangan sistem dengan menggunakan XP. Sistem yang telah di uji kemudian diimplementasikan dalam uji perangkat sesuai dengan kebutuhan pengguna. Perangkat lunak yang diaplikasikan merupakan versi akhir hasil dari revisi versi sebelumnya.

2.8 Agribisnis

Secara umum kegiatan agribisnis dapat digolongkan ke dalam dua kegiatan utama yaitu kegiatan usaha tani (on farm activities), sedangkan pengadaan sarana produksi, agroindustri pengolahan, pemasaran dan jasa-jasa penunjang dikelompokkan ke dalam kegiatan luar usaha tani (offfarm activites). Setidaknya terdapat lima sub sistem pada kegiatan agribisnis (Sumardjo, 2004) yaitu (1) Sub sistem faktor input pertanian (input factor sub-system), (2) Sub-sistem produksi pertanian (production sub-system), (3) Sub-sistem pengolahan hasil pertanain

(processing sub-system), (4) Sub-sistem pemasaran (marketing sub-system), dan

(5) Sub-sistem kelembagaan penunjang (supporting institution sub-system). Faktor-faktor yang mendukung dalam kegiatan agribisnis baik pada kegiatan on-farm maupun off-farm diantaranya adalah sebagai berikut: ketersediaan informasi dan ketersediaan peralatan.


(41)

(42)

23

BAB III METODOLOGI

Metodologi yang dilakukan dalam penelitian ini merujuk pada metode pengembangan sistem secara Extreme Programming/ XP (Satzinger, et al., 2007). XP dipilih karena keberadaan informasi dan pengetahuan, pakar agribisnis cabai, dan berbagai kebutuhan yang mendukung secara umum sudah tersedia sehingga pengembangan sistem pakar agribisnis cabai berbasis android ini dapat dilakukan dengan cepat. Pada Gambar 14 ditunjukkan metodologi penelitian yang digunakan.

Identifikasi Masalah

Analisis dan Perancangan Sistem Pakar (Metode Extreme Programming) Analisis Desain Implementasi

dan Pengujian Studi Literatur

TIDAK

YA

Rilis Aplikasi

Pengujian Lapangan & Evaluasi

Sesuai

Tidak Sesuai

Konsultasi Pakar

Data dan Pengetahuan

Selesai Mulai

Berhasil


(43)

3.1 Identifikasi Masalah

Pada tahapan ini akan dilakukan identifikasi terlebih dahulu terhadap permasalahan terkait dengan kebutuhan pelaku agribisnis terhadap solusi tepat guna. Di samping itu juga dilakukan identifikasi masalah berkaitan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Supriyanto (2011) dan Erlan (2011) tentang sistem konsultasi online agribisnis cabai baik yang berbasis web maupun wap. Hasil identifikasi ini akan digunakan untuk tahapan selanjutnya, yaitu studi literatur dan konsultasi dengan pakar.

3.2 Studi Literatur dan Konsultasi Pakar

Tahapan berikutnya adalah studi literatur dan konsultasi pakar. Kedua tahapan ini bisa dilaksanakan secara paralel. Studi literatur dilakukan dengan menggali pengetahuan dari buku, jurnal dan artikel-artikel ilmiah terkait dengan kegiatan agribisnis cabai dan teknologi android. Konsultasi dilakukan dengan pakar dari Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor. Pakar yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah pakar yang telah melakukan penelitian bertahun-tahun dan memiliki pengalaman lapangan yang cukup. Pengetahuan yang didapatkan dari konsultasi ini diharapkan adalah pengetahuan yang valid dan dapat digunakan dalam pengembangan sistem pakar agribisnis cabai (Capsicum

annuum. L).

Studi literatur dan konsultasi pakar dimaksudkan untuk menyesuaikan kebaruan informasi dan pengetahuan tentang konsultasi kegiatan agribisnis dengan informasi dan pengetahuan yang sudah dibuat pada penelitian sebelumnya. Harapannya adalah sistem yang dikembangkan ini akan lebih up-to-date sehingga informasi yang terdistribusikan kepada pengguna sistem ini akan lebih lengkap dan akurat. Hasil dari kedua tahapan ini dituangkan dalam data dan pengetahuan yang merupakan penyempurnaan sumber basis data dari penelitian sebelumnya dan akan digunakan untuk mengembangkan sistem pakar pada tahapan selanjutnya.

