Kondisi Umum Perairan Selat Sunda Waktu dan Lokasi Penelitian Perolehan, Pengolahan dan Analisis Data

Melalui software echoview dapat diketahui secara langsung nilai Sv menggunakan persamaan berikut ini : ....................4 Dimana : Sv = nilai sv linear dari daerah yang dintegrasi m 2 m 3 B = lebar beam β = target yang ada di dalam beam ρ = target yang dihitung secara horizontal berdasarkan ping v = target yang dihitung secara vertikal berdasarkan ping V = integrasi volume m 3 N = jumlah sampeltarget Persamaan di atas akan menghasilkan nilai Sv linear dan untuk mengkonversinya menjadi decibel dB yang digunakan dalam penelitian ini maka, dilakukan konversi menggunakan persamaan berikut ini : �� = 10 log�� ..........................................................5 Dimana : �� = nilai Sv dalam dB re m 2 m 3 �� = nilai Sv m 2 m 3 persamaan 4 Echoview, 2011.

2.3 Kondisi Umum Perairan Selat Sunda

Luas perairan Selat Sunda sekitar 8.138 km 2 berbentuk seperti corong dengan bagian utara yang lebih sempit dan dangkal dibandingkan dengan bagian selatan. Sv Pada bulan April sampai September perairan Selat Sunda dipengaruhi oleh angin musim barat laut dan angin musim tenggara. Pada bulan Oktober sampai Maret dipengaruhi oleh angin musim barat Pasaribu, 2000. Suhu perairan di Selat Sunda berdasarkan penelitian Muripto 2000 menunjukkan bahwa sampai kedalaman 150 meter kisaran nilai suhu adalah 28,5ºC sampai 28,8ºC. Kemudian, Pasaribu 2000 menyebutkan bahwa semakin ke arah selatan terjadi perubahan suhu dan lapisan termoklin 75 – 100 meter karena pengaruh dari Samudra Hindia. Salinitas secara menegak sampai kedalaman 125 meter berkisar antara 33,5 psu sampai 34,7 psu Muripto, 2000. Komunitas ikan di Selat Sunda hasil penelitian Genisa 2003 menggunakan pukat dasar menunjukkan bahwa ikan – ikan terdiri dari 49 jenis spesies yang mewakili 27 genus. Jenis yang dominan meliputi Stoleporus sp, Upeneus sulphureus, Leiognathus elongatus, Therapon theraps, Platycephalus scaber dan Sardinella brachysoma. Penelitian Pasaribu 2000 juga menyebutkan beberapa jenis dan jumlah tangkapan ikan yang dominan di TPI adalah tongkol, tenggiri, layur, bentong, selar, tembang, petek dan julung. 7 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada tanggal 20 Januari 2011 dan menggunakan data hasil survei Balai Riset Perikanan Laut BRPL. Survei ini dilakuk an mulai tanggal 26 Juni 2010 sampai 3 Juli 2010. Lokasi pengambilan data akustik berada di wilayah Selat Sunda Gambar 1. Gambar 1. Lokasi penelitian dan pengambilan data akustik di Perairan Selat Sunda. 3.2 Alat dan Bahan 3.2.1 Peralatan Pengambilan Data Akustik Peralatan pengambilan data akustik terdiri dari : a Scientific Split Beam Echosounder Type Simrad EK 60 yang digunakan untuk pendeteksian target berupa kelompok ikan. b Personal Computer PC untuk pengolahan data akustik hasil survei c Printer yang digunakan untuk mencetak hasil pengolahan data dalam kertas.

3.2.2 Perangkat Lunak Analisis Data

Perangkat lunak analisis data terdiri dari : a Echoview 4.3 versi demo untuk mengolah data akustik bertipe raw. b ER 60 untuk mengkalibrasi data echogram dengan alat yang digunakan. c Arc GIS 9 untuk membuat peta lokasi penelitian dan interpolasi data kedalaman, suhu dan salinitas. d Microsoft Excel yang digunakan untuk tabulasi, analisis dan visualisasi data.

