b b b Enkapsulasi bibit anggrek Phalaeonopsis amboinensis dengan penambahan paclobutrazol sebagai metode penyimpanan secara in vitro

mempercepat penuaan. Semakin lama disimpan, maka semakin lama bibit mengalami stres dan mengalami penuaan hingga akhirnya mati. Tabel 4. Pengaruh Perlakuan Lamanya Penyimpanan terhadap Daya Tumbuh pada Bibit Phalaeonopsis amboinensis yang Dienkapsulasi dari Percobaan I Daya Tumbuh Lama Penyimpanan 2 MSP 4 MSP Penyimpanan 0 MSE 97.22 a 97.22 a Penyimpanan 4 MSE 100.00 a 100.00 a Penyimpanan 8 MSE 96. 30 a 96. 30 a 69.45 b 69.45 b Penyimpanan 12 MSE Uji F KK 18.39 18.39 Keterangan : Data yang diuji merupakan data hasil transformasi dengan Arcsin Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 1 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 MSE : Minggu Setelah Enkapsulasi MSP : Minggu Setelah Penyimpanan Pada percobaan II, lama penyimpanan tidak berpengaruh terhadap daya tumbuh bibit. Persentase daya tumbuh bibit baik yang disimpan maupun tidak, tetap tinggi dan sama yaitu 100 . Bibit tidak mengalami hambatan fisik seperti pada penyimpanan dengan enkapsulasi, sehingga persentase daya tumbuh tetap tinggi. Pengaruh perlakuan lama penyimpanan terhadap persentase daya tumbuh bibit dari pecobaan II disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Pengaruh Perlakuan Lamanya Penyimpanan terhadap Daya Tumbuh pada Bibit Phalaeonopsis amboinensis yang tidak Dienkapsulasi dari Percobaan II Daya Tumbuh Lama Penyimpanan 2 MSP 4 MSP Penyimpanan 0 MST 100.00 100.00 Penyimpanan 4 MST 100.00 100.00 Penyimpanan 8 MST 100.00 100.00 Penyimpanan 12 MST 100.00 100.00 Keterangan : MSP : Minggu Setelah Penyimpanan Interaksi perlakuan paclobutrazol dengan lamanya penyimpanan memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya tumbuh bibit yang dienkapsulasi, seperti tercantum pada Tabel 6. Tabel 6. Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Paclobutrazol dan Lamanya Penyimpanan terhadap Daya Tumbuh pada Bibit Phalaeonopsis amboinensis yang Dienkapsulasi dari Percobaan I Daya Tumbuh Kombinasi Perlakuan Paclobutrazol P dengan Lama Penyimpanan S 2 MSP 4 MSP P0S0 100.00 a 100.00 a P0S1 100.00 a 100.00 a P0S2 88.89 a 88.89 a P0S3 22.22 b

22.22 b

P1S0 100.00 a 100.00 a P1S1 100.00 a 100.00 a P1S2 100.00 a 100.00 a P1S3 77.78 a 77.78 a P2S0 100.00 a 100.00 a P2S1 100.00 a 100.00 a P2S2 100.00 a 100.00 a P2S3 77.78 a 77.78 a P3S0 88.89 a 88.89 a P3S1 100.00 a 100.00 a P3S2 100.00 a 100.00 a P3S3 100.00 a 100.00 a Uji F KK 18.39 18.39 Keterangan : Data yang diuji merupakan data hasil transformasi dengan Arcsin Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5 Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji DMRT 5 MSP : Minggu Setelah Penyimpanan P0 : Paclobutrazol 0 mgl S0 : Lama Penyimpanan 0 Minngu Setelah Enkapsulasi P1 : Paclobutrazol 1 mgl S1 : Lama Penyimpanan 4 Minggu Setelah Enkapsulasi P2 : Paclobutrazol 3 mgl S2 : Lama Penyimpanan 8 Minggu Setelah Enkapsulasi P3 : Paclobutrazol 5 mgl S3 : Lama Penyimpanan 12 Minggu Setelah Enkapsulasi Perlakuan paclobutrazol 0 mgl yang dikombinasikan dengan perlakuan lama penyimpanan 12 MSE menghasilkan bibit dengan daya tumbuh yang terendah yaitu 22.22 sampai 2 dan 4 MSP. Kombinasi perlakuan lainnya menghasilkan bibit dengan daya tumbuh yang lebih besar. Perlakuan paclobutrazol 1, 3 dan 5 mgl yang dikombinasikan dengan semua perlakuan lama penyimpanan menghasilkan bibit dengan persentase daya tumbuh yang tidak berbeda nyata. Meskipun tidak berbeda nyata, perlakuan yang dapat menyimpan BEP lebih lama dan dapat mempertahankan daya tumbuhnya tetap tinggi adalah