3.3 Analisis dan Perancangan Sistem

Kegiatan analisis dan perancangan sistem akan mengadopsi metode XP. Tahapan ini terdiri dari beberapa sub tahap yaitu analisis, desain, implementasi


(44)

25

dan pengujian, dan yang terakhir adalah rilis. Perangkat lunak dibangun mulai dari tahap pertama sampai dengan sistem dapat diterima dan dapat diimplementasikan secara penuh. Penjelasan dari setiap tahapan pada metode XP tersebut adalah sebagai berikut:

1) Tahap analisis

Pada tahapan ini akan dilakukan analisis kebutuhan sistem untuk memenuhi kebutuhan sekarang yang dilakukan dengan memahami teknologi terkini untuk pengembangan sistem yang lebih usable dan general (beredar luas di masyarakat), teknologi yang bisa dipergunakan secara masal, murah, kapan pun dan di manapun. Analisis kebutuhan sistem dilakukan dengan mengkombinasikan antara analisis permasalahan yang didapatkan dengan solusi teknologi pengembangan sistem terkini, yaitu kebutuhan pengembangan sistem berbasis android. Android menjadi solusi terkini untuk menjawab permasalahan biaya dan sinyal (jaringan). 2) Tahap desain dan Implementasi

Pada tahap ini dilakukan perancangan antarmuka dan perancangan basis data untuk sistem yang akan dikembangkan. Perancangan antarmuka dititik beratkan pada interaksi sistem dengan pengguna, yaitu desain input dan output yang interaktif, mudah dan efisien bagi penggunanya. Perancangan basis datadilakukan dengan merancang struktur dan data yang digunakan sistem android. Data dan pengetahuan yang didapatkan pada tahap sebelumnya akan disusun berdasarkan atributnya dan relasi yang dibutuhkan untuk keperluan perancangan basis data.

Proses desain dan implementasi sistem dilakukan dengan perangkat lunak seperti yang telah didefinisikan pada ruang lingkup penelitian. Implementasi dan pengembangan sistem pada tahap ini dilakukan dengan dukungan perangkat lunak bernama android Emulator, yaitu suatu perangkat lunak yang dikondisikan menyerupai telepon pintar sehingga memudahkan pengembang dalam merancang dan menguji coba secara internal sebelum akhirnya diuji coba pada perangkat telepon pintar sungguhan.

3) Tahap Pengujian (testing)

Tahapan ini adalah tahapan pengujian terhadap sistem aplikasi secara internal. Pengujian dilakukan terhadap fungsional dan non fungsional sistem pakar pada layar android Emulator dengan berbagai fitur yang disediakan.


(45)

Perangkat lunak yang telah berhasil diuji secara internal pada tahap ini nantinya akan diujikan pada perangkat telepon pintar sungguhan untuk kemudian dievaluasi kembali untuk mendapatkan feedback dari pengguna.

4) Peluncuruan Perangkat Lunak

Sistem yang sudah berhasil diuji coba secara internal berarti sistem ini siap dirilis ke pasar. Rilis sistem ini akan berupa package system yang siap diunduh dan diinstalasikan ke perangkat pengguna secara langsung.

3.4 Pengujian Sistem di Lapangan

Pengujian sistem di lapangan dilakukan dengan melakukan pengecekan keberhasilan proses pengunduhan package system dari internet dan proses instalasinya di dalam perangkat android (dalam hal ini adalah telepon pintar dan komputer tablet berbasis android). Pengujian ini dilakukan untuk memastikan bahwa sistem berfungsi dengan baik seperti ketika proses pengujian secara internal. Pengujian ini juga bertujuan mendapatkan feedback dari pengguna untuk penyempurnaan sistem yang lebih baik. Pengujian sistem di lapangan akan dilaksanakan dengan beberapa pengguna perangkat android di lingkungan kampus IPB.

