Analisis Sulfida Dan Sianida Pada Air Badan Air
ANAL
ISIS SUL
P
AN
UN
LFIDA DA
T
A
N
ROGRAM
ALIS FA
FAK
NIVERSIT
AN SIAN
TUGAS A
OLEH
ANISA RA
NIM 1024
M STUDI
ARMASI D
KULTAS F
TAS SUM
MEDA
2013
NIDA
PAD
AKHIR
H:
AHMI
410050
I DIPLOM
DAN MA
FARMAS
MATERA
AN
3
DA AIR B
MA III
AKANAN
SI
UTARA
(2)
AN
Diajuka
NALISIS SU
an Untuk M Pada Progr
LEM ULFIDA D
Memenuhi Sa ram Studi D
Unive
A
N
Meda Disetu Dosen Drs. A NIP 1 Disah Dekan Prof. NIP 1KA
MBAR PEN DAN SIANI
TUGAS A
alah Satu Sy Diploma III A
Fakultas Fa ersitas Sum
Oleh
ANISA RA
NIM 1024
an, Mei 2 ujui Oleh: n Pembimb Agusmal D 1954060819 hkan Oleh: n, Dr. Sumad 1953112819 ATA PENG GESAHAN IDA PADA KHIR yarat Memp Analis Farm armasi matera Utara :
AHMI
410050
2013 bing, alimunthe, 983031005 dio Hadisah 983031002 GANTAR NA AIR BAD
peroleh Gela masi dan Ma
a
,M.S.,Apt.
hputra, Ap
DAN AIR
ar Ahli Mad akanan
pt.
(3)
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Adapun judul Tugas Akhir ini adalah “Analisis Sulfida dan Sianida Pada Air Badan Air” yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Program Studi Diploma III Analisis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Sumatera Utara.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah memberi bantuan dan dukungan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan baik dan pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada berbagai pihak antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
3. Bapak Drs. Agusmal Dalimunthe, M.S., Apt., selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.
(4)
4. Bapak Erlan Aritonang, S.Si., M.Si., beserta seluruh Staf dan Pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan.
5. Bapak Drs. Maralaut Batubara, M.Phill., Apt., sebagai Dosen Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan kepada penulis dalam hal Akademis setiap semester.
6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
7. Seluruh pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (BTKLPP) Kelas 1 Medan yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan. 8. Staf pegawai Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
(BTKLPP) Kelas 1 Medan, khususnya pada staf laboratorium kimia dan laboratorium biologi yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan Praktek Kerja Lapangan.
9. Sahabat – sahabat penulis yang telah memberikan semangat, keceriaan, saling bertukar pikiran dan dukungan dalam suka dan duka, khususnya buat Fatimah Arinawati, Sari Sellyni dan Dwi Pertiwi.
10. Teman-teman Analis Farmasi Dan Makanan stambuk 2010 semuanya tanpa terkecuali, adik–adik stambuk 2011 dan 2012 yang tidak disebutkan namanya, terima kasih buat kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan dalam penyusunan tugas akhir ini
(5)
Terakhir dan teristimewa, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda Syah Minan Situmorang dan Ibunda Nur aini Marbun yang telah membesarkan dan mendidik penulis dengan penuh kasih sayang dan cinta dari kecil hingga saat ini memberikan motivasi dan restu serta materi yang tak ternilai harganya dengan apapun.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.
Medan, Mei 2013
Penulis,
ANISA RAHMI NIM 102410050
(6)
Abstrak
Air adalah materi yang essensial bagi kehidupan manusia, akan tetapi air juga dapat menjadi malapetaka antara lain sebagai pembawa mikroorganisme patogen maupun zat zat yang termasuk dalam golongan bahan berbahaya dan beracun (B3). Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui apakah air badan air (sungai) yang dianalisis memenuhi sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan PP No.82 tanggal 14 Desember 2001.
Sulfida (S2-) merupakan senyawa yang menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif dan iritant. Dan Sianida (CN)- merupakan senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Analisis sulfida (S2-) dilakukan dengan menggunakan alat spektofotometer UV-vis DR 2800 (HACH). Sedangkan analisis Sianida (CN)- dilakukan dengan menggunakan alat spektofotometer NOVA 60. Dan penelitian ini dilakukan dilaboratorium BTKLPP kelas 1 Medan.
Hasil analisis kadar logam sulfida dalam air badan air diperoleh 0,002 mg/l dan 0,001 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemeritah No. 82 tanggal 14 Desember 2001 tentang batasan maksimum cemaran sulfida dalam air badan air, maka kadar sulfida pada air badan air masih memenuhi persyaratan baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,002 mg/l. Dan hasil analisis kadar sianida dalam air badan air diperoleh 0,003 mg/l dan 0,002 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemeritah No. 82 tangga 14 Desember 2001 tentang batasan maksimum cemaran sianida dalam air badan air, maka kadar sianida pada air badan air masih memenuhi persyaratan baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,02 mg/l.
Kata kunci: Air, Sulfida (S2-), Sianida (CN)-, Air Badan Air
(7)
Abstract
Water is the essential material for human life, but water can also be a catastrophe, among others, as a carrier of pathogenic microorganisms or substances which belongs to a class of substances hazardous and toxic (B3). The purpose of writing this thesis to determine whether the water body of water (river) meets analyzed in accordance with the quality standards set PP No.82 dated December 14, 2001.