3.3 Perolehan, Pengolahan dan Analisis Data

Perolehan data akustik bersumber dari hasil survei BRPL dan data tersebut berkaitan dengan beberapa hal seperti dalam Tabel 1 berikut ini : Tabel 1. Jenis dan sumber data penelitian Jenis Data Sumber Data Keterangan Desain survei akustik pengambilan data dan peta laut BRPL Menunjukkan jalur yang dilalui sehingga memperoleh data akustik Data Oseanografi suhu dan Salinitas BRPL Menunjukkan karakter lingkungan dari schooling ikan Echogram data BRPL Mengetahui sebaran target berupa ikan atau kelompok ikan Pengolahan data akustik hasil survei berupa data echogram. Data ini mempunyai format raw dan harus dikalibrasi menggunakan perangkat lunak ER 60. Selanjutnya, data kelompok ikan dari echogram diatur nilai ambang batas Threshold antara -24,00 dB sampai -60,00 dB. Hal ini dikarenakan ikan mempunyai kisaran target strength antara nilai tersebut sesuai yang disebutkan dalam Lurton 2002. Setelah ambang batas diatur, maka akan terlihat target baik individu dan kelompok ikan. Target kelompok ikan ini yang dihitung keberadaannya di berbagai kisaran kedalaman dan sepanjang lintasan survei. Kelompok atau schooling dalam penelitian ini didefinisikan sebagai suatu pengelompokan yang bervariasi dari bentuk atau pun ukuran dengan tipe panjang minimal 1 meter dan lebar 10 meter Lurton, 2002 dan dalam penelitian ini digunakan jumlah target atau sampel dalam satu schooling minimal 10 target. Contoh schooling yang terdeteksi dalam penelitian ini dapat dilihat dalam Gambar 3. Data kelompok ikan yang terlihat di dalam echogram selanjutnya diintegrasi dan agar hasil integrasi benar – benar merupakan berasal dari kelompok ikan maka, dilakukan dijitasi terhadap kelompok ikan tersebut. Hasil integrasi ini akan menghasilkan nilai volume backscattering strength Selain nilai – nilai yang disebutkan di atas, dilakukan juga pengukuran karakteristik kelompok ikan. Karakteristik ini meliputi kedalaman kelompok ikan dan berdasarkan waktu ditemukannya schooling ikan tersebut. Data ini yang akan digunakan dalam analisis lanjut suatu kelompok ikan. Analisis kedalaman menggunakan nilai kedalaman rata – rata mean depth dari hasil integrasi di echoview. Nilai kedalaman rata – rata adalah rata – rata kedalaman dari suatu contoh yang terseleksi atau dalam hal ini region hasil dijitasi. Pembagian kedalaman menggunakan bentuk sebaran frekuensi pengelompokan data. Pengelompokan data berdasarkan kedalaman dibagi menjadi lima kelas dengan selang kelas 25 meter. Analisis waktu digunakan selang setiap tiga jam dari semua data yang diambil di Selat Sunda. Analisis terhadap waktu ini dihubungkan terhadap nilai Sv dan kedalaman. Sebaran Sv, suhu dan salinitas secara spasial diolah menggunakan ArcGIS untuk menampilkan sebaran di seluruh perairan. Selang nilai Sv, suhu dan salinitas yang berbeda ditunjukkan oleh simbol dan degradasi warna yang berbeda. Sebaran Sv berdasarkan kedalaman dan waktu diolah dan ditampilkan menggunakan MS Excell. Metode interpolasi digunakan dalam menentukan sebaran atau profil suhu dan salinitas dalam software ArcGIS. Gambar 3. Contoh schooling ikan yang terdeteksi di Selat Sunda dan tampilannya dalam echogram. Schooling ikan Schooling ikan Dasar Perairan Gambar 2. Diagram alir proses pengolahan dan analisis data schooling ikan di Perairan Selat Sunda. Interpolasi data Data Suhu dan salinitas txt ArcGIS 9.3 Profil melintang suhu dan salinitas Sebaran Volume backscattering strength schooling ikan di Selat Sunda Nilai volume backscattering strength, kedalalaman, posisi dan waktu Tabulasi dan analisis data Data Echogramraw Kalibrasi ER 60 Pengaturan variable properties dalam echoview Kalibrasi Dijitasi schooling ikan Integrasi dan Ekstraksi Data Data Tampilan Schooling minimal 10 target 12 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Sebaran Schooling Ikan Secara Spasial di Selat Sunda