3.5 Alat dan Bahan

Pada penelitian ini digunakan perangkat keras dan perangkat lunak sebagai berikut:

1. Perangkat lunak:

a. Eclipse dan android Emulator: untuk pembuatan desain,

pengkodean, dan ujicoba internal

b. SQLite: untuk layanan basis data portable

c. Adobe photoshop CS, untuk desain gambar dan icon.

2. Perangkat keras:

a. Notebook dengan Prosesor Intel core i5 3.0 Ghz

b. Mouse optik (Tetikus)

c. ModemHSDPA 7,2 Mbps untuk koneksi internet

d. Komputer tablet atau telepon pintar berbasis android untuk pengujian aplikasi android yang dibangun.


(46)

27

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Identifikasi Masalah

Tuntutan kebutuhan informasi pertanian dapat berpengaruh positif terhadap keberdayaan petani khususnya dalam hal merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan mengatasi masalah agribisnis. Pada saat ini petani membutuhkan akses terhadap berbagai sumber informasi pertanian dalam rangka meningkatkan hasil produksinya. Informasi peningkatan produksi dan mutu mencakup antara lain informasi teknologi usaha tani, pola tanam, iklim/ cuaca, teknologi usahatani. Teknologi usahatani berarti bagaimana cara melakukan pekerjaan usahatani yang didalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih, pupuk, pestisida, memelihara tanaman dan memungut hasilnya. Informasi-informasi tersebut dibutuhkan dan harus dapat diakses oleh petani agar petani menjadi berdaya (Tamba 2007).

Sumber informasi pertanian sebenarnya telah banyak disediakan oleh lembaga/ institusi terkait dengan kegiatan agribisnis. Menurut Supriyanto (2011), lembaga/ institusi tersebut diantaranya adalah:

1. Badan Koordinasi Penyuluhan

Badan Koordinasi Penyuluhan (BKP) merupakan lembaga penyuluhan di provinsi yang akan mengkaji dan mengolah berbagai data/informasi yang berasal dari berabgai instansi terkait. Selanjutnya BKP menghasilkan informasi yang siap disalurkan kepada petani. BKP juga bertanggung jawab menghasilkan informasi pertanian dalam bentuk cetak dan digital yang disebarkan ke dinas pertanian provinsi/ kabupaten/ kota.

2. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian merpakan lembaga penelitian yang menghasilkan berbagai informasi ilmiah di bidang teknis, ekonomi, dan sosial yang berasal dari hasil-hasil penelitian yang dijamin dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya. Selanjutnya informasi ini akan disampaikan ke Badan Koordinasi Penyuluhan.


(47)

3. Dinas Pertanian Provinsi/ Kabupaten/ Kota

Dinas pertanian provinsi/ kabupaten/ kota merupakan lembaga yang menyusun program pembangunan pertanian di wilayahnya, baik program jangka panjang maupun jangka pendak berdasarkan potensi dan sumber daya yang dimilikinya dan bertujuan untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dengan meperhatikan kelsetarian sumber daya pertanian.

4. Lembaga/ Unit penelitian sayuran

Lembaga/ unit penelitian sayuran merupakan lembaga yang melakukan penelitian terutama bidang teknologi, sosial, dan ekonomi, diharapkan melakukan diseminasi hasil-hasil penelitian spesifik lokasi ke instansi terkait seperti Dinas Pertanian, Badan Pelaksana Penyuluhan, dan lain-lain sehingga bermanfaat bagi pembangunan.

5. Balai Penyuluhan Pertanian

Balai penyuluhan pertanian merupakan lembaga yang bertugas: (1) menyusun program penyuluhan pada tingkat kecamatan, (2) melaksanakan pernyuluhan berdasarkan program penyuluhan, (3) menyebarkan informasi pertanian seperti informasi: teknologi, sarana produksi, permodalan (pembiayaan), pasar dan informasi lainnya, (4) memfasilitasi pengembangan kelembagaan serta kemitraan pelaku utama (petani) dan pelaku usaha, dan (5) memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan.

