Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis Kuat Acuan Berdasarkan Pemilihan Secara Visual

24 Nanda Wardhana : Analisa Lendutan Balok Kayu Non Prismatis Perletakan Sendi – Rol dengan Metode Plastis Eksperimen. Teknik Sipil USU, 2011 P = Beban tekan tarik yang terjadi kg A = Luas penampang yang menerima beban cm² Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang kekuatannya, demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu kayu yang berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan, kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah berbanding lurus dengan berat jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena susunan dari kayu tidak selalu sama.

II.2.4 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilahan Secara Mekanis

Pemilihan secara mekanis untuk mendapatkan modulus elastisitas lentur harus dilakukan dengan mengikuti standar pemilahan mekanis yang baku. Berdasarkan modulus elastis lentur yang diperoleh secara mekanis, kuat acuan lainnya dapat diambil mengikuti tabel 2.1. Kuat acuan yang berbeda dengan Tabel 2.1 dapat digunakan apabila ada pembuktian secara eksperimental yang mengikuti standar standar eksperimen yang baku. Tabel 2.1 Nilai Kuat Acuan MPa Berdasarkan Atas Pemilahan Secara Mekanis pada Kadar Air 15 Berdasarkan PKKI NI 5 2002 Kode Mutu E w F b F t F c F v F c┴ E26 E25 E24 E23 25000 24000 23000 22000 66 62 59 56 60 58 56 53 46 45 45 43 6,6 6,5 6,4 6,2 24 23 22 21 Universitas Sumatera Utara 25 Nanda Wardhana : Analisa Lendutan Balok Kayu Non Prismatis Perletakan Sendi – Rol dengan Metode Plastis Eksperimen. Teknik Sipil USU, 2011 E22 E21 E20 E19 E18 E17 E16 E15 E14 E13 E12 E11 E10 21000 20000 19000 18000 17000 16000 15000 14000 13000 14000 13000 12000 11000 54 56 47 44 42 38 35 32 30 27 23 20 18 50 47 44 42 39 36 33 31 28 25 22 19 17 41 40 39 37 35 34 33 31 30 28 27 25 24 6,1 5,9 5,8 5,6 5,4 5,4 5,2 5,1 4,9 4,8 4,6 4,5 4,3 20 19 18 17 16 15 14 13 12 11 11 10 9 Dimana : Ew = Modulus elastis lentur Fb = Kuat lentur Ft = Kuat tarik sejajar serat Fc = Kuat tekan sejajar serat Fv = Kuat Geser Fc┴ = Kuat tekan tegak lurus Universitas Sumatera Utara 26 Nanda Wardhana : Analisa Lendutan Balok Kayu Non Prismatis Perletakan Sendi – Rol dengan Metode Plastis Eksperimen. Teknik Sipil USU, 2011

II.2.5 Kuat Acuan Berdasarkan Pemilihan Secara Visual

Pemilahan secara visual harus mengikuti standar pemilahan secara visual yang baku. Apabila pemeriksaan visual dilakukan berdasarkan atas pengukuran berat jenis, maka kuat acuan untuk kayu berserat lurus tanpa cacat dapat dihitung dengan menggunakan langkah langkah sebagai berikut : a. Kerapatan ρ pada kondisi basah berat dan volume diukur pada kondisi basah, tetapi kadar airnya lebih kecil dari 30 dihitung dengan mengikuti prosedur baku. Gunakan satuan kgm³ untuk ρ. b. Kadar air, m 30, diukur dengan prosedur baku. c. Hitung berat jenis pada dengan rumus : d. = ρ [1000 1 + 100] ………………………………2.2 e. Hitung berat jenis dasar dengan rumus : f. = [1 + 0,265 a ] …………………………………2.3 dengan a = 30 – 30 g. Hitung berat jenis pada kadar air 15 G 15 dengan rumus : G 15 = 1 – 0,133 ………………………..………….. 2.4 h. Hitung estimasi kuat acuan, dengan modulus elastisitas lentur = 16500 G 0.7 , dimana G : Berat jenis kayu pada kadar air 15 = G 15 . Untuk kayu dengan serat tidak lurus danatau mempunyai cacat kayu, estimasi nilai modulus elastis lentur acuan pada point f harus direduksi dengan mengikuti ketentuan pada SNI Standar Nasional Indonesia 03 3527 1994 UDC Universal Decimal Classification 691.11 tentang “Mutu Kayu Universitas Sumatera Utara 27 Nanda Wardhana : Analisa Lendutan Balok Kayu Non Prismatis Perletakan Sendi – Rol dengan Metode Plastis Eksperimen. Teknik Sipil USU, 2011 Bangunan“ yaitu dengan mengalikan estimasi nilai modulus elastis lentur acuan dari Tabel 2.1 tersebut dengan nilai rasio tahanan yang ada pada Tabel 2.2 yang bergantung pada kelas mutu kayu . Kelas mutu kayu ditetapkan dengan mengacu pada Tabel II.3. Tabel 2.2 : Nilai Rasio Tahanan Kelas Mutu Nilai Rasio Tahanan A B C 0,80 0,63 0,50 Tabel 2.3 : Cacat Maksimum untuk Setiap Kelas Mutu Kayu Macam Cacat Kelas Mutu A Kelas Mutu B Kelas Mutu C Mata kayu : Terletak di muka lebar Terletak di muka sempit Retak Pingul Arah serat Saluran Damar Gubal Lubang serangga 16 lebar kayu 18 lebar kayu 15 tebal kayu 110 tebal atau lebar kayu 1:13 15 tebal kayu eksudasi tidak diperkenan Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada tanda 14 lebar kayu 16 lebar kayu 16 tebal kayu 16 tebal atau lebar kayu 1:9 25 tebal kayu Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada tanda 12 lebar kayu 14 lebar kayu 12 tebal kayu 14 tebal atau lebar kayu 1:6 12 tebal kayu Diperkenankan Diperkenankan asal terpencar dan ukuran dibatasai dan tidak ada tanda tanda Universitas Sumatera Utara 28 Nanda Wardhana : Analisa Lendutan Balok Kayu Non Prismatis Perletakan Sendi – Rol dengan Metode Plastis Eksperimen. Teknik Sipil USU, 2011 Cacat lain lapuk, hati rapuh, retak melintang tanda serangga hidup Tidak diperkenankan tanda serangga hidup Tidak diperkenankan serangga hidup Tidak diperkenankan

II.3 HUBUNGAN MOMEN KELENGKUNGAN