Sulfide (S2-) are compounds that cause taste and odor, are corrosive and iritant. And cyanide (CN) - a compound cyan (Cn) which has long been known as a poison. Analysis of sulfide (S2-) were performed using an UV-vis spectrophotometer DR 2800 (HACH). While the analysis of cyanide (CN) - performed by using a NOVA 60 spectrophotometer. And laboratory research conducted BTKLPP class 1 field.
Results of analysis of metal sulfide levels in the water body of water obtained 0.002 mg / l and 0.001 mg / l. Under Regulation No. pemeritah. 82 dated December 14, 2001 concerning the maximum limits sulfide contamination in water bodies of water, the levels of sulfide in the water body of water still meets the requirements of quality standards that have been established which is 0.002 mg / l. And the analysis of cyanide levels in water bodies of water obtained 0.003 mg / l and 0.002 mg / l. Under Regulation No. pemeritah. 82 stairs December 14, 2001 on the maximum limit of cyanide contamination of water bodies in the water, the water levels of cyanide in water bodies still meet the requirements of quality standards that have been established which is 0.02 mg/ l.
(8)
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3
1.2.1 Tujuan ... 3
1.2.2 Manfaat ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Air ... 5
2.2 Sulfida (S2-) dan Sianida (CN)- ... 6
2.2.1 Sulfida (S2-) ... 6
2.2.2 Sianida (CN)- ... 7
2.3 Pencemaran Sulfida (S2-) dan Sianida (CN)- ... 8
2.3.1 Pencemaran Sulfida (S2-)... 8
(9)
2.4 Air Badan Air ... 9
2.4.1 Sungai ... 10
2.4.2 Danau ... 10
2.4.3 Air Tanah ... 11
2.5 Macam-macam Air Badan Air ... 12
2.6 Pencemaran Air ... 13
2.7 Spektrofotometer ... 15
2.7.1 Analisa Spektrofotometer ... 16
BAB III METODE PENGUJIAN ... 17
3.1 Tempat ... 17
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan ... 17
3.2.1 Sampel ... 17
3.2.2 Alat ... 18
3.2.3 Bahan ... 18
3.3 Prosedur ... 18
3.3.1 Prosedur Sulfida (S2-) ... 18
3.3.2 Prosedur Sianida (CN)- ... 19
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 21
4.1 Sulfida (S2-) ... 21
4.2 Sianida (CN)- ... 21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 22
5.1 Kesimpulan ... 22
(10)
(11)
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel Data Analisa ... 26 Tabel Baku Mutu Air Badan Air ... 27 Gambar Alat ... 29
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1 DATA ANALISA ... 26 Lampiran 2 TABEL BAKU MUTU AIR BADAN AIR ... 27 Lampiran 3 GAMBAR ALAT ... 29
(13)
Abstrak
Air adalah materi yang essensial bagi kehidupan manusia, akan tetapi air juga dapat menjadi malapetaka antara lain sebagai pembawa mikroorganisme patogen maupun zat zat yang termasuk dalam golongan bahan berbahaya dan beracun (B3). Tujuan penulisan tugas akhir ini untuk mengetahui apakah air badan air (sungai) yang dianalisis memenuhi sesuai dengan baku mutu yang telah ditetapkan PP No.82 tanggal 14 Desember 2001.
Sulfida (S2-) merupakan senyawa yang menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif dan iritant. Dan Sianida (CN)- merupakan senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Analisis sulfida (S2-) dilakukan dengan menggunakan alat spektofotometer UV-vis DR 2800 (HACH). Sedangkan analisis Sianida (CN)- dilakukan dengan menggunakan alat spektofotometer NOVA 60. Dan penelitian ini dilakukan dilaboratorium BTKLPP kelas 1 Medan.
Hasil analisis kadar logam sulfida dalam air badan air diperoleh 0,002 mg/l dan 0,001 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemeritah No. 82 tanggal 14 Desember 2001 tentang batasan maksimum cemaran sulfida dalam air badan air, maka kadar sulfida pada air badan air masih memenuhi persyaratan baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,002 mg/l. Dan hasil analisis kadar sianida dalam air badan air diperoleh 0,003 mg/l dan 0,002 mg/l. Berdasarkan Peraturan Pemeritah No. 82 tangga 14 Desember 2001 tentang batasan maksimum cemaran sianida dalam air badan air, maka kadar sianida pada air badan air masih memenuhi persyaratan baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,02 mg/l.
Kata kunci: Air, Sulfida (S2-), Sianida (CN)-, Air Badan Air
(14)
Abstract
Water is the essential material for human life, but water can also be a catastrophe, among others, as a carrier of pathogenic microorganisms or substances which belongs to a class of substances hazardous and toxic (B3). The purpose of writing this thesis to determine whether the water body of water (river) meets analyzed in accordance with the quality standards set PP No.82 dated December 14, 2001.
Sulfide (S2-) are compounds that cause taste and odor, are corrosive and iritant. And cyanide (CN) - a compound cyan (Cn) which has long been known as a poison. Analysis of sulfide (S2-) were performed using an UV-vis spectrophotometer DR 2800 (HACH). While the analysis of cyanide (CN) - performed by using a NOVA 60 spectrophotometer. And laboratory research conducted BTKLPP class 1 field.
Results of analysis of metal sulfide levels in the water body of water obtained 0.002 mg / l and 0.001 mg / l. Under Regulation No. pemeritah. 82 dated December 14, 2001 concerning the maximum limits sulfide contamination in water bodies of water, the levels of sulfide in the water body of water still meets the requirements of quality standards that have been established which is 0.002 mg / l. And the analysis of cyanide levels in water bodies of water obtained 0.003 mg / l and 0.002 mg / l. Under Regulation No. pemeritah. 82 stairs December 14, 2001 on the maximum limit of cyanide contamination of water bodies in the water, the water levels of cyanide in water bodies still meet the requirements of quality standards that have been established which is 0.02 mg/ l.