6. Perguruan Tinggi Pertanian

Perguruan tinggi yang memegang mandat pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat memiliki peran penting dalam penyediaan SDM dan informsi pertanian. Penelitian yang dilakukan perguruan tinggi secara terus menerus dan diintegrasikan dengan kegiatan pendidikan dan pengabdian masyarakat, menjadikan perguruan tinggi menjadi sumber informasi pertanian yang sangat potensial. Namun permasalahan yang terjadi saat ini adalah belum optimalnya penyediaan informasi-informasi dan pengetahuan pertanian yang berasal dari perguruan tinggi kepada masyarakat. Hal ini disebabkan karena cakupan wilayah Indonesia sangat luas, sehingga perlu ada


(1)

6

Aphid-transmitted viruses: Chili veinal mottle vi-rus (ChiVMV), cucumber mosaic vivi-rus (CMV), po-tato virus Y (PVY)

Symptoms vary, but generally these diseases show mosaic, mottled and/or deformed leaves (Fig. 11). Plants are stunted and the loss of marketable yield can be dramatic. To control, use resistant cultivars. Reduce the number of aphid vectors by controlling weeds, using insecticides, and using mesh netting to exclude aphids from seedlings.

To control bacterial wilt, use pathogen-free seed-beds to produce disease-free transplants. Fumigate seedbeds and pasteurize the planting medium for container-grown plants. Rotate with flooded rice; ro-tation with non-susceptible crops provides limited value. Avoid cultivation that damages roots. Use raised beds to facilitate drainage. Resistant culti-vars are being developed.

Phytophthora blight (Phytophthora capsici) This disease can occur on pepper grown anywhere in the world, at any stage of growth, and on all plant parts. The most common symptom is a stem or col-lar rot followed by sudden wilting without foliar yel-lowing (Fig. 10a). Other symptoms include damp-ing-off and tip blight of young seedlings (Fig. 10b), dried tan-colored lesions on foliage, as well as soft-ened fruit.

Cercospora leaf spot (Cercospora capsici)

Its "frog eye" leaf lesions are circular, about 1-cm in diam-eter, with brown borders and light gray centers (Fig. 9). Severe infection can cause leaf drop, with or without leaf yellowing. Lesions also ap-pear on stems, petioles and peduncles; fruit do not be-come infected. The fungus survives from one season to another on crop debris.

Ex-tended rainy periods and close plant spacing en-hance development. Fungicides are usually only nec-essary during conditions highly favorable to the dis-ease.

Fig.11. Mottling of leaves caused by PVY and ChiVMV, respectively.

Fig. 9. Cercospora "frog eye" lesions Fig. 8. Healthy and bacterial wilt-infected plant; brown-ing of inner vascular tissue

This soil-borne disease is controlled through the use of resistant cultivars, raised beds, crop rotation, and fungicides such as mefenoxan, metalayxl, po-tassium phosphate, copper alone, or copper-con-taining products. To avoid soil splash, the use of mulch and furrow irrigation, rather than overhead irri-gation, are preferred.

Fig. 10. Phytophthora lesion; healthy and blight-infested seedlings


(2)

7

Controlling insect pests

General recommendations

Seedlings in the nursery can be protected using mesh netting or yellow sticky traps. After plants are in the field, scout plants at least twice a week, look-ing for damage. Plant extracts, such as neem seed or hot pepper extract, can be sprayed on seedlings to help protect them.

Chemical pesticides should be used mainly as a corrective measure. If possible, choose a pesticide that targets the specific pest that is causing the dam-age, and avoid pesticides that kill beneficial organ-isms. Choose pesticides that have short persistence, i.e., the effects of which last only a few days. Chemi-cal pesticides should be applied in the evening, and workers should not be allowed into the field until the recommended waiting period (usually 12 or 24 hours) has passed. Wear protective clothing and follow la-bel directions. If multiple applications are needed, rotate pesticides that have different modes-of-action.

Broad mite (Polyphagotarsonemus latus)

This tiny, crab-like pest (Fig. 14) causes leaves to curl downwards and become narrow. Most damage occurs between veins of young leaves. Corky tissue develops on fruits. Mites are yellow or white, tiny (about the size of a grain of sand), and found near the mid-vein on the undersides of the leaves.

This pest is controlled through the use of toler-ant cultivars, weed control, crop rotation, and miti-cides such as abamectin and dicofol.

