Indeks Keanekaragaman Indeks Keseragaman Indeks Dominasi Analisis Komponen UtamaPCA Principal Component Analysis

3.3.2 Indeks Keanekaragaman

Indeks keanekaragaman larva diperlukan untuk menggambarkan kehadiran jumlah individu antar genus dalam suatu komunitas. Nilai ini dihitung dengan menggunakan indeks Shannon-Wiener Bengen, 2000. Formulasi Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener berdasarkan persamaan sebagai berikut : Keterangan : H’ = Indeks Keanekaragaman Shannon-Wiener N = jumlah total individu dalam komunitas ni ni = jumlah individu spesies atau jenis ke-i pi = proporsi individu spesies ke-i niN i =1,2,3,.....,s s = jumlah genusspesies

3.3.3 Indeks Keseragaman

Keseragaman adalah suatu gambaran tentang sebaran individu dari setiap spesies dalam suatu komintas. Nilai indeks keseragaman E dihitung berdasarkan persamaan berikut : atau E Keterangan : E = indeks keseragaman H’ = indeks keanekaragaman s = jumlah genusspesies Indeks Keseragaman E digunakan untuk mengetahui seberapa besar kesamaan penyebaran jumlah individu dari setiap genusspesies pada tingkat komunitas. Nilai indeks keseragaman berkisar antara 0-1. Nilai E mendekati 1 apabila sebaran individu antar jenis merata seragam sedangkan Nilai E mendekati 0 apabila sebaran individu tidak merata atau ada jenis yang mendominasi.

3.3.4 Indeks Dominasi

Indeks dominasi diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut Odum, 1994 : = Keterangan : D = indeks dominasi ni = jumlah individu genus ke-i N = jumlah total individu pi = proporsi individu spesies ke-i I = 1,2,3,...,s s = jumlah genus

3.3.5 Analisis Komponen UtamaPCA Principal Component Analysis

Analisis ini digunakan untuk mendeterminasi sebaran parameter bio- fisikakimia perairan Bengen 2000. Analisis Komponen Utama adalah suatu teknik ordinasi yang memproyeksikan dispersi matriks dari data multidimensi dalam suatu ruang datar. Dengan cara mereduksi ruang maka diperoleh sumbu- sumbu baru yang merepresentasikan secara optimal dari sebagian besar variabilitas data matriks multidimensi sehingga dapat ditemukan hubungan antar ciri dan hubungannya antar obyek. Analisis ini membagi matriks korelasi parameter menjadi beberapa komponen, kemudian menyusun keragaman komponen bersangkutan dari yang terbesar pada sumbu komponen utama hingga didapatkan ditribusi spasial parameter biologi, fisika dan kimia pada suatu daerah tertentu. Korelasi linear antar dua parameter yang dianalisis dari indeks sintetik merupakan peragam dari kedua parameter yang telah dinormalisasikan. Analisis Komponen Utama mencari indeks yang menunjukkan ragam stasiun maksimum. Indeks ini disebut Komponen Utama Pertama yang merupakan sumbu utama 1 F1. Suatu proporsi tertentu dari ragam total stasiun direpresentasikan oleh F1. Selanjutnya dicari Komponen Utama Kedua F2 yang memiliki korelasi nol dengan F1. Komponen F2 ini memberikan informasi terbesar sebagai pelengkap F2. Proses ini berlanjut terus hingga memperoleh komponen utama ke-p, dimana begian informasi dapat dijelaskan semakin kecil. Analisis Komponen Utama menggunakan indeks jarak Euclidean pada data. Jarak Euclidean Bengen 2000 hubungan didasarkan pada rumus: i,i’ = ∑ Xij-Xi’j Keterangan : i.i’ = dua stasiun pada baris 2 j = parameter lingkungan Semakin kecil jarak Euclidean antar 2 stasiun, maka karakteristik bio- fisikakimia antar 2 stasiun tersebut semakin mirip, demikian pula sebaliknya. Perhitungan PCA dilakukan dengan bantuan paket program statistik STATISTICA versi 6.0.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Lingkungan Perairan

Penelitian dilakukan di Gugusan Pulau Pari, Kepulauan Seribu, Jakarta. Gugusan ini tersusun atas pulau-pulau sangat kecil yang termasuk kategori pulau karang timbul dan pulau dataran rendah low islands yang terletak pada posisi 5 °50’– 5°52’ LS dan 106°34’ - 106°36’ BT. Pulau-pulau yang ada disana adalah Pulau Pari, Pulau Tengah, Pulau Kongsi, Pulau Burung dan Pulau Tikus. Semua gugus pulau-pulau tersebut dikelilingi oleh terumbu karang yang membentuk bagian-bagiab terumbu yang cukup lengkap, seperti rataan terumbu reef flat, goba lagoon dan terumbu yang mengelilingi goba atol sehingga menyerupai pulau atol yang dikenal juga dengan atol semu atau pseudo atol Abrar, 2011. Wilayah Pulau Pari sendiri termasuk salah satu dari 7 DPL Daerah Perlindungan Laut yang dibentuk pada tahun 2005 dengan luas 12 ha Amri dan Agus, 2011.

4.1.1 Suhu

Secara umum, kisaran suhu di semua stasiun penelitian berkisar antara 28,8 – 32,75 °C dengan rata-rata 30,21 °C. Suhu rata-rata tertinggi tercatat ada bulan Agustus yaitu 30,65 °C sedangkan terendah ada di bulan Oktober Gambar 6. Penelitian Kaswadji 1997 menunjukkan kisaran 29,8 – 32 °C pada periode bulan Juni-November dimana suhu tertinggi ada di bulan September yaitu 32 °C. Tingginya suhu di bulan Agustus dikarenakan bulan tersebut sudah memasuki musim kemarau walaupun hujan masih sering turun. Selain itu suhu yang tinggi juga disebabkan oleh sifat perairan laguna yang semi tertutup sehingga pergantian massa air sangat jarang terjadi. Lalli Parsons 1997 menyatakan bahwa suhu air untuk laguna tropis dangkal bisa mencapai hingga 40 °C.

4.1.2 Salinitas

Salinitas sangat berpengaruh terhadap proses osmoregulasi biota laut terutama ikan. Kisaran nilai salinitas di semua stasiun penelitian adalah 30 – 33 ‰ dengan nilai tertinggi ada pada bulan Juli dan terendah ada pada bulan Juni Gambar 7. Hal ini sedikit lebih rendah dengan hasil penelitian Kaswadji 1997 yang menemukan kisaran salinitas 31 – 34 ‰ selama bulan Juni-November.