(15)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan, terutama penyakit perut. Seperti kita ketahui bahwa penyakit perut adalah penyakit yang paling banyak terjadi di Indonesia. Air adalah salah satu di antara pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Air yang menjadi konsumsi manusia baik berupa minuman maupun makanan tidak menyebabkan penyakit atau pembawa bibit penyakit. Oleh sebab itu mutlak diperlukan pengolahan air untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air sebagai sumber kebutuhan manusia. Air dapat berasal dari sumber air, jaringan transmisi atau distribusi air (Sutrisno, 2004).
Saat ini, masalah utama yang dihadapi oleh sumber daya air meliputi kualitas dan kuantitas air. Kuantitas air yang sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan yang terus menerus meningkat. Kualitas air untuk keperluan domestik juga menurun. Penyebab turunnya kualitas air antara lain adalah karena adanya kegiatan industri, domestik. Kondisi ini dapat menimbulkan gangguan, kerusakan,dan bahaya bagi semua makhluk hidup yang bergantung pada sumber daya air. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air secara seksama (Effendi, 2003).
Pencemaran air adalah penyimpangan sifat–sifat air dari keadaan normal, bukan dari kemurniannya. Air yang tersebar di alam semesta ini tidak pernah
(16)
terdapat dalam bentuk murni, namun bukan berarti bahwa semua air sudah tercemar. Air permukaan dan air sumur pada umumnya mengandung bahan– bahan metal, seperti Na, Mg, Ca, dan Fe. Air yang mengandung komponen tersebut dalam jumlah tinggi disebut air sadah. Adanya benda–benda asing yang mengakibatkan air tersebut tidak dapat digunakan sesuai dengan peruntukannya secara normal disebut dengan pencemaran air. Karena kebutuhan makhluk hidup akan air sangat bervariasi, maka batas pencemaran untuk berbagai jenis air juga berbeda (Kristanto, 2002).
Sungai merupakan lingkungan perairan yang sering digunakan manusia untuk berbagai keperluan, diantaranya sebagai tempat untuk membuang hasil sampingan, sehingga secara tidak langsung dapat masuk ke perairan laut. Wilayah perairan laut merupakan zona terdepan yang bertindak sebagai penerima dampak/tekanan dari berbagai aktifitas manusia, baik aktifitas di darat maupun di perairan laut, semuanya itu dapat mempengaruhi kualitas perairan (Hutabarat dan Stewart, 1984).
Sulfida (S2-) merupakan senyawa yang menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif dan iritant. Dalam dosis tinggi dapat merusak system syaraf pusat. Keracunan biasanya terjadi, karena zat ini berbau busuk. Bila orang sempat menjauh, maka ia tidak akan terkena racunan. Tetapi, apabila sulfida ini berbentuk gas yang menjalar cepat, sehingga orang tidak sempat melarikan diri, maka orang dapat menderita keracunan akut yang mematikan dalam waktu singkat karena asphyxia (Soemirat, 2005).
(17)
Sianida adalah senyawa sianida (CN)- yang dikenal sebagai racun yang mudah terbakar Sudarmadji dkk. (1976). Sianida mempunyai berat molekul 27,06 nilai terhirup dapat menyebabkan pingsan dan bahkan kematian. Sianida terbentuk dari reaksi antara nitrogen (N) dan karbon (C) pada temperatur tinggi (Sudarmadji, 1976).
Dari hal-hal yang disebutkan diatas, Penulis merasa tertarik untuk memeriksa kadar cemaran sulfida dan sianida dalam sampel yang diambil dari beberapa sungai di Sumatera Utara.
1.2Tujuan dan Manfaat 1.2.1 Tujuan
1. Untuk mengetahui dan menetapkan kadar cemaran Sulfida (S2-) dan Sianida (CN)- dalam sampel air badan air, yaitu beberapa sungai di daerah Sumatera Utara.
2. Untuk mengetahui apakah kandungan cemaran Sulfida (S2-) dan Sianida (CN)- dalam sampel tersebut masih memenuhi syarat baku mutu sesuai dengan Peraturan Pemerintah No.82 tanggal 14 Desember 2001.
(18)
1.2.2 Manfaat
Analisis Sulfida (S2-) dan Sianida (CN)- dalam skala sempit bermanfaat untuk menambah wawasan dari penulis agar dapat mengetahui cara menganalisis Sulfida (S2-) dan Sianida (CN)- pada air badan air. Untuk skala luas berupa informasi untuk badan berwenang dan masyarakat tentang mutu air dari beberapa sungai di Sumatera Utara.
(19)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 AirAir adalah materi yang essensial bagi kehidupan manusia, akan tetapi air juga dapat menjadi malapetaka antara lain sebagai pembawa mikroorganisme patogen maupun zat-zat yang termasuk dalam golongan bahan berbahaya dan beracun (B3). Hal ini disebakan antara lain adalah sebagai akibat dari semakin luas dan semakin kompleks masalah dalam pencemaran air. Ini brerlaku terutama untuk negara berpenduduk sangat padat dengan kemajuan industri yang juga semakin pesat, termasuk Indonesia .
Air juga merupakan kebutuhan dasar bagi kehidupan manusia dan makhluk hidup, karena selama hidupnya mereka memerlukan air. Semakin pesat laju pertumbuhan penduduk maka makin meningkat jumlah penduduk, maka semakin naik pula laju pemanfaatan sumber-sumber air (Wardhana, 2004).
