Pengaruh Penambahan Tepung Daun Sirih Terhadap Jumlah Sel Somatis Susu
20 Perlakuan 2s dan 4s 1.38 dan 1.87 yang diberikan sekali dua hari cenderung
menurunkan rataan kandungan lemak susu. Pembentukan lemak susu tergantung dari pakan hijauan yang diberikan
kepada ternak sebab hijauan yang mengandung selulosa dan hemiselulosa yang difermentasi di dalam rumen dan menghasilkan asam lemak terbang VFA
terutama asam asetat. Asam asetat merupakan precursor yang langsung digunakan untuk pembentukan lemak susu Tyler dan Ensminger, 2006.
Tabel 7 Pengaruh penambahan tepung daun sirih terhadap rataan komposisi susu Lemak, Protein, BK dan BKTL dari Minggu I sampai Minggu III
Perlakuan Parameter
Lemak Protein
BK BKTL
2.63 ± 0.37a 2.66 ± 0.17a
9.88 ± 0.35ab 8.30 ± 0.34a
2d 2.56 ± 0.67a
2.68 ± 0.33a 10.39 ± 0.59a
8.08 ± 0.24ab 4d
2.58 ± 0.43a 2.73 ± 0.40a
9.73 ± 0.27ab 7.28 ± 0.19c
2s 1.38 ± 0.22ab
1.85 ± 0.13b 9.61 ± 0.35ab
8.00 ± 0.26ab 4s
1.87 ± 0.84b 2.04 ± 0.42b
9.39 ± 0.83b 7.72 ± 0.26b
a
Angka-angka pada kolom yang sama yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata pada taraf uji 5 uji selang berganda Duncan.
Hasil percobaan in vitro menunjukkan bahwa penggunaan 2 tepung daun sirih dalam konsentrat dapat meningkatkan total VFA dibandingkan dengan tanpa
pemberian kontrol, sedangkan pemberian 4, 6, dan 8 tepung daun sirih menurunkan total VFA. Kandungan eugenol minyak atsiri dapat menurunkan dan
mengubah profil VFA Castillejos et al. 2006, sebab eugenol dapat membunuh bakteri pencerna serat. Oleh sebab itu, penurunan bakteri pencerna secara tidak
langsung berpengaruh terhadap kandungan lemak susu.
Kandungan protein juga tidak berpengaruh nyata dengan penambahan tepung daun sirih Tabel 6 dibandingkan dengan kontrol. Namun ditinjau dari
rataan dari setiap perlakuan, perlakuan 4d lebih tinggi 2.73 dan diikuti oleh perlakuan 2d 2.68 dibandingkan dengan perlakuan kontrol 2.66. Perlakuan
2s dan 4s lebih rendah dibandingkan dengan kontrol. Badan Standar Nasional SNI 01-3141-1998 tentang syarat susu segar menetapkan kadar protein susu
yaitu 2.70 sehingga dari hasil penelitian ini masih memenuhi standar. Perlakuan yang memenuhi syarat SNI adalah 4d sebesar 2.73, dibandingkan dengan
perlakuan lainnya, masih dibawah standar. Susanty 2011 melaporkan bahwa susu sapi penderita mastitis subklinis tidak mengalami perubahan kandungan
protein yang tinggi, tetapi terjadi penurunan kasein sedangkan whey meningkat, sebab whey disintesis secara de novo sehingga resisten terhadap aktifitas
proteolitik Raluca dam Gavan 2010. Berbeda dengan hasil penelitian Kifaro et al.
2009 bahwa mastitis nyata menurunkan protein, lemak mentega dan persentase chloride tetapi tidak mempengaruhi kandungan laktosa.
Perbedaan kedua laporan tersebut disebabkan oleh tingkat patogenitas mastitis dari masing-masing objek penelitian. Jumlah sel somatis sangat
mempengaruhi kandungan protein susu, peningkatan jumlah sel somatis dapat
21 menurunkan total protein Forsbäck et al. 2011. Protein sangat penting dalam
sintesis laktosa susu, α-lactalbumin dan β-lactoglobulin merupakan fraksi protein susu serta bagian dari enzim lactose synthase. Fungsi enzim tersebut adalah
menggabungkan molekul glukosa dan galaktosa menjadi laktosa susu, sedangkan laktosa susu sangat mempengaruhi produksi susu.
Hasil percobaan fermentasi in vitro, dengan penambahan 2 dalam konsentrat menghasilkan kadar NH
3
lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol sehingga masih mendukung suplai N untuk pembentukan dinding sel mikroba
sebagai protein sel tunggal. Protein susu tergantung kualitas bahan pakan khususnya kandungan dari protein dan N pakan. Pada ternak ruminasia, pakan
protein diberikan dalam dua bentuk yaitu rumen degradable protein RDP dan rumen undegradable protein RUP. Kecukupan dari RDP sangat penting dalam
mendukung pertumbuhan mikroba rumen, sekitar 60 – 75 dari laju aliran asam amino ke usus halus Agricultural Research Council 1980 dalam Mikolayunas-
Sandrock et al. 2009. Kalscheur et al. 2006 melaporkan bahwa sapi yang diberikan ransum formula yang mengandung RDP dibawah kebutuhan yang
direkomendasikan NRC dapat menurunkan produksi susu, lemak susu, dan protein susu, sebab kekurangan RDP dapat menghambat pertumbuhan mikroba
rumen.
Lemak, laktosa, dan protein sangat mempengaruhi bahan kering BK susu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian daun sirih berpengaruh nyata
P0.05 terhadap rataan kandungan BK susu. Kandungan BK susu cenderung meningkat pada perlakuan 2d dan 4d. BK susu sangat dipengaruhi oleh
kandungan lemak susu, semakin tinggi lemak susu maka semakin tinggi BK susu. BK susu yang dihasilkan berkisar antara 9.39 sampai dengan 10.39.
Selain BK, komposisi susu yang penting lainnya adalah kandungan bahan kering tanpa lemak BKTL meliputi kandungan laktosa dan protein. Hasil
penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan daun sirih berpengaruh terhadap peningkatan BKTL Tabel 6, dari rataan perlakuan kontrol lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan penambahan tepung daun sirih. Pada perlakuan kontrol menghasilkan BKTL lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan 2d, 4d,
2s, dan 4s, sehingga perlakuan daun sirih tidak mempengaruhi komposisi BKTL. Hasil penelitian Raluca dan Gavan 2010 mengkaji pengaruh jumlah sel somatis
terhadap komposisi susu melaporkan bahwa peningkatan jumlah sel somatis susu dapat menurunkan BKTL. Badan Standar Nasional SNI 01-3141-1998 tentang
syarat susu segar menetapkan kandungan BKTL minimal 8.0 sehingga rataan BKTL yang diperoleh dari penelitian ini masih memenuhi syarat.