3 sebagai feed additive yang diduga dapat menekan dan membunuh berbagai bakteri
penyebab mastitis seperti Staphylococcus sp. dan Streptococcus sp. Penelitian sebelumnya telah mengamati efektifitas salep dari daun sirih yang dioleskan pasca
pemerahan sapi perah untuk menggantikan fungsi dari antiseptik yang digunakan selama ini Zalizar 2009. Oleh sebab itu, pemanfaatan daun sirih
sebagai imbuhan pakan perlu dikaji untuk untuk menghindarkan sapi dari penyakit mastitis, khususnya mastitis subklinis.
Beberapa herbal yang berfungsi sebagai anti bakteri dapat mengakibatkan penurunan populasi mikroorganisme in vitro Pattnaik et al. 1996. Hasil tersebut
berbeda dengan penelitian yang menggunakan minyak atsiri dimana tidak terjadi pengaruh produksi VFA, konsentrasi NH
3
, jumlah protozoa, dan aliran protein mikroba di dalam rumen Wallace et al. 2002.
Penggunaan daun sirih selama ini hanya digunakan berupa ekstrak, belum digunakan sebagai suplemen di dalam ransum ternak ruminansia. Dalam
penelitian ini dikaji sejauh mana daun sirih yang mengandung minyak atsiri tersebut dapat dimanfaatkan sebagai imbuhan pakan, melalui pengukuran aspek
kinerja optimum mikroorganisme di dalam rumen secara in vitro. Hasil dari percobaan in vitro menjadi acuan untuk percobaan in vivo, untuk dapat mengkaji
kemampuan daun sirih dalam menurunkan tingkat kejadian mastitis khususnya mastitis subklinis di peternakan rakyat. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
member informasi mengenai pengobatan dan pencegahan serta metode pemberian tepung daun sirih untuk mengatasi mastitis subklinis yang lebih praktis tidak
banyak mengeluarkan waktu dan biaya sehingga produksi susu meningkat.
1.2 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji efek dari penambahan tepung daun sirih Piper betle L. dalam ransum sapi perah untuk mengobati dan mencegah
penyakit mastitis subklinis guna meningkatkan produksi susu.
4
2 METODE
Penelitian ini terdiri atas 2 dua tahap yaitu : 1 Kajian penggunaan tepung daun sirih sebagai antimastitis di dalam rumen secara in vitro melalui pengujian
fermentabilitas rumen dan viabilitas mikroorganisme rumen; 2 Kajian penggunaan tepung daun sirih in vivo pada sapi perah laktasi penderita mastitis
subklinis. Kajian in vitro terdiri dari tiga jenis pengujian yaitu a uji zona hambat tepung daun sirih terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus sp., b efek
tepung daun sirih terhadap fermentabilitas di dalam rumen. c efek tepung daun sirih terhadap daya hidup mikroorganisme di dalam rumen. Lima level tepung
daun sirih yaitu: 0, 2, 4, 6, dan 8 dari jumlah konsentrat, ditetapkan sebagai perlakuan, sedangkan sumber serat berupa rumput gajah, dengan pengulangan
berupa pengambilan cairan rumen sebanyak empat kali.
2.1 Kajian Penggunaan Tepung Daun Sirih Sebagai Antimastitis di dalam Rumen Secara
In vitro Melalui Pengujian Fermentabilitas Rumen dan Viabilitas Mikroorganisme Rumen
2.1.1 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan dari bulan Juni sampai dengan September 2012. Pengujian aktivitas antibakteri untuk melihat efektivitas daun
sirih dengan metode difusi disc di Laboratorium Mikrobiologi Fisiologi dan Biokimia Nutrisi dan pengujian fermentasi in vitro untuk melihat pengaruh daun
sirih terhadap fermentabilitas rumen dan daya hidup bakteri rumen di Laboratorium Ternak Perah, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
2.1.2 Materi Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daun sirih, cairan rumen, Staphylococcus sp., Media agar, Phospate Buffer Solution PBS, aquades,
Mc Dougall, HgCl
2
, H
2
SO
4
15, Phenolpthalin, Na0H 0.5 N, Na
2
CO
3
, vaselin, asam borat Na
2
CO
3
, H2SO4 0.005 N, Mc Dougall, HgCl
2,
H
2
SO
4
15 , Phenolpthalin, Na0H 0.5 N, Na
2
CO
3
, vaselin, asam borat, Na
2
CO
3
, H2SO4 0.005 N, pepsin-HCl 0,2, TBFS dan gas CO
2
. Alat yang digunakan adalah incubator, mistar, ose, petri disc, shaker bath, tabung fermentor, ph meter, destilator, kertas
saring Whatman No.41, cawan porselin, tanur listrik, counting chamber dan syrinc.
