Kegiatan Penangkapan Kajian Pengelolaan Ekosistem Mangrove Secara Berkelanjutan Kota Tarakan Kalimantan Timur (Studi Kasus Desa Binalatung Kecamatan Tarakan Timur)

kantong pada saat pasang. Tujuan pengoperasian alat tangkap tersebut ialah untuk menangkap udang yang bermigrasi ke pantai mengikuti pola arus pasang surut. Oleh karena itu keberadaan udang disepanjang pesisir pantai Desa Binalatung dan sekitanya merupakan modal utama kehidupan masyarakat di desa ini. Subani dan Barus 1989 mendeskripsikan alat tangkap tugu sebagai alat perangkap pasang surut filter net sama seperti sici, bubu ambai, gombang dan bubu apolo. Dalam operasi penangkapanya juga disusun berderet-deret yang tiap deret unit terdiri dari 10-22 buah, disamping itu di beberapa tempat dipasang sendiri-sendiri togo tunggal dan dalam pemasangannya dapat dibolak-balik menghadap datangnya arus. Pada kanan-kiri mulut jaring di pasang gelang-gelang dari rotan untuk memudahkan pengangkatan dan penurunan pada waktu dioperasikan. Pada tugu ini kadang dilengkapi dengan jajaran tiang-tiang pancang yang merupakan kakisayap seperti halnya jermal walaupun tidak sepanjang sayapkaki jermal. Untuk tiap tugu ganda dilengkapi dengan sayap kaki pemasangnya diatur sedemikian rupa sehingga merupakan bangunan yang berbentuk siku keluang zigzag untuk mana tiap sudut di pasang jaring tugu. Dengan cara demikian tugu tersebut dapat dipasang terus menerus di sesuaikan dengan datangnya arus air. Gambar 14 Jenis Alat Tangkap Tugu trap net nelayan Desa Binalatung Hasil tangkapan Tabel 10 yang diperoleh nelayan sangat berfluktuasi karena pada umumnya nelayan dalam melakukan kegiatan penangkapan masih bergantung pada kondisi alam. Misalnya seperti pada musim utara hasil tangkapan mencapai 10kg, musim pancaroba hasil tangkapan bisa mencapai mencapai 30kg sampai 40kg dan pada musim selatan hasil tangkapan mencapai 10kg. Jumlah hasil tangkapan berpengaruh terhadap pendapatan mereka. Dari hasil tangkapan tersebut rata-rata pendapatan yang bisa mereka peroleh berkisar antara Rp.3.000.000 sampai Rp.4.500.000 per bulan. Tabel 10 Hasil Tangkapan Tugu No Jenis Biota Harga Rpkg 1. Udang Bintik 4.000 2. Udang White 28.000 3. Udang Tiger 39.000 4. Udang lainnya 4.000 5. Ikan Perak 1.500 6. Ikan Bawal 1.500 7. Ikan Senangin 1.500 8. Ikan Kakap 4.000 9. Ikan Pari 2.000 10 Ikan Pepija 1.500 11. Ikan Gulama 1.500 12. Ikan Layur 1.500 13. Ikan Selar 1.750 14. Ikan Puput 1.500 Sumber : Data Primer, 2006 Harga hasil perikanan dipengaruhi oleh musim, jenis dan kualitas tangkapan. Selain itu juga hubungan kelembagaaan antar penampung hasil perikanan dengan para nelayan berpengaruh terhadap harga hasil perikanan yang diterima para nelayan karena penampung hasil yang memberikan bantuan modal produksi kepada nelayan dan sebagai jaminan maka para nelayan harus menjualkan hasil tangkapan kepada penampung tersebut, biasanya pembagian hasil penjualan yang mereka dilakukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak nelayan dan toke. Sementara penampung besar yang berada di Kota Tarakan biasanya menjualkan hasil tangkapan mereka kepada perusahaan pembekuan udang atau cold storage atau pasar-pasar lokal.

3. Kegiatan Pengolahan Hasil Tangkapan

Hasil tangkapan segar yang diperoleh nelayan Tabel 10 tidak semuanya dapat di pasarkan, hal tersebut disebabkan oleh mutu atau kualitas dari hasil tangkapan maupun ukuran yang diperoleh tidak sesuai dengan pasaran yang ada. Hasil tangkapan target nelayan berupa udang umumnya dipasarkan dipenampung besar cold storage yang ada di Kota Tarakan. Jadi jika hasil tangkapan tidak memenuhi standard penampung maka hasil tangkapan tadi baru di pasarkan di pasar-pasar lokal yang ada di Kota Tarakan. Karena kendala itulah para nelayan yang dibantu oleh istri-istri mereka membuat alternatif dengan cara melakukan pengolahan hasil tangkapan, seperti pengolahan ikan asin kering dan pembuatan ebi. Kegiatan pengolahan ini membutuhkan waktu yang relatif cukup lama karena masih menggunakan cara yang sangat tradisional yakni mengeringkan ikan atau udang tersebut di bawah panas sinar matahari. Biasanya kegiatan pengolahan ini dilakukan oleh para istri-istri nelayan setelah para nelayan pulang dari melaut. Pada awalnya kegiatan ini mereka lakukan untuk mensiasati hasil tangkapan segar yang tidak laku dipasaran namun lama kelamaan kegitan ini menjadi rutinitas ibu-ibu nelayan dalam membantu prekonomian keluarga. Rata-rata jumlah komoditi yang dapat diolah sebanyak 50 kgmusim tangkapan untuk semua jenis dengan harga jual yang ditawarkan berkisar antara Rp.20.000 sampai dengan Rp.25.000 per kg. Saat ini pemasaran hasil produk olahan di pasar-pasar lokal Kota Tarakan. Pada umumnya nelayan melakukan aktivitas pemasaran dibantu oleh para pedagang pengumpul tengkulak yang ada di Kota Tarakan tapi ada juga sebagian warga yang melakukan kegiatan pemasaran sendiri. Aksesibilitas Sarana dan Prasaran Desa Perjalanan menuju lokasi Desa Binalatung dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melalui jalan darat dan jalan pantai. Jalan darat yang dilewati merupakan jalan setapak yang melewati perkampungan desa nelayan Pantai Amal di sepanjang pesisir Pantai Amal, sementara jalan pantai yang dilalui merupakan alternatif lain yang dilakukan oleh sebagian besar warga kampung pada saat air surut. Lapangan volly yang di buat oleh warga di tengah- tengah pemukiman mereka merupakan wadah yang tepat bagi warga untuk bermain sekaligus bersosialisasi setelah melaksanakan aktivitas rutin di laut. Gambar 15. Aksesibilitas Berupa Sarana Transportasi Desa Binalatung merupakan desa terakhir yang berada di ujung utara pantai Amal ialah desa yang nyaris terisolir bila saja tidak ada jaringan jalan dan listrik yang melewatinya. Namun semenjak adanya kegiatan MCRMP Kota Tarakan, desa ini mendapat prioritas utama pembangunan sarana infrastruktur Desa berupa bangunan MCK, bak penampung air dan pembuatan saluran air bagi warga untuk memenuhi kebutuhannya akan air bersih. Sumur-sumur penduduk yang ada berair payau dan hanya digunakan untuk keperluan mandi, mencuci kecuali untuk masak dan minum masyarakat menggunakan air penampungan hujan. PEMDA setempat telah membangun beberapa sarana MCK akan tetapi tidak dapat di pergunakan secara maksimum karena kondisinya yang telah rusak akibat terjadinya abrasi pantai. Gambar 16. Wadah Penampung dan Bangunan MCK