Menurut peraturan pemerintah sumber air adalah wadah air yang terdapat di atas dan di bawah permukaan tanah, mata air, sungai, rawa, danau, situ, waduk, dan muara. Pengertian mutu air adalah kondisi kualitas air yang diukur dan atau diuji berdasarkan parameter-parameter tertentu dan metoda tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
(20)
2.2 Sulfida dan Sianida 2.2.1 Sulfida (S2-)
Sulfida adalah suatu bentuk ion dari sulfur dimana satu ion sulfur tersebut membutuhkan 2 elektron lagi pada kulit terluarnya untuk mencapai kestabilannya, karena membutuhkan 2 ion lagi maka dilambangkan S2-.
Senyawa sulfida menimbulkan rasa dan bau, bersifat korosif dan iritan. Dalam dosis tinggi dapat merusak sistem saraf pusat. Keracunan biasanya jarang sekali terjadi karena zat ini berbau busuk. Bila orang sempat menjauh, maka tidak akan keracunan tetapi apabila sulfida ini berbentuk gas yang menjalar cepat, sehingga tidak sempat melarikan diri, maka orang dapat menderita keracunan akut yang mematikan dalam waktu singkat karena asphyxia.
Hidrogen Sulfida terbentuk dari proses penguraian bahan-bahan organis oleh bakteri. Maka dari itu H2S terdapat dalam minyak dan gas bumi, selokan, air yang tergenang. Misalnya rawa-rawa dan juga terbentuk pada proses-proses industri maupun proses biologi.
Hidrogen Sulfida ini sangat beracun dan mematikan, tidak berwarna, lebih berat dari udara sehingga cendrung berkumpul dan diam pada daerah yang rendah, dapat terbakar dengan nyala api berwarna biru dan hasil pembakarannya gas sulfur dioksida (SO2) yang juga merupakan gas beracun dan sangat korosif mengakibatkan berkarat pada logam tertentu. Pada konsentrasi yang rendah berbau seperti telur busuk dan dapat melumpuhkan indera penciuman manusia (Gabriel, 2001).
(21)
2.2.2 Sianida (CN)
-Sianida (CN)- merupakan senyawa non-logam. Biasanya, senyawa ini dihasilkan dalam pemrosesan logam. Sianida tersebar luas di perairan dan berada dalam bentuk senyawa yang lebih kecil atau disebut juga ion sianida (CN)-, hydrogen sianida (HCN), dan metalosianida. Keberadaan sianida sangat dipengaruhi oleh pH, suhu, oksigen terlarut, dan keberadaan ion lain. Pada pH yang lebih kecil dari 8, sianida dianggap lebih toksik bagi makhluk hidup. Sianida bersifat biodegradable atau mudah berikatan dengan ion logam, misalnya tembaga (Cu2+) dan besi (Fe2+). Sianida dalam bentuk ion mudah diserap oleh bahan-bahan yang mudah melarutkan sesuatu (seperti air).
Sianida (CN)- merupakan senyawa sian (Cn) yang sudah lama terkenal sebagai racun. Di dalam tubuh akan menghambat pernapasan jaringan, sehingga terjadi asphyxia, orang merasa seperti tercekik dan cepat di ikuti oleh kematiian. Keracunan kronis menimbulkan malaise, dan iritasi. Sianida ini didapatkan secara alamiah diberbagai tumbuhan. Apabila terdapat didalam air minum, maka untuk menghilangkannya diperlukan pengolahan khusus.
Sianida dapat menimbulkan banyak gejala pada tubuh, termasuk pada tekanan darah, penglihatan, paru, saraf pusat, jantung, sistem endokrin, sistem otonom dan sistem metabolisme. Biasanya penderita akan mengeluh timbul rasa pedih karena iritasi dan kesulitan bernafas karena mengiritasi mukosa saluran pernafasan. Gas sianida sangat berbahaya apabila terpapar dalam konsentrasi tinggi. Hanya dalam jangka waktu 15 detik tubuh akan merespon dengan hiperpnea, 15 detik setelah itu sesorang akan kehilangan kesadarannya. 3 menit kemudian akan mengalami
(22)
apnea yang dalam jangka waktu 5-8 menit akan mengakibatkan aktifitas otot jantung terhambat karena hipoksia dan berakhir dengan kematian. Dalam konsentrasi rendah, efek dari sianida baru muncul sekitar 15-30 menit kemudian, sehingga masih bisa diselamatkan dengan pemberian antidotum (Soemirat, 2005).
2.3 Pencemaran Sulfida dan Sianida 2.3.1 Pencemaran Sulfida (S2-)
Pencemaran sulfida terjadi apabila terpapar pada udara bebas akan teroksidasi, terlarutkan oleh air permukaan atau air tanah membentuk air asam. Air asam akan melarutkan logam yang terlewati sehingga menghasilkan bahan beracun berbahaya yang berpotensi mencemari lingkungan, terutama air permukaan dan air tanah.
Aliran air asam apabila memasuki badan air akan menyebabkan turunnya pH, sehingga menjadi lingkungan yang tidak layak untuk dihuni oleh ikan dan sejenisnya. Sedangkan apabila mengenai tumbuhan akan menyebabkan mati atau tumbuh kerdil (Wikipedia, 2013).
2.3.2 Pencemaran Sianida (CN)
-Sianida selain berdada di dalam air, juga berasal dari lingkungan dan berasal dari buangan pertambangan yang menggunakan sianida dalam proses produksinya.