Aphids (Aphis gossypii, Myzus persicae)

These are small, succulent, pear-shaped insects that vary in color from yellow to green to black (Fig. 13). Aphids pierce leaves and suck the sap, caus-ing foliage to become distorted and often curled un-der. Aphids exude a sticky substance that attracts ants and leads to the development of a sooty mold on plants. Aphids are vectors to many viruses, in-cluding ChiVMV, CMV and PVY. Control aphids by using reflective mulches, rotating crops, spraying with pesticides, or introducing predators and parasites. Tobamoviruses: Tobacco mosaic virus (TMV), to-mato mosaic virus (ToMV); and potato mild mottle virus (PMMV)

These diseases are transmitted in and on seeds, as well as through contact of plants. Symptoms in-clude stunting, leaf mosaic and crinkling (Fig. 12), and systemic bleaching of leaves. To minimize problems, use resistant varieties

and pathogen-free seeds. Dip tools in milk or TSP before handling plants.

Fig. 12. Leaf crinkling caused by PMMV

Thrips (Scirtothrips dorsalis, Thrips palmi)

Thrips cause young leaves to curl upwards (Fig. 15a). Brown areas develop between veins of both young and old leaves. Corky tissue develops on infested fruits. Thrips are very small and group together along the mid-vein (Fig. 15b) or along borders of damaged leaf tissues.

Reduce thrip damage by controlling weeds, tating crops, using predators and parasites, and ro-tating insecticides.

Fig. 13. Aphids (inset right) cause sooty mold and leaf distortion

Fig. 14. Mites (inset right) cause leaves to curl downwards and corky tissue to develop on fruits


(3)

8

Harvesting

For fresh use, chili peppers can be harvested either at the green immature or red mature stage. It takes about 55–60 days after flowering for fruits to fully ripen, depending on temperature, soil fertility, and cultivar. Warmer temperatures will hasten ripening, and cooler temperatures will delay ripening. If condi-tions are favorable, chili production can continue for several months. Fruits can be harvested weekly.

Fresh chili fruits should not be washed unless they will be kept cool (10°C) until sold. Fruits should be stored in a cool, shaded, dry place until they are sold. At typical tropical ambient temperature and hu-midity (28°C and 60% RH), fruits will last unspoiled for 1–2 weeks. Anthracnose is the major cause of fresh fruit spoilage.

For dry chili, it's im-portant to preserve the red color of the mature fruits. Drying them in the sun is a common practice (Fig. 18), but this tends to bleach the fruits, and rainfall and dew promote fruit rot. Solar dryers have been developed, but they re-quire fairly constant sunshine. Cloudy

weather increases the drying time and the risk of post-harvest spoilage. Blanching the fruits in hot wa-ter (65°C) for 3 minutes and removing the pedicel and calyx can decrease drying time, increase color retention, and reduce post-harvest losses. In gen-eral, cultivars with low dry matter content and/or thick flesh are difficult to dry and are generally sold fresh. If ovens are available, dry fruits for 8 hours at 60°C, then reduce the temperature to 50°C and continue until fruits are completely dry (about 10 more hours). In temperate regions, harvesting is usually halted by frost. In tropical and subtropical regions, produc-tion declines due to disease or other stresses.

Other disorder

Root-knot nematode (Meloidogyne incognita and other Meloidogyne spp.)

This nematode damages the root system. Infested plants become stunted and yellowed. Severely affected plants may wilt. A careful look at the root system will reveal small galls (Fig. 17). This nematode has a very wide host range. Its eggs can remain dormant for a

few months. Warm tem- Fig. 17. Knotted, galledpepper root system Tomato fruitworm (Helicoverpa armigera)

Tomato fruitworm feeds on flowers, pods and fruits of pepper (Fig. 16). Larvae move from one fruit to the next, destroying only small portions of each fruit. Damaged fruits may drop, ripen prematurely, or be-come infected with disease. The entrance hole near the pedicel develops a dark scar. Monitor closely, looking for the larvae on plants; older larvae can be found by cutting into fruits. Young larvae are light yellow and spotted.

Ma-ture larvae are brown to gray in color with length-wise stripes along the body.

