Habitat dan penyebaran Teknik silvikultur

Inang sekunder adalah inang yang mendampingi cendana dalam waktu yang lama. Terdapat lebih dari 50 jenis tumbuhan yang dijadikan sebagai inang sekunder cendana. Suatu tanaman dikatakan sebagai inang sekunder apabila tanaman tersebut memberntuk formasi dengan cendana atau berada di sekitar cendana. Tanaman inang sekunder yang cocok untuk cendana antara lain Cemara laut Casuarina equisetifolia L., Johar Cacia siamea, Akasia Acacia spp., Petes merah Acasia filosa dan Kaliandra Caliandra callothyrsus Rahayu et al., 2002.

2.2.2. Habitat dan penyebaran

Tanaman cendana menyukai daerah semak belukar yang kering, terlebih lagi bila sekitarnya terdapat savana atau padang rumput. Tanaman ini tumbuh dan tersebar di daerah tropis dan sub tropis daerah semi arid dengan musim kemarau yang nyata. Tipe iklim yang sesuai untuk cendana dalah tipe D dan E berdasarkan klasifikasi tipe iklim Schmidt-Ferguson dengan rata-rata suhu 10-35°C dan kelembaban udara 65, curah hujan rata-rata 625-1625 mmtahun. Kondisi tanah yang optimal adalah tanah sarangberdrainase baik dengan batuan induk kapur atau vulkanik dan terletak pada ketinggian 50-1200 m dpl Hermawan 1993; Sinaga dan Buharman 1996. Daerah yang paling banyak ditumbuhi cendana adalah India, Indonesia dan Timor Leste. Di Indonesia sebagian besar tumbuh di NTT dan sebagian kecil di Bali, Jawa Tengah, DIY dan Jawa Timur.

2.2.3. Teknik silvikultur

Pada umumnya tanaman cendana mempunyai daya yang besar sekali untuk pembentukan tunas akar dan tunas tunggak. Dari percobaan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan Nusa Tenggara Timur di Persemaian Aer Nona Kupang, ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa cendana dapat dikembangbiakkan dengan stek batang, menggunakan ranting yang berdiameter 3-5 mm dan panjang 30 cm Hamzah 1976 dan Hermawan 1993. Lebih lanjut Hermawan 1993 menyebutkan bahwa penanaman dengan stek akar tidak dianjurkan karena persentase tumbuhnya tidak lebih dari 20. Tanaman cendana bisa juga dibudidayakan melalui bijinya. Bahan untuk keperluan biji dikumpulkan dari tegakan yang baik agar dihasilkan keturunan yang baik juga. Biji dikumpulkan dengan cara dipetik pada saat masih di pohon atau dikumpulkan dari bawah pohon yang baru jatuh namun daya berkecambahnya lebih rendah daripada yang dipetik dari pohon. Buah yang dikumpulkan selanjutnya diekstraksi dengan cara buah diremas-remas kemudian dicuci dengan air sampai biji bersih dari daging buah. Biji atau benih dapat dilakukan penyimpanan pada wadah kedap udara dan diletakkan di refrigerator pada suhu 4 °C atau ruang ber AC suhu 20 °C Pramono dan Buharman 2003. Benih yang akan dikecambahkan diberi perlakuan pendahuluan dengan cara melukai kulit buahnya dan selanjutnya direndam dalam air selama 12 jam, atau dalam asam giberelic 0,005 selama 1 jam. Benih ditanam pada media pasir yang telah disterilkan dengan kedalaman 1 cm. Kondisi penaburan yang optimal adalah pada suhu 25-27 °C dan ternaungi. Bibit yang sudah berumur 2 bulan atau telah berdaun 4 siap untuk dipindahkan dari bakbedeng tabur ke kantong semai bersama-sama dengan inang primer. Selain itu pembuatan bibit cendana bisa dilakukan dengan cara benih ditanam langsung di kantong semai. Media semai adalah campuran tanah dan pasir, perbandingan tanah dan pasir adalah 3:1 dan ditambah dengan pupuk kandang 5 untuk jenis tanah yang kurang subur. Benih cendana yang di tanam pada media semai langsung ditanam pula inang primer misalnya benih cabai. Bibit cendana dipersemaian memerlukan naungan selama 2 bulan bila bibit berasal dari bakbedeng tabur, atau selama 4 bulan bila benih disemaikan langsung dikantong semai. Sebelum penanaman di lapangan sebaiknya dilakukan pemilihan lokasi dan penanaman inang sekunder terlebih dulu Pramono dan Buharman 2003.

2.2.4. Pemanfaatan