Anonimus (1999), menyatakan sekurang-kurangnya satu tambang emas di Amerika Serikat menggunakan 125 ton sianida untuk mencuci 5000 ton biji emas yang kemudian dibuang ke sungai.
(23)
Tingkat racun dari sianida di dalam air tergantung dari konsentrasi sianida. bahan berbahaya dan beracun dalam konsentrasi tertentu bila termakan manusia dapat membahayakan kesehatan bahkan mengancam kehidupan (Gintings, 1995).
Sianida dalam bentuk HCN merupakan zat yang beracun. HCN banyak ditemukan dalam lingkungan industri dan dalam proses pertambangan sianida yang dihasilkan dapat berupa ion sianida (CN) dalam larutan “licing”. Ion sianida CN mempunyai kemampuan menghambat kerja enzim dalam tubuh yang peka terhadap sianida. Enzim sitokrom oksidase sangat peka terhadap sianida (Anonimus, 1994).
Dampak akumulasi sianida di dalam tubuh manusia, yaitu :
Air Badan Air Menghambat pertukaran oksigen dalam tubuh, mengganggu fungsi hati, menyebabkan pengeroposan tulang atau osteoporosis.
2.4Air Badan Air
Menurut Peraturan Pemerintah No. 82 tanggal 14 Desember 2001 Air Badan Air adalah salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Dalam melestarikan fungsi air badan air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis.
(24)
2.4.1 Sungai
Sungai merupakan salah satu bagian dari siklus hidrologi. Air dalam sungai umumnya terkumpul dari presipitasi, seperti hujan, embun, mata air, limpasan bawah tanah, dan di beberapa negara tertentu air sungai juga berasal dari lelehan es/salju. Selain air, sungai juga mengalirkan sedimen dan polutan.
Aliran sungai diklafikasikan dalam empat tahapan, yaitu stadium lahir, muda, dewasa dan umur tua. Pada stadium lahir sungai belum tereroris, air tanah berperan penting pada stadium ini sehingga pada musin kemarau sungai muda masih didukung oleh aliran air tanah tetapi aliran sungai berjalan secara kontinu. Sungai stadium dewasa, air sungai yang umumnya bersih dan lebih dalam dibandngkan sungai muda sedangkan sungai tua lebih dalam lagi hampir mencapai tingkat dasar geologinya (Wasilah, 2002).
2.4.2 Danau
Danau merupakan suatu badan air alami yang selalu tergenang sepanjang tahun dan mempunyai mutu air tertentu yang beragam dari satu danau ke danau lainnya, serta mempunyai produktivitas biologi yang tinggi. Danau mempunyai cekungan besar di permukaan bumi yang digenangi oleh air bisa tawar ataupun asin yang seluruh cekungan tersebut dikelilingi oleh daratan. Kebanyakan danau adalah air tawar dan juga banyak berada di belahan bumi utara pada ketinggian yang lebih atas.
Danau dapat diklafikasikan sebagai oligotropik, eutropik, dan dystropik. Danau Oligotropik adalah danau yang relatif muda. Danau ini dalam dan berair
(25)
jernih, kurang mengandung zat hara akibatnya kurang produaktif untuk aktifitas biologis. Danau eutropik lebih banyak mengandung zat hara sehingga airnya agak keruh dan lebih dapat menunjang kehidupan aquatik. Danau ini umumnya relatif lebih tua dibanding oligotropik. Danau yang umurnya lebih tua diklafikasikan sebagai danau Dystropik. Danau ini dangkal, dipenuhi dengan tumbuhan air dan biasanya airnya berwarna serta mempunyai pH yang rendah (Wasilah, 2002).
2.4.3 Air Tanah
Air tanah ialah air yang melekat pada butir-butir tanah, dan air yang tergenang di atas lapisan tanah yang terdiri dari batu, tanah lempung yang amat halus atau padat yang sukar ditembus air.
Dari definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa air tanah adalah air yang tersimpan dalam ruang antar butir tanah yang dibatasi oleh formasi geologi dan struktur batuan yang sukar ditembus air. Lapisan dimana air tanah dapat dengan mudah melaluinya disebut lapisan permeabel seperti lapisan pasir atau lapisan krikil. Lapisan impermeabel terbagi atas dua jenis yakni lapisan yang kebal air (aquifuge) seperti lapisan batuan (rock) dan lapisan kedap air (aquiclude) seperti lapisan lempung atau lapisan silt.
Lebih dari 98% dari semua air tawar diatas muka bumi tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan. Dua persen sisanya adalah apa yang kita lihat di danau - danau, sungai dan reservoir. Separuh dari dua persen ini disimpan di reservoir buatan. Sembilan puluh delapan persen dari air di bawah permukaan disebut air tanah dan digambarkan sebagai air yang terdapat pada
(26)
bahan yang jenuh di bawah muka air tanah. Dua persen sisanya adalah lengas tanah pada mintakat tidak jenuh di atas muka air tanah (Seyhan, 1997).
2.5 Macam-macam Air Badan Air
1. Badan air golongan A, yaitu badan air yang airnya digunakan sebagai air minum tanpa pengolahan yang berarti.
2. Badan air golongan B, yaitu badan air yang airnya dapat digunakan sebagai air baku untuk diolah sebagai air minum dan dapat digunakan untuk keperluan lain, tetapi tidak memenuhi golongan A.
3. Badan air golongan C, yaitu badan air yang airnya digunakan untuk keperluan perikanan dan peternakan, dan dapat digunakan untuk keperluan lain, tetapi tidak memenuhi golongan A dan B.