To control, spray in-secticides to kill ex-posed larvae. Remove infested fruits to reduce

pest populations. Fig. 16. Fruitworm larva boring inside pepper Fig. 15. Thrips cause leaves to curl upwards; they are often found near the mid-vein of leaves.

peratures and light sandy soils are conducive for its development.

To control, use crop rotation; flooded rice in par-ticular greatly reduces nematode populations. A few resistant cultivars are available. Soil fumigants or nematicides may be used. Plowing during the fallow season will expose nematodes to drying and elimi-nate weeds that host the pest.

Fig. 18. Peppers drying in the sun


(4)

Copyright © 2008, The Ohio State University

FACT SHEET

Agriculture and Natural Resources

Agriculture and Natural Resources

Keeping Plants Healthy

An Overview of Integrated Plant Health Management

Sarah D. Ellis Michael J. Boehm Department of Plant Pathology

Integrated Plant Health Management (IPHM)

Regardless if managing a weed, insect pest, or disease-causing organism, most specialists interested in plant health recommend the use of a multi-pronged approach or strategy commonly referred to as an Integrated Pest Management or an Integrated Plant Health Management approach. Integrated Plant Health Management programs rely on the use of several methods rather than on a single means for avoiding or otherwise minimizing the impact of plant pests and pathogens. Although sometimes called diferent names by weed scientists, entomologists, and plant pathologists, the methods for managing or eliminating plant pests fall into ive categories.

1. Genetic Host Resistance—the use of genetically re-sistant plants to minimize or avoid losses caused by insect pests and/or pathogens. he use of genetically resistant plants is oten recommended by entomologists and plant pathologists as the irst line of defense for avoiding or minimizing plant damage caused by insects and pathogens. In some cropping systems, such as large acreage ield or row crop agriculture (corn, soybeans, wheat, rice, cotton, etc.), the use of genetically resis-tant plants may be the only cost-efective means for managing a particular pest or disease. In some cases, the use of resistant cultivars or varieties might be the only means of efectively managing a disease or pest such as in the case of managing plant diseases caused by viruses. he development of resistant plant types may also reduce the need for using pesticides. Although genetic resistance should be considered when dealing

with all insect pests and diseases, it is especially useful when dealing with annual cropping systems where new seed is sown each season thereby providing an opportunity to introduce new cultivars or varieties with insect or pathogen resistance. Although important in perennial cropping systems such as orchards, forests, golf courses, or home lawns, once the initial crop is planted, the introduction of resistant lines is limited due to the long-term nature of these crops.

2. Cultural Practices—the use of agronomic or horti-cultural practices which favor plant development and minimize pest or pathogen activity. here are a number of cultural practices that can be used to change the en-vironment in which plants are grown that can severely inluence pest and pathogen activity, hese practices include tillage practices, water management, fertility, crop rotation, and sanitation (cleaning or removal) of equipment and diseased or infested plant material. Cul-tural practices designed to achieve or maintain disease play a key role in reducing plant losses by minimizing or eliminating sources of insect pests, weed seed, or pathogen inoculum. Practices such as the removal and destruction of infected plants or infested soil or potting mix, and the use of “certiied” pathogen-free or weed-free seed as well as the use of “clean” tools and equipment are critical to maintaining healthy plants and reducing spread of weeds, insects, and pathogens.

3. Chemical Applications—the use of pesticides such as herbicides (weeds), insecticides (insect pests), fungi-cides (fungi), and nematifungi-cides (nematodes) to suppress

This is the fourth fact sheet in a series of ten designed to provide an overview of key concepts in plant pathology. Plant pathology is the study of plant disease including the reasons why plants get sick and how to control or manage healthy plants.


(5)

or inhibit pest/pathogen activity. he third line of de-fense available to those interested in managing plant pests is the use of pesticides to either kill or suppress plant pests and pathogens. Because of the concerns over potential dangers of pesticides to humans, the environment, food products, animals, and the atmo-sphere, they are oten considered the least desirable method of managing insect pests and plant diseases. For detailed information, see the fact sheet “Using Fungicide Sprays Efectively” at http://ohioline.osu. edu/hyg-fact/3000/3038.html.