kombinasi perlakuan paclobutrazol 5 mgl dengan lama penyimpanan 12 MSE. Kombinasi perlakuan tersebut dapat menghasilkan bibit dengan persentase daya tumbuh bibit yang tinggi yaitu 100 , meskipun bibit disimpan selama 12 minggu. Perlakuan paclobutrazol 1 mgl maupun 3 mgl yang dikombinasikan dengan lama penyimpanan 12 MSE menghasilkan bibit dengan daya tumbuh yang masih rendah, yaitu 77.78 . Oleh sebab itu kedua kombinasi perlakuan tersebut tidak bisa digunakan untuk penyimpanan bibit. Pada percobaan II, interaksi paclobutrazol dengan lamanya penyimpanan tidak berpengaruh terhadap daya tumbuh bibit. Semua kombinasi perlakuan menghasilkan bibit dengan persentase daya tumbuh yang tetap tinggi dan sama sampai 2 dan 4 MSP, yaitu 100 . Pengaruh interaksi antara perlakuan paclobutrazol dan lama penyimpanan terhadap persentase daya tumbuh bibit dari pecobaan ke-2 disajikan pada Tabel 7. Tidak adanya pengaruh perlakuan paclobutrazol, lama penyimpanan dan interaksinya terhadap daya tumbuh bibit pada percobaan II, menunjukkan bahwa perlakuan enkapsulasi lebih memberikan penghambatan terhadap pertumbuhan bibit. Menurut Lestari et al., 2000 dengan teknik enkapsulasi, eksplan dapat ditekan pertumbuhannya semaksimal mungkin tanpa ada resiko perubahan genetik. Tabel 7. Pengaruh Interaksi antara Perlakuan Paclobutrazol dan Lamanya Penyimpanan terhadap Daya Tumbuh pada Bibit Phalaeonopsis amboinensis yang tidak Dienkapsulasi dari Percobaan II Daya Tumbuh Kombinasi Perlakuan Paclobutrazol P dengan Lama Penyimpanan S 2 MSP 4 MSP P0S0 100.00 100.00 P0S1 100.00 100.00 P0S2 100.00 100.00 P0S3 100.00 100.00 P1S0 100.00 100.00 P1S1 100.00 100.00 P1S2 100.00 100.00 P1S3 100.00 100.00 P2S0 100.00 100.00 P2S1 100.00 100.00 P2S2 100.00 100.00 P2S3 100.00 100.00 P3S0 100.00 100.00 P3S1 100.00 100.00 P3S2 100.00 100.00 P3S3 100.00 100.00 Keterangan : Data tidak di analisis melalui uji F, karena peubah daya tumbuh memiliki nilai rata-rata yang sama. P0 : Paclobutrazol 0 mgl S0 : Lama Penyimpanan 0 Minngu Setelah Tanam P1 : Paclobutrazol 1 mgl S1 : Lama Penyimpanan 4 Minggu Setelah Tanam P2 : Paclobutrazol 3 mgl S2 : Lama Penyimpanan 8 Minggu Setelah Tanam P3 : Paclobutrazol 5 mgl S3 : Lama Penyimpanan 12 Minggu Setelah Tanam Jumlah Akar Pada percobaan I dan II, semua perlakuan baik perlakuan tunggal maupun interaksinya tidak berpengaruh terhadap jumlah akar bibit. Menurut Krishnamoorthy 1981 efektivitas dan respon dari retardan berbeda antar spesies, pada umunya spesies tanaman dikotil lebih responsif dari pada monokotil. Phalaeonopsis amboinensis merupakan spesies anggrek yang berasal dari kelas monokotil. Faktor ini diduga menjadi penyebab perlakuan yang diberikan tidak berpengaruh terhadap jumlah akar bibit. Pengaruh penambahan paclobutrazol tersebut dapat dilihat pada 2 dan 4 MSP Tabel 8. Perlakuan tanpa paclobutrazol menghasilkan bibit dengan rata-rata jumlah akar 1.38planlet pada 2 MSP dan 1.35planlet pada 4 MSP. Rata-rata jumlah akar bibit tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata jumlah akar bibit yang diberi paclobutrazol. Penambahan paclobutrazol 1, 3, dan 5 mgl menghasilkan bibit dengan rata-rata jumlah akar berturut-turut 1.73, 1.55, 1.67planlet pada 2 MSP dan 1.79, 1.61, 1.73planlet pada 4 MSP. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Limarty 2000 yang melaporkan bahwa pemberian retardan cenderung mengakibatkan pertambahan akar, seperti pemberian paclobutrazol 0.001 mgl sudah dapat meningkatkan jumlah akar pada perbanyakan stek mikro kentang. Tabel 8. Pengaruh Perlakuan Paclobutrazol terhadap Jumlah Akar pada Bibit Phalaeonopsis amboinensis yang Dienkapsulasi dari Percobaan I Jumlah Akarplanlet Konsentrasi Paclobutrazol 2 MSP 4 MSP 1.38 1.35 Paclobutrazol 0 mgl Paclobutrazol 1 mgl 1.73 1.79 Paclobutrazol 3 mgl 1.55 1.61 Paclobutrazol 5 mgl 1.67 1.73 Uji F tn tn KK 18.56 19.04 Keterangan : Data yang diuji merupakan data hasil transformasi dengan 5 . + x tn : Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5 MSP : Minggu Setelah Penyimpanan Pengaruh penambahan paclobutrazol terhadap jumlah akar pada bibit yang disimpan tanpa dienkapsulasi disajikan pada Tabel 9. Meskipun perlakuan paclobutrazol tidak berbeda nyata, akan tetapi dengan penambahan paclobutrazol bibit cenderung mempunyai jumlah akar lebih banyak dibandingkan dengan perlakuan tanpa paclobutrazol. Pengaruh penambahan paclobutrazol tersebut dapat dilihat pada 2 MSP. Perlakuan tanpa paclobutrazol menghasilkan bibit dengan rata-rata jumlah akar 0.62planlet. Rata-rata jumlah akar bibit tersebut lebih rendah dibandingkan rata-rata jumlah akar bibit yang diberi paclobutrazol. Penambahan paclobutrazol 1, 3, dan 5 mgl menghasilkan bibit dengan rata-rata jumlah akar berturut-turut 0.81, 0.78, dan 0.89planlet. Pada 4 MSP diduga pengaruh penambahan paclobutrazol terhadap pertumbuhan akar sudah hilang. Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Paclobutrazol terhadap Jumlah Akar Pada Bibit Phalaeonopsis amboinensis yang tidak Dienkapsulasi dari Percobaan II Jumlah Akarplanlet Konsentrasi Paclobutrazol 2 MSP 4 MSP 0.62 1.67 Paclobutrazol 0 mgl Paclobutrazol 1 mgl 0.81 1.56 Paclobutrazol 3 mgl 0.78 1.43 Paclobutrazol 5 mgl 0.89 1.58 Uji F tn tn KK 16.14 14.25 Keterangan : Data yang diuji merupakan data hasil transformasi dengan 5 . + x tn : Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5 MSP : Minggu Setelah Penyimpanan Perlakuan lama penyimpanan pada percobaan I tidak berpengaruh terhadap jumlah akar bibit, seperti tercantum pada Tabel 10. Meskipun diantara perlakuan paclobutrazol tidak berbeda nyata, akan tetapi perlakuan lama penyimpanan 4 MSE menghasilkan bibit dengan jumlah akar yang lebih sedikit dibandingkan perlakuan lama penyimpanan lainnya. Perlakuan lama penyimpanan 4 MSE menghasilkan bibit dengan rata-rata jumlah akar 1.42planlet pada 2 MSP dan 1.44planlet pada 4 MSP. Rata-rata jumlah akar bibit tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata jumlah akar bibit yang diberi perlakuan lama penyimpanan lainnya. Penyimpanan 0, 8, dan 12 MSE menghasilkan bibit dengan rata-rata jumlah akar berturut-turut 1.64, 1.76, dan 1.53planlet pada 2 MSP serta 1.61, 1.94, dan 1.53planlet pada 4 MSP. Pada percobaan II, lama penyimpanan juga tidak berpengaruh terhadap jumlah akar bibit, seperti tercantum pada Tabel 11. Meskipun tidak berbeda nyata, akan tetapi perlakuan lama penyimpanan 12 MST menghasilkan bibit dengan rata-rata jumlah akar yang lebih sedikit dibandingkan dengan perlakuan lama penyimpanan lainnya. Bibit yang disimpan selama 12 MST menghasilkan bibit dengan rata-rata jumlah akar 0.57planlet pada 2 MSP dan 1.46planlet pada 4 MSP. Rata-rata jumlah akar bibit tersebut lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata jumlah akar dari bibit yang diberi perlakuan lama penyimpanan lainnya. Penyimpanan 0, 4, dan 8 MSE menghasilkan rata-rata jumlah akar bibit berturut-turut 0.59, 0.99, dan 0.89planlet pada 2 MSP serta 1.61, 1.52, dan 1.60planlet pada 4 MSP. Tabel 10. Pengaruh Perlakuan Lamanya Penyimpanan terhadap Jumlah Akar pada Bibit Phalaeonopsis amboinensis yang Dienkapsulasi dari Percobaan I Jumlah Akarplanlet Lama Penyimpanan 2 MSP 4 MSP Penyimpanan 0 MSE 1.64 1.61

1.42 1.44 Penyimpanan 4 MSE