4. Badan air golongan D, yaitu badan air yang airnya digunakan untuk keperluan pertanian dan keperluan lain, tetapi tidak memenuhi golongan A, B dan C.
5. Badan air golongan E, Yaitu badan air yang tidak memenuhi kualitas air golongan A, B, C dan D.
2.6 Pencemaran Air
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Mulia, 2005).
Pencemaran air dapat menyebabkan berkurangnya keanekaragaman atau punahnya populasi organisme perairan seperti benthos, perifiton, dan plankton.
(27)
Dengan menurunnya atau punahnya organisme tersebut maka sistem ekologi perairan dapat terganggu. Sistem ekologi perairan (ekosistem) mempunyai kemampuan untuk memurnikan kembali lingkungan yang telah tercemar sejauh beban pencemaran masih berada dalam batas daya dukung lingkungan yang bersangkutan. Apabila beban pencemaran melebihi daya dukung lingkungannya maka kemampuan itu tidak dapat dipergunakan lagi. Pencemaran air selain menyebabkan dampak lingkungan yang buruk dapat menurunkan keanekaragaman dan mengganggu estetika juga berdampak negatif bagi kesehatan makhluk hidup, karena di dalam air yang tercemar selain mengandung mikroorganisme patogen, juga mengandung banyak komponen beracun (Nugroho, 2006).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001, Pencemaran air adalah masuknya makhluk hidup, zat, energi atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi.
Air diperlukan dalam aktivitas organisme mulai dari kebutuhan konsumsi makhluk hidup (termasuk manusia), untuk industri dan sebagainya. Karena begitu banyaknya kegiatan manusia yang melibatkan air akan dapat mengakibatkan pencemaran air (Situmorang, 2007).
Air juga diperlukan untuk meningkatkan kualitas hidup manusia, yaitu untuk menunjang kegiatan industri dan teknologi. Kegiatan industri dan teknologi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan air. Apabila air yang diperlukan dalam
(28)
kegiatan industri dan teknologi itu dalam jumlah yang cukup besar, maka perlu dipikirkan dari mana air tersebut di peroleh. Pengambilan air dari sumber air tidak boleh mengganggu keseimbangan air lingkungan (Wardhana, 2001).
Menurut Abdullah (1989), ada tiga penyebab utama tercemarnya suatu perairan yaitu:
1. Peningkatan konsumsi atau pengguaan air sehubungan dengan perekonomian dan taraf hidup masyarakat.
2. Terjadinya perpindahan dan pertambahan penduduk di sekitar daerah industri.
3. Kurangnya kesadaran sosial dan rendahnya pendapatan untuk memperbaiki lingkungan hidup.
2.7 Spektrofotometer
Spektrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang. Kelebihan spektrofotometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, ataupun celah optis. Pada fotometer filter, sinar dengan panjang gelombang yang diinginkan diperoleh dengan berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang gelombang tertentu.
(29)
Pada fotometer filter, tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapat diperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorpsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorpsi antara sample dan blanko ataupun pembanding (Underwood, 1980).
2.7.1 Analisa Spektrofotometer
Warna adalah salah satu kriteria untuk mengidentifikasi suatu objek. Pada analisis spektrokimia, spectrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis spesies kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Karena tiap spesies kimia mempunyai tingkat energi radiasi yang berbeda, maka transisi perubahan energinya juga berbeda. Berarti suatu spektrum yang diperoleh dengan memplot beberapa fungsi frekuensi terhadap frekuensi radiasi elektromagnetik adalah khas untuk spesies kimia tertentu dan berguna untuk identifikasi (Khopkar, 2003).
(30)
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 TempatAnalisis Sulfida (S2-) dan Sianida (CN)- dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit (BTKL PP) Kelas 1 Medan yang bertempat di Jln. Wahid Hasyim No. 15 Medan.
3.2 Sampel, Alat, dan Bahan 3.2.1 Sampel
- Sulfida (S2-)
Air Badan Air dengan nomor 561/K/ABA/02/2013 yaitu air sungai Denai perumahan setia jati.
Air Badan Air dengan nomor 202/K/ABA/02/2013 yaitu air sungai Tandok Kec. Muara Sipongi
- Sianida (CN)
-Air Badan -Air dengan nomor 357/K/ABA/02/2013 yaitu air sungai Aek Botung.
Air Badan Air dengan nomor 359/K/ABA/02/2013 yaitu air sungai Batang Gadis Hilir.
3.2.2 Alat
- Sulfida (S2-)
Bola karet, erlenmeyer, kuvet 586 mm-cell, spektofotometer UV-vis DR 2800 (HACH), volume 10 ml.
(31)
-Kuvet 50 mm-cell,pH meter, tabung reaksi, spektofotometer NOVA 60.
3.2.3 Bahan
- Sulfida (S2-)
Air suling, Sampel 561/K/ABA/02/2013, sulfide 1 reagen, sulfide 2 reagen.
- Sianida (CN)
-Sampel 357/K/ABA/02/2013, reagen CN-3, reagen CN-4. 3.3 Prosedur Analisis
3.3.1 Sulfida (S2-)
A. Pembuatan blanko
1. Dipipet 10 ml air suling.
2. Dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan 1 ml sulfide 1 reagent dan 1ml sulfide 2 reagent.
4. Dihomogenkan.
B. Pembuatan sampel
1. Dipipet 10 ml sampel.
2. Dimasukkan kedalam erlenmeyer.
3. Ditambahkan 1 ml sulfide 1 reagent dan 1 ml sulfide 2 reagent.
(32)
5. Didiamkan sampel dan blanko selama 3 menit
6. Dipilih STORED PROGRAM pada spektrofotometer untuk analisa sulfida ( urutan 690).
7. Dimasukkan blanko kedalam kuvet.
8. Dimasukkan kuvet kedalam ruang sel pada spektrofotometer, ditutup dan ditekan tombol ZERO. 9. Dikeluarkan kuvet yang berisi blanko diganti dengan
kuvet yang telah diisi dengan sampel.