4. Biological Control—the use of beneicial or antagonis-tic organisms that when introduced kill or otherwise suppress plant pests or pathogens. Biological control is the use of one organism or a group of organisms to suppress, kill, or restrict the activity of a pest or pathogen. he use of biological control is considered advantageous and environmentally sound as it provides an eco-friendly alternative to the use of pesticides. Unfortunately, however, few biocontrol products are available that provide consistent and commercially acceptable levels of pest or disease control. Biocontrol organisms kill or suppress pathogens and pests by either (a) parasitizing the pest or pathogen, (b) out-competing the pest or pathogen for space or nutrients, (c) producing toxins that kill or make the pest or pathogen sick, and/or (d) inducing a physiological or biochemical change in the host plant making it less

sus-ceptible to (more tolerant of) pest or pathogen attack. For more information, see the fact sheet “Microbial Biopesticides for the Control of Plant Diseases in Organic Farming” at http://ohioline.osu.edu/hyg-fact/3000/pdf/HYG_3310_08.pdf

5. Regulatory Measures—the use of quarantines and pest eradication programs to limit the introduction or spread of deleterious plant pests and/or patho-gens. Strict government inspections and quarantines of imported plants, plant products, and soil can be an efective way to keep a pest or pathogen out of a region or area. However, given the global nature of modern society, the possibility of moving and introducing pests dangerous to people, plants, and animals is real. Government eradication programs are conducted when a serious insect or disease pest breaks out. Oten the trouble is eliminated before it has a chance to spread. Such programs require highly trained personnel who know the potential insect and disease problems and are able to recognize the pathogens and the symptoms of their activities. On the grower level, many greenhouses and nurseries also use quarantine measures. hey oten keep the new material separated from the old. If a disease were to come in on the new material it would not impact the rest of the greenhouse or nursery. A great web site to visit on regulatory measures is the U.S. Environmental Protection Agency at www.epa.gov.

Copyright © 2008, The Ohio State University

Keeping Plants Healthy: An Overview of Integrated Plant Health Management—page 2

Figure 1. Managing healthy plants using an integrated approach enhances the chances of growing healthy plants. Genetic host resistance, cultural practices, chemical applications, biological control,

and regulatory measures are the ive categories of Integrated Plant Health Management. (Source: Michael J. Boehm, Department of Plant Pathology, he Ohio State University)


(6)

Keeping Plants Healthy: An Overview of Integrated Plant Health Management—page 3

Copyright © 2008, The Ohio State University

Ohio State University Extension embraces human diversity and is committed to ensuring that all research and related educational programs are available to clientele on a nondiscriminatory basis without regard to race, color, religion, sex, age, national origin, sexual orientation, gender identity or expression, disability, or veteran status. This statement is in accordance with United States Civil Rights Laws and the USDA.

Keith L. Smith, Ph.D., Associate Vice President for Agricultural Administration and Director, Ohio State University Extension TDD No. 800-589-8292 (Ohio only) or 614-292-1868

Visit Ohio State University Extension’s web site “Ohioline” at: http://ohioline.osu.edu

Introduction to Plant Disease Series

PP401.01: Plants Get Sick Too! An Introduction to Plant Diseases PP401.02: Diagnosing Sick Plants

PP401.03: 20 Questions on Plant Diagnosis

PP401.04: Keeping Plants Healthy: An Overview of Integrated Plant Health Management PP401.05: Viral Diseases of Plants

PP401.06: Bacterial Diseases of Plants

PP401.07: Fungal and Fungal-like Diseases of Plants PP401.08: Nematode Diseases of Plants

PP401.09: Parasitic Higher Plants

PP401.10: Sanitation and Phytosanitation (SPS): he Importance of SPS in Global Movement of Plant Materials

hese fact sheets can be found at OSU Extension’s “Ohioline” web site: http://ohioline.osu.edu. Search for “Plant Disease Series” to ind these and other plant pathology fact sheets.

Figure 2. How plant production specialists integrate or “mix and match” these individual pest/disease management approaches to develop an efective IPHM strategy depends on many diferent considerations such as personal experience, public perception, availability of efective options or tools in each management category, and proit margin. Each manager, irrespective of their cropping system, will need to consider the complexities of the unique system being managed in order to develop an IPHM strategy that best meets their needs. (Source: Michael J. Boehm,