2.1.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini terdiri dari 3 tiga pengujian yaitu : a
Pengujian aktivitas antibakteri tepung daun sirih sebelum dan setelah difermentasi secara in vitro dengan cairan rumen
5 Uji sensitivitas Carter 1979 terdiri dari 5 lima level tepung daun sirih
0, 2, 4, 6 dan 8 dari konsentrat. Metode pembuatan suspensi bakteri Staphylococcus sp.
dibiakkan terlebih dahulu pada media Blood Agar dan diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam. Jika terbentuk koloni, maka koloni
bakteri tersebut diambil dengan ose steril kemudian dimasukkan dalam tabung reaksi yang telah berisi lima mililiter PBS. Kemudian diinkubasi pada suhu
37°C selama dua jam, maka terbentuklah kekeruhan yang setara dengan standar Mc Farland 1 dengan konsentrasi bakteri 3 x 10
8
ml. Jumlah bakteri telah memenuhi syarat untuk uji kepekaan yaitu : 10
5
– 10
8
ml . Setelah itu, tepung daun sirih dan konsentrat yang dibuat sebelumnya dilarutkan dalam
aquades 5 ml kemudian diteteskan pada sumur pada media agar. Sedangkan pengujian pasca fermentasi selama 4 jam, cairan yang terbentuk disaring
kemudian diteteskan pada media agar. Selanjutnya dinkubasi pada suhu 37
o
C selama 1 x 24 jam. Parameter yang diamati pada penelitian ini yaitu
terbentuknya daerah hambatan pertumbuhan bakteri yang ada di sekeliling sumur berupa ukuran diameter daerah jernih.
b Pengaruh tepung daun sirih terhadap fermentabilitas rumen
Metode fermentasi in vitro diawali dengan menimbang konsentrat mengandung daun sirih 0, 2, 4, 6 dan 8 dan hijauan sebanyak 0.5 g yang
telah dikeringkan pada suhu 60
o
C ditimbang kemudian dimasukkan ke dalam tabung fermentor, lalu dimasukkan dalam Shakker water bath suhu 39
o
C. Kemudian ditambahkan larutan Mc Dougall pH 8 – 8.3 sebanyak 40 ml dan
cairan rumen sebanyak 10 ml. Selama percobaan, cairan rumen dialiri gas CO
2
selama 30 detik lalu ditutup. Kemudian diinkubasi selama 4 jam. Setelah 4 jam, tabung fermentor diangkat dari shakker water bath, kemudian diberi
larutan HgCl
2
jenuh sebanyak 2 tetes. Lalu disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 4000 rpm. Setelah itu, pH cairan rumen diukur
menggunakan pH meter. Substrat akan terpisah menjadi endapan di bawah untuk pengukuran VFA dan NH
3.
Metode yang digunakan dalam pengujian VFA adalah Steam Destilation Method. Pertama, supernatan diambil sebanyak 5 ml, kemudian segera
dimasukkan ke dalam tabung destilasi. Setelah itu H
2
SO
4
15 ditambahkan dan segera ditutup dengan tutup karet yang mempunyai lubang dan
dihubungkan labu pendingin. Setelah itu, tabung destilasi dimasukkan ke dalam labu penyulingan yang berisi air mendidih dipanaskan terus selama
destilasi. Uap air panas akan akan mendesak VFA dan akan terkondensasi dalam pendingin. Air yang terbentuk ditampung dalam labur Erlenmeyer yang
berisi 5 ml Na0H 0.5 N sampai mencapai 300 ml. Indikator PP Phenolpthalin ditambahkan sebanyak 2 – 3 tetes dan di titrasi dengan HCl
0.5 N sampai warna titrat berubah merah jambu menjadi tidak berwarna.
Metode pengukuran konsentrasi NH
3
Conway 1958 diawali dengan bibir cawan diolesi vaselin. Supernatan yang berasal dari daun sirih diambil 1 ml