10.Ditutup dan dibaca konsentrasi sulfida yang terbaca dilayar spektrofotometer
3.3.2 Sianida (CN)
-1. Cek pH sampel berkisar antara 4,5 – 8 dengan penambahan basa NaOH atau penambahan asam H2SO4.
2. Ambil 5 ml sampel, masukkan ke dalam tabung.
3. Tambahkan 1 micro spoon hijau reagent CN-3, homogenkan. 4. Tambahkan 1 micro spoon biru reagent CN-4 dan homogenkan. 5. Diamkan selama 10 menit.
6. Masukkan auto selektor kedalam spektrometer dengan kode 09701 untuk parameter sianida.
7. Masukkan sampel kedalam kuvet.
8. Bersihkan sisi-sisi kuvet menggunakan tisu. 9. Masukkan kuvet kedalam ruang sel.
(33)
10.Tekan tombol ENTER.
11.Baca konsentrasi yang tertera pada layar. 12.Bilas kuvet dengan air suling.
(34)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 SULFIDA (S2-)
Pada analisis Sulfida digunakan alat Spektofotometer UV-vis DR 2800 (HACH). Dari hasil analisis pada sampel nomor 561/K/ABA/02/2013 hasilnya diperoleh 0,0002 mg/l, dan sampel nomor 202/K/ABA/02/2013 hasilnya diperoleh 0,001 mg/l, di mana baku mutu sulfida dalam air badan air menurut Peraturan Pemerintah No.82 tanggal 14 Desember 2001 adalah 0,002 mg/l. Dari data di atas dinyatakan bahwa kadar sulfida pada air badan air memenuhi syarat karena masih berada pada baku mutu yang telah ditetapkan.
4.2 SIANIDA (CN)
-Pada analisis Sianida digunakan alat Spektofotometer NOVA 60. Dari hasil analisis pada sampel nomor 357/K/ABA/02/2013 hasilnya diperoleh 0,003 mg/l, dan sampel nomor 359/K/ABA/02/2013 hasilnya diperoleh 0,002 mg/l di mana baku mutu sulfida dalam air badan air menurut Peraturan Pemerintah No.82 tanggal 14 Desember 2001 adalah 0,02 mg/l. Dari data di atas dinyatakan bahwa kadar sianida pada air badan air memenuhi syarat karena masih berada pada baku mutu yang telah ditetapkan.
(35)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisis yang dilakukan, maka dapat disimpulkan kadar sulfida pada air badan air memenuhi syarat karena masih berada pada baku mutu sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No.82 tanggal 14 Desember 2001 dan kadar sianida pada air badan air memenuhi syarat karena masih berada pada baku mutu sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah No.82 tanggal 14 Desember 2001.
5.2 Saran
Sebelum melakukan pengujian, harus memahami metode, prinsip kerja dan prosedur analisa serta lebih teliti dan berhati-hati. Hal tersebut dilakukan agar tidak terjadi kesalahan saat melakukan Analisis Sulfida dan Sianida dalam Air Badan Air (sungai).
(36)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, C. (1989). Evaluasi Kualitas Fisika, Kimia dan Biologi Air Sungai. Pekanbaru: Pusat Penelitian Universitas Riau. Halaman 23
Anonimus. (1999). Kursus Singkat Analisis Pencemaran Lingkungan Laut. Staf Akademik PTN-INTIM. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang
Anonimus. (1994). Kursus Analisis Limbah Industri Angkatan Ke II Staf Akademik PTN Indonesia Bagian Timur. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Halaman 11, 106-109
Gintings, S. (1995). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Halaman 27
Khopkar, S.M. (2003). Kimia Analitis. Jakarta : UI-Press. Halaman 419
Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. Halaman 72-73, 76
Hutabarat, S, dan Stewart, E.M. (1984). Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta. Halaman 14
Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 46, 68-72
Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 10-13
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tanggal 14 Desember 2001. Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Badan Air
(37)
Seyhan, E. (1997). Dasar-dasar Hidrologi. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Halaman 25
Situmorang, M. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Universitas Negeri Medan. Halaman 36, 47
Slamet, S. J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. . Halaman 46
Soemirat,S.J. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 47
Sudarmadji, S, Haryono, B, dan Suhardi. (1976). Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Halaman 36
Sutrisno. T. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman 18-19, 36-37
Underwood, A.L. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Hal 66-69
Wardhana, W.A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset. Hal 19, 71-169
Wikipedia. (2013). Pencemaran Sulfida. Di ambil dari :
http://www.google.co.id/2013/Pencemaran Sulfida. Tgl: 2 Mei 2013
(38)
Lampiran 1
Tabel. Data Analisa NO Parameter Satuan Baku
Mutu
Hasil Analisa Metode/Alat
561/K/ABA/02/2013 357/K/ABA/02/2013
202/K/ABA/02/2013 359/K/ABA/02/2013
1 Sulfida mg/l 0,002 0,0002 0,001 Spektofotometer 2 Sianida mg/l 0,02 0,003 0,002 Spektofotometer
(39)
Lampiran 2
AIR BADAN AIR KELAS I
Tabel Baku Mutu Air Badan Air
Peraturan Pemerintah NO.82 tanggal 14 Desember 2001
NO PARAMETER BAKU MUTU SATUAN
1 Fe 0,3 mg/l
2 Mn 0,1 mg/l
3 Zn 0,05 mg/l
4 Cd 0,01 mg/l
5 Pb 0,03 mg/l
6 Hg 0,001 mg/l
7 As 0,05 mg/l
8 Se 0,01 mg/l
9 Ba 1 mg/l
10 Cu 0,02 mg/l
11 Co 0,2 mg/l
12 Boron 1 -
13 NITRIT 0,06 mg/l
SS14 FLUORIDA 0,5 mg/l
(40)
16 COD 10 mg/l
17 Zat organic - mg/l
18 Phospat 0,2 mg/l
19 TSS 50 mg/l
20 SIANIDA 0,02 mg/l
21 pH 6 s/d 9 -
22 NITRAT 10 mg/l
23 Amoniak 0,5 mg/l
24 Cl bebas 0,03 mg/l
25 SUHU Deviasi 3 oC
26 KLORIDA 600 mg/l
27 KROMIUM VAL 6 0,05 mg/l
28 SULFAT 400 mg/l
29 Kesadahan 500 mg/l
(41)
Lampiran
Gambar 1
Gambar 3 DR
n 3
. Spektrofot
. Spektrofot R 2800 (HA
tometer NO
tometer UV ACH)
OVA
V-Vis
Gambar 2
(1)
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, C. (1989). Evaluasi Kualitas Fisika, Kimia dan Biologi Air Sungai. Pekanbaru: Pusat Penelitian Universitas Riau. Halaman 23
Anonimus. (1999). Kursus Singkat Analisis Pencemaran Lingkungan Laut. Staf Akademik PTN-INTIM. Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang
Anonimus. (1994). Kursus Analisis Limbah Industri Angkatan Ke II Staf Akademik PTN Indonesia Bagian Timur. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.Halaman 11, 106-109
Gintings, S. (1995). Mencegah dan Mengendalikan Pencemaran Industri. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. Halaman 27
Khopkar, S.M. (2003). Kimia Analitis. Jakarta : UI-Press. Halaman 419
Kristanto, P. (2002). Ekologi Industri. Yogyakarta: Penerbit ANDI Yogyakarta. Halaman 72-73, 76
Hutabarat, S, dan Stewart, E.M. (1984). Pengantar Oceanografi. UI Press. Jakarta. Halaman 14
Mulia, R. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Halaman 46, 68-72
Nugroho, A. (2006). Bioindikator Kualitas Air. Jakarta: Universitas Trisakti. Halaman 10-13
(2)
Yogyakarta. Halaman 25
Situmorang, M. (2007). Kimia Lingkungan. Medan: Universitas Negeri Medan. Halaman 36, 47
Slamet, S. J. (1994). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. . Halaman 46
Soemirat,S.J. (2005). Kesehatan Lingkungan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Halaman 47
Sudarmadji, S, Haryono, B, dan Suhardi. (1976). Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Yogyakarta: Liberty. Halaman 36
Sutrisno. T. (2002). Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Halaman 18-19, 36-37
Underwood, A.L. (1992). Analisa Kimia Kuantitatif. Jakarta: Erlangga. Hal 66-69
Wardhana, W.A. (2001). Dampak Pencemaran Lingkungan. Yogyakarta: Andi Offset. Hal 19, 71-169
Wikipedia. (2013). Pencemaran Sulfida. Di ambil dari :
http://www.google.co.id/2013/Pencemaran Sulfida. Tgl: 2 Mei 2013
(3)
Lampiran 1
Tabel. Data Analisa NO Parameter Satuan Baku
Mutu
Hasil Analisa Metode/Alat
561/K/ABA/02/2013 357/K/ABA/02/2013
202/K/ABA/02/2013 359/K/ABA/02/2013
1 Sulfida mg/l 0,002 0,0002 0,001 Spektofotometer
(4)
AIR BADAN AIR KELAS I
Tabel Baku Mutu Air Badan Air
Peraturan Pemerintah NO.82 tanggal 14 Desember 2001
NO PARAMETER BAKU MUTU SATUAN
1 Fe 0,3 mg/l
2 Mn 0,1 mg/l
3 Zn 0,05 mg/l
4 Cd 0,01 mg/l
5 Pb 0,03 mg/l
6 Hg 0,001 mg/l
7 As 0,05 mg/l
8 Se 0,01 mg/l
9 Ba 1 mg/l
10 Cu 0,02 mg/l
11 Co 0,2 mg/l
12 Boron 1 -
13 NITRIT 0,06 mg/l
SS14 FLUORIDA 0,5 mg/l
(5)
16 COD 10 mg/l
17 Zat organic - mg/l
18 Phospat 0,2 mg/l
19 TSS 50 mg/l
20 SIANIDA 0,02 mg/l
21 pH 6 s/d 9 -
22 NITRAT 10 mg/l
23 Amoniak 0,5 mg/l
24 Cl bebas 0,03 mg/l
25 SUHU Deviasi 3 oC
26 KLORIDA 600 mg/l
27 KROMIUM VAL 6 0,05 mg/l
28 SULFAT 400 mg/l
29 Kesadahan 500 mg/l
(6)
Gambar 1
Gambar 3 DR
. Spektrofot
. Spektrofot R 2800 (HA
tometer NO
tometer UV ACH)
OVA
V-Vis
Gambar 2